“BETON PRACETAK”
DISUSUN OLEH :
TAHUN :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “BETON PRACETAK” ini dengan
baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada Ibu. Rizki Amalia Tri Cahyani selaku dosen mata kuliah
Struktur Beton Prategang dan Pracetak di Universitas Muhammadiyah Malang. Saya sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bahan
bahan struktur beton. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saaya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton merupakan bahan bangunan yang banyak dipilih oleh para ahli struktur. Banyaknya
pemakaian beton disebabkan beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, diolah, dikerjakan,
dibentuk, harganya relatif murah dan memiliki kekuatan tekan tinggi. Bahan susun beton yang sering
digunakan sampai saat ini adalah semen, pasir, kerikil atau batu pecah dan air. Beton yang bermutu baik
mempunyai beberapa kelebihan diantaranya mempunyai kuat tekan tinggi, tahan terhadap pengkaratan
atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, tahan aus, dan tahan terhadap cuaca (panas, dingin, sinar
matahari, hujan). Beton juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu lemah terhadap kuat tarik,
mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sulit kedap air secara sempurna, dan bersifat
getas (Tjokrodimuljo, 1996).
Seiring dengan perkembangan jaman, sebagai engineer dituntut untuk lebih cepat dalam pelaksanaan
konstruksi suatu bangunan. Untuk menjawab hal tersebut, maka diperlukan suatu bahan bangunan yang
memiliki keunggulan dan keuntungan diantaranya dapat menyesuaikan kebutuhan, spesifikasi teknis
dan kekuatan , serta pelaksanaan konstruksi yang cepat dan ramah lingkungan dibandingkan dengan
bahan bangunan yang sudah ada selama ini. Dinding panel adalah salah satu dari perkembangan
teknologi dibidang beton pracetak (precast). Dinding pracetak (precast) bukanlah suatu elemen struktur,
yang mana dalam pemakainnya diupayakan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak
memberikan beban yang berlebih bagi struktur bangunan.
Dinding Panel merupakan suatu komponen non structural yaitu dinding yang dibuat dari suatu
kesatuan blok dinding parsial, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah dinding yang kokoh. Pada
umumnya dinding biasanya lebih familiar dengan material batu bata dengan lapisan mortar disisi
luarnya. Akan tetapi pada kondisi-kondisi tertentu dinding batu bata memiliki kekurangan dari segi
pengerjaan yang relatif lama, biaya yang mahal, dan memiliki berat yang 2 lebih. Pada daerah yang
rawan terjadi bencana gempa bumi, pemakaian dinding batu bata kurang baik untuk diaplikasikan untuk
rumah yang tahan gempa. Dinding panel yang ringan dan kuat adalah salah satu material yang cocok
untuk diaplikasikan dalam bangunan rumah tahan gempa.
Dinding panel yang dibuat secara pracetak adalah solusi tepat bagi kondisi daerah atau jenis
pekerjaan seperti diatas. Keuntungan dari konstruksi beton pracetak terletak pada berkurangnya tenaga
kerja yang diperlukan dalam menghasilkan satu satuan beton karena rangkaian produksi dilakukan
secara mekanis dan pembuatannya dapat dilakukan dengan tenaga kerja setempat tanpa keahlian khusus
(Winter dan arthur, 1993). Dinding panel pada umumnya dibuat secara fabrikasi secara massal
menggunakan campuran beton normal (air, agregat halus, agregat kasar, dan semen) dan diberikan
tulangan didalamnya. Tulangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja tulangan. Baja
tulangan merupakan material yang mempunyai kekuatan tarik tinggi. Baja penguat atau baja tulangan
memikul gaya tarik maupun gaya tekan, kekuatan lelehnya lebih sepuluh kali dari kekuatan tekan
struktur beton yang umum, atau seratus kali dari kekuatan tariknya. Sebaliknya baja merupakan material
yang mahal harganya bila dibandingkan dengan beton. Kedua material tersebut dapat dipergunakan
sebaik-baiknya dalam suatu kombinasi dimana beton berfungsi untuk memikul tegangan tekan sedang
baja berfungsi memikul tegangan tarik. (Winter dan Arthur, 1993). Untuk menambah kekuatan dinding
panel tersebut baja tulangan dicoba untuk diaplikasikan sebagai tulangan diagonal yang diikat
menggunakan kawat besi sehingga diharapkan memiliki kekuatan yang lebih tahan terhadap berbagai
macam kerusakan dan dinding panel dengan baja tulangan tersebut dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti dinding konvensional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Beton Precast
Beton pracetak (precast) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi
pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari
pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses
produksinya berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan
(Wulfram I. Ervianto,2006).
Precast concrete (beton pracetak) adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi
dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum
dipasang. Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel pabrikasi), maka mutunya dapat
terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan
diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, bentuk typical yang
dimaksud adalah bentuk-bentuk repetitif dalam jumlah besar (Iqbal Batubara, 2012).
Sistem struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam perkembangan
konstruksi di Indonesia yang mendukung efisiensi waktu, efisiensi energi, dan mendukung
pelestarian lingkungan (Siti Aisyah Nurjannah, 2011).
Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang
dengan cara menerap lenturan, dibuat menjadi satu kesdatuan yang monolit dengan menyatukan
pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi (Sosdarsono dan K.
Nakazawa,1983).
Kelebihan dan kekurangan tiang pancang (Wahyu Sunaryanto, 2012) adalah seperti penjelasan beriut
ini:
1. Kelebihan
a. Karena dibuat dengan sistem pabrikasi, maka mutu beton terjamin.
b. Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
c. Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada
sekeliling tiang.
d. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang
ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat
e. Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran.
2. Kekurangan
a. Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena
faktor angkutan.
b. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
c. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh
lebih mahal.
d.Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.
Tahapan pengerjaan (proses produksi) tiang pancang menggunakan cara
sentrifugal (Setya Winarno dan Gunawan Wibisono, 2002) dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:
Persiapan Cetakan
Cetakan Persiapan PC
Penulangan
Wire dan Besi Spiral
Cetakan
Penarikan PC Wire
Buka Produk
Penjualan
Sistem manajemen mutu terdiri atas empat tingkatan yaitu (Rory Burke,
1999):
1. Inspeksi (Inspection), adalah mengkaji karekteristik proyek dalam aspek mutu, dalam
hubungannya dengan suatu standart yang ditentukan. Inspeksi akan menentukan baik atau
tidaknya proyek berdasarkan mutunya.
2. Pengendalian Kualitas (Quality Control – QC), terdiri dari kegiatan
pemeriksaan pekerjaan, bersama-sama dengan manajemen dan
pendokumentasian bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan persyaratan kontrak
dan peraturan-peraturan yang berlaku. QC merupakan suatu unsur atau bagian dari QA.
3. Jaminan Kualitas (Quality Assurance – QA) adalah semua perencanaan, metoda dan langkah
sistematis yang diperlukan untuk memberi keyakinan bahwa semua perencanaan,
perancangan dan pelaksanaan
yang dilakukan sudah sesuai dengan standar-standar yang berlaku, serta syarat-syarat yang
dispesifikasikan dalam kontrak.
4. Total Quality Management (TQM) adalah gabungan dari semua bentuk manajemen kualitas
yang tujuan utamanya adalah memenuhi kepuasan pelanggan dengan menitikberatkan pada
peningkatan berkelanjutan.
ISO 9001 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008.secara garis besar ISO
9001:2008 tidak terlalu jauh berbeda dengan
pendahulunya yaitu ISO 9001:2000. Adapun perbedaan antara versi 2008
dan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada efektivitas proses yang
dilaksanakan dalam organisasi tersebut (Agus Syukur (2010) dalam Made
Arya Wira Santosa(2013)).
Seperti telah diterangkan di atas, bahwa mutu barang dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan.
Bila bahan baku yang digunakan bermutu baik, disertai dengan proses produksi yang baik, hasilnya
adalah barang bermutu baik pula. Walaupun demikian, bahan baku bermutu baik tidak akan selalu
menghasilkan barang jadi yang baik. Sebab proses pembuatan pun akan memengaruhi mutu barang
yang dihasilkan (Fatah Nurdin, 2010). Hal itu dapat diterangkan pada Tabel 1 di bawah ini:
B. SARAN
1.Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan
penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas beton
menurun.
2.Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan
pedoman pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang dihasilkan
nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal
peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan struktur beton, harga
matrial terbaru dan sebagainya.
3.Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan berpedoman pada
faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga kerja serta
segi ekonomisnya.