Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN SAPI

SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN TERHADAP


KUAT TEKAN BETON

QUDSYI AINUL FAWAID

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penambahan


Kotoran Sapi sebagai Substitusi Semen terhadap Kuat Tekan Beton adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2018

Qudsyi Ainul Fawaid


NIM F44140081
ii

ABSTRAK
QUDSYI AINUL FAWAID. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi sebagai
Substitusi Semen terhadap Kuat Tekan Beton. Dibimbing oleh ERIZAL.

Beton secara umum digunakan sebagai material utama dalam


pembangunan. Semen menjadi salah satu komponen terpenting dalam pembuatan
beton. Produksi semen merusak lingkungan karena adanya emisi gas polutan pada
proses produksi semen, seperti CO₂ dan NO. Limbah peternakan adalah hasil
buangan usaha peternakan yang bersifat tidak ramah lingkungan, salah satunya
adalah kotoran sapi. Abu kotoran sapi diperoleh dari hasil pembakaran kotoran sapi.
Penelitian ini bertujuan menghitung besarnya nilai kuat tekan beton dengan
penambahan kotoran sapi, menganalisis komposisi kotoran sapi teroptimal, dan
mengetahui pengaruh substitusi kotoran sapi. Material yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kerikil, pasir, semen, kotoran sapi, dan air. Jumlah dari abu
kotoran sapi dalam mensubtitusi semen adalah sebesar 0%, 5%, 7%, dan 10%.
Sampel yang digunakan adalah silinder beton 15x30 cm sebanyak 36 buah. Sampel
beton di uji pada rentang waktu 7, 14, 28 hari. Komposisi substitusi kotoran sapi
teroptimal adalah 5% dan nilai kuat tekan beton pada hari ke 28 sebesar 18.3 KN.
Nilai kuat tekan dengan komposisi ini mencapai 88% dari kuat tekan beton rencana.

Keywords: beton, lingkungan, kotoran sapi, kuat tekan, semen

ABSTRACT
QUDSYI AINUL FAWAID. Effect of Cow Dung Additions as Cement
Substitution on Concrete Compressive Strength. Supervised by ERIZAL

. Concrete is widely used as a principal material in construction. Cement is


one of the most important components in making concrete. Cement production
destroys the environment, because of pollutant gases emission in the cement
production processes such as CO₂ and NO. Animal farm waste is the result of
livestock business waste which is harmful to the environment, including cow dung.
Cow dung ash were obtained by burning cow dung. This research aimed to calculate
the value of compressive strength of concrete by adding cow dung, to analyze the
optimal composition of cow dung, and to know the effect of cow dung substitution.
Materials used in this research are gravel, sand, cement, cow dung, and water. The
amount of cow dung ash substituted on cement were 0%, 5%, 7%, and 10%. The
sample used was a concrete cylinder 15x30 cm with a total of 36 cylinders. The
concrete sample were tested during the period of 7, 14, 28 days. The optimal
composition of cow dung is 5%, and had a value of concrete compressive strength
on 28th day of 18.3 KN. The value of compressive strength of this composition was
88% of concrete compressive strength planned.

Keywords: cement, compressive strength, concrete, cow dung, environment


iii

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN SAPI


SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN TERHADAP
KUAT TEKAN BETON

QUDSYI AINUL FAWAID

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
iv
vi

PRAKATA

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan karunia dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan
Kotoran Sapi sebagai Substitusi Semen terhadap Kuat Tekan Beton” ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa
di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku dosen pembimbing atas saran, arahan, dan
solusi hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr. dan Bapak Tri Sudibyo, ST., MSc selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.
3. Bapak Noorta’in dan Ibu Siti Rufa’iah yang telah mendukung perjalanan
kuliah secara langsung maupun tidak langsung.
4. Mas Wawan dan Mas Haeru yang telah memberikan kepercayaan untuk
menimba ilmu di Waskita Karya.
5. Pengurus BEM TPB 51, BEM Fateta Keluarga Harmonis, BEM Fateta
Kabinet Rangkul Erat, dan BEM KM Kabinet Bara Muda atas
pembelajaran, dedikasi, dan kesabaran selama mengemban amanah dan
tanggung jawab.
6. Angkatan SIL 51 yang telah mempercayakan amanah sebagai Ketua
Angkatan dan memberikan dukungan tanpa henti.
7. Teman sebimbingan, Faqih,Rizka, dan Yudi yang telah membantu
pengerjaan skripsi ini.
8. Imam Fauzi Tanjung, Ilham Billy Nugraha, dan Surya Bagus Mahardika
karena telah menjadi partner dalam menjalankan amanah serta
memberikan pembelajaran selama mengemban amanah.
9. Ariyanto Nugraha, Kays Abdul Fattah, Ridho Aditya, dan Faiz Ahmad
Ghozy yang telah mau menemani dan memberikan kenangan baik suka
maupun duka selama masa perkuliahan.
Masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dan diharapkan
kritik dan saran demi peningkatan kualitas dalam penulisan selanjutnya. Semoga
karya ilmiah ini dapat berguna dan memberi manfaat seperti yang diharapkan.

Bogor, Desember 2018

Qudsyi Ainul Fawaid


vi ii

DAFTAR ISI

PRAKATA i
DAFTAR TABEL iii
vii
DAFTAR GAMBAR iii
vii
DAFTAR LAMPIRAN iii
vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Beton 3
Kotoran Sapi 5
METODE PENELITIAN 6
Waktu dan Tempat 6
Alat dan Bahan 6
Prosedur Penelitian 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil Treatment Material 8
Perencanaan Mix Design 11
Hasil Uji Kuat Tekan 14
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 28
iiivii
i

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil uji agregat halus .............................................................................. 10


Tabel 2 Hasil uji agregat kasar .............................................................................. 11
Tabel 3 Proporsi material penyusun beton ............................................................ 13
Tabel 4 Uji kuat tekan beton ................................................................................. 14
Tabel 5 Biaya pembuatan beton normal................................................................ 16
Tabel 6 Biaya pembuatan beton inovasi ............................................................... 16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Agregat halus (a) dan agregat kasar (b) ................................................ 4


Gambar 2 Kotoran sapi yang dikeringkan ............................................................. 5
Gambar 3 Pembuatan sampel uji............................................................................ 7
Gambar 4 Universal testing machine ..................................................................... 7
Gambar 5 Tahapan penelitian ................................................................................ 8
Gambar 6 Distribusi gradasi pasir Galunggung ................................................... 10
Gambar 7 Distribusi gradasi kerikil Rumpin ....................................................... 12
Gambar 8 Gradasi campuran ukuran maximum 40 mm ...................................... 13
Gambar 9 Hasil uji tekan beton ............................................................................ 15
Gambar 10 Hasil uji menggunakan aplikasi minitab ............................................ 16

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persiapan Bahan ................................................................................ 20
Lampiran 2 Penjemuran dan penggorengan kotoran sapi ..................................... 20
Lampiran 3 Treatment agregat kasar dan halus .................................................... 21
Lampiran 4 Pembuatan beton dan uji slump ......................................................... 21
Lampiran 5 Pelepasan beton dari cetakan dan perendaman beton ........................ 22
Lampiran 6 Perataan alas beton dengan caping .................................................... 23
Lampiran 7 Pengujian kuat tekan beton ................................................................ 23
Lampiran 8 Penentuan faktor air semen................................................................ 24
Lampiran 9 Penentuan faktor air semen maksimum dan slump beton ................. 25
Lampiran 10 Kesesuaian kuat tekan beton inovasi terhadap beton rencana ......... 26
Lampiran 11 Persentase agregat kasar dan agregat halus ..................................... 26
Lampiran 12 Rencana mix design beton berdasarkan SNI-03-2834-2000............ 27
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di Indonesia terus


mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan dan kebutuhan
masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur yang semakin maju, seperti
pembangunan jembatan, tower, gedung bertingkat tinggi, dan sebagainya. Beton
digunakan secara luas sebagai material dalam pembangunan, semenjak tahun 1990
produksi semen untuk pembuatan beton sudah berkembang (Dhaka dan Roy 2015).
Pada faktanya, beton diterima oleh seluruh kalangan sebagai bahan material
infrastuktur modern dan industri (Karim et al. 2011). Perencanaan fasilitas
demikian mengarah kepada digunakannya beton sebagai material utama yang
mempertimbangkan kekuatan, keawetan (durability), kemudahan (workability),
dan efisiensi. Selain itu, faktor ramah lingkungan dan ekonomis juga perlu
diperhatikan (Asroni 2010).
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi,
tetapi kekuatan tariknya relatif rendah (Budiadi 2008). Beton jika dibandingkan
dengan bahan konstruksi lain, seperti baja atau kayu, beton mempunyai beberapa
keunggulan, seperti kuat tekan yang besar, mudah dibentuk, tahan terhadap api,
tidak memerlukan keahlian khusus dalam pembuatannya, tidak memerlukan
perawatan khusus dalam pemakaiannya, dan material pembentuknya mudah
didapat di alam (Nugraha dan Antoni 2007).
Semen merupakan faktor utama dalam pembuatan beton. Proses produksi
semen menyebabkan terjadi pelepasan karbon dioksida (CO₂) yang merupakan
kontributor utama pada emisi gas rumah kaca di atmosfer. Gas ini juga
mengakibatkan penipisan lapisan ozon dan pemanasan global (Shalini et al. 2006).
Produksi semen merusak lingkungan, hal ini berasal dari emisi gas polutan dalam
proses produksi semen seperti CO₂ dan NO (Anisha et al. 2017). Kondisi ini
menyebabkan dibutuhkannya material pengganti semen dalam pembuatan beton,
serta menggunakan berbagai macam upaya, diantaranya dengan membuat inovasi
produk dari limbah. Penelitian terhadap penggunaan produk limbah dari aktivitas
pertanian menjadi salah satu perhatian khusus dari sudut pandang lingkungan.
Industri beton hari ini adalah industri yang mengkonsumsi sumberdaya alam
paling besar, diantaranya air, pasir, kerikil, dan batu pecah. Kondisi ini menjadi
alasan bahwasanya beton yang hijau dan berkelanjutan menjadi topik utama dalam
industi beton seluruh dunia (Pavan dan Raju 2012). Pada saat ini, masalah
lingkungan bukan hanya urusan pabrik kimia, tekstil, dan usaha manufaktur,
melainkan industri peternakan.
Hasil sampingan ternak berupa limbah dari usaha yang semakin intensif dan
skala usaha besar akan menimbulkan masalah yang kompleks. Selain baunya yang
tidak sedap, keberadaannya juga mencemari lingkungan, mengganggu
pemandangan, dan bisa menjadi sumber penyakit. Penggunaan limbah peternakan
berupa kotoran sapi dalam pembuatan beton dapat menjadi salah satu alternatif
dalam memecahkan permasalahan tingginya tingkat pencemaran lingkungan.
Inovasi pembuatan beton ramah lingkungan dilaksanakan dengan melakukan
substitusi semen dengan kotoran sapi.
2

Sebuah tradisi unik dilakukan Suku Sasak yaitu, memanfaatkan kotoran sapi
sebagai bahan untuk mengepel lantai dan membersihkan dinding. Namun, bukan
hanya sebagai bahan pembersih saja, mereka juga menggunakan kotoran sapi
sebagai bahan campuran untuk membuat lantai di rumah adat, hal ini dipercaya
dapat digunakan sebagai bahan perekat pengganti semen. Kumar (2015) melakukan
penelitian terkait kandungan kotoran sapi, didapatkan data bahwasanya abu kotoran
sapi memiliki kandungan Silika sebesar 79.22%, suatu bahan yang mengandung
silika tinggi yang bersifat reaktif disebut suatu bahan yang bersifat pozzolanic.
Salah satu sifat dari semen adalah pozzolanic, hal ini dibuktikan dengan adanya
semen tipe pozzolan. Melihat kondisi ini, kotoran sapi menjadi salah satu bahan
alternatif yang memiliki peluang dalam menggantikan semen.
Pada perlombaan National Concrete Competition pada tahun 2017 di
Magelang, dilakukan substitusi kotoran sapi dengan persentase dibawah 5%,
hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kuat tekan beton. Berdasarkan
penelitian serupa yang dilakukan Pavithra (2016) di India, kuat tekan maksimal
beton yang ditambahkan substitusi kotoran sapi adalah beton dengan substitusi abu
kotoran sapi maksimal 10%, oleh karena itu pada penelitian kali ini digunakan
substitusi abu kotoran sapi dengan persentase 5%, 7%, dan 10%.

Perumusan Masalah

Penggunaan kotoran sapi sebagai substitusi dari semen dalam pembuatan


beton masih dapat dikatakan baru dan masih sangat jarang terdengar. Oleh karena
itu, diperlukan suatu pengujian untuk mengetahui kondisi yang dibutuhkan serta
dihasilkan oleh beton dengan kotoran sapi sebelum diaplikasikan. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar hasil uji tekan yang dihasilkan dengan komposisi substitusi
kotoran sapi terhadap semen sebesar 5%, 7%, dan 10%?
2. Bagaimana hubungan antara beton yang telah dicampur dengan kotoran sapi
dengan beton normal?
3. Berapa besarnya nilai kuat tekan yang dihasilkan oleh beton yang ditambahkan
kotoran sapi sebagai subtitusi semen?
4. Mengapa harus digunakan kotoran sapi sebagai subtitusi dari semen?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:


1. Menghitung besarnya nilai kuat tekan beton dengan penambahan kotoran sapi
sebagai substitusi semen.
2. Menganalisis komposisi kotoran sapi teroptimal untuk menghasilkan kekuatan
beton secara maksimal.
3. Mengetahui pengaruh substitusi semen dengan kotoran sapi.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk mengetahui


bahan alternatif pengganti semen. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat
mengatasi masalah lingkungan, terutama limbah peternakan, yaitu kotoran sapi.
3

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini:


1. Beton yang akan diuji menggunakan proporsi sesuai dengan ketentuan untuk
mutu beton K-250.
2. Variabel bebas dalam penelitian ini proporsi kotoran sapi yang disubstitusi
dengan semen. Proporsi yang dipakai yaitu 0%, 5%, 7%, dan 10% dari jumlah
semen.
3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sifat mekanik beton yaitu kuat tekan
beton.
4. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah beton yang tidak disubstitusi
kotoran sapi.
5. Pengujian kuat tekan dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28.

TINJAUAN PUSTAKA

Beton

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik, agregat
halus, agregat kasar, dan air dengan/tanpa bahan tambahan yang membentuk massa
padat (BSN 2002). Beton dalam teknik sipil struktur beton digunakan untuk
bangunan pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat cangkang (Mulyono 2003).
Beton hanya membutuhkan sedikit pemeliharaan, selain itu beton tahan terhadap
serangan api, parameter-parameter yang paling penting mempengaruhi kekuatan
beton (Nawy 2013) antara lain:
a. kualitas semen
b. proporsi semen terhadap campuran
c. kekuatan dan kebersihan agregat
d. interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat
e. pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
f. penempatan yang benar, penyelesaian, dan pemadatan beton
g. perawatan beton
h. kandungan klorin tidak melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan 1%
bagi beton yang tidak diekspos

Material Penyusun Beton


Beton adalah campuran dari semen, air, agregat, dan suatu bahan tambahan
(Budiadi 2008). Sifat akan beton dapat berubah berdasarkan materi yang digunakan
dan perbandingan material yang digunakan (Surdia dan Saito 1999). Campuran
bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan
rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis.

Agregat
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras
dan padat. Agregat didefinisikan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral
padat. Agregat berupa massa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen
4

(Djanasudirja 1984), selain itu agregat merupakan bahan pengisi beton.


Berdasarkan ukuran butirnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat
halus, dan bahan pengisi (filler) (Sukirman 2003). Agregat halus adalah pasir dan
telah lolos ayakan 4.75 mm (Pavithra 2016). Agregat halus harus mempunyai
gradasi (distribusi ukuran) sedemikian rupa, sehingga rongga-rongga antar agregat
pada beton mencapai titik minimum. Agregat kasar adalah batu kerikil atau batu
pecah yang memiliki ukuran diantara 4.75 mm hingga 40 mm. Agregat kasar
biasanya mendominasi komposisi bahan dasar beton dan berlaku sebagai kuat tekan
utama dalam beton. Batasan dan masing-masing agregat ini seringkali berbeda,
sesuai dengan institusi yang menentukan.
The Asphalt Institute (AI 1993) membedakan agregat menjadi:
 Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan
No. 8 (=2.36 mm)
 Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari
saringan No. 8 (=2.36 mm)
 Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos
saringan No. 30 (=0.60 mm)
sedangkan berdasarkan klasifikasi Bina Marga, dibedakan menjadi:
 Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari
saringan No. 4 (=4.75 mm)
 Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari
saringan No. 4 (=4.75 mm)
 Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum
75% lolos saringan No. 200 (=0.075 mm)

(a) (b)
Gambar 1 Agregat halus (a) dan agregat kasar (b)

Semen
Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika
dicampur dengan air, semen menjadi pasta. Reaksi kimia akibat waktu dan panas
menyebabkan campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan pasta semen
(Nasution 2008). Salah satu contoh semen yang sering digunakan adalah semen
portland. Surdia dan Saito (1999) menjelaskan bahwa semen Portland terdiri dari
5 tipe yang berbeda yaitu semen penggunaan umum, semen pengeras pada panas
sedang, semen berkekuatan tinggi awal, semen panas rendah, dan semen tahan
sulfat. Selain itu, semen portland adalah bahan perekat dalam campuran beton hasil
5

penghalusan klinker yang senyawa utamanya terdiri dari material calcareous seperti
limestone atau kapur dan material argillaceous, seperti besi oksida, serta silika dan
alumina yang berupa lempung. Semen portland diproduksi dengan membakar
bahan mentah berupa kapur dan lempung pada suhu 1450˚C dalam kiln yang
berputar.

Kotoran Sapi

Limbah peternakan adalah hasil buangan dari proses pengolahan usaha


peternakan atau hasil buangan proses metabolisme yang bersifat tidak ramah
lingkungan. Peternakan kecil maupun peternakan besar selalu menghasilkan limbah
yang berupa limbah cair (air cucian ternak dan air cucian kandang), limbah padat
(tinja atau kotoran ternak), dan limbah gas. Menurut Harpasis (1980) yang
dimaksud dengan tinja adalah hasil buangan metabolisme yang telah bercampur
dengan urin dan air bilas. Sahidu (1983) mengemukakan hasil pengamatan
beberapa penelitian bahwa rata-rata satu ekor sapi menghasilkan kotoran sebanyak
27 kg/ekor/hari. Martinez et al. (2009) menyatakan bahwa, dampak lingkungan dari
usaha peternakan dapat berupa pencemaran tanah, air dan udara yang berpotensi
mengganggu kesehatan ternak itu sendiri dan manusia.
Bahan pozolan adalah bahan alami atau bahan tiruan yang mengandung
silika tinggi yang bersifat reaktif (Ilham 2005). Menurut standar ASTM C 618-94a
(1993), pozolan ialah bahan yang mempunyai silika atau silika alumina. Silika
memiliki sedikit atau tidak ada sifat semen, tetapi apabila dalam bentuk butiran
halus dan terdapat kelembaban, bahan ini dapat bereaksi secara kimia dengan
Ca(OH)² pada suhu biasa, untuk membentuk senyawa bersifat semen. Abu kotoran
sapi merupakan limbah yang diperoleh dari hasil pembakaran kotoran sapi. Abu
kotoran sapi merupakan material yang bersifat pozzolanic, abu kotoran sapi
memiliki kadar silika sebesar 79.22% (Kumar et al. 2015).
Abu kotoran sapi dengan persentase di atas 10% tidak sesuai untuk produksi
beton karena semakin tinggi abu kotoran sapi semakin kecil kuat tekan nya
(Ojedokun et al. 2014). Abu kotoran sapi diperoleh dari kotoran sapi yang
dikeringkan oleh sinar matahari dan dibakar hingga menghitam. Kotoran sapi ini
berukuran besar dan kaya akan kandungan nitrogen, kalium, fosfor, dan kalsium
(Smith dan Wheeler 1979).

Gambar 2 Kotoran sapi yang dikeringkan


6

Data mengenai penambahan kotoran sapi akan diuji apakah memiliki


pengaruh positif atau negatif terhadap kuat tekan beton. Pengaruh ini akan di uji
menggunakan uji F, secara umum uji F membandingkan semua perlakuan tidak
berpengaruh terhadap respon (hipotesis nol) dengan paling sedikit ada 1 pengaruh
(hipotesis alternative) (Arnata et al. 2011). Menurut Mattjik dan Sumertajaya
(2000), jika dalam kesimpulan uji pengaruh yang diambil H0 ditolak atau H1
diterima, maka selanjutnya dilakukan uji pembandingan berganda (uji lanjut) untuk
menentukan perlakuan mana yang menyebabkan H0 ditolak. Salah satu uji lanjut
yang sering digunakan yaitu Duncan Multiple Range Test atau uji perbandingan
berganda Duncan (Hartati dan Wuryandari 2013).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2018. Penelitian dilakukan di


Laboratorium Struktur, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Pertanian Bogor, di Kampus IPB Dramaga, Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah universal testing


machine, bekisting silinder, saringan ayakan, kompor, sekop, shaker, molen, labu
ukur, dan wadah. Bahan yang digunakan dalam penilitian ini diantaranya adalah
agregat kasar, agregat halus, semen, kotoran sapi, dan air. Selain itu, digunakan juga
peraturan-peraturan terkait penelitian antara lain : SNI 03-2834-2000 tentang “Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal” (BSN 2000) dan SNI 03-1968-
1990 tentang “Metode Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Agregat
Kasar” (BSN 1990).

Prosedur Penelitian

Persiapan dan Pengujian Material


Pada tahap ini semua peralatan dipersiapkan sedemikan rupa, di cek
kesediaan dan kualitasnya, pengecekan alat hingga detail ini berfungsi
didapatkannya hasil valid dalam penelitian. Segala material yang akan digunakan
akan diuji dan treatment terlebih dahulu baik itu berat jenis, kadar lumpur, tingkat
penyerapan, dan sebagainya. Material subtitusi kotoran sapi juga dipersiapkan
dengan treatment khusus, kotoran sapi yang diambil dari kandang sapi Fakultas
Peternakan akan di keringkan dibawah sinar matahari sehingga kadar air pada
kotoran sapi hilang. Kotoran sapi yang telah kering akan disangrai menggunakan
penggorengan sehingga didapatkan bentuk yang menghitam atau biasa disebut
sebagai fly ash. Pengujian material ini harus dilaksanakan secara teliti karena hasil
dari persiapan dan pengujian material akan menentukan mix design beton.

Pembuatan Sampel
Pembuatan beton harus diawali dengan penyusunan persentase masing-
masing material penyusun beton. Penyusunan persentase material beton (mix
7

design) bisa ditentukan dengan berbagai macam metode. Pada penelitian ini
digunakan metode pada SNI 03-2834-2000 (BSN 2000). Perhitungan mix design
akan menjadi faktor utama dalam penentuan kuat tekan beton, sehingga
perhitungan mix design dilaksanakan minimal 3 kali pengulangan. Besaran
subtitusi kotoran sapi terhadap semen ialah 0%, 5%, 7%, dan 10%. Sampel yang
digunakan berbentuk silinder. Total sampel yang akan dibuat sebanyak 36 buah,
dan beton sampel akan diuji tekan selama periode 7, 14, dan 28 hari.

Gambar 3 Pembuatan sampel uji

Perawatan dan Pengujian Sampel


Beton sampel yang telah dibuat harus melewati fase curing atau perawatan.
Perawatan yang dilakukan adalah merendamnya pada bak perendam. Perendaman
ini dilakukan sesuai dengan usia hari benda uji, selama fase perendaman beton tidak
boleh diangkat atau dipindahkan, untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam
penjagaan, setiap beton uji ditandai sesuai kode tertentu. Kode ini berfungsi untuk
memberitahu usia dan kapan beton ini harus diangkat. Selanjutnya beton sampel
akan diangkat sesuai toleransi pengetesan berdasarkan umur sampel. Hal ini
bertujuan untuk mengeluarkan air dari pori-pori beton. Saat beton sampel telah
memenuhi usia uji, beton akan diuji kuat tekannya dengan universal testing
machine (UTM). Pengujian ini akan memperlihatkan hasil uji yang didapatkan

Gambar 4 Universal testing machine

Analisis Data
Data yang didapatkan pada uji tekan akan dicatat dan diolah menggunakan
metode statistika uji F dan uji Duncan. Uji F merupakan uji serentak atau uji model
8

yaitu uji untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu persentase semen dan kotoran
sapi terhadap variabel terikat yaitu kuat tekan serta berdasarkan kelompok hari (7,
14, dan 28 hari).

Gambar 5 Tahapan penelitian

Selain itu uji F digunakan juga untuk menguji model regresi, apakah
signifikan atau non signifikan. Uji Duncan digunakan sebagai uji lanjutan untuk
mengetahui perbedaan di antara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa
memperhatikan jumlah perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Treatment Material

Kotoran Sapi
Kotoran sapi sebagai bahan substitusi semen tidak dapat digunakan tanpa
melalui perlakuan khusus. Hal ini disebabkan kotoran sapi memiliki kadar organik
9

yang tinggi, sehingga kotoran sapi tanpa treatment akan mengambang dan
menimbulkan pori-pori kosong pada beton. Treatment ini bertujuan
menyeragamkan karakteristik kotoran sapi dengan karakteristik semen, khususnya
dalam ukurannya. Penyesuaian ukuran tersebut membutuhkan abu dari kotoran sapi
yang memiliki ukuran sesuai dengan semen.
Kotoran sapi yang masih basah dikeringkan di bawah sinar matahari selama
1x24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada kotoran sapi
basah. Pada percobaan digunakan sampel sebesar 123 kg kotoran sapi basah.
Setelah fase penjemuran kotoran sapi yang memiliki bobot 123 kg berkurang
bobotnya sebesar 34 kg, sehingga berat kotoran sapi kering sebesar 89 kg. Kotoran
sapi kering ini selanjutnya disangrai hingga berwarna hitam dan menjadi abu.
Kemudian kotoran sapi yang telah menjadi abu ini didiamkan selama 1 jam hingga
suhunya berada pada suhu normal. Kotoran sapi yang telah menjadi abu ini
ditimbang dan beratnya sebesar 120 gr. Apabila dilihat berdasarkan perbandingan
abu yang didapat, maka berat abu kotoran sapi yang diperoleh 0.13% dari berat
kotoran sapi kering.

Agregat Halus
Uji agregat menjadi salah satu kunci untuk mengetahui secara tepat berapa
besaran kebutuhan material dalam perencanaan beton. Kesalahan terbesar dalam
pembuatan beton adalah kurang memperhatikan karakteristik agregat halus dan
kasar penyusun beton. Pada penelitian kali ini digunakan sample agregat halus yaitu
pasir Galunggung. Meletusnya Gunung Galunggung tahun 1982, mengakibatkan
menumpuknya material pasir di sekelilingnya dan dapat membahayakan penduduk
yang bermukim di sekitarnya, terutama pada musim hujan, sehingga perlu
dilakukan usaha untuk penanggulangannya.
Pemerintah menginstruksikan agar material tersebut dipindahkan, dan jika
mungkin digunakan sebagai bahan konstruksi. Instruksi ini mengakibatkan pasir
Galunggung menjadi salah satu material yang digunakan dalam campuran material
penelitian kali ini. Kondisi pasir ini harus dalam posisi SSD (saturated surface dry)
atau kering permukaan, hal ini dikarenakan pada kondisi nyata pasir yang berada di
alam akan kering pada permukaannya, sedangkan pasir yang berada di dalam tidak
langsung terkena cahaya matahari, sehingga diasumsikan masih basah. Kondisi
pasir yang basah, untuk mencapai kondisi SSD secara alami adalah dengan cara
menjemur pasir di bawah cahaya matahari secara langsung, sedangkan untuk
kondisi pasir yang kering, untuk mencapai kondisi SSD adalah dengan cara
menyiramkan sedikit air secara merata. Berdasarkan hasil uji lab yang dilakukan,
perhitungan berat jenis SSD (saturated surface dry), penyerapan, dan kadar air
pasir Galunggung. Berat jenis kering permukaan yang didapat sebesar 2.62,
penyerapan air sebesar 0.58%, dan kadar air sebesar 1.3%.
Selain itu treatment yang dilakukan pada agregat adalah meganalisa
saringan, analisa saringan merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui
10

gradasi dari agregat kasar dan agregat halus yang digunakan dalam pencampuran
beton. Analisa saringan tersebut digunakan untuk menentukan persentase dan
proporsi masing-masing agregat dalam membuat beton. Data hasil uji analisa
saringan agregat halus disajikan pada Tabel 1

Tabel 1 Hasil uji agregat halus

Kumulatif
Ukuran Ayakan (mm) Berat Tertahan Tertahan Ayakan Lolos Ayakan
(g) (%) (%)
9.5 0 0.00 100.00
4.75 0 0.00 100.00
2.36 32.24 3.22 96.78
1.18 99.75 9.98 90.03
0.6 318.57 31.86 68.14
0.3 776.78 77.68 22.32
0.15 976.5 97.65 2.35
0.075 1000 100.00 0.00
PAN 1000 100 0

Berdasarkan hasil uji analisa saringan diatas, didapatkan nilai fineness


modulus (FM) atau biasa disebut sebagai modulus kehalusan sebesar 2.204.
Selanjutnya hasil tersebut diplotkan ke dalam grafik batas gradasi pasir SNI 03-
2834-2000 (BSN 2000). Hasil gradasi menunjukkan pasir Galunggung termasuk ke
dalam kategori batas gradasi pasir (sedang) No 2. Gradasi ukuran ayakan pasir
Galunggung juga tidak melewati batas atas dan bawah grafik gradasi No 2.

100
90
80
70
Lolos ayakan (%)

60 Batas Bawah

50 Batas Atas
40 Hasil Tes
30
20
10
0
0.075 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Ukuran Ayakan (mm)

Gambar 6 Distribusi gradasi pasir Galunggung


11

Agregat Kasar
Penelitian kali ini juga menggunakan agregat kasar, digunakan sampel
agregat kasar yaitu kerikil Rumpin. Kerikil Rumpin pertama kali dibuka lahannya
pada tahun 2011, nama kerikil Rumpin disebabkan sumber asal kerikil ini adalah
Desa Ciseeng, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Tabel 2 Hasil uji agregat kasar

Kumulatif
Ukuran Ayakan (mm) Berat Tertahan Tertahan Ayakan Lolos Ayakan
(g) (%) (%)
37.5 0 0 100
25.0 0 0 100
19 216.0 21.60 78.40
12.5 597.2 59.72 40.28
9.5 992.7 99.27 0.73
4.75 999.0 99.90 0.10
2.36 999.5 99.95 0.05
PAN 1000 100 0

Kondisi kerikil ini harus dalam posisi SSD (saturated surface dry) atau
kering permukaan, hal ini dikarenakan pada kondisi nyata kerikil yang berada di
alam akan kering pada permukaannya, sedangkan pasir yang berada di dalam tidak
langsung terkena cahaya matahari, sehingga diasumsikan masih basah. Kondisi
kerikil yang basah, untuk mencapai kondisi SSD secara alami adalah dengan cara
menjemur kerikil di bawah cahaya matahari secara langsung, jika jumlah kerikilnya
tidak terlalu banyak treatment yang dilakukan bisa dengan cara mengelap
permukaan permukaan kerikil dengan kain kering. Kondisi kerikil yang kering,
untuk mencapai kondisi SSD adalah dengan cara menyiramkan sedikit air secara
merata. Berdasarkan hasil uji lab yang dilakukan perhitungan berat jenis SSD
(saturated surface dry), penyerapan, dan kadar air kerikil Rumpin. Berat jenis
kering permukaan yang didapat sebesar 2.456, penyerapan air sebesar 3.18%, kadar
air sebesar 3%, data hasil uji saringan kerikil disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkani hasil uji analisa saringan diatas, didapatkan nilai Fineness
Modulus (FM) atau biasa disebut sebagai modulus kehalusan sebesar 7.805. Hasil
uji analisis saringan juga diketahui apabila kerikil Rumpin paling mendekati grafik
analisa saringan ukuran maximum 40 mm, namun ada 3 ukuran ayakan yaitu 9.5
mm, 19 mm, dan 25 mm yang melewati batas atas atau batas bawah grafik ukuran
maximum 40 mm.

Perencanaan Mix Design

Perhitungan penentuan proporsi beton yang mengacu pada SNI 03-2834-


2000 (BSN 2000) secara detail dijabarkan pada Lampiran 12. Besarnya kuat tekan
12

rencana yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 20,75 MPa (mutu K-250).
Besarnya deviasi pembiasan untuk data yang belum pernah dilakukan percobaan
sebelumnya adalah 7 MPa, sehingga kuat tekan rata-rata rencana adalah 32,23 MPa.
Semen yang digunakan adalah semen portland indocement tipe 1 . Jenis agregat
yang digunakan adalah pasir alami dan batu pecah. Faktor air semen (FAS)
didapatkan dari grafik hubungan antara kuat tekan beton dengan faktor air semen,
dan didapatkan nilai FAS sebesar 0.47. Berdasarkan persyaratan jumlah semen
minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagai macam pembetonan
dalam lingkup khusus, nilai FAS untuk beton yang ditempatkan di dalam ruang
bangunan dan keadaan sekeliling non korosif, maksimum sebesar 0.6. Slump yang
direncanakan adalah sebesar 10 ± 2 cm, karena slump 10 ± 2 cm umum digunakan
seperti pembuatan balok, kolom, dan struktur atas lainnya.

100
90
80
70
Lolos ayakan (%)

60 Batas Atas

50 Batas Bawah

40 Hasil Tes

30
20
10
0
0.3 1.18 2.36 4.75 9.5 12.5 19 25 37.5 50
Ukuran ayakan (mm)
Gambar 7 Distribusi gradasi kerikil Rumpin
Data hasil uji saringan kerikil digunakan untuk mendapatkan nilai Wh dan
Wk. Nilai Wh dan Wk berturut-turut yang didapat adalah 175 dan 205 kg/m³. Nilai
kadar air bebas yang didapatkan berdasarkan perhitungan adalah 185 kg/m³.
Berdasarkan uji ayak, ukuran agregat maksimum adalah 40 mm, selain itu jumlah
semen dapat dihitung dengan membagi nilai kadar air bebas dengan nilai faktor air
semen maksimum sehingga didapatkan nilai jumlah semen sebesar 393.6 kg/m³.
Data hasil analisa saringan agregat halus dan kasar yang ada digunakan
untuk menentukan persen pasir terhadap total agregat menggunakan grafik
gabungan gradasi untuk butir ukuran maksimum sebesar 40 mm. Persentase diambil
berdasarkan distribusi agregat campuran yang paling mendekati batas distribusi
area gradasi paling atas atau paling kasar. Distribusi dari penggabungan agregat
kasar dan halus menujukan kandungan pasir sebesar 33% adalah paling mendekati
batas atas. Dengan demikian persentase pasir terhadap kadar total agregat adalah
sebesar 33%.
13

100
90
80
70
Lolos ayakan (%)

60
50
40
30
20
10
0
0 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5 19 37.5
Ukuran ayakan (mm)
Sangat Kasar Kasar Sedang Halus Agregat Campuran

Gambar 8 Distribusi gradasi campuran ukuran maximum 40 mm


Berat jenis relatif gabungan antara agregat kasar (kerikil) dan agregat halus
(pasir) sebesar 2.51. Berat jenis relatif ini digunakan dalam penentuan berat isi
beton sehingga didapatkan berat isi beton sebesar 2400 kg/m³. Nilai kadar agregat
gabungan didapatkan berdasarkan pengurangan berat isi beton dengan kadar semen
dan kadar air bebas, sehingga kadar agregat gabungan sebesar 1821.4 kg/m³. Kadar
pasir dan kerikil yang didapat berturut-turut adalah 601,05 kg/m³ dan 1220,3 kg/m³.
Bobot air, semen, pasir, kerikil, dan kotoran sapi yang digunakan untuk pembuatan
1 contoh uji beton dengan ukuran 15x30 cm (uji tekan) disajikan pada Tabel 3.
Tahapan akhir dalam mix design adalah melakukan uji koreksi untuk memastikan
campuran beton yang dibuat sesuai dengan kuat tekan rencana. Faktor penyerapan
dan kadar air masing-masing agregat penting dalam hal ini, karena kedua faktor ini
memiliki peranan penting dalam penambahan atau pengurangan air. Hasil akhir dari
penentuan mix design dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Proporsi material penyusun beton

Agregat Agregat
No Material Air Semen Halus Kasar Kotoran
(kg) (kg) (kg) (kg) Sapi (kg)

1 Jumlah Total 188.3 339.62 599.81 1218.24 20.39

2 Jumlah
Persilinder 1.00 1.8 3.18 6.46 0.108

3 Jumlah
36 Silinder 35.93 64.80 114.44 232.44 3.89
14

Hasil Uji Kuat Tekan


Pada proses pembuatan beton, slump test menjadi acuan utama dalam
pengadukan beton. Kondisi slump beton yang berada di bawah slump rencana
membutuhkan penambahan semen dan air sesuai dengan FAS rencana. Kondisi
slump beton yang berada di atas slump rencana maka membutuhkan penambahan
durasi pengadukan beton. Beton yang telah memenuhi slump test diperbolehkan
untuk di cetak dan dilakukan penjagaan. Pengujian beton dilaksanakan setelah
dilakukan fase penjagaan, yaitu dengan cara perendaman beton dalam bak air.
Perendaman beton dalam air ini berfungsi sebagai perekat beton, beton yang telah
direndam akan diangkat 1 hari sebelum pengujian, sesaat sebelum pengujian beton
harus memiliki luas permukaan yang datar. Hal ini dilakukan untuk didapatkannya
kuat tekan beton yang maksimal, untuk itu digunakan gypsum sebagai kaping beton
sehingga didapatkan permukaan yang rata di bagian ujung silinder beton yang baru
dicetak (SNI 6369:2008). Pada uji kuat tekan kali ini, setiap perlakuan diberlakukan
3 kali pengulangan, hal ini dilakukan agar data yang didapat memiliki tingkat
akurasi yang tinggi.
Berdasarkan teoritis yang ada, kuat tekan yang didapatkan menunjukkan
peningkatan kekuatan sesuai dengan lamanya hari uji, semakin lama hari uji maka
kuat tekan yang didapatkan cenderung meningkat. Peningkatan kuat tekan ini akan
mencapai puncaknya pada hari ke -28, namun kecenderungan ini tidak berlaku pada
uji tekan beton yang memiliki persentase kotoran sapi 0% dan 7%, pada persentase
ini terjadi penurunan kuat tekan di hari ke 14, selain itu pada beton yang memiliki
persentase kotoran sapi sebesar 10% mengalami penurunan kuat tekan pada hari ke
28.
Tabel 4 Uji kuat tekan beton

Uji Tekan
Hari Kotoran Sapi Uji Tekan 1 Uji Tekan 2 Uji Tekan 3 Rata-rata
ke- (%) (KN) (KN) (KN) (KN)
0 16 16.1 10.9 14.33
7
5 8.6 9.8 9.4 9.27
0
7 16.2 15.3 12.3 14.60
0
10 19.4 12.7 10.3 14.13
0 14.9 17.4 10 14.10
14
5 15.4 16.5 16.3 16.07
7 10.9 14.1 11.2 12.07
10 16.1 15.6 17.2 16.30
0 30.4 22.5 19.6 24.17
28
5 18.9 19.6 16.4 18.30
7 15.3 17.6 17.1 16.67
10 14.1 12.1 15.1 13.77

Berdasarkan teori, normalnya beton akan mengalami peningkatan kekuatan


sesuai dengan pertambahan usianya, dan akan terhitung memiliki kuat tekan
15

stagnan pada usia ke 28 hari. Kondisi kuat tekan beton yang fluktuasi ini tergolong
tidak normal apabila mengacu pada teori yang berkembang, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya adalah salahnya pengadukan semen, proses perendaman
yang tidak merata, hingga salahnya mix design rencana.
Data pada Tabel 4 menunjukkan kuat tekan kontrol jauh lebih besar
dibandingkan kuat tekan beton yang menggunakan campuran kotoran sapi. Beton
dengan campuran kotoran sapi yang memiliki kuat tekan terbaik berturut turut
adalah beton dengan campuran kotoran sapi sebesar 5%, 7%, dan 10%.
Penambahan kotoran sapi menunjukkan penurunan kuat tekan dari beton uji. Hal
ini disebabkan kotoran sapi memiliki tingkat penyerapan air yang lebih tinggi
dibandingkan semen normal. Berdasarkan target, rencana kuat tekan beton dengan
campuran kotoran sapi sebesar 5% memiliki peluang sebagai subtitusi semen. Hasil
lesesuaian target hingga 88% menunjukkan bahwa penggunaan subtitusi kotoran
sapi sebesar 5% adalah subtitusi teroptimal dalam penelitian ini.
30

25
Kuat Tekan (KN)

20

15

10

0
7 14 28
0% 14.33 14.1 24.17
5% 9.27 16.07 18.3
7% 14.6 12.07 16.67
10% 14.13 16.3 13.77
Hari

Gambar 9 Hasil uji tekan beton

Pengaruh penambahan kotoran sapi terhadap kuat tekan beton perlu diuji
melalu Uji F dan Uji Duncan, hal ini diharapkan diketahuinya pengaruh positif dari
penambahan kotoran sapi. Data hasil uji yang telah dirapihkan diuji menggunakan
aplikasi minitab, aplikasi minitab berfungsi untuk melihat secara langsung apakah
rancangan percobaan data perubahan persentase kotoran sapi berimplikasi terhadap
kuat tekan beton. Berdasarkan hasil uji aplikasi minitab didapatkan besaran P-Value
sebesar 0.348. Mengacu kepada teori dasar uji t, disebutkan apabila P Value lebih
kecil dibandingkan P Acuan yaitu sebesar 0.05 maka tak tolak H0. H0 merupakan
kondisi dimana konsentrasi kotoran sapi tidak berpengaruh terhadap kuat tekan.
Selain berdasarkan teori, tolak H0 juga berlaku jika F-hitung lebih besar dari F-
tabel, pada penelitian kali F hitung sebesar 1.14 dan F tabel sebesar 2.9 sehingga
dapat ditarik kesimpulan berdasarkan Uji F penambahan kotoran sapi tidak
16

memiliki pengaruh signifikan terhadap kuat tekan, kondisi ini menyebabkan tidak
diperlukannya uji lanjut (Uji Duncan).

Gambar 10 Hasil uji menggunakan aplikasi minitab


Proses pembuatan beton dengan campuran kotoran sapi juga harus dianalisis
biayanya. Biaya pembuatan beton normal disajikan pada Tabel 5

Tabel 5 Biaya pembuatan beton normal

No Bahan Harga Satuan(Rp) Jumlah Total(Rp)


1 Semen 1,100 393.62 kg 432,982
2 Pasir 2,500 601.6 kg 1,504,000
3 Kerikil 1,100 1220.33 kg 1,342,363
4 Air 5 185 liter 925
Total 3,280,270

Tabel 5 menunjukkan bahwa harga pembuatan beton normal sebesar


Rpi3,280,270 /m³. Harga-harga yang ditetapkan pada rancangan anggaran
pembuatan beton berdasarkan harga yang berlaku di masyarakat dan sesuai dengan
pembelian bahan di lapang. Biaya pembuatan beton inovasi disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Biaya pembuatan beton inovasi

No Bahan Harga Satuan(Rp) Jumlah Total(Rp)


1 Semen 1,100 373.939 kg 411,333
2 Pasir 2,500 601.6 kg 1,504,000
3 Kerikil 1,100 1220.33 kg 1,342,363
4 Air 5 185 liter 925
5 Kotoran Sapi 0 19.681 kg 0
Total 3,258,621
17

Tabel 6 menunjukkan bahwa harga pembuatan beton normal sebesar


Rpi3,258,621 /m³. Hal ini menunjukkan bahwa beton inovasi memiliki keunggulan,
yaitu lebih murah dibandingkan beton normal. Perlakuan substitusi bahan
campuran beton dengan memanfaatkan limbah akan menjadikan biaya pembuatan
lebih murah dengan penghematan sebesar Rp 21,649 /m³ .

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Besar kuat tekan beton dengan subtitusi kotoran sapi sebesar 5%,7%, dan
10% pada hari ke-28 berturut turut adalah 18.3 kN,16.67 kN, dan 13.77 kN.
2. Komposisi subtitusi kotoran sapi teroptimal adalah 5%, karena mencapai
kuat tekan sebesar 88% dari kuat tekan beton rencana.
3. Penambahan kotoran sapi dengan besaran 5%, 7%, dan 10% sebagai
subtitusi semen tidak memiliki pengaruh positif terhadap kuat tekan beton
rencana.

Saran

Beberapa saran yang diberikan jika akan diadakan penelitian tahap lanjut
ataupun penelitian terkait adalah:

1. Diperlukan penelitan dengan komposisi subtitusi kotoran sapi dibawah 5%


agar didapatkan kuat tekan sebesar 100% dari kuat tekan beton rencana.
2. Sebaiknya dicari kuat lentur beton agar dapat diketahui apakah penambahan
kotoran sapi sebagai subtitusi semen memiliki dampak positif.
3. Dibutuhkan metode insenerasi dalam mendapatkan abu kotoran sapi.
4. Kandungan kimia dari kotoran sapi perlu dianalisis untuk membandingkan
hasilnya dengan kandungan kimia kotoran sapi pada referensi.

DAFTAR PUSTAKA

[AI] The Asphalt Institute. 1993. Mix Design Methods for Aphalt Concrete and
other Hot Mix Types. Sixth Edition. Lexington (US): Asphalt Institute.
Anisha GK, Sruthi G. Sruthy B, Gibi MM. 2017. An experimental investigation on
strength of concrete made with cow dung ash and gals fibre. International
Journal of Engineering Research & Technology. 6(3):2278-0181
18

Arnata, Harsujuwono BA, Puspawati AK. 2011. Rancangan Percobaan Teori,


Aplikasi SPSS, dan Excel. Malang (ID): Lintas Kata Publishing
Asroni A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 1993. Standard Test Method
for Fly Ash and Row or calcined. Natural Pozzolan for Use as a mineral
Admixture in Portlan Cement Concrete. ASTM C 618-94a. Philadelphia.
(US).
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1990. Metode Pengujian tentang Analisis
Saringan Agregat Halus dan Kasar. SNI-03-1968-1990. Jakarta (ID): BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2000. Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. SNI-03-2834-2000. Jakarta (ID): BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung. SNI-03-2847-2002. Jakarta (ID): BSN
Budiadi A. 2008. Desain Praktis Beton Prategang. Yogyakarta (ID): Andi
Dhaka JK, Roy S. 2015. Utilitzation of fly ash and cow dung ash as partial
replacement of cement in concrete. International Journal of Civil and
Structural Engineering.6(1):0976-4399
Djanasudirdja S. 1984. Pengantar Mekanika Batuan. Bandung (ID): Bandung
Press.
Harpasis S. 1980. Sifat-Sifat Logam Berat Merkuri di Lingkungan Perairan Tropis.
Jakarta (ID) : Pusat Studi Pengelolaan Perairan.
Hartati A, Wuryandari T. 2013. Analisis varian dua faktor dalam rancangan
pengamatan berulang (repeated measures). Jurnal Gaussian. 4(2):279-288
Ilham A. 2005. Pengaruh Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Bahan Pozolan pada Beton
Kinerja Tinggi. Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil. 13(3):33
Karim MR, Zain MFM, Jamil M, Lai FC, Islam MN. 2011. Necessity and
opportunity of sustainable concrete form Malaysia’s waste materials.
Australian Jorunal of Basic and Applied Sciences. 5(5): 998-1006.
Kumar PT, Reddy RH, Bhagavanulu DVS. 2015. A study on the replacement of
cement in concrete by using cow dung ash. International Journal of
Scientific Engineering and Applied Science. 1(9): 2395-3470.
Martinez J, Patrick D, Suzelle B, Colin B. 2009. Livestock waste treatment systems
for environmental quality, food safety and sustainbiity. J Science Direct
Bioresource Technology. 100:55-67.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Jilid I. Edisi Kedua. Bogor (ID). IPB-Press
Mulyono T. 2003. Teknologi Beton. Jakarta (ID): FT UNJ.
Nasution A. 2008. Metoda Matrik Kekakuan Analisis Struktur, Bandung (ID): ITB
Press
Nawy EG. 2013. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung (ID): Refika
Aditama.
Nugraha P, Antoni. 2007. Teknologi Beton dari Material dan Pembuatan Beton
Kinerja Tinggi. Jakarta (ID): Andi.
Ojedokun OY, Adeniran AA, Raheem SB, Aderinto SJ. 2014. Cow Dung Ash
(CDA) as partial replacement of cementing material in the production of
concrete. British Journal of Applied Science & Technology. 4(24): 3445-
3454.
19

Pavan K, Raju P. 2012. Incorporation of cow dung ash to mortar and concrete.
International Journal of Engineering Research and Applications. 2(3):580-
585)
Pavithra V. 2016. An experimental investigation on concrete by using soil and cow
dung ash as a partial replacement of fine aggregate and cement.
International Journal in Engineering Science and Technology. 2348-8352
Sahidu S. 1983. Kotoran sebagai Sumber Energi. Jakarta (ID) : Dewaruci Press
Shalini A, Prem V, Dahiya RP. 2006. Application of a system dynamics approach
for assessment and mitigation of CO2 emission from cement industry.
Journal of Environmental Management. 79:383-398.
Smith LN, Wheeler WE. 1979. Nutritional and economic value of animal excretal.
J of Animal Science. 48:3-7.
Sukirman S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta(ID): Granit.
Surdia T, Saito S. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta (ID): Pradnya
Paramita.
20

Lampiran 1 Persiapan Bahan

Lampiran 2 Penjemuran dan penggorengan kotoran sapi


21

Lampiran 3 Treatment agregat kasar dan halus

Lampiran 4 Pembuatan beton dan uji slump


22 22

Lampiran 5 Pelepasan beton dari cetakan dan perendaman beton

Lampiran 6 Perataan alas beton dengan caping


23

Lampiran 7 Pengujian kuat tekan beton


24 24

Lampiran 8 Penentuan faktor air semen

Sumber: BSN 2000


25

Lampiran 9 Penentuan faktor air semen maksimum dan slump beton


Persyaratan jumlah semen minimum dan factor air semen maksimum untuk berbagai
macam pembentonan dalam lingkungan khusus

Penentuan slump beton

Sumber: BSN 2000


26
26
24

Lampiran 10 Kesesuaian kuat tekan beton inovasi terhadap beton rencana

Kesesuaian dengan
Persentase Kuat
Hari Target
(%) Tekan(KN)
(%)
0 7 14.33 69.06
14 14.1 67.95
28 24.17 116.48
5 7 9.27 44.67
14 16.07 77.45
28 18.3 88.19
7 7 14.6 70.36
14 12.07 58.17
28 16.67 80.34
10 7 14.13 68.10
14 16.3 78.55
28 13.77 66.36

Lampiran 11 Persentase agregat kasar dan agregat halus


Ayakan Agregat Kasar Agregat Halus Agregat
(mm) Kombinasi
Normal 67% Normal 33%
37.5 100 67 100 33 100
25 100 67 100 33 100
19 78.4 52.528 100 33 85.528
12.5 40.28 26.9876 100 33 59.9876
9.5 0.73 0.4891 100 33 33.4891
4.75 0.1 0.067 100 33 50.05
2.36 0.05 0.0335 96.78 31.9374 31.9709
1.18 0 0 90.02 29.7066 29.7066
0.6 68.14 22.4862 22.4862
0.3 22.32 7.3656 7.3656
0.15 2.35 0.7755 0.7755
0 0 0 0
27

Lampiran 12 Rencana mix design beton berdasarkan SNI-03-2834-2000

No Uraian Perhitungan Nilai Keterangan


1 Kuat tekan yang disyaratkan (benda uji silinder/kubus) K-250 20.75 KN
2 Deviasi Standar 7
3 Nilai tambah (margin) 1.64 11.48 KN
4 Kekuatan rata-ata yang ditargetkan 32.23 KN 1+3
5 Jenis semen Portland 1
6 Jenis agregat : - kasar Batu Pecah
7 - halus Alami
8 Faktor air semen bebas 0.47 grafik 1
9 Faktor air semen maksimum 0.6 tabel 3
10 Slump 10 +- 2 cm
11 Ukuran agregat maksimum 40 mm uji ayak
12 Kadar air bebas 185 Kadar air bebas 160 (Batu Tak di pecah)& 190 (Batu di Pecah)
13 Julah semen 393.62 kg 12:09
14 Jumlah semen maksimum 393.62 kg
15 Jumlah semen minimum 275 kg tabel 3
16 Faktor air semen yang disesuaikan
17 Susunan besar butir agregat halus Gradasi no 2
18 Susunan agregat kasar atau gabungan
19 Persen agregat halus 33% Grafik 12
20 Berat jenis relative, agregat (kering permukaan) 2.52
21 Berat isi beton 2400 kg grafik 19
22 Kadar agregat gabungan 1821.39 kg 22-13-12
23 Kadar agregat halus 601.06 kg 19*22
24 Kadar agregat kasar 1220.33 kg 22-23
Sumber: BSN 2000

27
28
28
24

RIWAYAT HIDUP

Qudsyi Ainul Fawaid dilahirkan di Bekasi pada tanggal 30


Mei 1996. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Noorta’in S.H dan Ibu Siti Rufaiah. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDIT Avicenna
Bekasi pada tahun 2008 dan pendidikan sekolah menengah
pertama di SMPIT Assyifa Boarding School Subang pada
tahun 2011. Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah atas di SMAIT Assyifa Boarding School
Subang pada tahun 2014. Penulis menempuh pendidikan tingkat sarjana di Institut
Pertanian Bogor pada program studi Teknik Sipil dan Lingkungan melalui jalur
UTMI. Semasa berkuliah di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi, diantaranya
menjadi Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
(BEM TPB) periode 2014-2015, Ketua Departemen Advokasi Kesejahteraan
Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM
FATETA) periode 2015-2016, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Teknologi Pertanian (BEM FATETA) periode 2016-2017, Presiden Mahasiswa
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM
KM IPB) periode 2017-2018, Koordinator Isu Pertanian Badan Eksekutif
Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) periode 2018-2019, Majelis Wali Amanat
Unsur Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (MWA UM IPB) periode 2018-2019.
Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, diantaranya menjadi Ketua Divisi
Acara Pengabdian Desa Adhimukti Regeneration (ART) tahun 2014, Wakil Ketua
Pelaksana Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru Institut Pertanian Bogor
(MPKMB) 52 tahun 2015, Ketua Pelaksana Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa
Baru Institut Pertanian Bogor (MPKMB) 53 tahun 2016, Ketua Divisi Liaison
Officer Indonesian Civil and Environmental Festival (ICEF) tahun 2016, Anggota
divisi Sponsorship Pondasi Himpunan Teknik Sipil dan Lingkungan (Himatesil)
tahun 2016. Penulis juga mendapatkan beasiswa Rumah Kepemimpinan pada tahun
2015-2017. Penulis juga aktif dalam komunitas kepemudaan yaitu Forum Indonesia
Muda. Penulis juga aktif menulis, saat ini penulis telah membuat karya Pemuda
Skala Nano sebagai contributor writer dan Aku dan Kampus sebagai contributor
writer. Penulis aktif mengikuti berbagai lomba, diantaranya mendapatkan
penghargaan Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Civil Engineering One Week
Festival di Bangka Belitung pada Tahun 2016, Juara Favorit 2 National Concrete
Competition di Purwokerto pada tahun 2017, Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah
National conference of Research and Innnovator di Malang pada Tahun 2017.
Penulis telah melakukan Praktik Lapangan (PL) di PT. Waskita Beton Precast plant
Becakayu pada tahun 2016/2017 dan menyusun laporan berjudul Mempelajari
Aspek Teknik Sipil Dan Lingkungan di PT. Waskita Beton Precast plant Becakayu.
Penulis menyusun skripsi berjudul Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi sebagai
Substitusi Semen terhadap Kuat Tekan Beton pada tahun 2018 di bawah bimbingan
Dr. Ir. Erizal, M.Agr.

Anda mungkin juga menyukai