MAKALAH
disusun oleh:
Deagam Hendrawan NPM 41155030150034
Deni Efendi NPM 41155030150067
Egi Muhamad Soleh NPM 41155030150004
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
KOTA BANDUNG
2015
SISTEM STRUKTUR BETON PRACETAK YANG MENDUKUNG
EFISIENSI ENERGI SERTA RAMAH LINGKUNGAN PADA
TEKNOLOGI KONSTRUKSI
ABSTRAK
Teknologi beton pracetak telah lama diketahui dapat menggantikan operasi
pembetonan tradisional yang dilakukan dilokasi proyek pada beberapa jenis
konstruksi karena beberapa potensi manfaatnya. Beberapa prinsip yang dipercaya
dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton pracetak ini antara lain
terkait dengan waktu, biaya, kualitas, keandalan, produktivitas, kesehatan,
keselamatan, lingkungan, koordinasi serta inovasi. Di Indonesia, hingga saat ini
telah banyak aplikasi teknologi beton pracetak terhadap jenis-jenis konstruksi
seperti, Hollow Core Slab, Half Slab, Hollow Core Wall, Mini Pile, Façade,
Precast Concrete Fence, U-Ditch, Tangga Precast, Concrete Pipe dan lain-lain.
Sistem struktur tersebut telah diuji di laboratorium dan telah di aplikasikan pada
sektor konstruksi berupa bangunan rumah tinggal maupun gedung.
Penggunanan beton pracetak pada konstruksi bangunan dari segi efisiensi
dalam aspek biaya, beton pracetak mampu mereduksi hingga 10% dibandingkan
dengan beton konvesional , sedangkan dari segi aspek waktu mampu mereduksi
waktu konstruksi sampai 50% dan kualitas mutu beton yang lebih baik
dibandingkan dengan beton konvesional. Sistem beton pracetak telah banyak
diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di dalam negeri
maupun yang didatangkan dari luar negeri.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun makalah ini adalah
penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber dari buku,
jurnal, internet dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan
maksud dan tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini.
I. PENDAHULUAN
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika
dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Ada beberapa aspek
yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu
pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan
serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin mahal dan
langka. [1]
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, masalah
yang akan diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan sejarah beton pracetak?
2. Apa saja contoh produk beton pracetak?
3. Bagaimana proses standarisasi komponen beton pracetak?
4. Apa saja aspek dalam penggunaan teknologi beton pracetak?
5. Bagaimana keuntungan dan kelemahan menggunakan struktur beton
pracetak?
C. Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian makalah beton pracetak ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan beton pracetak.
2. Menjadikan perbandingan dalam menggunakan bahan konstruksi.
3. Mengetahui tentang penerapan pada tahap pengadaan material, proses
produksi dan produk beton pracetak.
D. Manfaat Pengkajian
Hasil dari pengkajian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain:
1. Memberikan informasi tentang pengadaan material, proses produksi dan
penanganan produk beton pracetak.
2. Sebagai patokan bagi masyarakat dalam menggunakan bahan konstruksi.
II. PEMBAHASAN
A. Sejarah Beton Pracetak
Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak
pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton pracetak untuk Casino di
Biarritiz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton
bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di
Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 bangunan bertingkat
menggunakan sistem pracetak berbentuk komponen-komponen, seperti dinding
kolom dan lantai diperkenalkan oleh John E.Conzelmann. [4]
Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman
oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG,
Prteussag, Loser dan lain-lain. Sistem pracetak tahan gempa dipelopori
pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai
negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang sistem
pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian
bersama yang dinamakan PRESS (Precast Seismic Structure System). [4]
Sejarah perkembangan cara membangun ini dapat dikelompokkan menjadi
beberapa terminologi. Dari waktu ke waktu selalu terjadi perkembangan bentuk,
jenis material dan metode. Mengutip tulisan Widodo (1991), menyatakan bahwa
sejarah perkembangan arsitektur adalah sebagai berikut : Industri Bangunan
Generasi 1 (1945-1960) dikenal dengan “Element Building”. Pada zaman ini
metode membangun ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga tidak
terampil, menurunkan harga bangunan, meningkatkan kualitas bangunan. Pada
4
5
zaman ini telah dilakukan pracetak untuk komponen dinding dalam, panel muka
dan plat lantai. [5]
Industri Bangunan Generasi II (1995-1965) dikenal dengan “RATRAD”.
Pada zaman ini terjadi rasionalisasi dari metode membangun tradisional atau
“Rationalized Traditional Building” disingkat “RATRAD”. Pada zaman ini
pracetak dilakukan bagian bangunan yang berdimensi kecil dan lebih bersifat
padat karya. Industri Bangunan Generasi III (1960-1970) dikenal dengan
“Building Site”. Perkembangan terakhir (1970-sekarang). [5]
Menilik perkembangan arsitektur diatas, sedikit banyak biaya bangunan
cukup berpengaruh dalam perkembangan metode konstruksi. Biaya dalam sebuah
bangunan digunakan untuk kepentingan pembelian material, pembayaran upah
pekerja, penggunaan alat, biaya overhead dan keuntungan bagi penyedia jasa.
Komposisi biaya untuk pembayaran upah kurang lebih sebesar 35% dari total
biaya proyek, sisanya untuk keperluan material, alat, overhead dan lainnya. [5]
Kecenderungan biaya konstruksi akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan.
Bila dibandingkan dengan biaya pada industri manifaktur, biaya konstruksi
melesat jauh kedepan. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah
tingginya upah tenaga lapangan dan proses konstruksi secara tradisional. [5]
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen.
Seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an.
Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai
inovasi seperti System Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem
All Load Bearing Wall (1997), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap
(2000). [2]
6
2. Half Slab
Half Slab adalah pekerjaan plat
lantai beton bertulang dengan cara
separuh pracetak dan separuhnya lagi
dibuat ditempat, alasan hanya dibuat
separuh pracetak karena menyesuaikan
beban maksimal yang masih aman
diangkat oleh derek, jadi jikalau dilokasi
proyek tersedia alat berat yang mampu
mengangkat seluruh terpal plat maka
akan lebih baik jika menggunakan
sistem satu pracetak utuh, hal ini bisa
terjadi pada lantai dengan bentangan
3. Mini Pile
6. U-Ditch
U-Ditch adalah saluran beton
bertulang dengan bentuk penampang
huruf U dan juga bisa diberi tutup.
Umumnya digunakan sebagai saluran
drainase ataupun irigasi. Ketinggian
saluran terbuka ini dapat bervariasi
mengikuti kebutuhan di lapangan atau
Gambar 6 Contoh Produk Beton Pracetak U-Ditch elevasi saluran yang di inginkan. [6]
7. Canstein
Canstein merupakan produk beton
pracetak yang berfungi sebagai penguat
tepi jalan yang dipasang paving
blok/konblok. Canstein biasa digunakan
pada trotoar, tepi jalan, jalan taman dan
sebagainya. [6]
8. Marine Structure
Marine Structure merupakan
produk beton pracetak yang berfungsi
untuk memecahkan ombak/gelombang,
dengan menyerap sebagian energi
gelombang. Pemecahan gelombang
digunakan untuk mengendalikan abrasi
yang menggerus garis pantai dan untuk
1. Aspek Teknis
Meskipun teknologi beton pracetak telah berkembang dan digunakan sejak
lama, khususnya di Indonesia, efektifitas aplikasi tersebut perlu dikaji dengan
seksama. Kajian tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui dengan benar manfaat
dan keuntung dari aplikasi beton pracetak bagi industri konstruksi Indonesia.
Berbagai faktor yang harus ditinjau dengan cermat agar dapat diyakinkan
keuntungan yang akan diperoleh adalah : perencanaan, sistem struktur,
sumberdaya manusia, produksi, transportasi, pemasangan, connection dan
perbaikan. Teknologi beton pracetak layak digunakan jika permasalahan yang
[5]
ditimbulkan dari semua faktor tersebut diatas dapat diatasi.
a. Faktor Perencanaan
Perencanaan struktur dengan teknologi beton pracetak dilaksanakan dalam
tiga tahap. Tahap pertama adalah perencanaan yang dilaksanakan oleh seorang
arsitek. Tahap kedua, perencanaan dilakukan oleh structure engineer. Tahap yang
ketiga perencanaan dilakukan oleh produsen/instalator, yang ditekankan pada
[5]
kemudahan pelaksanaan dilapangan.
Struktur organisasi dari tim proyek sangat menentukan keberhasilan
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Koordinasi dari pengguna jasa (owner),
arsitek, ahli struktur dan dari disiplin ilmu yang lain merupakan hal yang penting
[5]
sehinga dibutuhkan kesinambungan informasi pada setiap tahap pelaksanaan.
11
2. Sifat dari lokasi proyek adalah tidak tetap, pada industri manufaktur lokasi
kerja berada dalam satu lokasi dan bersifat tetap. Kadang-kadang pekerja
proyek harus melaksanakan pekerjaannya dalam ruang yang terbatas
sehingga akan mempengaruhi produktifitasnya, sedang pekerja pabrik ruang
geraknya dapat direncanakan sebaik mungkin agar dapat bekerja dengan
[5]
nyaman dengan harapan produktifitasnya tidak terganggu.
3. Hasil produksi biasanya unik dan selalu berbeda dari lokasi proyek yang
satu dengan yang lain, sehingga tidak dibuat standarisasi penggunaan alat
[5]
bantu dan metode konstruksi untuk berbagai proyek.
4. Dalam industri konstruksi lebih banyak dibutuhkan pekerja dengan
keterampilan yang cukup dibandingkan dengan pekerja tidak mempunyai
keterampilan. Pemilihan pekerja yang cakap akan sangat mempengaruhi
[5]
ketepatan rencana pekerjaan sesuai dengan jadwal.
5. Pelaksanaan pekerjaan biasanya berada diluar/dilapangan terbuka dengan
variasi yang ditimbulkan oleh hujan, panas serta kondisi geografis lokasi
[5]
proyek.
6. Proyek konstruksi biasanya berskala besar, tidak praktis dan pemasangan
[5]
peralatan besar dan berat sehingga tidak mudah untuk melaksanakannya.
7. Dalam proyek konstruksi owner selalu terlibat dalam melakukan
pengawasan proses konstruksi sedangkan untuk industri manufaktur pembeli
[5]
hanya melihat hasil akhir dari proses produksi.
d. Faktor Produksi
Produksi mutlak merupakan peran pabrikator. Sepanjang tidak terdapat
halangan yang berkaitan dengan logistik, maka masalah yang ada biasanya
berkaitan dengan hal-hal teknis, sehingga dengan menyerahkan pekerjaan tersebut
[5]
pada pabrikator yang professional hambatan teknis dapat diredam.
Penting dalam faktor produksi adalah menentukan prioritas, mana yang lebih
dahulu dipabrikasi, sehingga dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan
instalator. Area produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat
penumpukan material dasar, proses pengecoran, proses rawatan beton serta
penyimpanan komponen beton pracetak. Konsekuensi dari unit ini menyediakan
13
lahan kerja yang cukup luas, karena lahan penumpukan bahan dan komponen
[5]
beton pracetak yang diproduksi berukuran dengan berkuantitas besar.
Hakikat dari pabrikasi beton pracetak adalah:
[5]
1. Kebutuhan akan tenaga kerja relatif lebih sedikit.
[5]
2. Kecepatan proses produksi.
[5]
3. Perbaikan kualitas produk.
Dibandingkan dengan proses konstruksi tradisional, hal yang menonjol
dalam produksi beton pracetak adalah penggunaan mesin dalam pabrik untuk
menghasilkan komponen beton pracetak. Selain membutuhkan tenaga kerja lebih
sedikit penggunaan mesin akan mengurangi kesalahan yang diakibatkan oleh
“faktor manusia” sehingga akan dihasilkan produk dengan kualitas lebih seragam.
[5]
e. Faktor Transportasi
Produsen beton pracetak pada umumnya tidak hanya bertanggung jawab
dalam masalah produksi saja tetapi juga bertanggung jawab pada masalah
transportasi atau bahkan masalah pemasangan dari komponen beton pracetak.
Pada umumnya produsen mempunyai modal transportasi sendiri untuk
mentransportasikan produknya ke lokasi pekerjaan, atau mensubkontrakkan
masalah transportasi kepada perusahaan transportasi. Pengiriman komponen
biasanya digunakan truk, dengan konsekuensi bahwa jalur transportasi harus
sudah disurvey untuk memastikan bahwa jalur tersebut dapat dilewati truk dengan
[5]
muatannya.
Komponen beton pracetak biasanya didukung pada dua tumpuan untuk
menghindari timbulnya tegangan yang tidak semestinya yang ditimbulkan selama
proses transportasi ke lokasi pekerjaan. Komponen beton pracetak juga harus
dirancang titik-titik pengangkatan yang digunakan pada saat pemasangan maupun
handling. Untuk keperluan pemasangan , sistem dua titik angkat digunakan jika
komponen beton pracetak berupa double T, inverted T, L beam, hollow-core slab
[5]
(Sheppard & Phillips,1989).
Terhadap jalur jalan yang akan dilalui harus dilakukan pengecekan
mengenai kemampuan dukungnya serta berat maksimum yang diijinkan. Hal
serupa juga dilakukan terhadap jembatan-jembatan yang akan dilewati. Sistem
14
2. Aspek Ekonomis
Faktor-faktor ekonomis yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton
pracetak :
1. Faktor waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pelaksanaan konstruksi bangunan sampai dengan bangunan tersebut dapat
[5]
berfungsi sesuai dengan rencana penggunaannya.
[5]
2. Faktor mutu, yaitu hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan konstruksi.
17
Gambar 9 Comparative cost of industrialised system for high, medium and low rise building.
[5]
(Sumber : Seeley I.H.,1972)
lainnya menggunakan proses konstruksi tradisional. Perbandingan biaya yang
dibutuhkan antara dua metode tersebut adalah biaya total pelaksanaan dengan
teknologi beton pracetak sebesar 10.302 sedangkan dengan metode site build
dibutuhkan biaya 11.318, sehingga didapatkan penghematan sebesar 9,9% (Bengt
[5]
H., 1996).
Pada gambar 9 diperlihatkan diagram perbandingan biaya pada beberapa
sistem yang berbeda dalam satuan tiap meter persegi lantai bangunan. Keuntungan
penggunaan teknologi beton pracetak dapat terlihat dengan jelas, yaitu biaya yang
18
dibutuhkan setiap meter persegi lantai bangunan lebih kecil daripada in-situ
[5]
concrete sistem terutama pada bangunan tingkat tinggi.
Faktor Waktu, dari segi waktu pelaksanaan konstruksi, penggunaan
teknologi beton pracetak akan lebih singkat bila dibandingkan dengan
pelaksanaan konstruksi secara tradisional. Sebagai gambaran tahapan penggunaan
[5]
teknologi beton pracetak dibandingkan dengan proses konstruksi tradisional.
[5]
Gambar 10. Perbandingan tahapan konstruksi antara proses konstruksi
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa
sistem struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam
perkembangan konstruksi di Indonesia yang bisa dilakukan dengan lebih
terkontrol, lebih ekonomis, serta mendukung efisiensi waktu, efisiensi energi, dan
mendukung pelestarian lingkungan. Sistem tersebut cocok digunakan pada
bangunan modular, seperti rumah susun, asrama, rumah toko, ataupun kantor.
Perkembangan teknologi tersebut masih sangat terbuka dengan membuat berbagai
variasi sistem struktur dan penyempurnaan dari sistem struktur yang telah ada.
B. Saran
Saran untuk sistem struktur beton pracetak adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan konstruksi beton pracetak bisa lebih dikembangkan sebagai
alternatif pengganti sistem beton bertulang konvensional dengan
mengaplikasikannya ke berbagai macam bangunan sesuai fungsinya.
2. Peningkatan kinerja struktur dengan inovasi perkuatan struktur baik dari segi
konfigurasi baja tulangan, dimensi penampang sistem, maupun mutu bahan
bangunan. Selain itu, pengontrolan kualitas pembangunan harus terjaga agar
sistem struktur bisa bekerja sesuai dengan desain dan mampu menahan
beban yang ada.
20
DAFTAR PUSTAKA
[2] Ardiansyah, "Studi Manajemen Mutu Produk Beton Precast Pada PT.WIKA
BETON Lampung," Skripsi, pp. 1-2, 2014.
[8] Hendra Cahyadi, "Beton Pracetak - Precast Concrete," Karya Ilmiah, pp. 1-13,
Mei 2012.
21
LAMPIRAN
KOMPONEN BETON
KOMPONEN PLAT
JOINT COLUMN-TO-COLUMN
22
23
JOIN COLUMNT-TO-BEAM