Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang


Saat ini beton merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak
digunakan untuk pekerjaan konstruksi di Indonesia. Kemudahan dalam
pelaksanaan serta harganya yang relatif murah membuat beton tidak tergantikan
dalam dunia konstruksi. Selain memiliki beberapa kelebihan tersebut beton juga
memiliki beberapa kekurangan seperti memiliki berat jenis 2400 kg/cm2, kuat
tarik lebih kecil dari kuat tekan, serta menuntut ketelitian yang tinggi dalam
proses pelaksanaannya. Karena kekurangan yang dimiliknya maka diperlukan
pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan dasarnya, cara
pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahannya agar dapat
meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam proses pembuatannya, beton memiliki keseragaman kualitas yang
dipengaruhi oleh pemilihan bahan dasar dan metode pelaksanaanya. Dalam
pengerjaan di lapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan
pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk
mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan
maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan
disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab
diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini
mungkin.
Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi
sepuluh macam. Di antaranya yaitu beton mortar, beton ringan, beton non-pasir,
beton hampa, beton bertulang, beton pra-tegang, beton pra-cetak, beton massa,
beton siklop, dan beton serat.

1
Uraian-uraian tersebut menunjukkan gambaran mengenai bahan material
beton dan jenis beton yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Serta pentingnya untuk memahami bagaimana proses pengerjaan beton di
lapangan. Untuk melaksanaan sebuah konstruksi harus memiliki ketelitian yang
tinggi ketika menggunakan beton sebagai bahan material bangunan. Hal yang
penting itu semata-mata bukan karena untuk meningkatkan kualitasnya
melainkan juga untuk mencapai keamanan suatu bangunan.

2.1. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Beton Massa
2. Apa saja bahan-bahan yang yang terdapat dalam Beton Massa atau bahan
penyusunnya
3. Apa saja metode pelaksanaan pengecoran Beton Massa di lapangan
4. Bagaimana proses pelaksanaan pengerjaan Beton Massa di lapangan

2.1. Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep dasar Beton Massa secara jelas
2. Untuk mengetahui bahan-bahan penyusun Beton Massa
3. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pengecoran Beton Massa di lapangan
4. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengerjaan Beton Massa di lapangan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Beton Massa (Mass Concrete)


Beton massa (mass concrete) adalah volume beton besar dengan dimensi
cukup luas. Beton massa adalah beton yang dituangkan dalam volume besar,
yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaan besar, biasanya dianggap
beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm (Tjokrodimulyo, 2007). Pada
bendungan biasanya dibedakan antara beton massa dalam dan beton massa luar
dimana beton massa dalam tidak terpengaruh cuaca luar sedangkan beton massa
luar terpengaruh cuaca luar sehingga ada persyaratan khusus yaitu nilai faktor air
semen antara 0,50 sampai 0,70.
Beton massa berkembang dengan pesat pada tahun 1930-1970,
perkembangan tersebut tidak lepas dari banyaknya konstruksi dam pada periode
tersebut. Catatan konstruksi beton massa pada periode tersebut menunjukan
pengaruh hidrasi semen terhadap temperature internal. Beton massa umumnya
diaplikasikan untuk bendungan, tetapi suatu konstruksi dengan massa beton yang
besar dapat dikategorikan sebagai beton massa, seperti raft foundation, bridge
piers, thick slabs, dan lain-lain.
Penggunaan beton massa biasanya diterapkan pada bendungan dan pondasi
jembatan. Desain beton massa berdasarkan perubahan temperatur, durability, dan
ekonomis, kekuatan tidak menjadi perhatian utama dalam desain beton massa.
Perubahan temperatur menjadi perhatian utama karena perbedaan temperatur
yang terlalu besar antara inti dengan permukaan dan dasar dapat menimbulkan
tegangan internal beton. Tegangan yang terjadi dikhawatirkan melampaui kuat
tarik beton, sehingga dapat menimbulkan retak. Temperatur puncak yang terjadi
pada umur awal beton membutuhkan perhatian khusus, dimana temperatur
puncak yang terlalu tinggi dapat menimbulkan delay ettringite formation (DEF)
dan tidak tercapainya kekuatan beton massa.

3
Panas hidrasi pada beton massa dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya perbedaan temperatur bagian dalam dan bagian luar yang terjadi
akibat adanya panas hidrasi, panas yang timbul ini membuat beton mengembang
namun bagian luar lebih cepat menurun panasnya adapun bagian dalam lebih
lambat dan terjadilah kecenderungan timbul retak-retak. Proses retak-retak ini
berlangsung bersamaan dengan proses pengerasan beton pada proses pengerasan
tersebut, beton massa berlaku sama seperti logam besar yang dituang (dicor)
dalam temperatur sekitar yang dingin. Lapisan luar mendingin dan menyusut
dahulu, sedangkan lapisan dalam masih sedikit panas yang berarti belum susut,
maka terjadilah perbedaan volume, yang menimbulkan kecenderungan untuk
retak. Bila terjadi retak dalam beton akibat mass concrete akan mengakibatkan
terjadinya cold joint yang kemudian mengakibatkan beton menjadi tidak
konjugasi. Terjadinya peningkatan panas di dalam beton diakibatkannya sisi luar
beton yang memiliki temperatur yang lebih rendah mengakibatkan sisi terluar
beton mengalami penurunan temperatur yang lebih cepat atau dengan kata lain
sisi terluar beton mengalami pengerasan yang lebih cepat.

Gambar 1.1 Temperature Change With Time

4
Terjadinya pengerasan yang cepat pada sisi terluar beton mengakibatkan
terjebaknya udara dari proses hidrasi beton yang tersisa dan mengakibatkan
keretakan. Maksimum perubahan suhu atau maksimum perbedaan suhu antara,
layer terluar, layer tengah dan layer terdalam beton menurut ACI.244.1.R93.7
yaitu 40 derajat celcius/jam dan perbedaan suhu antara layer terluar dengan suhu
lingkungan yaitu 20 derajat celcius/jam. Terdapat beberapa hal yang dapat
diakubatkan daripada terjadinya thermal yang tinggi dalam beton yaitu : susut
yang besar dan kebutuhan air dalam proses hidrasi yang tinggi.
Cara mengurangi retak pada beton massa adalah dengan memakai
perbandingan berat agregat halus dan agregat kasar yang paling tepat, agar hanya
diperlukan semen yang minimum walaupun kuat tekan betonnya sama, dan
menggunakan air sesedikit-sedikitnya, karena untuk memproses mutu beton yang
sama diperlukan FAS sama, berarti akan dipakai semen sedikit mempunyai
konsekuensi adukan beton lebih kental.

5
2.2. Bahan-Bahan Penyusun Beton Massa (Mass Concrete)
Material penyusun beton massa sama saja dengan material beton pada
umumnya. Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika
pasta semen ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah
lagi dengan kerikil/batu pecah disebut beton.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%,
pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40% dan agregat (agregat halus dan
agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat
dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu
dipelajari.(Tri Mulyono, 2003).
Namun pada beton massa ini perlu diperhatikan perbandingan berat agregat
halus dan agregat kasar yang paling tepat, agar hanya diperlukan semen yang
minimum walaupun kuat tekan betonnya sama, dan menggunakan air sesedikit-
sedikitnya, karena untuk memproses mutu beton yang sama diperlukan FAS
sama, berarti akan dipakai semen sedikit mempunyai konsekuensi adukan beton
lebih kental. Agar saat terkena panas hidrasi beton massa tidak mengalami retak.

2.3. Metode Pelaksanaan Beton Massa (Mass Concrete)


Terdapat beberapa metode pelaksanaan untuk dapat melakukan pengontrolan
suhu beton dalam pelaksanaan mass concrete, yaitu:
1. Pre-cooling concrete
Pre-cooling concrete yaitu metode yang lebih menekankan kepada material-
material penyusun betonnya, dimana suhu beton dapat meningkat yang
diakibatkan oleh material-material penyusun betonnya. Salah satu contohnya
yaitu dengan menambahkan nitrogen dan es pada saat pencampuran beton
untuk membuat kondisi beton segar berada dalam kondisi dingin. Untuk itu
diperlukan pendingin untuk material-material beton seperti pendinginan
agregat kasar. Ada 3 metode dasar dari pendinginan agregat kasar :

6
Inundation tanks
Ada 5 tahap dalam pengoperasian/pelaksanaan inundation tanks, yaitu :
a. Agregat yg gradasinya bagus dibawa oleh conveyor dari penampungan ke
tangki yg terisi air 1/3 volume tanki.
b. Setelah agg. dimasukkkan dalam tanki air ditambah lagi
c. Setelah tanki penuh, air disirkulasikan
d. Air dialirkan
e. Lubang bawah tanki dibuka dan agregat dibawa ke conveyor untuk
dimixing.
Sepanjang perjalanan di conveyor aggregat melewati lapis dewatering utk
meminimal/menstabil kadar air

Belt inundation :
Perbedaan dg inundation tank yaitu agregat tidak pernah meninggalkan
conveyor belt. Conveyor berjalan dan melalui sirkulasi air dingin. Agregat
akan dipakai untuk mixing setelah agregat melalui bak sirkulasi air dingin
dan melewati lapis dewatering.

Belt spraying
Modifikasi dari metode belt inundation yaitu sepanjang perjalanan conveyor
agregat melalui terowongan yang terdapat shower heads yang akan
menyiram air es di dalam conveyor.

2. Post cooling concrete


Post-cooling concrete adalah metode mendinginkan beton dengan cara
membuat sirkulasi air dingin melalui pipa yang sebelumnya telah dilakukan
instalasi sebelum pengecoran. Post-cooling concrete menggunakan sirkulasi
air dingin dengan instalasi pipa didalam beton digunakan pada masa
pelaksanaan konstruksi Hoover Dam tahun 1931-1936.

7
3. Surface insulation
Perawatan beton pasca pengecoran dengan cara mengatur pelepasan panas
yang dihasilkan dari reaksi kimia. Metode ini dilaksanakan dengan cara
menutup dan membuka bagian permukaan beton yang berhubungan langsung
dengan udara luar. Metode ini dapat berupa menutup permukaan beton
dengan stereofoam ataupun dengan menutup permukaan beton dengan air
untuk dapat membuat permukaan beton untuk tetap dalam kondisi segar yang
memungkinkan udara yang berasal dari dalam beton pada saat proses hidrasi
dapat keluar.

8
2.4. Proses Pelaksanaan Beton Massa (Mass Concrete)
Proses pelaksanaan mass concrete harus memberikan perhatian yang lebih
terhadap beberapa hal, yaitu:
1. Rencana waktu pengecoran yang harus diperhitungkan dengan cara membagi
volume total pengecoran dengan kemampuan pengecoran dalam satu jam
(jumlah pompa x kapasitas yang dimiliki concrete pump).
2. Kemampuan supplier beton untuk dapat melakukan pemasukan beton yang
secara continue (tidak berhenti) untuk dapat menghindari terjadinya cold joint.
3. Kecepatan pengecoran yang harus memadai dengan memperhatikan jenis dan
kapasitas peralatan yang digunakan antara lain jumlah concrete pump yang
dibutuhkan dan lahan yang memadai untuk parkir concrete pump dan tempat
pemberhentian atau lokasi parkir sementara truck mixer ketika sedang
dilakukannya pengecoran untuk melakukan pengecoran dalam menyelesaikan
mass concrete sesuai dengan perencanaan awal.
4. Tenaga kerja pengecoran yang sesuai dan dapat melayani kapasitas beton
yang turun ke lokasi pekerjaan dengan bantuan concrete pump.
5. Urutan atau tahapan pengecoran yang tepat untuk dapat menghindari
terjadinya cold joint, yaitu dengan memperhatikan durasi pengaturan waktu
beton yang kurang lebih selama 4 jam. Jadi, volume zona/tahapan pengecoran
harus diperhitungkan berdasarkan kapasitas pengecoran selama 4 jam yang
harus lebih besar daripada volume zona pengecoran mass concrete.
6. Jadwal dan hari pengecoran yang harus mempertimbangkan dengan kondisi
lalu-lintas.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaan besar, misalnya untuk pondasi,
jembatan, pilar, bendungan dan sebagainya. Biasanya dianggap beton massa jika
dimensinya lebih dari 60 cm.
pada beton massa ini perlu diperhatikan perbandingan berat agregat halus
dan agregat kasar yang paling tepat, agar hanya diperlukan semen yang minimum
walaupun kuat tekan betonnya sama, dan menggunakan air sesedikit-sedikitnya,
karena untuk memproses mutu beton yang sama diperlukan FAS sama, berarti
akan dipakai semen sedikit mempunyai konsekuensi adukan beton lebih kental.
Agar saat terkena panas hidrasi beton massa tidak mengalami retak.
Metode pelaksanaan beton massa ada 3 metode yaitu : Pre-cooling
concrete, Post-cooling concrete dan Surface insulation.

3.2. Saran
1. Perlu di perhatikan ketika melaksanakan pengerjaan beton massa harus di
perhitungkan dengan matang semua perencanaan karena jika tidak kualitas
beton menurun yaitu terjadi retak seiring berjalannya waktu
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan
peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur,
sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan
yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal standar perencanaan
struktur beton
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan yang
berpedoman pada faktor kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

10

Anda mungkin juga menyukai