Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

BAB I
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
(MIX DESIGN)
Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih
dikenal sebagai Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap
yang saling berkaitan, yaitu :
a. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran
beton seperti, semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-lain.
b. Penentuan

jumlah

relative

dari

bahan-bahan

campuran

untuk

menghasilkan beton yang baik.


Cara DOE adalah cara yang paling sering digunakan di Indonesia.
Dalam penggunaan metode DOE ini ada dua anggapan dasar, yaitu :
a. Mudahnya pengerjaan adukan beton tergantung dari jumlah air bebas dan
tidak tergantung dari kadar semen dan faktor air semen.
b. Kekuatan beton tergantung dari faktor air semen dan tidak tergantung dari
banyaknya air dan kadar semen.

Data Perencanaan
a. Kuat tekan karakteristik (f`c) : 31 MPa
b. Umur

: 28 hari

c. Kemungkinan Gagal

: 5%

d. Keadaan Beton

: Beton yang masuk ke dalam tanah,


mengalami keadaan basah dan kering
bergantian

e. Jenis Pekerjaan
1.

: Pile Cap

Kuat Tekan Karakteristik (f`c)

Yaitu kuat tekan yang disyaratkan, kuat tekan beton karakteristik umur 28
hari yang jumlah cacat tidak lebih dari 5%, artinya kekuatan yang ada hanya
5% yang diperbolehkan dari jumlah yang ditest.
Nilai fc = 31 Mpa.

KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

2.

Kuat Tekan Rata-rata Perlu (fcr)


Kuat tekan rata-rata perlu fcr yang digunakan sebagai dasar pemilihan

proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan
2.1 atau persamaan 2.2 dengan nilai deviasi standar. Faktor modifikasi untuk
deviasi standar jika jumlah pengujian kurang dari 30 contoh yang ditujukan
pada Tabel 2.1.
fcr = fc + 1,34s

........... (2.1)

fcr = fc + 2,33s-3,5

............ (2.2)

Tabel 2.1 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian
kurang dari 30 contoh
Jumlah pengujian
kurang dari 15 contoh
15 contoh
20 contoh
25 contoh
30 contoh atau lebih

Faktor modifikasi untuk deviasi standar


Gunakan Tabel 2.2
1,16
1,08
1,03
1

Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan
untuk deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka kuat rata-rata perlu
fcr harus ditetapkan berdasarkan Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk
menetapkanstandar deviasi
Persyaratan kuat tekan
fc (Mpa)
Kurang dari 21
21 sampai dengan 35
Lebih dari 35

Kuat tekan rata-rata perlu


fcr (Mpa)
fc+7,0
fc+8,5
fc+10,0

Karena produksi beton tidak memiliki catatan hasil uji, dan diketahui
fc=31 Mpa. Maka, fc = 31+8,5 = 39,5 Mpa.

KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

3.

Jenis Semen
Menurut SII 003-81 Semen Portland dibagi menjadi lima jenis:
Jenis I

: Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan


persyaratankhusus

Jenis II

: Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas


hidrasisedang

Jenis III

: Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat


mengeras)

Jenis IV

: Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi


rendah

Jenis V

:Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat

Semen yang digunakan adalah semen portland merk Gresik,


termasuk jenis I.
4.

Jenis Agregat
Adapun jenis agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami (tak
dipecah) dan batu pecah.
Agrerat halus yang digunakan adalah jenis agrerat alami sedangkan
agrerat kasar yang digunakan merupakan batu pecah.

5.

Faktor Air Semen


Faktor air semen rencana diperoleh dari tiga cara, yaitu:

KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Cara Pertama

39,5

0,42

Grafik 2.1Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton


Untuk f`cr = 39,5 MPa dan umur 28 hari serta jenis semen tipe I
maka faktor air semen didapat sebesar 0,42.
KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Cara Kedua
1. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel
2.3, sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai;
2. Lihat Grafik 2.2 untuk benda uji berbentuk silinder;
3. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada poin 1 di atas:
4. Tarik garis lengkung melalui titik pada poin 3 secara proporsional;
5. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva baruyang ditentukan pada poin 4 di atas;
6. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.
Tabel 2.3

Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) Dengan FAS 0,5

Jenis Semen

Jenis Agregat

Kasar
Semen Portland Alami
Batu Pecah
(Tipe I, II, III)
Semen Portland Alami
Batu Pecah
(Tipe III)

Kuat Tekan (MPa) Pada Umur


3 Hari 7 Hari 28 Hari 91 Hari
17
19
21
25

23
27
28
33

33
37
38
44

40
45
44
48

Untuk semen tipe I dengan agrerat kasar batu pecah, didapat kuat
tekan pada umur 28 hari sebesar 37 Mpa.

KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

39,5

0,475

Grafik 2.2.

Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor AirSemen


(benda uji berbentuk silinder)

Untuk fcr = 39,5 Mpa, semen tipe I dengan agrerat kasar batu pecah,
pada umur 28 hari didapatkan FAS sebesar 0,475.

KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Cara ketiga
Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai
pembetonan dan lengkungan khusus, beton yang berhubungan dengan
airtanah mengandung sulfat, dan untuk beton bertulang terendam air.
Ketiga hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 2.4 2.7 berikut ini:
Tabel 2.4

Persyaratan faktor airsemen maksimum untuk berbagai


pembetonan dan lingkungan khusus
FAS
Maksimum

Uraian
1.

Beton di dalam ruang bangunan


a.

Keadaan keliling non korosif

b.

Keadaan

keliling

korosif

0,60
disebabkan

0,52

kondensasi atau uap-uap korosif


Beton di luar ruang bangunan

2.
a.

Tak terlindung hujan dan terik matahari langsung

0,55

b.

Terlindung hujan dan terik matahari langsung


Beton yang masuk kedalam tanah

0,60

3.
a.

Mengalami keadaan basah dan kering


bergantian

b.

0,55
lihat tabel 2.6

Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau


air tanah

4.

Beton yang kontinu berhubungan dengan

lihat tabel 2.5

air
Tabel 2.5
Berhubungan dengan
Air Tawar
Air Payau
Air Laut

KELOMPOK VII

Faktor Air Semen Untuk Beton Bertulang Dalam Air


Tipe Semen
Semua Tipe I IV
Tipe I + Pozolan(15-40)% atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V
Tipe II atau V

FAS
0,50
0,45
0,50
0,45

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Tabel 2.6

Persyaratan untuk lingkungan khusus

Kondisi Lingkungan

Rasio air

fc

semen maksimum

minimum (Mpa)

0,5

28

0,4

35

Beton dengan permeabilitas rendah yang terkena


pengaruh lingkungan air
Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi
pada beton yang terpengaruh lingkungan yang
mengandung klorida dari garam, atau air laut

Tabel 2.7

Faktor Air Semen Untuk Beton Bertulang Dalam Air

Konsentrasi Sulfat (SO3)


Dalam Tanah
SO3dalam
SO3 Dalam
campuran
Total SO3
Air Tanah
(g/l)
%
Air : tanah
(g/l)
=2 : 1
< 0,2
0,2 0,5

< 1,0
1,0 1,9

< 0,3
0,3 1,2

Jenis Semen

Tipe I, dengan atau tanpa


Pozolan (15-40)%
Tipe I tanpa Pozolan
Tipe I + Pozolan(15-40)%
atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V
Tipe I + Pozolan(15-40)%

0,5 1,0

1,9 3,1

1,2 2,5

1,0 2,0

3,1 5,6

2,5 5,0

> 2,0

> 5,6

> 5,0

atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V
Tipe II atau V
Tipe II atau V dan Lapisan
Pelindung

FAS
Maksimum

0,50
0,50
0,55
0,55
0,45

0,45
0,45
0,45

Untuk bangunan di dalam ruangan dan keadaan keliling nonkorosif didapatkan nilai fas maksimum sebesar 0,55. Nilai fas yang
digunakan adalah nilai terendah dari nilai fas rencana dan fas maksimum.

KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Maka faktor air semen yang digunakan 0,42.


6. Nilai Slump Beton
Nilai slump beton yang akan digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu
adukan beton. Nilai slump juga dapat ditentukan sebelumnya, tetapi bila tidak
ditentukan nilai slump dapat diperoleh dari Tabel 2.8 berikut:
Tabel 2.8

Penetapan Nilai Slump

No

Uraian

Slump (cm)
Max Min

Dinding plat pondasi telapak bertulang

12,5

5,0

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan 9,0


konstruksi bawah tanah

2,5

Plat, balok, kolom, dan dinding

15,0

7,5

Pengerasan jalan

7,5

5,0

Pembetonan missal

7,5

2,5

Untuk penggunaan beton (pile cap) dari Tabel 2.8 diambil nilai slump
sebesar 5,0-12,5 cm.
7. Ukuran Maksimum Agregat
Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak
boleh melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tandon prategang atau selongsong.
b. 1/3 kali tebal plat
c.

/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan

Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum


40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
Dari analisa saringan didapatkan ukuran maksimum agrerat 40 mm.
8. Kebutuhan Air
KELOMPOK VII

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Kebutuhan air ditentukan sebagai berikut:


a. Agregat tak dipecah dan dipecah (jenis agregat sama) dipergunakan tabel
2.9
b. Agregat campuran (jenis agregat berbeda) dihitung menurut:
W = 2/3Wh + 1/3Wk
Dimana:

Tabel 2.9

... (2.3)

= kadar air bebas

Wh

= perkiraan jumlah air untuk agregat tidak pecah

Wk

= perkiraan jumlah air agrerat dipecah

Penentuan Kebutuhan Air per-Meter Kubik Beton (liter)

Ukuran Max.
Agregat

Jenis Agregat

(mm)
10
20
40

Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah

0 10
150
180
135
170
115
155

Slump (mm)
30 10 - 30
60
180
205
205
230
160
180
190
210
140
160
175
190

60 - 180
225
250
190
225
175
205

Karena jenis agregat berbeda, maka didapat kebutuhan air 205 lt/m3.
9. Kebutuhan Semen Rencana
Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m 3 beton
sesuai faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas dengan
faktor air semen.
Kebutuhan Semen Rencana = Kebutuhan Air

... (2.4)

FAS Rencana
205
Kebutuhan semen rencana = 0,42 = 488,095 Kg/m3
Maka kebutuhan semen rencana 488,095 Kg/m3.
10. Kebutuhan Semen Minimum

KELOMPOK VII

10

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Kadar semen minimum ditetapkan berdasarkan tabel 2.10-2.12 untuk


menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus misalnya
lingkungan korosif, air payau dan air laut.

Tabel 2.10 Kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan


dan lingkungan khusus
Uraian

KELOMPOK VII

Jumlah Semen Minimum


Per m3 Beton (kg/m3)

11

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

1.

Beton

di

dalam ruang bangunan


a.

Keadaan keliling non korosif

b.

Keadaan

keliling

korosif

disebabkan kondensasi atau uapuap korosif


2.

Beton

275
325

di

luar ruang bangunan


a.

Tidak terlindung dari hujan dan


terik matahari langsung

b.

Terlindung dari hujan dan terik


matahari langsung

3.

325
275

Beton
yang masuk kedalam tanah
a.

Mengalami keadaan basah dan


kering bergantian

b.

Mendapat pengaruh sulfat alkali


dari tanah atau air tanah

4.

Beton

325
lihat tabel 2.11
lihat table 2.12

yang kontinu berhubungan dengan


air tawar/ payau / laut
Dari Tabel 2.10 didapatkan kebutuhan semen minimum 325 Kg/m3.

KELOMPOK VII

12

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Tabel 2.11

Kandungan Semen Minimum Untuk Beton Yang Berhubungan


DenganAir Tanah Yang Mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3)


Dalam Tanah
SO3dalam
campuran
Total SO3
(g/l)
%
Air : tanah
=2:1

Kandungan Senen
Jenis Semen

SO3

Minimum (kg/m3)
Ukuran Agrerat

Dalam Air
40

20

10

280

300

350

290

330

350

(15-40)% atau

270

310

360

S.P.Pozolan
Tipe II atau V
Tipe I + Pozolan

250

290

340

(15-40)% atau

340

380

430

S.P.Pozolan
Tipe II atau V

290

330

380

Tipe II atau V

330

370

420

330

370

420

Tanah
(g/l)
Tipe I, dengan

< 0,2

< 1,0

< 0,3

atau tanpa
Pozolan (15-40)%
Tipe I tanpa

0,2 0,5

0,5 1,0

1,0 2,0

1,0 1,9

1,9 3,1

3,1 5,6

0,3 1,2

1,2 2,5

2,5 5,0

Pozolan
Tipe I + Pozolan

Tipe II atau V dan


> 2,0

> 5,6

> 5,0

Lapisan
Pelindung

Tabel 2.12

Kandungan Semen Minimum Beton Bertulang Dalam Air

Berhubungan
dengan

KELOMPOK VII

Tipe Semen

Ukuran Agregat
(mm)

13

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

40

20

Air Tawar

Semua Tipe I IV

280

300

Air Payau

Tipe I + Pozolan( 15-40) %

340

380

Tipe II atau V

290

330

Tipe II atau V

330

370

atau S.P.Pozolan
Air Laut

11. Kebutuhan Semen Yang Dipakai


Untuk menetapkan kebutuhan semen, yang dipakai adalah harga terbesar
dari kadar semen rencana dan kadar semen minimum.
Karena kebutuhan semen rencana lebih besar dari kebutuhan semen
minimum, maka kebutuhan semennya 488,095 Kg/m3.
12. Penyesuaian Jumlah Air atau Faktor AirSemen
Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah,
maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali dengan:
Jika akan menurunkan faktor air semen, maka faktor air semen
dihitung lagi dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen minimum.
Jika akan menaikkan jumlah air, maka jumlah semen minimum
dikalikan faktor air semen.
Karena kebutuhan semen tidak berubah maka tidak perlu penyesuaian,
jadi nilai fas 0,42 dan kebutuhan air sebesar 205 liter/m 3.

13. Gradasi Agregat Halus


Tentukan gradasi agregat halus melalui analisa saringan. Dalam SKSNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4 daerah, yaitu:
Daerah I

KELOMPOK VII

: pasir kasar

14

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Daerah II

: pasir agak kasar

Daerah III

: pasir agak halus

Daerah IV

: pasir halus

Tabel 2.13

Gradasi Pasir

Lubang
Ayakan (mm)
10,0
4,80
2,40
1,20
0,50
0,30
0,15

Tabel 2.14
No.
Saringan
12
16
30
50
100
PAN
Jumlah

Daerah I
100
90 - 100
60 - 95
30 - 70
15 - 34
5 - 20
0 10

Persen Lolos Saringan


Daerah II
Daerah III
100
100
90 - 100
90 - 100
75 - 100
85 - 100
55 - 90
75 - 100
35 - 59
60 - 79
8 - 30
12 - 40
0 10
0 10

Daerah IV
100
95 - 100
95 - 100
90 - 100
80 - 100
15 - 50
0 15

Agrerat Halus (Pasir)


Analisa Saringan Untuk Pasir
Berat Tertahan
Berat Lolos
Persen (%)
(gram)
(gram)
Berat Tertahan
Berat lolos
44,90
955,10
4,49
95,51
58,54
896,56
5,85
89,66
220,75
675,81
22,08
67,58
402,78
273,03
40,28
27,30
260,80
12,23
26,08
1,22
12,23
0,00
1,22
0,00
1000

Sumber: Data Hasil Uji Praktikum TBK I

KELOMPOK VII

15

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Grafik 2.3 Grafik Analisa Saringan Agrerat Halus


Dari perhitungan terdahulu didapat untuk agrerat halus (pasir) termasuk
zona 3.
Tabel 2.15

Agrerat Kasar (kerikil)

Lubang Ayakan
(mm)
40
20
10
4.8
Sisa
Jumlah

Kerikil Tertahan
(gram)
0
6330
900
770
0
8000

Kerikil Lolos
(gram)
8000
1670
770
0

% Lolos
100
20,875
9,625
0
0

Sumber: Data Hasil Uji Praktikum TBK I

KELOMPOK VII

16

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Grafik 2.4Grafik Analisa Saringan Agrerat Kasar


Dari perhitungan terdahulu didapat untuk agrerat kasar (kerikil) termasuk
zona I.
14. Prosentasi Agregat Halus
Tentukan prosentasi fraksi pasir berdasarkan Grafik 2.5 berikut:

Grafik 2.5 Proporsi Pasir Untuk Nilai Slump 60 125 mm dan


UkuranMaksimum Agregat 40 mm

KELOMPOK VII

17

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Dari Grafik 2.5 didapatkan prosentase agregat halus 27 %.


15. Berat Jenis Relatif Agregat Gabungan
Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:
Apabila tidak ada data maka agregat alami (tak dipecah) 2,6 t/m3 dan
untuk agregat dipecah 2,7 t/m3.
Apabila memiliki data (dari hasil uji) dapat menggunakan rumus:
Bj Agrerat Gabungan = (%Ag. Halus x BJ Ag. Halus)+
(% Ag. Kasar x BJ Ag. Kasar)

...(2.5)

Diketahui:
Prosentasi Agregat Halus

= 27 %

Prosentasi Agregat Kasar

= 100 % - 27 % = 73 %

BJ SSD Agregat halus

= 2,55

BJ SSD Agregat kasar

= 2,61

BJ Agregat Gabungan

= (% Agr. Halus x BJ Agr. Halus) + (% Agr.


Kasarx BJ Agr. Kasar)
= (0,27 x 2,55) + (0,73 x 2,61)
= 2,5938

Maka Berat Jenis Agregat Gabungan adalah 2,5938.


16. Berat Jenis Beton
Tentukan berat jenis beton menurut Grafik 2.6 sesuai dengan kadar air bebas
yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif agregat gabungan.

KELOMPOK VII

18

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

2340

205

Grafik 2.6 Berat Jenis Agregat Gabungan


Untuk kebutuhan air 205 liter dan BJ Agregat Gabungan 2,5938
didapat BJ Beton 2340 kg/m3.
17. Kebutuhan Agrerat Gabungan ( Pasir dan Kerikil)
Kebutuhan Ag. Gabungan

= BJ beton basah kebutuhan semen


kebutuhan air

Kebutuhan Ag. Gabungan

.... (2.6)

= 2340 488,095 - 205


= 1646,905 Kg/m3

2,9
2,8

Maka, agrerat gabungan yang dibutuhkan adalah sebesar 1646,905


Kg/m3.

2,7
2,6

18. Kebutuhan Agrerat Halus (pasir)


Kebutuhan Ag. Halus

= kebutuhan ag. gabungan x % ag.halus (2.7)

2,4

= 1646,905 x 27 %
= 444,664 Kg/m3
Maka, agrerat halus yang dibutuhkan adalah sebesar 444,664 Kg/m3.

KELOMPOK VII

2,5

19

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

19. Menentukan Agrerat Kasar (kerikil)


Kebutuhan Agrerat Kasar

= kebutuhan ag.gabungan kebutuhan


ag.halus

...(2.8)

= 1646,905 444,664
= 1202,241 Kg/m3
Maka, agrerat kasaryang dibutuhkan adalah sebesar 1202,241 Kg/m3.
Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran :
a. Semen

= 488,095

kg/m3

b. Air

= 205

liter/m3

c. Agregat Halus

= 444,664

kg/m3

d. Agregat Kasar

= 1202,241

kg/m3

20. Koreksi Terhadap Kondisi Bahan


Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil dianggap
dalam keadaan jenuh kering (SSD), padahal biasanya di lapangan tidak dalam
keadaan jenuh kering, maka perhitungan dikoreksi dengan rumus:
Air

Ah A1
Ak A2
= A 100
x B 100
x C

Pasir

Ah A1
= B + 100 x B

(2.9)

(2.10)
Ak A2
Kerikil = C + 100
x C

(2.11)

Dimana:
A

= Jumlah kebutuhan air (L/m3)

= Jumlah kebutuhan pasir (kg/m3)

= Jumlah kebutuhan kerikil (kg/m3)

Ah

= Kandungan air dalam pasir (%)

Ak

= Kandungan air dalam kerikil (%)

A1

= Kandungan air pada pasir jenuh kering muka (%)

A2

= Kandungan air pada kerkil jenuh kering muka (%)

KELOMPOK VII

20

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Tabel 2.16

Koreksi terhadap kondisi bahan

Bahan (kg/m3)
Semen = 488,095
Air
= 205
Pasir = 444,664
Kerikil = 1202,241

Absorption (%)
3,43
2,17

Kadar Air (%)


7,9
2,625

Jadi bahan bahan yang diperlukan:


Semen = 452,381 Kg/m3

Ah A1
B
Pasir = 100

7,9 3,43
444,664
100
=
= 19,8765 Kg/m3
Kebutuhan pasir

= 444,664 +19,8765
= 464,5405 kg/m3

Ak A2
C
Kerikil= 100
2,625 2,17
1202,241
100
=

= 5,4702 Kg/m3
Kebutuhan Kerikil

= 1202,241 + 5,4702
= 1207,7112 kg/m3

Air

= 205 19,8765 5,4702


= 179,6533 liter/m3

Persentase pasir dan kerikil yang didapat dikontrol dengan analisa ayakan
campuran pasir dan kerikil.Untuk percobaan, volume benda uji:
Silinder

=0,25 x x d2 x t
= 0,25 x 3,14 x 0,152 x 0,3 = 0,0053 m3

KELOMPOK VII

21

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga


kemungkinan susut, jadi diperlukan material
= 0,0053 + (0,2 x 0,0053)
= 0,0064m3
Karena 5 sampel, maka

= 5 x 0,0064
= 0,0318m3

Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. Semen

= 0,0318 x 488,095

= 15,521 kg/m3

b. Air

= 0,0318 x 179,6533

= 5,713 liter/m3

c. Pasir

= 0,0318 x 464,5405

= 14,772 kg/m3

d. Kerikil

= 0,0318 x 1207,7112

= 38,405 kg/m3

KELOMPOK VII

22

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

PERENCANAAN CAMPURAN BETON


Kelompok: VII
No
.

Pekerjaan: Pile Cap

Ketentuan

Non Additive

Satua
n

31
Kegagalan = 5
8,5

Mpa
%
Mpa

39,5

Mpa

Tegangan Karakteristik

2
3
4
5
6
7
8
9
10

Standar Deviasi
Rencana kuat tekan ratarata
Tipe semen
Type agregat kasar
Type agregat halus
Faktor Air Semen maks.
Faktor Air Semen Rencana
Slump
Ukuran agregat maks.

11

Kebutuhan air bebas

179,6533

12

Kadar Semen Rencana

488,095

kg/m3

13

Kadar Semen min.

325

kg/m3

14
15

kg/m3
liter

16

Fly ash
Conplas
Berat jenis gabungan
kondisi SSD

2,5938

kg/m3

17

Berat jenis Beton basah

2340

kg/m3

18
19
20

Berat agregat total


Grading agregat halus
Prosentase agregat halus
Berat agregat halus (setelah
koreksi)
Berat agregat kasar (setelah
koreksi)

1646,905
Zona III
27

kg/m3

464,5405

kg/m3

1207,7112

kg/m3

21
22

KELOMPOK VII

PPC Gresik (Tipe I)

Pecah (Martadah)
Alami (Matraman)
0,55
0,42
6,0-12,5
40

cm
mm
liter/m
3

23

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II

KEBUTUHAN BAHAN CAMPURAN RENCANA

No.
1
2
3
4

No.
1
2
3
4
5
6

Kebutuhan bahan-bahan campuran


beton
Air
Semen
Agrerat halus (pasir)
Agrerat kasar (kerikil)

Kebutuhan bahan-bahan campuran


beton per-5 silinder
Air
Semen
Agrerat halus (pasir)
Agrerat kasar (kerikil)
Fly ash
Complas

Per-m3

Satuan

179,6533
488,095
464,5405
1207,7112

Liter
Kg
Kg
Kg

Non
additive

Satuan

5,713
15,521
14,772
38,405
-

Liter/m3
Kg/m3
Kg/m3
Kg/m3
Kg
Ml

Jadi, perbandingan antara semen : air : pasir : kerikil = 1 : 0,368 : 0,952 :


2,474

KELOMPOK VII

24

Anda mungkin juga menyukai