Disusun Oleh:
KELOMPOK 5C
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS BESAR STRUKTUR BANGUNAN
“PENINJAUAN PROYEK GEDUNG DINAS
LINKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA”
Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Gambar Teknik
Disusun oleh :
KELOMPOK 5C
Lembar tugas Struktur Bangunan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
(Sumber: Google Maps, Diakses pada tanggal 13 Maret 2020, pada pukul 16.19
WIB)
1.3.2. Data Teknis
Data teknis merupakan data yang berhubungan langsung dengan
perencanaan struktur gedung seperti data tanah, bahan bangunan yang digunakan,
data beban rencana yang bekerja, dan sebagainya. Data teknis Gedung Dinas
Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut:
a. Nama Proyek : Pembanguan Gedung Dinas Lingkungan Hidup Yogyakarta
b. Jumlah Lantai : 4 Lantai & Bassment.
c. Struktur Bangunan : Konstruksi Struktur Beton Bertulang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat agregat
lain yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu
massa mirip batuan. Terkadang satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan
beton dengan kataristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan
waktu pengerasan (Mc.Cormac, 2004).
Secara Sederhana Beton dibentuk oleh pengkerasan campuran antara semen, air, agregat halus
(pasir), dan agregat kasar (batu pecah kerikil). Kadang-kadang ditambahkan campuran bahan lain
(admixture) untuk memperbaiki kualitas beton ( Asroni, 2010).
Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, agregat dengan atau tanpa bahan
tambah tertentu. Material pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu
menghasilkan suatu campuran yang plastis sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk
sesuai dengan keinginan.
Perbandingan campuran bahan susun disebutkan secara urut, dimulai dari ukuran butir yang
paling kecil (lembut) ke butir yang besar, yaitu : semen, pasir, dan kerikil. Jadi jika campuran
beton menggunakan semen 1 : 2 : 3, berarti campuran adukan betonnya menggunakan semen 1
bagian, pasir 2 bagian, dan kerikil 3 bagian. (Asroni, 2010).
a) Beton normal
Merupakan beton yang cukup berat, dengan Berat Volume 2400 kg/m³ dengan
nilai kuat tekan 15 – 40 MPa dan dapat menghantar panas.
b) Beton ringan
Merupakan beton dengan berat kurang dari 1800 kg/m³. Nilai kuat tekannya
lebih kecil dari beton biasa dan kurang baik dalam menghantarkan panas.
c) Beton massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya dianggap
beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm.
d) Ferosemen
Adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan memberikan kepada
mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman. Ferosemen dapat diartikan
beton bertulang.
e) Beton serat
Adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang
berupa serat. Bahan serat dapta berupa serat asbes, serat tumbuh-tumbuhan
(rami, bamboo, ijuk), serat plastic (polypropylene) atau potongan kawat logam.
f) Beton non pasir
Adalah suatu bentuk sederhana dan jenis beton ringan yang diperoleh
menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatannya. Rongga dalam beton
mencapai 20-25 %.
g) Beton siklop
Beton ini sama dengan beton biasa, bedanya digunakan agregat dengan ukuran
besar-besar. Ukurannya bisa mencapai 20 cm. Namun, proporsi agregat yang
lebih besar tidak boleh lebih dari 20 %.
h) Beton hampa (Vacuum Concrete)
Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah tercetak padat kemudian air
sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum (vacuum method).
Dengan demikian air yang tinggal hanyalah air yang dipakai sebgai reaksi
dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
i) Mortar
Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang terdiri dari
pasir, bahan perekat, kapur dan PC.
Berdasarkan SNI – 03 -2847 – 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus,
agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan beton
sebagai bahan bangunan sering dijumapai pada proyek gedung, maupun proyek lainnya. Beton
merupakan bahan yang mudah diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.
Kuat tekan beton merupakan kekuatan beton untuk menerima beban tiap satuan luas. Kuat
tekan beton mencerminkan dari mutu beton tersebut, semakin tinggi mutu maka tekan beton akan
semakin besar (Mulyono, 2004).
Nilai kuat tekan beton biasa dilakukan pengujian di laboratorium dengan mengambil sampel
berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Kuat tekan beton dinilai akan berada pada tegangan tertinggi setelah mencapai umur 28 hari.
(Dipohusodo, 1996).
Rumus untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton berdasarkan percobaan di laboratorium
sebagai berikut :
P
f ' c= (3-1)
A
Keterangan :
f ' c=Kuat tekan beton ( MPa )
P = Beban tekan (N)
A = Luas penampang benda uji (mm2)
E=- (3-2)
Keterangan :
E = Modulus elastisitas beton (MPa)
= Tegangan (MPa)
= Regangan
Berdasarkan SNI 2847 – 2013 tentang persyaratan beton structural pada gedung dijelaskan
bahwa nilai modulus elastisitas teoritis untuk beton diizinkan diambil nilai sebesar:
E = WC1,50,043√ f c’ (3-3)
atau
Untuk Beton Normal :E = 4700 √ f c’ (3-4)
Keterangan :
E = Modulus elastisitas beton (MPa)
Wc = Berat isi beton antara 1440 – 2560 (kg/m3)
fc' = Kuat tekan beton rencana (MPa)
Penyerapan air merupakan presentase penyerapan air pada beton. Beton dengan agreat atau
bahan tambah pembuat ringan berat beton akan membuat penyerapan sebagai kendala utama.
Pada pengujian penyerapan air maka dapat dihitung berdasarkan :
W w−W s
w= x 100% (3-5)
Ws
Keterangan :
W = Presentase Penyerapan air
Ww = Berat beton SSD (kg)
Ws = Berat beton kering oven (kg)
Berdasarkan SNI 03 – 2914 – 1990 tentang spesifikasi beton bertulang kedap air, beton dapat
dikategorikan beton kedap air apabila beton normal direndam air dan memenuhi syarat sebagai
berikut
a. Beton direndam selama 10 ± 0.5 menit ditimbang, resapan maksimum 2.5% dari beton kering
oven.
b. Beton direndam selama 24 jam, resapan maksimum 6.5% dari berat kering oven.
2.1.3 Struktur yang Diamati.
Pada struktur yang di amati dari kelompok kami berada pada struktur
pondasi , pada proyek yang kita amati terdapat 3 buah bangunan yaitu , gedung a,
gedung b, dan gedung c. setiap gedung memiliki pondasi yang berbeda beda dan
juga lokasi tanah yang berbeda beda, ada 2 type pondasi yang digunakan di
struktur ini yaitu pondasi footplat menerus & footplat mandiri, dengan ukuran tiap
gedung yang bereda beda, sedikit pengenalan apa itu pondasi foot plat/ pondasi
tapak.
Pondasi Tapak, pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat
atau bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan
letaknya tepat di bawah kolom/tiang dan kedalamannya sampai pada tanah keras.
Pondasi tapak ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu belah/kali.
Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan sloof beton dengan dimensi
tertentu untuk kepentingan pemasangan dinding. Pondasi ini juga dapat
dipersiapkan untuk bangunan di tanah sempit yang akan dikembangkan ke atas.
Kelebihan :
a) Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
b) Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
c) Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih handal
daripada pondasi batu belah.
Kekurangan :
a) Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih
lama).
b) Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/
sesuai umur beton).
c) Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
d) Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
e) Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan
galian tanah.
Struktur tanah pada gedung A adalah padas murni, struktur ini merupakan
salah satu dari jenis tanah yang amat padat di karenakan mineral di dalamnya
dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah atasnya sehingga kandungan
tanah telah hilang dan sisanya terdiri dari lapukan batuan induk. Untuk Gedung
A menggunakan pondasi footplat mandiri & menerus dengan ukuran .
Lebar ada 3 type : 2x2m ,150x150m,dan 175x175 m
Dengan Kedalaman : 2 meter ,48 cm dari lantai kerja footplat mandiri untuk
menerus 138 cm
Besi : D16 dan D19 dengan jarak 20 cm.
Untuk Bentang : 5&6 meter footplat mandiri dan 4 meter pada footplat menerus.
Struktur tanah pada gedung B adalah padas murni, struktur ini memiliki ciri
tanah lembek di permukaan yang di dasar tanah nya ada tanah padat. Untuk
Gedung B menggunakan pondasi footpat menerus & mandiri dengan ukuran.
Lebar 3 type : 2x2 m , 150x150m, daan 175x175m
Dengan kedalaman : 138 cm Footplatmenerus & 2meter footplat mandiri
Pondasi sloof kedalaman dan tinggi : 1m dan 40 cm
Besi : D16,D19, D110 T 40 dengan begel D10
Bentanggan : 5&6 meter footplat mandiri dan 4 meter pada footplat menerus.
Struktur tanah pada gedung C adalah padas murni, struktur ini memiliki ciri
tanah lembek di permukaan yang di dasar tanah nya ada tanah padat. Untuk
Gedung C masih sama dengan gedung lain nya menggunakan pondasi footplat
menerus & mandiri dengan ukuran.
Lebar 3 type : 2x2 m , 150x150m, daan 175x175m
Dengan kedalaman : 138 cm Footplatmenerus & 2meter footplat mandiri
Pondasi sloof kedalaman dan tinggi : 1m dan 40 cm
Besi : D16,D19, D110 T 40 dengan begel D10
Bentanggan : 5&6 meter footplat mandiri dan 4 meter pada footplat menerus.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Objek Pengamatan
Dalam melakukan pengamatan pada Bangunan Empat Lantai menggunakan struktur Beton
Bertulang di kecamata Gondokusuman, Kami mendapatkan bahan-bahan selama konstruksi itu
berlangsung. Bahan dan cara pengerjaanya pun sama dan umum digunakan. Seperti struktur beton
yang digunakan sebagai konstruksi bangunan adalah beton yang terbuat dari campuran semen, air,
pasir (agregat halus), dan kerikil atau split (agregat kasar). Dalam pengerjaanya pun dilakakukan
secara bertahap yang dimulai dengan :
a) Persiapan
Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih, ruang
yang akan diisi beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang mengganggu. Untuk
memudahkan acuan, permukaan dalam acuan harus dilapisi bahan kimia (from release
agent) atau polyurethen.
Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus dibsahi air
sampai jenuh.
Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang
dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan.
b) Penakaran
c) Pengadukan
d) Pengangkutan
e) Pengecoran
Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan
cetakan untuk mencegah segregasi karena pengaliran adukan.
Penuangan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur
sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis.
Campuran beton yang telah nengeras atau terkotori oleh material asing tidak boleh
dituang.
Penuangan beton harus dilakukan tanpa henti hingga terselesaikannya suatu
penampang atau batas-batas penghentian.
Beton yang dituangkan harus dituangkan.
f) Pemadatan
g) Perawatan
Perawatan beton dilakukan setelah beton mencapai Final Setting, artinya beton
telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami
gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakkan karena kehilangan air
yang begitu cepat.
Sedangkan dalam pengerjaan gedung ini juga dilakukan secara bertahap yaitu dengan
melakukan tahap awal yaitu tahap Persiapan dan diakhiri dengan tahap pekerjaan utilitas gedung.
1. Tahap Persiapan
a. Penyelidikan tanah
b. Pembersihan lahan
c. Pemagaran lahan
d. Pembuatan Barak bangunan
e. Penyediaan air dan listrik
f. Pengukuran
g. Pembuatan bowplank
2. Tahap Pekerjaan
a. Pekerjaan pondasi
b. Pekerjaan kolom beton dan pengecoran plat lantai
c. Pekerjaan tembok
d. Persiapan pekerjaan pada lantai selanjutnya
e. Pekerjaan pada lantai 2,3, dan 4
3. Tahap Pekerjaan Utilitas Gedung
a. Pekerjaan Tangga
b. Pekerjaan ruangan-ruangan
c. Pemasangan pintu dan jendela
d. Pengerjaan kamar mandi
e. Pekerjaan sistem plambing
f. Pemasangan elektrikal
g. Pekerjaaan plafond
h. Pekerjaan lantai dan keramik
i. Pengecetan
j. Pekerjaan Finishing.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : http://sci-geoteknik.blogspot.com/2018/02/jenis-jenis-pondasi.html