PENDAHULUAN
Dalam teknik sipil terdapat beberapa bahan materi yang dipelajari. Salah
satunya adalah pengetahuan tentang aspal, dimana ilmu aspal digunakan dalam
melaksanakan proyek pembuatan jalan raya. Dalam teknik sipil, aspal hanya
digunakan untuk pembuatan jalan. Berbeda dengan beton, beton hampir digunakan
dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya, semua struktur dalam teknik sipil akan
menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Struktur aspal sangat
dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur aspal seperti yang
tercantum dalam perencanaan. Hal tersebut bergantung juga pada suhu, serta
kekuatan menumbuk/ menekan aspal untuk bercampur dengan agregat lainnya.
1.2 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat:
1. Merencanakan suatu campuran dengan menggunakan metode perencanaan
campuran yang yang memenuhi standart
2. Menguji suatu campuran uji menjelaskan prosedur-prosedur untuk
penyesuaian dan koreksi proporsi campuran aspal
3. Menggunakan peralatan pengujian dengan terampil
BAB II
DASAR TEORI
2.1 SEJARAH
Dari sejarah dapat diketahui bahwa aspal, atau asphalt (USA) atau bitumen
(Inggris) telah digunakan untuk beberapa keperluan, contoh:
1. Babilonia : aspal digunakan sebagai perekat pada pembuatan tembok
2. Kerajaan Roma : aspal digunakan sebagai bahan pada pekerjaan lantai
3. Mesir : aspal digunakan untuk bahan pengawet jenazah para raja
Data perkembangan penggunaan aspal di beberapa kota atau negara adalah sebagai
berikut:
300 B.C : Egypte, aspal untuk bahan pengawet jenazah raja
1802 : France, aspal untuk bahan lantai, jenazah
1838 : Philadelphia, rock asphalt mulai digunakan
1870 : New York dan New Jersey, aspal untuk pengerasan jalan
1876 : Washington, aspal untuk perkerasan jalan
1902 : USA, mulai digunakan aspa minyak
1926 : produksi aspal minyak mulai meningkat, karena
penggunaannya juga meningkat
Aspal merupakan senyawa hydrogen (H) dan carbon (C) yang terdiri dari
parafins, naphtene, dan aromatics. Bahan-bahan tersebut membentuk kelompok yang
disebut:
a. Asphaltenese
Kelompok ini membentuk butiran halus berdasarkan aromatic/benzene structure
serta mempunyai berat molekul tinggi.
b. Oils
Kelompok ini berbentuk cairan yang melarutkan asphaltenese, tersusun dari
paraffins (waxy), cyclo paraffins (wax-free), dan aromatics serta mempunyai berat
molekul rendah.
c. Resins
Kelompok ini berbentuk cairan menyelubungi asphatenese dan mempunyai berat
molekul sedang. Selanjutnya gabungan oils dan resins sering juga disebut maltenese.
Pada asbuton ini jumlah bahan serta bitumen dapat mencapai lebih dari 80
%yang berupa pasir dan kapur. Mineral yang terkandung dalam kapur dan pasir
tersebut antara lain :
Mineral Kandungan
(%)
Kalsium karbonat 81,62-85,27
Magnesium Karbonat 1,98-2,25
Kalsium Sulfat 1,25-1,70
Kalsium Sulfida 0,17-0,33
Air Kablen/kristal 1,3-2,15
Silikat Oksida 6,95-8,25
Aluminium Oksida dan Feri Oksida 2,15-2,84
Sisa 0,83-1,12
Bahan Pelunak
Untuk mengeluarkan bitumen dari dalam butiran asbuton, perlu ditambahkan
bahn pelunak/pengencer. Bahan pelunak ini dapat berupa :
1. flux oil (dianggap mengandung bitumen 35%)
2. bunker oil/minyak bakar (dianggap mengandung bitumen 45%)
3. campuran solar dan aspal semen (1:1)
4. aspal cair, Slow Curing (SC 70)
Jumlah berat bahan pelunak yang dibutuhkan sebanyak 3-5% berat asbuton kering.
Usaha Pemanfaatan
Pemanfaatan asbuton selama ini telah diusahakan semaksimal mungkin.
Usaha tersebut antara lain berupa perbaikan atas karakteristik bitumen dan atau bahan
pengisinya. Beberapa contoh isaha pemanfaatan asbuton:
a. Asbuton mikro
b. Buton Epuro(BE)
c. Butonic Mastic Aspal (BMA)
d. Refined Asbuton (Retona)
Tabel 3.3
Jenis Keterangan
Jenis Pengolahan
untuk mendapatkann aspal. jenis pengolahan ini yang sering dipakai adalah :
1. vacum and steam refining process
Proses mi menggunakan pnnsip ponguapan dan distilasi. Minyak tanah kasar
dipaiiasi terus menerus selungga tcrjadi penguapan. Dcngan
niembedakan atas berat jenisnya, uap ynng timbul didinginkan sehiiigga
tcrjadilah bahan minyak. Sisa material yang ada adalah merupakan
bahan aspal. dan dcngan proses tertentu ( vacuni lower bahan aspal
dialiri uap suhu 2700F) akan menghasilkan aspal asli yang berupa cairan
dan selanjutnya akan memibki kekerasan tertentu yang nantinya disebut
aspal semen ( asphallic cement).
2. Solvent diaspalthing process.
Dan sisa material vane ada. pada pclaksanaan proses tertentu ( vacuni tower )
diberikan tambahan propana ( C-,HS ). sehingga terjadilah aspal semen.
Proses ini sering disebut propone diaspalthing process.
Penggunaan
Karena keadaan yang solid tersebut, maka di dalam penggunaannya aspal
perlu
dipanaskan terlebih dahulu, contoh : pada pembuatan beton aspal campuran panas
( hot mixDengan pemanasan maka tingkat kekerasan ( koiisistensi ) aspal akan
berubah. Bahan yang konsistennya berubah dengan berubahnya suhu disebut bahan
thermoplastic, dan aspal termasuk ke dalam kelompok ini.
Proses Tambah
Dengan adanva aspal semen, untuk memenulii kebutuhan pelaksanaan konstruksi
tertentukadang-kadang masih mengalami kesulitan. Makn untuk it.i diusahakan
adanva ienis aspal baruyang dapat mengatasi kesulitan serta dapat memenuhi
kebutuhan. Jenis aspal tersebut dapat diwujudkan dengan eara memberikan prose?
"imbali terhadap aspal semen. Secara skematis adalah sebagai berikut :
aspal semen (asli) jenis aspal baru dengan sifat dan ujud yang
berbeda
Proses tambah yang dapat dibenkan ada beberapa macam :
1. Dipanasi
Proses lanibah ini dilakukan denuan cara aspa! asli di: anaskan dengan temperatur
tinggi, dan dalani keadaan ini aspal juga dihernbusi udara dengan suhu tinggi. Proses
ini disebut proses hemousan udara panas fair hhiw mg process ) dan menghasilkan
aspal yang disebut air blown aspal
Sifat aspal
Kepekaan aspal terhadap temperatur agak berkurar.g L'ntuk meningkatkan
kekurangpekaan aspal Japal diusahakan dengan menambah jumlah udara yang
dihembuskan. Hal ini terjadi karena rangkaian Carbon ( C ) menjadi scmakin panjang
akibat lepasnya unsur Hidrogen ( H ) yang selanjutnya terubah menjadi air ( H rO )
karena adanya O2. Penggunaannya sebagai pelapis atap
2. Ditambah bahan kimia
Setelali aspal dipanasi seperti pada butir 1, kemudian ditambah dengan bahan kimia
dan terbentuklah epoxy asphalt.
3. Ditambah pengenoer
Aspai ash akan !arut dalam m nyak yang berasai dari minyak tanah
kasar. Sifat ini dimanfaaikan untuk mcngubah aspa: ash yang solid menjadi aspal
cair ( cutback asphalt). Contoli
a AC + gasoline --------- rapid curing liquid asphalt (RC)
b AC + karosene----------- medium curing liquidasphalt (MC)
c. AC + diesel oil---------> slim vi/ring liquid asphalt (SC)
Jenis
Aspal cair uibedakan menurut kekentalannya Cara mengukur kekentlan ada 2 cara,
yaitu :
1. Cara lama
Kekentalan aspal dinyatakan dengan Say hull l-'urol Viscosity, diukur pada suhu 140
Farenheit dengan saiuan detik yaitu menvatakan waktu yang diperlukan untuk
mengisi botol 60 ml dengan pipa diameter 1/8 inch Jems aspal dibedakan dengan
memberikan indeks dari 0-5.
BIRO PEXERBIT KMTS FT UGM
Tabel.5
indek Kekentalan (delik )
0 15-30
1 45-90
2 100-200
3 250-500
4 500-1200
5 1500-3000
Tabel 5.6
ludtk Kekentalan ( cst)
30 30 -60
70 70-140
250 250 - 500
800 800 - 1000
3000 3000-6000
I : butiran bitumen
III II I II : bahan tambah
III : air
Bahan tambah itu berada dibagian II yaitu memisahkan bitumen dengan air.
Jenis :
Dengan duberikannya bahan tambah maka pada butiran bitumen akan bermuatan
listrik.sehingga untuk bahan tambah ada dua jenis, yaitu :
1. Yang member muatan listrik negative, disebut emulsi negative atau
anionic.contoh bahan tambah natrium oleat.
2. Yang bermuatan positif disebut emulsi positif atau cationic, contoh bahan
tambah yaitu memberikan amine.
Dan bahan tambah tersebut, maka jenis aspal emulsi dapat dibedakan :
aspal emulsi anionic
aspal emulsi cationic
table 3.7
jenis Sifat
RS CRS AL KL Rapid breaking (bentuk
disperse cepat hilang bila
menyentuh batu) bersifat
labil (RS/CRS type)
MS CMS A2 A2 Medium breaking, bersifat
semi stbil (MS/CMS type)
SS CSS A3 K3 A4 K4 Slow breaking, bersifat
stabil (SS/CSS type)
Penggunaan :
Proses pencampurannya :
a. langsung yaitu antara aspal cair dan karet cair pada suhu 160c
b. masterbatch, aspal cair dan karet padat diairkan pada suhu 160c
Sifat asret
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat asret dari beberapa unsur pengamatan
lebih baik disbanding aspal semula.
2.4 BAHAN TAMBAH (ADDITIVE)
Semakin meningkatnya beban perkerasan, dituntut bahan lapis keras
yang lebih baik dalam arti lebih mampu meneruskan dan menyebarkan beban lapis
yang di bawahnya.untuk itu salah satu usahanya untuk meningkatkan kualitas aspal
daengan menambahkan additive.denngan menambahkan additive karakteristik aspal
sebagai bahan ikat akan lebih baik, antara lain :
a. elastisitas meningkat
b. tingkat keplastisan meningkat (rentang antara titik lembek traas breaking point)
c. kohesi bitumen meningkat
d. ketahanan terhdap deformasi permanen meningkat
e. ketahanan terhadap kelelehan pada suhu rendah meningkat
f. kerentanan bitumen terhadap panas menurun
g. proses oksidasi terhadap bitumen lebih lambat.
1. DASAR
a) Penetrasi dari uji penetrasi yaitu jarum penetrasi dengan beban 100
gr, selama 5 detik pada suhu 25C masuk kedalam aspal diukur dalam
satuan 0,1 mm.
2. KLASIFIKASI ASPAL
a. Penetrasi AC 40 50 Angka menunjukkkan masuknya jarum
AC 60 70 penetrasi. (100gr/5detik/0,1mm)
AC 85 100
AC 120 150
AC 200 300
BS 3690
pen. 15 5
pen. 25 5
pen. 35 7
pen. 40 10
pen. 50 10
pen. 70 10
pen. 100 20
pen. 200 30
pen. 300 45
pen. 450 65
b. Kekentalan AC 2,5 Asphalt Cement angka menunjukkan
kekntalan pada 60 c (140 F) dalam satuan
AC 5 100-an poises.
AC 10
AC 20
AC 40
AR 1000
Age Reidue angka menunjukkan
AR 2000 kekntalan setelah uji RTFO pada suhu
AR 4000 60 C (140 F) dalam satuan poises.
(toleransi 25%)
AR 8000
AR 16000
c. Aspal Cair
Angka menunjukkan
Rapid Curing (RC) 30 0 kekentalan dalam satuan cst
Medium Curing (MC) 70 1 pada suhu 60 C.
250 2
Slow Curing (SC) 800 3
3000 4
5
d. Aspal Emulsi
Aspal Emulsi Anionic (-)
Aspal Emulsi Kationik (+)
Aspal Non Ionic (Netral)
Anionic Kationic BM Keterangan
RS 1 CRS 1 MC 1 MCK 1 C = cationic/cepat
RS 2 CRS 2 MC 2 MCK 2 R = rapid
MS 1 - MC 1 MSK 1 M = medium/mengendap
MS 2 CMS 2 MC 2 MSK 2 S = slow/sedang
MS 2h CMS 2h MS 2K MSK 2h S = setting
CMS 2s h = harder base asphalt
HF MS 1 - - -
HF = hot float (diukur
HF MS 2 - - -
dengan float test,
HF MS 2h - - -
dimungkinkan penggunaan
HF MS 2s - - -
film aspal tebal)
SS 1 CSS 1 ML 1 MLK -1
s = solvent (more solvent
SS 1h CSS 1h ML 1K MLK 1h
than the others)
K = kationok/kental
Tabel 3.12
aromatic based bitumen paraffinic based bitumen
Asphaltenese asphaltenese
aromatic mineral oils paraffinic mineral oils
resins resins
2. Lama Pembebanan
Jika dikaitkan dengan lalu lintas maka pembebanan yang lama
akan terjadi pada lalu lintas dengan kecepatan rendah atau
sebaliknya. Menurut Shell, dengan semakin lama pembebanannya
maka aspal yang semula bersifat elastic akan bersifat lebih
viscous.
3. Waktu (effect of time)
Hal ini berkaitan dengan sifat tahan lama aspal sebagi bahan jalan.
Apabila asapl dibiarkan dalam keadaan yang tidak/jarang sekali
mendapat beban, ternyata kekentalan aspal akan naik. Perubahan
kekentalan ini sebanding dengan waktu dan terjadi pada komposisi
kimia yang tetap (thixotropy). Thixotropy ini dapat dihilangkan
dengan cara memberikan tegangan/beban atau pemanasan pada
aspal tersebut.
Kekentalan bitumen umunya diukur dengan :
a. Penetrasi (penetration test)
b. Titik embek/softening point (ring and ball test)
c. Uji kekntalan
Keterangan :
1. Daya adesi lemah sehingga air mampu mengusir film aspal tanpa
perlu bantuan gaya dari luar.
2. Ada daya adesi, tetapi daya ini akan hilang bila ada gaya luar
walaupun gaya luar itu cukup lemah.
3. Daya adesi sedang, dan aspal mampu menahan air walaupun
disertai adanya gaya luar yang cukup besar.
4. Daya adesi besar, dan aspal mampu menahan air walaupun disertai
adanya gaya luar yang kuat
5. Daya adesi sangat besar sehingga aspal mampu mengusir air yang
ada di agregat.
Contoh :
1. Campuran dingin dan kering (cold mixes) akan mengalami adesi
tipe 1, tetapi dengan berjalannya waktu maka adesi akan membaik
ke tipe 2 atau ke tipe 3. Sehingga 24 jam pertama penggelaran
bahan, adesi yang ada sangat peka terhadap air (misalnya hujan)
2. Campuran hot mix , akan segera mengalami tipe 2, selanjutnya ke
tipe 3 dan ke tipe 4.
3. Campuran akan segera mengalami tipe 5, bila padatnya
ditambahkan bahan tambah yang jenis dan kadarnya tepat.
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN DAN HASIL PENGAMATAN
Subjek : Pengujian Aspal
Topik : Titik Lembek Aspal dan Ter
I. REFERENSI
a.AASHTO T 53 74
b. ASTM D 36 70
c.PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
IV. PELAPORAN
a.Laporkan suhu pada saat masing-masing bola baja menyentuh plat dasar.
b. Kesimpulan dari hasil pengujian yang anda peroleh.
Catatan :
1. Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan di atas, maka pekerjaan
diulangi.
2. Apabila dari suatu pekerjaan duplo, perbedaan suhu untuk perbedaan dua
benda uji melebihi 1C maka pekerjaan diulangi.
Tabel 1.2 Spesifikasi Termometer
V. HASIL PENGAMATAN
I. REFERENSI
a. AASHTO T - 49 68
b. ASTM D - 5 71
II. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
a. Termometer
b. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan jarum naik-turun tanpa gesekan
dan dapat mengukur penetrasi ampai 0,1.
c. Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gram, yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat untuk peneraan.
d. Pemberat (50 0,05) gram dan (100 0,05) gram, masing-masing
dipergunakan untuk pngukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200
gram.
e. Jarum penetrasi terbuat dari stainless mutu 440C atau HRC 54 sampai 60.
Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
f. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar rata dengan ukuran sebagai berikut :
IV. PELAPORAN
a. Laporkan angka penetrasi rata-rata sekurang-kurangnya 3 pembacaan dalam
bilangan bulat.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.
Catatan :
a. Hasil-hasil pembacaan tidak boleh melampaui toleransi di bawah ini :
Hasil Penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 - 249 200
Toleransi 2 4 6 8
b. Apabila perbedaan antara masingg-masing pembacaan melebihi toleransi,
maka pemeriksaan harus diulangi.
c. Termometer untuk bak perendam harus dtera secara teratur.
d. Bitumen dan toleransi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 500
harus dilakukan dengan alat lain.
e. Apabila pembacaan stop wath lebih dari (5 0,1) detik, hasil terseebut tidak
berlaku / diabaikan.
V. HASIL PENGAMATAN
I II
1 60 66.5
2 60.5 67
3 58.5 66.5
4 58 70
5 62 73
6 64 77
7 67 79.5
8 71 80
9 75 80
10 74 81
65 74.05
Rata-Rata 69.525
I. REFERENSI
a. AASHTO T 228 68
b. ASTM D - 70 72
c. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
IV. PERHITUNGAN
Hitingkah berat jenis dengan rumus :
(C A)
Berat jenis ASPAL =
( B A) ( D C )
Berat jenis aspal tanpa campuran biasanya berkisar antara 1,025-1,035 pada
suhu 25C. Makin keras aspal umumnya berat jenisnya semakin tinggi. Berat jenis
dapat dipengaruhi perubahan suhu dan pemuaian yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan volume. Nilai berat jenis aspal dibutuhkan untuk membuat bermacam-
macam variasi campuran aspal atau untuk membuat bermacam-macam variasi
campuran aspal atau untuk jenis-jenis pengujian aspal lainnya.
Dari praktikum yang telah kami lakukan, berat jenis rata-rata yang didapat
adalah 1,037. Berat jenis pada benda uji I adalah 1,038 dan berat jenis pada benda uji
II adalah 1,036. Nilai rata-rata yang dicapai selisih sedikit dengan nilai kisarannya.
Seperti yang telah dikatakan di atas, hal ini mungkin dikarenakan adanya pengaruh
perubahan suhu dan pemuaian yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan
volume.