ABSTRAK
QUDSYI AINUL FAWAID. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi sebagai
Substitusi Semen terhadap Kuat Tekan Beton. Dibimbing oleh ERIZAL.
ABSTRACT
QUDSYI AINUL FAWAID. Effect of Cow Dung Additions as Cement
Substitution on Concrete Compressive Strength. Supervised by ERIZAL
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
PRAKATA
Puji dan syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan karunia dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan
Kotoran Sapi sebagai Substitusi Semen terhadap Kuat Tekan Beton” ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa
di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku dosen pembimbing atas saran, arahan, dan
solusi hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr. dan Bapak Tri Sudibyo, ST., MSc selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.
3. Bapak Noorta’in dan Ibu Siti Rufa’iah yang telah mendukung perjalanan
kuliah secara langsung maupun tidak langsung.
4. Mas Wawan dan Mas Haeru yang telah memberikan kepercayaan untuk
menimba ilmu di Waskita Karya.
5. Pengurus BEM TPB 51, BEM Fateta Keluarga Harmonis, BEM Fateta
Kabinet Rangkul Erat, dan BEM KM Kabinet Bara Muda atas
pembelajaran, dedikasi, dan kesabaran selama mengemban amanah dan
tanggung jawab.
6. Angkatan SIL 51 yang telah mempercayakan amanah sebagai Ketua
Angkatan dan memberikan dukungan tanpa henti.
7. Teman sebimbingan, Faqih,Rizka, dan Yudi yang telah membantu
pengerjaan skripsi ini.
8. Imam Fauzi Tanjung, Ilham Billy Nugraha, dan Surya Bagus Mahardika
karena telah menjadi partner dalam menjalankan amanah serta
memberikan pembelajaran selama mengemban amanah.
9. Ariyanto Nugraha, Kays Abdul Fattah, Ridho Aditya, dan Faiz Ahmad
Ghozy yang telah mau menemani dan memberikan kenangan baik suka
maupun duka selama masa perkuliahan.
Masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dan diharapkan
kritik dan saran demi peningkatan kualitas dalam penulisan selanjutnya. Semoga
karya ilmiah ini dapat berguna dan memberi manfaat seperti yang diharapkan.
DAFTAR ISI
PRAKATA i
DAFTAR TABEL iii
vii
DAFTAR GAMBAR iii
vii
DAFTAR LAMPIRAN iii
vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Beton 3
Kotoran Sapi 5
METODE PENELITIAN 6
Waktu dan Tempat 6
Alat dan Bahan 6
Prosedur Penelitian 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil Treatment Material 8
Perencanaan Mix Design 11
Hasil Uji Kuat Tekan 14
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 28
iiivii
i
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persiapan Bahan ................................................................................ 20
Lampiran 2 Penjemuran dan penggorengan kotoran sapi ..................................... 20
Lampiran 3 Treatment agregat kasar dan halus .................................................... 21
Lampiran 4 Pembuatan beton dan uji slump ......................................................... 21
Lampiran 5 Pelepasan beton dari cetakan dan perendaman beton ........................ 22
Lampiran 6 Perataan alas beton dengan caping .................................................... 23
Lampiran 7 Pengujian kuat tekan beton ................................................................ 23
Lampiran 8 Penentuan faktor air semen................................................................ 24
Lampiran 9 Penentuan faktor air semen maksimum dan slump beton ................. 25
Lampiran 10 Kesesuaian kuat tekan beton inovasi terhadap beton rencana ......... 26
Lampiran 11 Persentase agregat kasar dan agregat halus ..................................... 26
Lampiran 12 Rencana mix design beton berdasarkan SNI-03-2834-2000............ 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebuah tradisi unik dilakukan Suku Sasak yaitu, memanfaatkan kotoran sapi
sebagai bahan untuk mengepel lantai dan membersihkan dinding. Namun, bukan
hanya sebagai bahan pembersih saja, mereka juga menggunakan kotoran sapi
sebagai bahan campuran untuk membuat lantai di rumah adat, hal ini dipercaya
dapat digunakan sebagai bahan perekat pengganti semen. Kumar (2015) melakukan
penelitian terkait kandungan kotoran sapi, didapatkan data bahwasanya abu kotoran
sapi memiliki kandungan Silika sebesar 79.22%, suatu bahan yang mengandung
silika tinggi yang bersifat reaktif disebut suatu bahan yang bersifat pozzolanic.
Salah satu sifat dari semen adalah pozzolanic, hal ini dibuktikan dengan adanya
semen tipe pozzolan. Melihat kondisi ini, kotoran sapi menjadi salah satu bahan
alternatif yang memiliki peluang dalam menggantikan semen.
Pada perlombaan National Concrete Competition pada tahun 2017 di
Magelang, dilakukan substitusi kotoran sapi dengan persentase dibawah 5%,
hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kuat tekan beton. Berdasarkan
penelitian serupa yang dilakukan Pavithra (2016) di India, kuat tekan maksimal
beton yang ditambahkan substitusi kotoran sapi adalah beton dengan substitusi abu
kotoran sapi maksimal 10%, oleh karena itu pada penelitian kali ini digunakan
substitusi abu kotoran sapi dengan persentase 5%, 7%, dan 10%.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik, agregat
halus, agregat kasar, dan air dengan/tanpa bahan tambahan yang membentuk massa
padat (BSN 2002). Beton dalam teknik sipil struktur beton digunakan untuk
bangunan pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat cangkang (Mulyono 2003).
Beton hanya membutuhkan sedikit pemeliharaan, selain itu beton tahan terhadap
serangan api, parameter-parameter yang paling penting mempengaruhi kekuatan
beton (Nawy 2013) antara lain:
a. kualitas semen
b. proporsi semen terhadap campuran
c. kekuatan dan kebersihan agregat
d. interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat
e. pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
f. penempatan yang benar, penyelesaian, dan pemadatan beton
g. perawatan beton
h. kandungan klorin tidak melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan 1%
bagi beton yang tidak diekspos
Agregat
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras
dan padat. Agregat didefinisikan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral
padat. Agregat berupa massa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen
4
(a) (b)
Gambar 1 Agregat halus (a) dan agregat kasar (b)
Semen
Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika
dicampur dengan air, semen menjadi pasta. Reaksi kimia akibat waktu dan panas
menyebabkan campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan pasta semen
(Nasution 2008). Salah satu contoh semen yang sering digunakan adalah semen
portland. Surdia dan Saito (1999) menjelaskan bahwa semen Portland terdiri dari
5 tipe yang berbeda yaitu semen penggunaan umum, semen pengeras pada panas
sedang, semen berkekuatan tinggi awal, semen panas rendah, dan semen tahan
sulfat. Selain itu, semen portland adalah bahan perekat dalam campuran beton hasil
5
penghalusan klinker yang senyawa utamanya terdiri dari material calcareous seperti
limestone atau kapur dan material argillaceous, seperti besi oksida, serta silika dan
alumina yang berupa lempung. Semen portland diproduksi dengan membakar
bahan mentah berupa kapur dan lempung pada suhu 1450˚C dalam kiln yang
berputar.
Kotoran Sapi
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Pembuatan Sampel
Pembuatan beton harus diawali dengan penyusunan persentase masing-
masing material penyusun beton. Penyusunan persentase material beton (mix
7
design) bisa ditentukan dengan berbagai macam metode. Pada penelitian ini
digunakan metode pada SNI 03-2834-2000 (BSN 2000). Perhitungan mix design
akan menjadi faktor utama dalam penentuan kuat tekan beton, sehingga
perhitungan mix design dilaksanakan minimal 3 kali pengulangan. Besaran
subtitusi kotoran sapi terhadap semen ialah 0%, 5%, 7%, dan 10%. Sampel yang
digunakan berbentuk silinder. Total sampel yang akan dibuat sebanyak 36 buah,
dan beton sampel akan diuji tekan selama periode 7, 14, dan 28 hari.
Analisis Data
Data yang didapatkan pada uji tekan akan dicatat dan diolah menggunakan
metode statistika uji F dan uji Duncan. Uji F merupakan uji serentak atau uji model
8
yaitu uji untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu persentase semen dan kotoran
sapi terhadap variabel terikat yaitu kuat tekan serta berdasarkan kelompok hari (7,
14, dan 28 hari).
Selain itu uji F digunakan juga untuk menguji model regresi, apakah
signifikan atau non signifikan. Uji Duncan digunakan sebagai uji lanjutan untuk
mengetahui perbedaan di antara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa
memperhatikan jumlah perlakuan.
Kotoran Sapi
Kotoran sapi sebagai bahan substitusi semen tidak dapat digunakan tanpa
melalui perlakuan khusus. Hal ini disebabkan kotoran sapi memiliki kadar organik
9
yang tinggi, sehingga kotoran sapi tanpa treatment akan mengambang dan
menimbulkan pori-pori kosong pada beton. Treatment ini bertujuan
menyeragamkan karakteristik kotoran sapi dengan karakteristik semen, khususnya
dalam ukurannya. Penyesuaian ukuran tersebut membutuhkan abu dari kotoran sapi
yang memiliki ukuran sesuai dengan semen.
Kotoran sapi yang masih basah dikeringkan di bawah sinar matahari selama
1x24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada kotoran sapi
basah. Pada percobaan digunakan sampel sebesar 123 kg kotoran sapi basah.
Setelah fase penjemuran kotoran sapi yang memiliki bobot 123 kg berkurang
bobotnya sebesar 34 kg, sehingga berat kotoran sapi kering sebesar 89 kg. Kotoran
sapi kering ini selanjutnya disangrai hingga berwarna hitam dan menjadi abu.
Kemudian kotoran sapi yang telah menjadi abu ini didiamkan selama 1 jam hingga
suhunya berada pada suhu normal. Kotoran sapi yang telah menjadi abu ini
ditimbang dan beratnya sebesar 120 gr. Apabila dilihat berdasarkan perbandingan
abu yang didapat, maka berat abu kotoran sapi yang diperoleh 0.13% dari berat
kotoran sapi kering.
Agregat Halus
Uji agregat menjadi salah satu kunci untuk mengetahui secara tepat berapa
besaran kebutuhan material dalam perencanaan beton. Kesalahan terbesar dalam
pembuatan beton adalah kurang memperhatikan karakteristik agregat halus dan
kasar penyusun beton. Pada penelitian kali ini digunakan sample agregat halus yaitu
pasir Galunggung. Meletusnya Gunung Galunggung tahun 1982, mengakibatkan
menumpuknya material pasir di sekelilingnya dan dapat membahayakan penduduk
yang bermukim di sekitarnya, terutama pada musim hujan, sehingga perlu
dilakukan usaha untuk penanggulangannya.
Pemerintah menginstruksikan agar material tersebut dipindahkan, dan jika
mungkin digunakan sebagai bahan konstruksi. Instruksi ini mengakibatkan pasir
Galunggung menjadi salah satu material yang digunakan dalam campuran material
penelitian kali ini. Kondisi pasir ini harus dalam posisi SSD (saturated surface dry)
atau kering permukaan, hal ini dikarenakan pada kondisi nyata pasir yang berada di
alam akan kering pada permukaannya, sedangkan pasir yang berada di dalam tidak
langsung terkena cahaya matahari, sehingga diasumsikan masih basah. Kondisi
pasir yang basah, untuk mencapai kondisi SSD secara alami adalah dengan cara
menjemur pasir di bawah cahaya matahari secara langsung, sedangkan untuk
kondisi pasir yang kering, untuk mencapai kondisi SSD adalah dengan cara
menyiramkan sedikit air secara merata. Berdasarkan hasil uji lab yang dilakukan,
perhitungan berat jenis SSD (saturated surface dry), penyerapan, dan kadar air
pasir Galunggung. Berat jenis kering permukaan yang didapat sebesar 2.62,
penyerapan air sebesar 0.58%, dan kadar air sebesar 1.3%.
Selain itu treatment yang dilakukan pada agregat adalah meganalisa
saringan, analisa saringan merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui
10
gradasi dari agregat kasar dan agregat halus yang digunakan dalam pencampuran
beton. Analisa saringan tersebut digunakan untuk menentukan persentase dan
proporsi masing-masing agregat dalam membuat beton. Data hasil uji analisa
saringan agregat halus disajikan pada Tabel 1
Kumulatif
Ukuran Ayakan (mm) Berat Tertahan Tertahan Ayakan Lolos Ayakan
(g) (%) (%)
9.5 0 0.00 100.00
4.75 0 0.00 100.00
2.36 32.24 3.22 96.78
1.18 99.75 9.98 90.03
0.6 318.57 31.86 68.14
0.3 776.78 77.68 22.32
0.15 976.5 97.65 2.35
0.075 1000 100.00 0.00
PAN 1000 100 0
100
90
80
70
Lolos ayakan (%)
60 Batas Bawah
50 Batas Atas
40 Hasil Tes
30
20
10
0
0.075 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Ukuran Ayakan (mm)
Agregat Kasar
Penelitian kali ini juga menggunakan agregat kasar, digunakan sampel
agregat kasar yaitu kerikil Rumpin. Kerikil Rumpin pertama kali dibuka lahannya
pada tahun 2011, nama kerikil Rumpin disebabkan sumber asal kerikil ini adalah
Desa Ciseeng, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Tabel 2 Hasil uji agregat kasar
Kumulatif
Ukuran Ayakan (mm) Berat Tertahan Tertahan Ayakan Lolos Ayakan
(g) (%) (%)
37.5 0 0 100
25.0 0 0 100
19 216.0 21.60 78.40
12.5 597.2 59.72 40.28
9.5 992.7 99.27 0.73
4.75 999.0 99.90 0.10
2.36 999.5 99.95 0.05
PAN 1000 100 0
Kondisi kerikil ini harus dalam posisi SSD (saturated surface dry) atau
kering permukaan, hal ini dikarenakan pada kondisi nyata kerikil yang berada di
alam akan kering pada permukaannya, sedangkan pasir yang berada di dalam tidak
langsung terkena cahaya matahari, sehingga diasumsikan masih basah. Kondisi
kerikil yang basah, untuk mencapai kondisi SSD secara alami adalah dengan cara
menjemur kerikil di bawah cahaya matahari secara langsung, jika jumlah kerikilnya
tidak terlalu banyak treatment yang dilakukan bisa dengan cara mengelap
permukaan permukaan kerikil dengan kain kering. Kondisi kerikil yang kering,
untuk mencapai kondisi SSD adalah dengan cara menyiramkan sedikit air secara
merata. Berdasarkan hasil uji lab yang dilakukan perhitungan berat jenis SSD
(saturated surface dry), penyerapan, dan kadar air kerikil Rumpin. Berat jenis
kering permukaan yang didapat sebesar 2.456, penyerapan air sebesar 3.18%, kadar
air sebesar 3%, data hasil uji saringan kerikil disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkani hasil uji analisa saringan diatas, didapatkan nilai Fineness
Modulus (FM) atau biasa disebut sebagai modulus kehalusan sebesar 7.805. Hasil
uji analisis saringan juga diketahui apabila kerikil Rumpin paling mendekati grafik
analisa saringan ukuran maximum 40 mm, namun ada 3 ukuran ayakan yaitu 9.5
mm, 19 mm, dan 25 mm yang melewati batas atas atau batas bawah grafik ukuran
maximum 40 mm.
rencana yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 20,75 MPa (mutu K-250).
Besarnya deviasi pembiasan untuk data yang belum pernah dilakukan percobaan
sebelumnya adalah 7 MPa, sehingga kuat tekan rata-rata rencana adalah 32,23 MPa.
Semen yang digunakan adalah semen portland indocement tipe 1 . Jenis agregat
yang digunakan adalah pasir alami dan batu pecah. Faktor air semen (FAS)
didapatkan dari grafik hubungan antara kuat tekan beton dengan faktor air semen,
dan didapatkan nilai FAS sebesar 0.47. Berdasarkan persyaratan jumlah semen
minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagai macam pembetonan
dalam lingkup khusus, nilai FAS untuk beton yang ditempatkan di dalam ruang
bangunan dan keadaan sekeliling non korosif, maksimum sebesar 0.6. Slump yang
direncanakan adalah sebesar 10 ± 2 cm, karena slump 10 ± 2 cm umum digunakan
seperti pembuatan balok, kolom, dan struktur atas lainnya.
100
90
80
70
Lolos ayakan (%)
60 Batas Atas
50 Batas Bawah
40 Hasil Tes
30
20
10
0
0.3 1.18 2.36 4.75 9.5 12.5 19 25 37.5 50
Ukuran ayakan (mm)
Gambar 7 Distribusi gradasi kerikil Rumpin
Data hasil uji saringan kerikil digunakan untuk mendapatkan nilai Wh dan
Wk. Nilai Wh dan Wk berturut-turut yang didapat adalah 175 dan 205 kg/m³. Nilai
kadar air bebas yang didapatkan berdasarkan perhitungan adalah 185 kg/m³.
Berdasarkan uji ayak, ukuran agregat maksimum adalah 40 mm, selain itu jumlah
semen dapat dihitung dengan membagi nilai kadar air bebas dengan nilai faktor air
semen maksimum sehingga didapatkan nilai jumlah semen sebesar 393.6 kg/m³.
Data hasil analisa saringan agregat halus dan kasar yang ada digunakan
untuk menentukan persen pasir terhadap total agregat menggunakan grafik
gabungan gradasi untuk butir ukuran maksimum sebesar 40 mm. Persentase diambil
berdasarkan distribusi agregat campuran yang paling mendekati batas distribusi
area gradasi paling atas atau paling kasar. Distribusi dari penggabungan agregat
kasar dan halus menujukan kandungan pasir sebesar 33% adalah paling mendekati
batas atas. Dengan demikian persentase pasir terhadap kadar total agregat adalah
sebesar 33%.
13
100
90
80
70
Lolos ayakan (%)
60
50
40
30
20
10
0
0 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5 19 37.5
Ukuran ayakan (mm)
Sangat Kasar Kasar Sedang Halus Agregat Campuran
Agregat Agregat
No Material Air Semen Halus Kasar Kotoran
(kg) (kg) (kg) (kg) Sapi (kg)
2 Jumlah
Persilinder 1.00 1.8 3.18 6.46 0.108
3 Jumlah
36 Silinder 35.93 64.80 114.44 232.44 3.89
14
Uji Tekan
Hari Kotoran Sapi Uji Tekan 1 Uji Tekan 2 Uji Tekan 3 Rata-rata
ke- (%) (KN) (KN) (KN) (KN)
0 16 16.1 10.9 14.33
7
5 8.6 9.8 9.4 9.27
0
7 16.2 15.3 12.3 14.60
0
10 19.4 12.7 10.3 14.13
0 14.9 17.4 10 14.10
14
5 15.4 16.5 16.3 16.07
7 10.9 14.1 11.2 12.07
10 16.1 15.6 17.2 16.30
0 30.4 22.5 19.6 24.17
28
5 18.9 19.6 16.4 18.30
7 15.3 17.6 17.1 16.67
10 14.1 12.1 15.1 13.77
stagnan pada usia ke 28 hari. Kondisi kuat tekan beton yang fluktuasi ini tergolong
tidak normal apabila mengacu pada teori yang berkembang, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya adalah salahnya pengadukan semen, proses perendaman
yang tidak merata, hingga salahnya mix design rencana.
Data pada Tabel 4 menunjukkan kuat tekan kontrol jauh lebih besar
dibandingkan kuat tekan beton yang menggunakan campuran kotoran sapi. Beton
dengan campuran kotoran sapi yang memiliki kuat tekan terbaik berturut turut
adalah beton dengan campuran kotoran sapi sebesar 5%, 7%, dan 10%.
Penambahan kotoran sapi menunjukkan penurunan kuat tekan dari beton uji. Hal
ini disebabkan kotoran sapi memiliki tingkat penyerapan air yang lebih tinggi
dibandingkan semen normal. Berdasarkan target, rencana kuat tekan beton dengan
campuran kotoran sapi sebesar 5% memiliki peluang sebagai subtitusi semen. Hasil
lesesuaian target hingga 88% menunjukkan bahwa penggunaan subtitusi kotoran
sapi sebesar 5% adalah subtitusi teroptimal dalam penelitian ini.
30
25
Kuat Tekan (KN)
20
15
10
0
7 14 28
0% 14.33 14.1 24.17
5% 9.27 16.07 18.3
7% 14.6 12.07 16.67
10% 14.13 16.3 13.77
Hari
Pengaruh penambahan kotoran sapi terhadap kuat tekan beton perlu diuji
melalu Uji F dan Uji Duncan, hal ini diharapkan diketahuinya pengaruh positif dari
penambahan kotoran sapi. Data hasil uji yang telah dirapihkan diuji menggunakan
aplikasi minitab, aplikasi minitab berfungsi untuk melihat secara langsung apakah
rancangan percobaan data perubahan persentase kotoran sapi berimplikasi terhadap
kuat tekan beton. Berdasarkan hasil uji aplikasi minitab didapatkan besaran P-Value
sebesar 0.348. Mengacu kepada teori dasar uji t, disebutkan apabila P Value lebih
kecil dibandingkan P Acuan yaitu sebesar 0.05 maka tak tolak H0. H0 merupakan
kondisi dimana konsentrasi kotoran sapi tidak berpengaruh terhadap kuat tekan.
Selain berdasarkan teori, tolak H0 juga berlaku jika F-hitung lebih besar dari F-
tabel, pada penelitian kali F hitung sebesar 1.14 dan F tabel sebesar 2.9 sehingga
dapat ditarik kesimpulan berdasarkan Uji F penambahan kotoran sapi tidak
16
memiliki pengaruh signifikan terhadap kuat tekan, kondisi ini menyebabkan tidak
diperlukannya uji lanjut (Uji Duncan).
Simpulan
1. Besar kuat tekan beton dengan subtitusi kotoran sapi sebesar 5%,7%, dan
10% pada hari ke-28 berturut turut adalah 18.3 kN,16.67 kN, dan 13.77 kN.
2. Komposisi subtitusi kotoran sapi teroptimal adalah 5%, karena mencapai
kuat tekan sebesar 88% dari kuat tekan beton rencana.
3. Penambahan kotoran sapi dengan besaran 5%, 7%, dan 10% sebagai
subtitusi semen tidak memiliki pengaruh positif terhadap kuat tekan beton
rencana.
Saran
Beberapa saran yang diberikan jika akan diadakan penelitian tahap lanjut
ataupun penelitian terkait adalah:
DAFTAR PUSTAKA
[AI] The Asphalt Institute. 1993. Mix Design Methods for Aphalt Concrete and
other Hot Mix Types. Sixth Edition. Lexington (US): Asphalt Institute.
Anisha GK, Sruthi G. Sruthy B, Gibi MM. 2017. An experimental investigation on
strength of concrete made with cow dung ash and gals fibre. International
Journal of Engineering Research & Technology. 6(3):2278-0181
18
Pavan K, Raju P. 2012. Incorporation of cow dung ash to mortar and concrete.
International Journal of Engineering Research and Applications. 2(3):580-
585)
Pavithra V. 2016. An experimental investigation on concrete by using soil and cow
dung ash as a partial replacement of fine aggregate and cement.
International Journal in Engineering Science and Technology. 2348-8352
Sahidu S. 1983. Kotoran sebagai Sumber Energi. Jakarta (ID) : Dewaruci Press
Shalini A, Prem V, Dahiya RP. 2006. Application of a system dynamics approach
for assessment and mitigation of CO2 emission from cement industry.
Journal of Environmental Management. 79:383-398.
Smith LN, Wheeler WE. 1979. Nutritional and economic value of animal excretal.
J of Animal Science. 48:3-7.
Sukirman S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta(ID): Granit.
Surdia T, Saito S. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta (ID): Pradnya
Paramita.
20
Kesesuaian dengan
Persentase Kuat
Hari Target
(%) Tekan(KN)
(%)
0 7 14.33 69.06
14 14.1 67.95
28 24.17 116.48
5 7 9.27 44.67
14 16.07 77.45
28 18.3 88.19
7 7 14.6 70.36
14 12.07 58.17
28 16.67 80.34
10 7 14.13 68.10
14 16.3 78.55
28 13.77 66.36
27
28
28
24
RIWAYAT HIDUP