STANDAR PENJELASAN
0 mm
(tipikal)
Kemungkinan
spalling
Tegangan
tekan
diagonal
(tipikal)
STANDAR PENJELASAN
Tulangan Tulangan
sengkang sengkang
0 mm 0 mm
1,3 d 1,3 d
(tipikal) (tipikal)
25.7.2.3 Sengkang ikat persegi harus R25.7.2.3 Ilustrasi mengenai sudut 135
memenuhi a) dan b): derajat dan spasi bersih tulangan 150 mm
pada tiap sisi dijelaskan pada Gambar.
a) Setiap sudut dan tulangan longitudinal R25.7.2.3a. Pengujian terbatas (Pfister
bersebelahan harus mempunyai 1964) pada kolom dengan ukuran penuh,
tumpuan lateral oleh sudut sengkang dibebani aksial, tulangan dipasang panjang
dengan sudut ujung sengkang ikat tidak penuh tanpa sambungan lewatan
lebih dari 135 derajat menunjukkan bahwa pengikat pada
STANDAR PENJELASAN
Diijinkan melebihi
150 mm tanpa
sengkang ikat
Ikat
silang
STANDAR PENJELASAN
Ikatan sengkang
melingkar menerus
Penambahan
satu putaran
lingkaran
STANDAR PENJELASAN
Lokasi kait
dipasang selang-
seling pada Sengkang
sengkang lingkaran
lingkaran
berurutan
Lewatan mm
STANDAR PENJELASAN
atau polos D10, atau kawat ulir D8, atau
kawat polos 8). Ukuran standar diameter
tulangan spiral adalah 9,5, 12,7, dan 15,9
mm untuk material canai panas maupun
dingin, tulangan polos atau ulir.
25.7.3.3 Rasio volumetrik tulangan spiral R25.7.3.3 Pengaruh tulangan spiral dalam
ρs, harus memenuhi Pers. (25.7.3.3). meningkatkan kekuatan inti beton tidak
terlihat sampai kolom menerima beban dan
Ag f' deformasi yang cukup untuk membuat kulit
s 0, 45 1 c (25.7.3.3) beton pecah. Jumlah tulangan spiral yang
Ach f yt dibutuhkan oleh Pers. (25.7.3.3) ditujukan
untuk memberikan kekuatan tambahan
dimana nilai fyt tidak boleh lebih besar dari untuk kolom yang menerima beban
700 MPa. konsentris yang sama dengan atau sedikit
lebih besar dari kekuatan yang hilang ketika
kulit beton pecah. Penurunan Pers.
(25.7.3.3) diberikan oleh Richart (1933).
Hasil uji menunjukkan bahwa kolom yang
dipasang tulangan spiral mempunyai
daktilitas dan ketegaran yang cukup baik.
Riset (Richard et al. 1929; Richart 1933;
Pessiki et al 2001; Saatcioglu and Razvi
2002) mengindikasikan bahwa kekuatan
leleh tulangan yang dapat digunakan
sebagai pengekang mencapai 700 MPa.
1 - 1/2
Putaran
tambahan
STANDAR PENJELASAN
Ujung
batang Panjang
Tulangan Lapisan atau kawat lewatan
spiral yang mm
dilewatkan
Tidak
dilapisi
atau lapis Tidak perlu
48db
seng kait
(galvanis
)
Batang
Lapis Tidak perlu
ulir 72db
epoksi kait
atau
seng dan
lapis Kait standar
48db
ganda 25.3.2[1]
epoksi
Tidak Tidak perlu
48db
dilapisi kait
Tidak perlu
Kawat ulir 72db
Lapis kait
epoksi Kait standar
48db
25.3.2[1]
Tidak Tidak perlu
72db
dilapisi kait
Batang atau lapis
polos seng Kait standar
48db
(galvanis 25.3.2[1]
)
Tidak perlu
72db
Kawat Tidak kait
polos dilapisi Kait standar
48db
25.3.2[1]
[1]
Kait ditanam di dalam inti beton yang dikekang oleh spiral
STANDAR PENJELASAN
25.7.4.2 Di ujung elemen tulangan pada
sengkang pengekang harus di angkur
menggunakan kait seismik yang
memenuhi 25.3.4 dan dikaitkan dengan
tulangan longitudinal. Sengkang
pengekang tidak boleh terbuat dari batang
ulir berkepala yang saling mengikat.
25.8 - Angkur pascatarik dan kopler R25.8 - Angkur pascatarik dan kopler
25.8.1 Angkur dan kopler untuk tendon R25.8.1 Kekuatan yang dibutuhkan untuk
harus menyalurkan kekuatan setidaknya angkur-tendon atau tendon-sambungan
95 persen dari nilai fpu jika diuji dalam berlaku juga untuk tendon dengan atau
kondisi tanpa lekatan (unbonded), tanpa tanpa lekatan, jika diuji dalam kondisi tanpa
melebihi nilai set yang diantisipasi. lekatan, berdasarkan 95 persen kekuatan
tarik spesifik dari baja prategang dalam
pengujian. Pengujian baja dibutuhkan untuk
memenuhi ketentuan minimum dari standar
ASTM yang disebutkan pada 20.3.1.
Kekuatan angkur dan penyambung melebihi
kekuatan desain maksimum dari baja
prategang dalam jumlah yang cukup besar,
di sisi lain, terjadi efek peningkatan
tegangan (stress-raiser) yang berhubungan
dengan angkur dan sambungan pascatarik.
Kekuatan angkur dan penyambung harus
diperoleh dengan besar deformasi
permanen, dan set yang minimum, dengan
pengertian bahwa deformasi dan set akan
terjadi ketika pengujian. Susunan tendon
harus memenuhi syarat 2 persen
perpanjangan yang tertera pada ACI 423.7.
Metode uji statis dan fatik untuk angkur
dan penyambung tertera dalam ICC-ES
Acceptance Criteria AC303 (2011).
25.8.2 Angkur dan kopler untuk tendon R25.8.2 Angkur dan penyambung untuk
dengan lekatan harus ditempatkan tendon dengan lekatan yang
sehingga 100 persen dari nilai fpu dapat mengembangkan kurang dari 100 persen
disalurkan pada penampang kritis setelah kekuatan tarik yang dispesifikasikan dari
tulangan pascatarik terekat pada baja prategang hanya boleh digunakan jika
komponen struktur. panjang transfer lekatan antara angkur atau
penyambung dan penampang kritis sama
dengan atau melebihi nilai yang disyaratkan
untuk mengembangkan kekuatan baja
prategang. Panjang lekatan ini dapat
dihitung berdasarkan hasil pengujian
karakteristik lekat dari strand prategang
yang tidak ditarik (Salmons and McCrate
1977), atau uji lekat pada material baja
prategang lainnya.
25.8.3 Dalam konstruksi tanpa lekatan R25.8.3 Hasil diskusi mengenai beban
yang menerima beban berulang, fatik dijelaskan dalam ACI 215R.
kemungkinan terjadinya fatik (fatigue)
STANDAR PENJELASAN
25.9 - Daerah angkur untuk tendon 25.9 - Daerah angkur untuk tendon
pascatarik pascatarik
25.9.1 Umum R25.9.1 Umum – Ketentuan pendetailan
dalam AASHTO LRFD Bridge Design
Specifications (AASHTO LRFDUS) untuk
analisis dan penulangan daerah angkur
pascatarik adalah memadai untuk standar
ini. Standar ini juga merujuk pada pedoman
AASTHO untuk daerah khusus di sekitar
angkur, serta peralatan dan pengujian
kelayakannya.
STANDAR PENJELASAN
Di depan angkur
Tendon