Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
BAGIAN IV
BATU BATA

I. PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan batu bata adalah unsur bahan


bangunan yang digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan,
dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain,
dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapt hancur lagi
bila direndam dalam air.

II. KLASIFIKASI

Baut bata pejal menurut kekuatannya dibagi dalam 6 kelas,


berdasarkan nilai rata-rata kuat tekan terendah :
Kelas 25
Kelas 50
Kelas 100
Kelas 150
Kelas 200
Kelas 250

III. SYARAT MUTU

1. Ukuran
Ukuran batu bata standar
Ukuran (mm)
Modul Tebal Lebar Tinggi
M – 5a 65 90 190
M – 5b 65 140 190
M–6 55 110 230

Penyimpangan ukuran
Penyimpangan ukuran maksimum (mm)
Kelas M – 5a & M – 5b M–6
Tebal Lebar Panjang Tebal Lebar Panjang
25 2 3 5 2 3 5
50 2 3 5 2 3 5
100 2 3 4 2 3 4
150 2 2 4 2 2 4
200 2 2 4 2 2 4
250 2 2 4 2 2 4

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
2. Kuat tekan
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang
diijinkan untuk batu bata adalah :
Kuat tekan rata-rata Koefisien variasi yang
Kelas minimum dari 30 buah diijinkan dari rata-rata
bata yang diuji kuat tekan bata yang
diuji
Kg/cm 2 N/mm 2

25 25 2,5 25
50 50 5 22
100 100 10 22
150 150 15 15
200 200 20 15
250 250 25 15

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
1. PENGUJIAN TAMPAK LUAR DAN UKURAN
BATU BATA

I. TUJUAN

Dalam pengujian tampak luar dan ukuran batu bata, dapat


menentukan mutu batu bata berdasarkan ukura dan tampak luar.

II. DASAR TEORI

Yang dimaksud bata pejal, ialah bata merah yang masih atau
boleh mengandung lubang yang luas penampang lubangnya tidak
lebih 15% luas penampang batanya. Jenis bata merah, pada
umumnya sebagian besar hasil industri kecil, yang dibuat dengan
cara-cara sederhana, sehingga mutunya sangat tidak seragam,
demikian juga ukurannya.
Berdasarkan ukuran, menurut SNI 15-2094-1991 bata merah
pejal dibedakan dalam 3 modul yaitu : M-5a, M-b dan M-6 dengan
penyimpangan ukuran untuk panjang maksimum 4 mm dan untuk
lebar dan tebal 2 mm tergantung dari jenis modulnya.

III. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan
 Jangka sorong, ketelitian sampai 1 mm;
 Alat penyiku;
 Gergaji pemotong batu;
 Timbangan, ketelitian sampai 10 gram.
2. Bahan
Batu bata untuk pemeriksaan tampak luar dan ukuran adalah
sebanyak 10 buah bata utuh yang diambil secara acak dari
jumlah contoh yang diserahkan.

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Bentuk
 Memeriksa keadaan permukaan batu bata yaitu :
 Bidang datarnya rata atau tidak rata.
 Menunjukkan retak-retak atau tidak.
 Rusuk-rusuknya siku-siku atau tidak.
 Tajam atau tidak.
 Rapuh atau tidak.
 Memeriksa bidang-bidang datarnya serta rusuk-
rusuknya dengan alat penyiku untuk mengetahui
kerataan bidang-bidang datarnya, serta kesikuan
rusuk-rusuknya, dari 10 buah bata ;

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
 Menghitung prosentase batu bata yang tidak sempurna
bentuknya dari jumlah yang diperiksa.
2. Berat
 Menimbang berat batu bata utuh sebanyak 10 buah dengan
ketelitian 10 gr;
 Menghitung berat rata-rata batu bata dalam kg.
3. Warna
 Mengukur sisi panjang batu bata;
 Memberi tanda pada ½ panjang batu bata;
 Memotong batu bata tepat pada tanda tersebut ( ½ panjang )
sehingga diperoleh 2 potong batu bata yang sama panjang.
 Memeriksa warna dari penampang batu bata pada bekas
potongan.
 Warna dinyatakan dengan merah tua, merah muda,
kekuning-kuningan, kemerah-merahan,keabu-abuan, dan
sebagainya.

Tempat
p – tempat pengukuran batu bata

t t

l l

p
Gambar A Gambar B Gambar C

Keterangan :
Gambar A, menunjukkan pengukuran panjang.
Gambar B, menunjukkan pengukuran lebar.
Gambar C, menunjukkan pengukuran tebal.

V. DAFTAR PUSTAKA

 SNI 15 – 2004 – 1991


 , 1987, Teknologi Bahan II, PEDC, Bandung

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
DATA PENGUJIAN TAMPAK LUAR
DAN UKURAN BATU BATA

Kelompok : 1 Tanggal : 13 Desember 2005


Kelas : 2A Instruktur : Fx. Gunarsa I, ST.MT
Program Studi : Konstruksi Gedung Pukul : 09.31 WIB

No Ukuran (cm) Berat Bentuk Warna


contoh P L T ( kg ) Retak Rata Siku Tajam
1 24 11.7 5.0 2.1 V V v M.B
2 23.5 11.2 5.1 1.9 V V M.B
3 23.5 11.2 5.1 2.0 V V V M.B
4 23.4 11.3 5.2 2.0 V V M.B
5 23.82 11.7 5.2 2.0 V V V M.B
6 24 11.5 5.2 2.2 V V V M.B
7 23.5 11.4 5.6 2.2 V V V M.B
8 23.5 11.5 5.2 2.2 V V V M.B
9 23.5 11.7 5.5 2.2 V V M.B
10 23 11.4 5.1 2.0 V v M.B

Keterangan M.B = Merah bata

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulan bahwa bata tersebut
termasuk M – 6 (T = 550, L = 110, P = 230). Ukuran rata-rata P = 233.9,
T = 550.9, L = 112.1. Penyimpangan ukuran untuk ukuran panjang
maksimum 4 mm dan lebar/tebal 2 mm.

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
2. PENGUJIAN KUAT TEKAN BATU BATA

I. TUJUAN

Dalam pengujian kuat tekan batu bata, dapat :


1. Mengukur kekuatan tekan bata merah pejal.
2. Menentukan klasifikasi bata merah pejal berdasarkan kekuatan
tekan rata-rata.

II. DASAR TEORI

Kekuatan diartikan sebagai ukuran besarnya suatu gaya yang


diperlakukan kepada bahan, untuk mematahkan/merusak yang
dinyatakan sebagai beban maksimum persatuan luas.
Produk bata merah pejal pada industri kecil umumnya
memiliki kuat tekan rata-rata sampai 50 kg/cm2, sedang produk
industri menengah atau besar rata-rata mencapai 150 sampai 200
kg/cm2. Oleh karenanya syarat mutu terhadap kekuatan tekan, bata
merah pejal dibagi dalam 6 tingkat mutu pada kuat tekan minimum
rata-rata, yaitu mulai dengan mutu 25, 50, 100, 150, 200 dan 250
kg/cm2.

III. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan
 Cetakan benda uji.
 Spatula.
 Talam.
 Kotak plastik.
 Tangki pemantang
 Mesin uji tekan

2. Bahan
 Pasir kuarsa.
 Semen Portland.
 Batu bata

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Mengambil batu bata yang telah dipotong-potong pada sisi


panjang menjadi 2 bagian yang sama besar, dari hasil
pemeriksaan tampak luar batu bata;
2. Meletakkan kedua potongan tersebut kedalam cetakan. Cara
meletakkannya silang.
3. Jarak antara bidang cetakan dengan bidang batu bata dan
antara bidang batu bata dengan batu bata lainnya 6 mm.
(Lihat pada gambar).

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

Batu bata

Batu bata

spesi

T.atas
T. samping

Spesi
batu bata

4. Untuk menjaga agar ajrak bebas tersebut tetap, maka dipasang


sekat-sekat sementara antara bentuk potongan-potongan setebal
6 mm;
5. Mengisi ruang antara tersebut dengan aduk spesi 1 bagian berat
semen : 3 bagian berat pasir dan air seberat (60-70) % berat
semen, hingga aduk spesi itu padat dan menutupi seluruh
bidang permukaan batu bata yang vertikal. Sebelum ruang
antara diisi aduk spesi, mengatur sekat-sekat terlebih dahulu
untuk diangkat keluar;
6. mendiamkan selama 1 hari, kemudian benda uji dilepas dari
cetakan;
7. Merendam benda uji dalam air bersih pada tangki pematang
(curing-tank) selama 24 hari ( 1 hari );
8. Mengangkat benda uji dari tangki pematang dan bidang-
bidangnya diseka dengan kain lembab untuk menghilangkan
air yang berlebihan;

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
9. Meletakkan benda uji ke mesin penekan diatur sama dengan
mesin penekan hingga dicapai kekuatan maksimumnya.
Kecepatan penekanan diatur sama dengan 2 kg/cm2/detik.

V. PERHITUNGAN
P ( Kg )
Kuat tekan =
A(cm )
Keterangan :
P = Beban maksimum (kg)
A = Luas bidang tekan (cm2)

VI. DAFTAR PUSTAKA

 SNI 15 – 2094 – 1991


 , 1987, Teknologi Bahan I, PEDC, Bandung

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
DATA PENGUJIAN KUAT TEKAN BATU BATA

Kelompok : 1 Tanggal : 13 Desember 2005


Kelas : KG 2A Instruktur : Fx. Gunarso I. ST
Program Studi : Konstruksi Gedung Pukul : 09.31 WIB

A
No Panjang Lebar B C D ket.
1 24 11.7 280.8 2.752 20.104
2 23.5 11.2 263,2 2.485 43.104
3 23.5 11.2 263.2 2.567 25.104
4 23.4 11.3 264.42 2.544 4.104
5 23.8 11.7 278.46 2.594 25.104
6 24 11.5 276 2.823 23.104
7 23.5 11.4 267.9 2.911 17.104
8 235. 11.5 270.25 2.780 12.104
9 23.5 11.7 274.95 2.018 15.104
10 23 11.4 262.5 2.605 39.104
Kuat tekan minimum : 43 kg/ cm2
Kuat tekan maksimum : 66 kg / cm2
Kuat tekan rata-rata : 54kg / cm2
Standar Deviasi : kg / cm2
Koefisiensi Variasi :%

Keterangan
A = Penampang bidang tekan (cm)
B = Luas bidang tekan (cm2)
C = Beban tekan (kg)
D = Kuat tekan ( kg / cm2 )

Kesimpulan
Dari pengujian batu bata tampak luar dan ukuran dengan kuat
tekan batu bata dapat di simpulkan bahwa batu bata tersebut termasuk
jenis bata M – 6 kelas 50.

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
3. PENGUJIAN KADAR GARAM BATU BATA

I. TUJUAN

Dalam pengujian kadar garam, dapat menilai kandungan


garam didalam batu bata yang dapat larut dan membahayakan
ikatan batu bata dengan aduk mortar.

II. DASAR TEORI

Kadar garam yang dapat larut adalah garam sulfat. Garam ini
bila tarkandung dalam bata, akan dapat merusak bata itu sendiri,
bila ia menyerap air, karena garam sulfat yang umumnya, bila
mengering dan berubah menjadi kristal akan memiliki volume yang
besar, maka kristal ini akan merusak jaringan partikel tanah dalam
bata bata itu sendiri, sehingga bata akan hancur secara perlahan-
lahan.
Untuk mencegah adanya kerusakan konstruksi pasangan
bata, dalam SNI 15-2094-1991, kandungan garam sulfat perlu
dibatasi, membahayakan jika melebihi 50% luas permukaan batu
bata merah pejal terdapat kristal garam. Hasil pengamatan
dinyatakan sebagai berikut :
 Tidak membahayakan. Bila kurang dari 50% permukaan
batu bata tertutup oleh lapisan tipis berwarna putih, karena
pengkristalan garam-garam yang dapat larut.
 Ada kemungkinan membahayakan. Bila 50% atau lebih dari
permukaan batu bata tertutup oleh lapisan tipis berwarna
putih, karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut,
tetapi bagian-bagian dari permukaan batu bata tidak
menjadi bubuk atau lepas.
 Membahayakan. Bila lebih dari 50% permukaan batu bata
tertutup oleh lapisan putih yang tebal karena pengkristalan
garam-garam yang dapat larut dan bagian-bagian dari
permukaan batu bata menjadi bubuk atau lepas.

III. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan
 Talam, dibuat dari bahan tahan karat.
2. Bahan
 Air suling
 Batu bata

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Menuangkan ke dalam cawan, air murni ± 250 ml atau setinggi


± 1 cm dari dasar cawan;
2. Memasukkan batu bata ke dalam cawan yang berisi air murni
tersebut, batu bata diletakkan pada posisi pada posisi berdiri
pada sisi lebar dan tingginya.
Batu bata

Cawan

. Air murni ± 1 cm

3. Meletakkan cawan dan batu bata tersebut dalam ruang yang


mempunyai penggantian udara yang baik;
4. Membiarkan hingga seluruh batu bata terisi oleh air akibat
peresapan oleh batu bata;
5. Mengangkat batu bata yang telah berisi air tadi dan
meletakkannya pada tempat yang tidak menyerap air dan
mempunyai penggantian udara yang baik;
6. Memperhatikan keadaan permukaan batu bata sampai beberapa
hari dan memeriksanya apakah timbul bunga-bunga putih pada
batu bata tersebut.

V. DAFTAR PUSTAKA

 SNI 15 – 2004 – 1991


 , 1987, Teknologi Bahan II, PEDC, Bandung

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
DATA PENGUJIAN KADAR GARAM BATU BATA

Kelompok : 1 Tanggal : 14 Desember 2005


Kelas : 2A Instruktur : Drs. Sutarno
Program Studi : Konstruksi Gedung Pukul : 10.00 WIB

Benda uji Hasil pengamatan Keterangan


1 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
2 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
3 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
4 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
5 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
6 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
7 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
8 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
9 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan
10 Kurang dari 50 % Batu Bata tidak membahayakan

Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa batu bata yang
mengandung kadar garam kurang dari 50 % sebanyak 100 % sehingga
dapat dikatakan bahwa batu bata tersebut dapat digunakan sebagai bahan
bangunan.

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
4. PENGUJIAN SUCTION RATE

I. TUJUAN

Dalam pengujian suction rate, dapat :


1) Mengetahui besarnya daya serap (suction rate) dari batu bata
yang diperiksa.
2) Menjelaskan hubungan hasil pemeriksaan dari suction rate batu
bata yang diuji dengan pelaksanaan pembuatan pekerjaan
pemasangan bata.

II. DASAR TEORI

Suction rate adalah berat air yang diserap persatuan luas


permukaan pada satu menit pertama yang dinyatakan dalam
gram/dm3/menit.
Batu bata yang memiliki penyerapan air tinggi, dalam
pekerjaan pasangan akan menyerap air dari adukannya, sehingga
akan menyebabkan lemahnya adukan dengan bata atau mutu
pekerjaan pasangan. Batu bata yang mempunyai sifat demikian,
pada umumnya adalah batu bata produk industri kecil yang dapat
mencapai 40% atau dengan derajad penyerapan air sampai 70
gram/dm3/menit.

III. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan
1) Bak air, ukuran 40 x 60 x 100 cm.
2) Kaki penyangga, terbuat dari baja siku.
3) Oven, yang suhunya dapat diatur konstan ( 110 ± 5 )0 C
4) Stopwatch
5) Kain lap
2. Bahan
1) Air
2) Batu bata

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Mengeringkan batu bata dalam oven yang suhunya tetap


konstan (110 ± 5)C hingga berat tetap (A gr);
2. Memasukkan kaki penyangga dari baja siku ke dalam bak dan
atur jarak as ke as ± ¾ panjang batu bata.
3. Kemudian menuangkan air ke dalam bak, hingga air dalam bak
mencapai ketinggian 1 cm diatas permukaan kaki penyangga.
4. Memasukkan batu bata ke dalam bak, dengan meletakkan pada
kaki penyangga. Pada waktu memasukkan bata ke dalam air,

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
bidang bawah permukaan batu bata harus bersamaan ketika
menyentuh air.
Batu bata

t = 1 cm Cawan

. Air murni ± 1 cm

5. Membiarkan batu bata terendam selama 1 menit;


6. Mengangkat batu bata secara perlahan-lahan Posisi batu bata
sewaktu pengangkatan harus benar-benar vertical, jangan
sekali-sekali miring ( sama halnya ketika diletakkan pada tiang
penyangga );
7. Mengelap bidang permukaan batu bata dari kelebihan air;
8. Menimbang berat batu bata tersebut ( B gr );
9. Menghitung suction rate ( penghisapan ) batu bata.

V. DAFTAR PUSTAKA

 , 1987, Teknologi Bahan I, PEDC, Bandung

CG 2A
Laporan Praktikum Bahan Bangunan 1

.
DATA PENGUJIAN
SUCTION RATE BATU BATA

Kelompok : 1 Tanggal : 14 Desember 2005


Kelas : 2A Instruktur : Drs. Sutarno
Program Studi : Konstruksi Gedung Pukul : 08.35 WIB

No. Ukuran (dm) Suction


Benda Panjang Lebar A B C Rate
uji CB
A
1 2.4 1.11 2.664 2000 2100 37.538
2 2.39 1.14 2.725 2100 2200 36.697
3 2.36 1.12 2.643 2000 2200 75.672
4 2.35 1.106 2.599 1800 2000 76.953
5 2.39 1.106 2.643 2200 2400 75.672
6 2.42 1.08 2.614 2100 2400 114.767
7 2.41 1.08 2.603 2200 2300 38.417
8 2.45 1.13 2.768 2300 2400 36.417
9 2.35 1.09 2.561 2000 2200 79.020
10 2.44 1.13 2.757 2100 2200 36.271
Suction rate rata-rata (gram/dm2/menit) 60.713

Keterangan A = Luas bidang dasar (dm2)


B = Berat kering (gram)
C = Berat setelah direndam ( gram )

Kesimpulan
Dari pengujian batu bata menghasilkan nilai suction rate rata-rata
60.713 (gram/dm2/menit) sehingga pada saat akan dikerjakan bata
tersebut harus direndam terlebih dahulu agar tidak menyerap air terlalu
banyak.

CG 2A

Anda mungkin juga menyukai