Anda di halaman 1dari 10

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur

& Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”


SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN

standar bersudut 135 derajat atau kait


seismik lebih cocok digunakan untuk
sengkang torsi. Untuk daerah dimana
potensi pecah telah dicegah dengan adanya
pelat atau sayap balok, 25.7.1.6(b)
mengurangi persyaratan ini dan
memperbolehkan penggunaan kait
bersudut 90 derajat karena adanya
tambahan kekuatan kekangan dari pelat
(mengacu pada Gambar R25.7.1.6(b)).

Spalling Spalling dicegah


dapat terjadi oleh pelat

0 mm
(tipikal)

(a) Potongan melintang

Kemungkinan
spalling

Tegangan
tekan
diagonal
(tipikal)

(b) Detail pada sudut


Gambar R25.7.1.6 – Spalling pada sudut
balok akibat torsi

25.7.1.7 Kecuali bila digunakan untuk R25.7.1.7 Persyaratan pemasangan


tulangan torsi dan integritas, Sengkang sengkang-U ganda untuk membentuk
tertutup boleh dibuat menggunakan sengkang tertutup di atas sambungan
sepasang sengkang-U yang disambung lewatan sesuai 25.5.2. Gambar R25.7.1.7
dimana panjang sambungan setidaknya mengilustrasikan konfigurasi sengkang
1,3𝓵d. Untuk komponen dengan tinggi total tertutup yang dibuat dengan sambungan
setidaknya 450 mm, sambungan dengan lewatan.
nilai Abfyt ≤ 40 kN per kaki dianggap cukup
jika panjang kaki sengkang mencapai
tinggi maksimum komponen.

© BSN 2019 598 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN

Tulangan Tulangan
sengkang sengkang

0 mm 0 mm
1,3 d 1,3 d
(tipikal) (tipikal)

Gambar R25.7.1.7 – Konfigurasi


sengkang tertutup

25.7.2 Sengkang ikat 25.7.2 Sengkang ikat

25.7.2.1 Sengkang ikat harus terdiri dari


tulangan ulir berbentuk sengkang tertutup
dengan spasi sesuai ketentuan a) dan b):

a) Spasi bersih minimum (4/3)dagg


b) Spasi pusat ke pusat sengkang tidak
melebihi nilai terkecil dari 16db tulangan
longitudinal, 48db sengkang ikat, dan
dimensi terkecil komponen struktur

25.7.2.2 Diameter tulangan sengkang R25.7.2.2 Ketentuan ini berlaku untuk


ikat harus memenuhi a) atau b): tulangan ikat silang dan sengkang ikat.

a) D10 yang melingkari tulangan


longitudinal D32 atau yang lebih kecil
b) D13 yang melingkari tulangan
longitudinal D36 atau yang lebih besar
atau bundel tulangan longitudinal

25.7.2.2.1 Sebagai alternatif batang ulir,


kawat ulir atau jaring kawat dengan luas
tulangan yang ekuivalen yang disyaratkan
dalam 25.7.2.1 boleh digunakan selama
memenuhi persyaratan Tabel 20.2.2.4a.

25.7.2.3 Sengkang ikat persegi harus R25.7.2.3 Ilustrasi mengenai sudut 135
memenuhi a) dan b): derajat dan spasi bersih tulangan 150 mm
pada tiap sisi dijelaskan pada Gambar.
a) Setiap sudut dan tulangan longitudinal R25.7.2.3a. Pengujian terbatas (Pfister
bersebelahan harus mempunyai 1964) pada kolom dengan ukuran penuh,
tumpuan lateral oleh sudut sengkang dibebani aksial, tulangan dipasang panjang
dengan sudut ujung sengkang ikat tidak penuh tanpa sambungan lewatan
lebih dari 135 derajat menunjukkan bahwa pengikat pada

© BSN 2019 599 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN

b) Tulangan yang tidak ditumpu harus tulangan longitudinal yang berselang-seling


berjarak lebih kecil dari 150 mm dengan jarak bersih 150 mm tulangan
sepanjang sengkang dari tumpuan longitudinal didukung secara lateral cukup
lateralnya memadai untuk kolom menerima beban
aksial.
Kawat menerus dapat dianggap sebagai
sengkang ikat, jika luasnya ekuivalen
dengan luas dan jarak pemisah sengkang
ikat. Angkur pada ujung kawat berupa kait
standar (mengacu pada Gambar
R25.7.2.3b). Kawat menerus berbentuk
lingkaran dianggap tulangan spiral jika
sesuai dengan 25.7.3; jika tidak sesuai,
maka kawat dianggap sebagai tulangan
sengkang ikat.

spasi bersih tidak


lebih dari150 mm
tanpa pengikat

Diijinkan melebihi
150 mm tanpa
sengkang ikat

Sudut pengikat tidak


lebih dari 135 o
spasi bersih lebih
dari 150 mm,
harus dengan
Kait sengkang ikat
standar135 o tertutup
overlap
Sengkang ikat
tunggal mengikat
semua tulangan

Jarak tulangan tidak


melebihi 150 mm

Ikat tunggal Spasi bersih


mengikat semua lebih dari 150
tulangan mm, didukung
Ikat ikat silang
silang

Overlap sengkang tertutup


mengikat semua tulangan

Ikat
silang

Gambar R25.7.2.3a – Ilustrasi untuk


menggambarkan perbandingan antara
tulangan kolom yang ditumpu lateral
dan pengakuran sengkag ikat persegi

© BSN 2019 600 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN

Ikatan sengkang
melingkar menerus

Penambahan
satu putaran
lingkaran

Gambar R25.7.2.3b – Pengangkuran


sengkang lingkaran menerus

25.7.2.3.1 Pengangkuran sengkang R25.7.2.3.1 Sengkang ikat kait standar


persegi harus berupa kait standar yang ditujukan untuk penggunaan dengan
memenuhi 25.3.2 dan melingkari tulangan tulangan ulir dan jika memungkinkan
longitudinal. Tulangan sengkang ikat tidak disambung secara selang seling
boleh terbuat dari tulangan ulir berkepala (staggered).
yang saling mengikat.

25.7.2.4 Tulangan sengkang ikat R25.7.2.4 Tulangan transversal pada


lingkaran boleh digunakan apabila batang dengan tulangan longitudinal yang
tulangan longitudinal dipasang melingkar ditempatkan di sekitar keliling lingkaran
di sekeliling sebuah lingkaran. dapat berbentuk spiral maupun lingkaran,
umumnya bentuk spiral lebih efektif.

25.7.2.4.1 Pengangkuran sengkang ikat R25.7.2.4.1 Pembelahan (splitting) vertikal


lingkaran individual harus sesuai dengan dan kehilangan tahanan kekangan oleh
a) hingga c) tulangan sengkang ikat dapat terjadi apabila
ujung tulangan sengkang ikat yang saling
a) Bagian ujung harus disambunglewatkan tumpeng tindih di angkur menggunakan
sedikitnya 150 mm tulangan longitudinal tunggal. Tulangan
b) Bagian akhir harus diputus dengan kait sengkang ikat yang berdekatan tidak boleh
standard sesuai dengan 25.3.2 yang mengikat tulangan longitudinal yang sama
mengikat sebuah batang longitudinal pada ujung kait angkur (mengacu pada
c) Lewatan pada bagian ujung sengkang Gambar. R25.7.2.4).
lingkaran yang bersebelahan harus
dipasang selang-seling di sekitar
perimeter melingkupi tulangan
longitudinal.

© BSN 2019 601 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN

Lokasi kait
dipasang selang-
seling pada Sengkang
sengkang lingkaran
lingkaran
berurutan

Lewatan mm

Gambar R25.7.2.4 – Pengangkuran


sengkang ikat lingkaran

25.7.2.5 Sengkang ikat untuk menahan R25.7.2.5 Mengacu pada R25.7.1.6


torsi harus tegak lurus dengan sumbu
komponen struktur yang diangkur oleh a)
atau b):

a) Ujungnya berakhir dengan kait standar


bersudut 135 derajat atau kait seismik
memutari tulangan longitudinal
b) Sesuai dengan 25.7.1.3 (a) atau (b)
atau 25.7.1.4, dimana beton yang
mengelilingi angkur dikekang untuk
mencegah pengelupasan beton

25.7.3 Tulangan spiral R25.7.3 Tulangan spiral


R25.7.3.1 Tulangan spiral harus ditahan
25.7.3.1 Tulangan spiral terdiri dari pada tempatnya, dengan jarak antar
tulangan atau kawat menerus dengan tulangan dan susunan yang benar untuk
spasi sama dengan spasi bersih sesuai mencegah terjadinya perpindahan
dengan a) dan b): (displacement) ketika proses pengecoran.

a) Setidaknya lebih besar dari 25 mm dan


(4/3)dagg
b) Tidak lebih dari 75 mm

25.7.3.2 Untuk konstruksi cor di tempat, R25.7.3.2 Dengan pertimbangan aspek


nilai diameter batang atau kawat spiral penerapan pada konstruksi dengan metode
minimal 9,5 mm. cor di tempat, diameter minimal untuk
tulangan spiral adalah 9,5 mm (tulangan ulir

© BSN 2019 602 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN
atau polos D10, atau kawat ulir D8, atau
kawat polos 8). Ukuran standar diameter
tulangan spiral adalah 9,5, 12,7, dan 15,9
mm untuk material canai panas maupun
dingin, tulangan polos atau ulir.

25.7.3.3 Rasio volumetrik tulangan spiral R25.7.3.3 Pengaruh tulangan spiral dalam
ρs, harus memenuhi Pers. (25.7.3.3). meningkatkan kekuatan inti beton tidak
terlihat sampai kolom menerima beban dan
 Ag  f' deformasi yang cukup untuk membuat kulit
s  0, 45   1 c (25.7.3.3) beton pecah. Jumlah tulangan spiral yang
 Ach  f yt dibutuhkan oleh Pers. (25.7.3.3) ditujukan
untuk memberikan kekuatan tambahan
dimana nilai fyt tidak boleh lebih besar dari untuk kolom yang menerima beban
700 MPa. konsentris yang sama dengan atau sedikit
lebih besar dari kekuatan yang hilang ketika
kulit beton pecah. Penurunan Pers.
(25.7.3.3) diberikan oleh Richart (1933).
Hasil uji menunjukkan bahwa kolom yang
dipasang tulangan spiral mempunyai
daktilitas dan ketegaran yang cukup baik.
Riset (Richard et al. 1929; Richart 1933;
Pessiki et al 2001; Saatcioglu and Razvi
2002) mengindikasikan bahwa kekuatan
leleh tulangan yang dapat digunakan
sebagai pengekang mencapai 700 MPa.

25.7.3.4 Tulangan spiral harus diangkur R25.7.3.4 Angkur spiral diilustrasikan


dengan 1-1/2 putaran tambahan batang pada Gambar R25.7.3.4.
spiral atau kawat di setiap ujungnya.
Spiral

1 - 1/2
Putaran
tambahan

Gambar R25.7.3.4 – Pengangkuran


spiral

25.7.3.5 Tulangan spiral dapat


disambung dengan a) atau b):

© BSN 2019 603 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN

a) Sambungan mekanis atau las yang


memenuhi 25.5.7
b) Sambungan lewatan yang sesuai
dengan 25.7.3.6 untuk fyt tidak melebihi
420 Mpa

25.7.3.6 Sambungan lewatan spiral


harus lebih dari 300 mm dengan panjang
lewatan sesuai Tabel 25.7.3.6.

Tabel 25.7.3.6 – Panjang lewatan untuk


tulangan spiral

Ujung
batang Panjang
Tulangan Lapisan atau kawat lewatan
spiral yang mm
dilewatkan
Tidak
dilapisi
atau lapis Tidak perlu
48db
seng kait
(galvanis
)
Batang
Lapis Tidak perlu
ulir 72db
epoksi kait
atau
seng dan
lapis Kait standar
48db
ganda 25.3.2[1]
epoksi
Tidak Tidak perlu
48db
dilapisi kait
Tidak perlu
Kawat ulir 72db
Lapis kait
epoksi Kait standar
48db
25.3.2[1]
Tidak Tidak perlu
72db
dilapisi kait
Batang atau lapis
polos seng Kait standar
48db
(galvanis 25.3.2[1]
)
Tidak perlu
72db
Kawat Tidak kait
polos dilapisi Kait standar
48db
25.3.2[1]
[1]
Kait ditanam di dalam inti beton yang dikekang oleh spiral

25.7.4 Sengkang pengekang R25.7.4 Sengkang pengekang

25.7.4.1 Sengkang pengekang (hoops) R25.7.4.1 Mengacu pada R25.7.2.4.


terdiri dari tulangan sengkang tertutup atau
tulangan sengkang lingakaran menerus,
yang terdiri dari beberapa elemen tulangan
yang masing–masing memiliki kait seismik
di kedua ujungnya.

© BSN 2019 604 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN
25.7.4.2 Di ujung elemen tulangan pada
sengkang pengekang harus di angkur
menggunakan kait seismik yang
memenuhi 25.3.4 dan dikaitkan dengan
tulangan longitudinal. Sengkang
pengekang tidak boleh terbuat dari batang
ulir berkepala yang saling mengikat.

25.8 - Angkur pascatarik dan kopler R25.8 - Angkur pascatarik dan kopler
25.8.1 Angkur dan kopler untuk tendon R25.8.1 Kekuatan yang dibutuhkan untuk
harus menyalurkan kekuatan setidaknya angkur-tendon atau tendon-sambungan
95 persen dari nilai fpu jika diuji dalam berlaku juga untuk tendon dengan atau
kondisi tanpa lekatan (unbonded), tanpa tanpa lekatan, jika diuji dalam kondisi tanpa
melebihi nilai set yang diantisipasi. lekatan, berdasarkan 95 persen kekuatan
tarik spesifik dari baja prategang dalam
pengujian. Pengujian baja dibutuhkan untuk
memenuhi ketentuan minimum dari standar
ASTM yang disebutkan pada 20.3.1.
Kekuatan angkur dan penyambung melebihi
kekuatan desain maksimum dari baja
prategang dalam jumlah yang cukup besar,
di sisi lain, terjadi efek peningkatan
tegangan (stress-raiser) yang berhubungan
dengan angkur dan sambungan pascatarik.
Kekuatan angkur dan penyambung harus
diperoleh dengan besar deformasi
permanen, dan set yang minimum, dengan
pengertian bahwa deformasi dan set akan
terjadi ketika pengujian. Susunan tendon
harus memenuhi syarat 2 persen
perpanjangan yang tertera pada ACI 423.7.
Metode uji statis dan fatik untuk angkur
dan penyambung tertera dalam ICC-ES
Acceptance Criteria AC303 (2011).

25.8.2 Angkur dan kopler untuk tendon R25.8.2 Angkur dan penyambung untuk
dengan lekatan harus ditempatkan tendon dengan lekatan yang
sehingga 100 persen dari nilai fpu dapat mengembangkan kurang dari 100 persen
disalurkan pada penampang kritis setelah kekuatan tarik yang dispesifikasikan dari
tulangan pascatarik terekat pada baja prategang hanya boleh digunakan jika
komponen struktur. panjang transfer lekatan antara angkur atau
penyambung dan penampang kritis sama
dengan atau melebihi nilai yang disyaratkan
untuk mengembangkan kekuatan baja
prategang. Panjang lekatan ini dapat
dihitung berdasarkan hasil pengujian
karakteristik lekat dari strand prategang
yang tidak ditarik (Salmons and McCrate
1977), atau uji lekat pada material baja
prategang lainnya.

25.8.3 Dalam konstruksi tanpa lekatan R25.8.3 Hasil diskusi mengenai beban
yang menerima beban berulang, fatik dijelaskan dalam ACI 215R.
kemungkinan terjadinya fatik (fatigue)

© BSN 2019 605 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN

pada tulangan prategang di angkur dan Penjelasan mendetail mengenai pengujian


kopler harus dipertimbangkan. dengan beban statis dan siklik untuk tendon
dan angkur dari tendon tanpa lekatan
terdapat dalam ACI 423.3R (pasal 4.1.3)
dan ACI 301 (pasal 15.2.2).

25.8.4 Kopler harus ditempatkan di lokasi


yang disetujui oleh perencana ahli
bersertifikat dan ditutup cukup lama untuk
memberikan ruang terhadap pergerakan
tertentu.

25.9 - Daerah angkur untuk tendon 25.9 - Daerah angkur untuk tendon
pascatarik pascatarik
25.9.1 Umum R25.9.1 Umum – Ketentuan pendetailan
dalam AASHTO LRFD Bridge Design
Specifications (AASHTO LRFDUS) untuk
analisis dan penulangan daerah angkur
pascatarik adalah memadai untuk standar
ini. Standar ini juga merujuk pada pedoman
AASTHO untuk daerah khusus di sekitar
angkur, serta peralatan dan pengujian
kelayakannya.

25.9.1.1 Daerah angkur tendon R25.9.1.1. Berdasarkan atas prinsip St.


pascatarik terdiri dari dua daerah a) dan b): Venant, lingkup daerah angkur diestimasi
kira-kira sama dengan dimensi penampang
a) Daerah lokal harus dianggap sebagai yang terbesar. Daerah lokal dan umum
prisma empat persegi panjang beton ditunjukkan dalam Gambar R25.9.1.1a
(atau ekuivalen prisma persegi untuk
angkur lingkanran atau oval) yang
secara langsung mengelilingi perangkat
Denah
angkur serta tulangan kekangan.
b) Daerah umum termasuk daerah lokal Daerah Daerah
dan daerah yang dianggap sebagai lokal umum
bagian komponen struktur dimana gaya
prategang terpusat disalurkan ke beton
dan disebarkan secara lebih merata ke
seluruh bagian penampang.

Potongan elevasi penampang


Gambar R25.9.1.1a – Daerah lokal dan
daerah umum

© BSN 2019 606 dari 695


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan, Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019

STANDAR PENJELASAN
Di depan angkur

Tendon

1,0 h 1,0 h – 1,5 h Daerah


umum
Potongan melalui pelat pada
lokasi angkur

Gambar R25.9.1.1b – Daerah umum


untuk angkur yang ditempatkan jauh
dari ujung komponen struktur

25.9.1.2 Daerah lokal harus


direncanakan mengikuti 25.9.3

25.9.1.3 Daerah umum harus


direncanakan mengukuti 25.9.4

25.9.1.4 Kekuatan tekan beton yang


diperlukan pada saat penarikan tendon
ditentukan berdasarkan 26.10.

25.9.1.5 Tahapan proses penarikan R25.9.1.5 Tahapan penegangan oleh


tendon harus diperhitungkan dalam peralatan angkur sangat mempengaruhi
desain, dan dispesifikasikan seperti yang tegangan daerah umum. Dengan demikian,
disyaratkan oleh 26.10. sangat penting untuk memperhatikan tidak
hanya tahapan akhir pada tahapan
penegangan setelah semua tendon ditarik,
tetapi pada tahapan menengah saat
konstruksi. Gaya pencar (bursting) yang
paling kritis akibat masing-masing
kombinasi penarikan tendon maupun
seluruh kelompok tendon harus
diperhitungkan.

25.9.2 Kekuatan perlu R25.9.2 Kekuatan perlu

25.9.2.1 Gaya prategang terfaktor pada R25.9.2.1 Gaya prategang terfaktor


perangkat angkur Ppu harus mencapai nilai adalah hasil kali faktor beban dan gaya
terkecil dari a) hingga c), dimana 1,2 prategang maksimum yang diizinkan.
adalah faktor beban dari 5.3.12: Tegangan izin tarik maksimum pada saat
jacking tertuang dalam 20.3.2.5.1.
a) 𝟏, 𝟐(𝟎, 𝟗𝟒𝒇𝒑𝒚 )𝑨𝒑𝒔
b) 𝟏, 𝟐(𝟎, 𝟖𝟎𝒇𝒑𝒖 )𝑨𝒑𝒔
c) Beban jacking maksimum dari
spesifikasi pabrik perangkat angkur
dikalikan 1,2

© BSN 2019 607 dari 695

Anda mungkin juga menyukai