PENDAHULUAN
1
Uraian-uraian tersebut menunjukkan gambaran mengenai bahan material
beton dan jenis beton yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Serta pentingnya untuk memahami bagaimana proses pengerjaan beton di
lapangan. Untuk melaksanaan sebuah konstruksi harus memiliki ketelitian yang
tinggi ketika menggunakan beton sebagai bahan material bangunan. Hal yang
penting itu semata-mata bukan karena untuk meningkatkan kualitasnya
melainkan juga untuk mencapai keamanan suatu bangunan.
2.1. Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep dasar Beton Massa secara jelas
2. Untuk mengetahui bahan-bahan penyusun Beton Massa
3. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pengecoran Beton Massa di lapangan
4. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengerjaan Beton Massa di lapangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Panas hidrasi pada beton massa dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya perbedaan temperatur bagian dalam dan bagian luar yang terjadi
akibat adanya panas hidrasi, panas yang timbul ini membuat beton mengembang
namun bagian luar lebih cepat menurun panasnya adapun bagian dalam lebih
lambat dan terjadilah kecenderungan timbul retak-retak. Proses retak-retak ini
berlangsung bersamaan dengan proses pengerasan beton pada proses pengerasan
tersebut, beton massa berlaku sama seperti logam besar yang dituang (dicor)
dalam temperatur sekitar yang dingin. Lapisan luar mendingin dan menyusut
dahulu, sedangkan lapisan dalam masih sedikit panas yang berarti belum susut,
maka terjadilah perbedaan volume, yang menimbulkan kecenderungan untuk
retak. Bila terjadi retak dalam beton akibat mass concrete akan mengakibatkan
terjadinya cold joint yang kemudian mengakibatkan beton menjadi tidak
konjugasi. Terjadinya peningkatan panas di dalam beton diakibatkannya sisi luar
beton yang memiliki temperatur yang lebih rendah mengakibatkan sisi terluar
beton mengalami penurunan temperatur yang lebih cepat atau dengan kata lain
sisi terluar beton mengalami pengerasan yang lebih cepat.
4
Terjadinya pengerasan yang cepat pada sisi terluar beton mengakibatkan
terjebaknya udara dari proses hidrasi beton yang tersisa dan mengakibatkan
keretakan. Maksimum perubahan suhu atau maksimum perbedaan suhu antara,
layer terluar, layer tengah dan layer terdalam beton menurut ACI.244.1.R93.7
yaitu 40 derajat celcius/jam dan perbedaan suhu antara layer terluar dengan suhu
lingkungan yaitu 20 derajat celcius/jam. Terdapat beberapa hal yang dapat
diakubatkan daripada terjadinya thermal yang tinggi dalam beton yaitu : susut
yang besar dan kebutuhan air dalam proses hidrasi yang tinggi.
Cara mengurangi retak pada beton massa adalah dengan memakai
perbandingan berat agregat halus dan agregat kasar yang paling tepat, agar hanya
diperlukan semen yang minimum walaupun kuat tekan betonnya sama, dan
menggunakan air sesedikit-sedikitnya, karena untuk memproses mutu beton yang
sama diperlukan FAS sama, berarti akan dipakai semen sedikit mempunyai
konsekuensi adukan beton lebih kental.
5
2.2. Bahan-Bahan Penyusun Beton Massa (Mass Concrete)
Material penyusun beton massa sama saja dengan material beton pada
umumnya. Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika
pasta semen ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah
lagi dengan kerikil/batu pecah disebut beton.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%,
pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40% dan agregat (agregat halus dan
agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat
dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu
dipelajari.(Tri Mulyono, 2003).
Namun pada beton massa ini perlu diperhatikan perbandingan berat agregat
halus dan agregat kasar yang paling tepat, agar hanya diperlukan semen yang
minimum walaupun kuat tekan betonnya sama, dan menggunakan air sesedikit-
sedikitnya, karena untuk memproses mutu beton yang sama diperlukan FAS
sama, berarti akan dipakai semen sedikit mempunyai konsekuensi adukan beton
lebih kental. Agar saat terkena panas hidrasi beton massa tidak mengalami retak.
6
Inundation tanks
Ada 5 tahap dalam pengoperasian/pelaksanaan inundation tanks, yaitu :
a. Agregat yg gradasinya bagus dibawa oleh conveyor dari penampungan ke
tangki yg terisi air 1/3 volume tanki.
b. Setelah agg. dimasukkkan dalam tanki air ditambah lagi
c. Setelah tanki penuh, air disirkulasikan
d. Air dialirkan
e. Lubang bawah tanki dibuka dan agregat dibawa ke conveyor untuk
dimixing.
Sepanjang perjalanan di conveyor aggregat melewati lapis dewatering utk
meminimal/menstabil kadar air
Belt inundation :
Perbedaan dg inundation tank yaitu agregat tidak pernah meninggalkan
conveyor belt. Conveyor berjalan dan melalui sirkulasi air dingin. Agregat
akan dipakai untuk mixing setelah agregat melalui bak sirkulasi air dingin
dan melewati lapis dewatering.
Belt spraying
Modifikasi dari metode belt inundation yaitu sepanjang perjalanan conveyor
agregat melalui terowongan yang terdapat shower heads yang akan
menyiram air es di dalam conveyor.
7
3. Surface insulation
Perawatan beton pasca pengecoran dengan cara mengatur pelepasan panas
yang dihasilkan dari reaksi kimia. Metode ini dilaksanakan dengan cara
menutup dan membuka bagian permukaan beton yang berhubungan langsung
dengan udara luar. Metode ini dapat berupa menutup permukaan beton
dengan stereofoam ataupun dengan menutup permukaan beton dengan air
untuk dapat membuat permukaan beton untuk tetap dalam kondisi segar yang
memungkinkan udara yang berasal dari dalam beton pada saat proses hidrasi
dapat keluar.
8
2.4. Proses Pelaksanaan Beton Massa (Mass Concrete)
Proses pelaksanaan mass concrete harus memberikan perhatian yang lebih
terhadap beberapa hal, yaitu:
1. Rencana waktu pengecoran yang harus diperhitungkan dengan cara membagi
volume total pengecoran dengan kemampuan pengecoran dalam satu jam
(jumlah pompa x kapasitas yang dimiliki concrete pump).
2. Kemampuan supplier beton untuk dapat melakukan pemasukan beton yang
secara continue (tidak berhenti) untuk dapat menghindari terjadinya cold joint.
3. Kecepatan pengecoran yang harus memadai dengan memperhatikan jenis dan
kapasitas peralatan yang digunakan antara lain jumlah concrete pump yang
dibutuhkan dan lahan yang memadai untuk parkir concrete pump dan tempat
pemberhentian atau lokasi parkir sementara truck mixer ketika sedang
dilakukannya pengecoran untuk melakukan pengecoran dalam menyelesaikan
mass concrete sesuai dengan perencanaan awal.
4. Tenaga kerja pengecoran yang sesuai dan dapat melayani kapasitas beton
yang turun ke lokasi pekerjaan dengan bantuan concrete pump.
5. Urutan atau tahapan pengecoran yang tepat untuk dapat menghindari
terjadinya cold joint, yaitu dengan memperhatikan durasi pengaturan waktu
beton yang kurang lebih selama 4 jam. Jadi, volume zona/tahapan pengecoran
harus diperhitungkan berdasarkan kapasitas pengecoran selama 4 jam yang
harus lebih besar daripada volume zona pengecoran mass concrete.
6. Jadwal dan hari pengecoran yang harus mempertimbangkan dengan kondisi
lalu-lintas.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaan besar, misalnya untuk pondasi,
jembatan, pilar, bendungan dan sebagainya. Biasanya dianggap beton massa jika
dimensinya lebih dari 60 cm.
pada beton massa ini perlu diperhatikan perbandingan berat agregat halus
dan agregat kasar yang paling tepat, agar hanya diperlukan semen yang minimum
walaupun kuat tekan betonnya sama, dan menggunakan air sesedikit-sedikitnya,
karena untuk memproses mutu beton yang sama diperlukan FAS sama, berarti
akan dipakai semen sedikit mempunyai konsekuensi adukan beton lebih kental.
Agar saat terkena panas hidrasi beton massa tidak mengalami retak.
Metode pelaksanaan beton massa ada 3 metode yaitu : Pre-cooling
concrete, Post-cooling concrete dan Surface insulation.
3.2. Saran
1. Perlu di perhatikan ketika melaksanakan pengerjaan beton massa harus di
perhitungkan dengan matang semua perencanaan karena jika tidak kualitas
beton menurun yaitu terjadi retak seiring berjalannya waktu
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan
peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur,
sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan
yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal standar perencanaan
struktur beton
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan yang
berpedoman pada faktor kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.
10