Anda di halaman 1dari 18

Tinjauan Umum Beton Pracetak

BAB 2 TINJAUAN UMUM BETON PRACETAK

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan perkembangan sistem beton pracetak di Indonesia,
pengertian beton pracetak, keunggulan dan kelemahan beton pracetak
dibandingkan dengan beton konvensional, dan komponen-komponen
bangunan gedung beton pracetak. Selain itu, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan prinsip dasar beton pracetak pada konstruksi
bangunan gedung.

PENGANTAR
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia,
jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Ada
beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton
konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang
bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar
cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan
langkah.

Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu


menjawab kebutuhan di era sekarang ini. Pada dasarnya sistem ini
melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan
tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk disusun
menjadi suatu struktur utuh (ereksi) (Batubara, I.,2012).

5
Tinjauan Umum Beton Pracetak

Menurut Ervianto, W.I., 2006 untuk penggunaan beton pracetak pada


konstruksi bangunan, efisisiensi penggunaan beton pracetak
dibandingan dengan beton konvesional dari segi aspek biaya mampu
mereduksi biaya hingga 10%, sedangkan dari segi aspek waktu mampu
mereduksi waktu konstruksi sampai 50% dan kualitas mutu beton yang
lebih baik dibandingkan dengan metode konvesional.

Bab ini menguraikan bagaimana perkembangan sistem beton pracetak


di Indonesia, pengertian beton pracetak, keunggulan dan kelemahan
beton pracetak dibandingkan dengan beton konvensional, dan
komponen-komponen bangunan gedung beton pracetak, serta prinsip
dasar beton pracetak pada konstruksi bangunan gedung.

2.1. PERKEMBANGAN SISTEM BETON PRACETAK DI


INDONESIA
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen,
seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak
tahun 1970-an. Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai
munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem
L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam
Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999)
dan sistem T-Cap (2000).

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, terutama


untuk pembangunan rumah susun sewa (rusunawa). Sehubungan
dengan adanya Program Percepatan Pembangunan Rumah Susun
yang digagas Pemerintah pada tahun 2006, para pihak yang terkait
dengan industri pracetak pada tahun 2007 telah mengembangkan dan

6
Tinjauan Umum Beton Pracetak

menguji tahan gempa sistem pracetak untuk rumah susun sederhana


bertingkat tinggi yang telah siap digunakan untuk mendukung program
tersebut. Sistem pracetak telah terbukti dapat mendukung
pembangunan rumah susun dan rumah sederhana yang berkualitas,
cepat dan ekonomis. Sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi,
peneliti, penemu, lembaga penelitian, dan industri pada bidang ini
telah menghasilkan puluhan sistem bangunan baru hasil karya putra-
putra bangsa yang telah dipatenkan dan diterapkan secara aktif
(Sidjabat, H.R. , dan Nurjaman, H.N ,2000).

2.2. PENGERTIAN BETON PRACETAK


Menurut SNI 7833:2012, beton pracetak adalah elemen atau
komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih
dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan. Konstruksi beton pracetak
adalah teknologi konstruksi strukur beton dengan komponen-
komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat
khusus (off site fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut
disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya
dipasang di lokasi (installation). Dengan demikian, sistem pracetak ini
berbeda dengan konstruksi beton monolit terutama pada aspek
perencanaan yang tergantung atau ditentukan oleh metoda
pelaksanaan dari fabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta
ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara
penyambungan antar komponen (joint) (Abduh, M., 2007). Beberapa
prinsip beton pracetak dapat memberikan manfaat lebih antara lain
terkait dengan pengurangan waktu dan biaya, serta peningkatan
jaminan kualitas, predictability, keandalan, produktivitas, kesehatan
7
Tinjauan Umum Beton Pracetak

dan keselamatan, lingkungan, inovasi, reusability, serta relocatability


(Gibb, A.G.F., 1999).

Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton konvensional


yang sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya. Yang
membedakan hanyalah proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan
dari proses produksi di mana lokasi pembuatannya berbeda dengan
lokasi di mana elemen akan digunakan.

2.3. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BETON


PRACETAK
Teknologi beton pracetak mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan dengan beton konvensional, yaitu sebagai berikut:

▪ Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya;

▪ Dicapainya tingkat fleksibilitas dalam proses perancangannya;

▪ Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana;

▪ Pihak yang bertanggug jawab lebih sedikit;

▪ Mempunyai aspek positif terhadap jadwal pekerjaan, terutama


kemudahan didalam melakukan pengawasan dan
pengendalaian biaya serta jadwal pekerjaan;

▪ Waktu konstruksi yang relative lebih singkat karena pekerja


lapangan hanya mengerjakan cast in situ dan kemudian
menggabungkan dengan komponen-komponen beton
pracetak;

8
Tinjauan Umum Beton Pracetak

▪ Aspek kualitas, di mana beton dengan mutu prima dapat lebih


mudah dihasilkan di lingkungan pabrik;

▪ Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca;

▪ Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relative lebih kecil;

▪ Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga


perencanaan kegiatan lebih akurat;

▪ Mampu mereduksi biaya konstruksi;

▪ Dapat dihasilkan bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu


yang lebih baik.

Dibandingkan dengan beton konvensional, teknologi beton pracetak


mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

▪ Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi;

▪ Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang


cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan
menempatkan pada posisi tertentu;

▪ Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi;

▪ Munculnya permasalahan teknik dan biaya yang dibutuhkan


untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak;

▪ Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing;

▪ Diperlukan perencanaan yang detail pada bagian sambungan;

▪ Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah


yang besar.

9
Tinjauan Umum Beton Pracetak

Dalam pengaplikasikan beton pracetak sebagai elemen bangunan


gedung tentu perlu mempertimbangkan keunggulan/kelemahannya.
Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah pemilihan material
konstruksi yang akan digunakan dalam pengaplikasian teknologi beton
pracetak itu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai
material konstruksi adalah:

▪ Mampu menghasilkan kekuatan yang tinggi;

▪ Tidak memerlukan perawatan yang berlebih;

▪ Tahan api;

▪ Tidak mudah mengalami perubahan volume (stabil);

▪ Tahan terhadap panas;

▪ Dapat diproduksi secara mekanis.

Material yang tepat dan dapat memenuhi kriteria di atas adalah beton
bertulang yang telah dikenal ratusan tahun yang lalu. Material ini
mampu menyalurkan dengan baik gaya-gaya dalam yang diakibatkan
oleh beban luar yang bekerja pada struktur tersebut, tidak diperlukan
perawatan yang berarti, serta tahan terhadap api serta panas. Namun
demikian beberapa hal yang kurang menguntungkan dari material ini
adalah berat sendiri serta struktur sambungan yang tidak mudah
dikerjakan (Ervianto, W. I, 2006).

2.4. KOMPONEN BANGUNAN GEDUNG BETON


PRACETAK
Komponen pracetak untuk bangunan gedung berkembang pesat dalam
dekade terakhir ini, karena memberikan alternatif pada pasar akan
10
Tinjauan Umum Beton Pracetak

sistem pembangunan yang lebih baik dari sistem konvensional dalam


hal mutu, kecepatan dan ekonomis. Komponen bangunan gedung saat
ini sangat bervariasi dalam hal material, metode konstruksi dan
fungsinya. Konsumen dapat memilih produk komponen yang sesuai
dengan kebutuhan spesifik tiap proyek.

Secara umum sistem struktur komponen beton pracetak dapat


digolongkan sebagai berikut (Sidjabat, H.R. , dan Nurjaman, H.N.,
2007):

1. Sistem struktur komponen pracetak sebagian, dimana


kekakuan sistem tidak terlalu dipengaruhi oleh pemutusan
komponenisasi, misalnya pracetak pelat, dinding dimana
pemutusan dilakukan tidak pada balok dan kolom/bukan pada
titik kumpul.

2. Sistem pracetak penuh, dalam sistem ini kolom dan balok serta
pelat dipracetak dan disambung, sehingga membentuk suatu
bangunan yang monolit.

Jenis komponen beton pracetak yang dapat diproduksi di pabrik ada


bermacam-macam, mulai dari balok, kolom, plat atap, plat lantai,
konsol, cladding (penutup dinding), tangga, dan lain sebagainya.
Masing-masing elemen diproduksi dengan berbagai bentuk dan ukuran
yang sesuai dengan disain yang telah direncanakan. Dalam
memproduksi tiap jenis elemen, produsen menggunakan
metode/teknik produksi yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan
keuntungan dan kerugian dari tiap metode. Faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan antara lain adalah jumlah elemen yang akan diproduksi,
jenis atau variasi elemen, berat setiap elemen, dan dimensi setiap
elemen.
11
Tinjauan Umum Beton Pracetak

2.4.1. BALOK
Komponen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan
macam bentuk penampangnya (Gambar 1). Penentuan bentuk
penampang dari sebuah balok dipengaruhi oleh system yang akan
digunakan, misalnya system sambungan antara balok dengan pelat
lantai, serta sambungan antara balok dengan kolom.

Gambar 1. Komponen balok beton pracetak


(Sumber: wikapracetak.co.id)

2.4.2. KOLOM
Kolom dapat diproduksi secara pracetak sebagai komponen struktur
bangunan yang mempunyai fungsi meneruskan beban dari lantai-lantai
di atasnya, di mana dominasi gaya normal (Gambar 2). Jenis kolom
beton yang dapat diproduksi secara pracetak tergantung dari
ketinggian bangunan/jumlah tingkat; metode erection yang akan
digunakan; dan kemampuan angkat alat bantu/crane.

12
Tinjauan Umum Beton Pracetak

Gambar 2. Kompnen kolom beton pracetak


(Sumber: spcind.com)

2.4.3. PLAT ATAP DAN PLAT LANTAI


Plat atap dapat diproduksi secara pracetak sebagai komponen struktur
yang berfungsi sebagai penutup bangunan (Gambar 3). Plat lantai
merupakan komponen struktur yang langsung mendukung beban
penghuni sebuah bangunan gedung, seperti pada Gambar 4.

Gambar 3. Komponen pelat atap beton pracetak


(Sumber: archiexpo.com)
13
Tinjauan Umum Beton Pracetak

Gambar 4. Komponen pelat lantai beton pracetak jenis Hollow Core


Slab (HCS)
(Sumber: wikapracetak.co.id)

2.4.4. CLADDING
Cladding adalah penutup dinding luar pada bangunan gedung yang
berfungsi untuk memisahkan dan melindungi dari pengaruh luar
(Gambar 5). Sistem instalasi cladding yang dapat diaplikasikan adalah
stick system, unit system, unit and mullion system panel system, column cover
dan spandel system.

Gambar 5. Komponen cladding beton pracetak


(Sumber: wikapracetak.co.id)

14
Tinjauan Umum Beton Pracetak

2.4.5. TANGGA
Komponen tangga adalah komponen structural bangunan gedung
yang berfungsi menahan beban layan transportasi vertical dalam
gedung (Gambar 6).

Gambar 6. Komponen tangga beton pracetak


(Sumber: wikapracetak.co.id)

2.5. PRINSIP DASAR BETON PRACETAK PADA


KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
Ada beberapa prinsip yang dominan dalam pengaplikasian teknologi
pracetak. Hal itu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang,
seperti perencanaan (tahap perencanaan dan metode analisis), system
struktur (tipe struktur), produksi (metode produksi, bahan cetakan),
transportasi (jalur transportasi, sistem transportasi, mode transportasi),
erection (metode pemasangan, berat maksimum komponen, peralatan
yang digunakan dalam pemasangan, kemampuan pemasangan
komponen pracetak, dan jumlah pekerja), koneksi (jenis metode
penyatuan beton, penyatuan tulangan), perbaikan (metode perbaikan),

15
Tinjauan Umum Beton Pracetak

biaya (reduksi biaya), dan waktu (reduksi durasi konstruksi) (Ervianto,


W. I., 2006).

2.5.1. PRINSIP PERENCANAAN


Proses aplikasi teknologi pracetak diawali dengan perencanaan. Hal ini
tidak berbeda dengan pelaksanaan dengan cara-cara konvensional.
Langkah awalnya adalah melakukan perencanaan arsitektur yang
kemudian dilanjutkan dengan perencanaan struktur oleh ahli
sipil/konstruktor.

2.5.2. PRINSIP SISTEM STRUKTUR


Tipe struktur yang digunakan untuk konstruksi beton pracetak adalah
struktur rangka kolom menerus, struktur rangka kolom sambungan
struktur rangka yang berupa unit portal, dan struktur rangka terbuka
(open frame) dengan pelat lantai pracetak.

2.5.3. PRINSIP PRODUKSI


Cara memproduksi komponen beton pracetak dipengaruhi oleh
metode produksi dan bahan cetakan. Cara-cara proses produksi
komponen beton pracetak menggunakan sistem stationary production,
slip form production, dan flow-line production.

Metode produksi stationary production digunakan untuk memproduksi


komponen balok pracetak sedangkan slip-form production digunakan
untuk memproduksi komponen pelat beton pracetak (hollow core slab).
Pemakaian flow-line production cocok untuk memproduksi komponen

16
Tinjauan Umum Beton Pracetak

dalam jumlah besar, dimana komponen bergerak sepanjang proses


produksi yang diperlukan.

Material besi digunakan sebagai bahan cetakan karena bahan ini


hampir memenuhi semua persyaratan cetakan (volume stabil, dapat
digunakan berulang kali dengan biaya perawatan yang rendah, mudah
dipindahkan/relative, rapat air, daya lekat terhadap beton rendah, dan
mudah disesuaikan dengan kebutuhan).

2.5.4. PRINSIP TRANSPORTASI


Cara memindahkan komponen beton pracetak dari lokasi pembuatan
ke lokasi dimana komponen tersebut akan digunakan dipengaruhi oleh
jalur trransportasi, sistem transportasi, dan mode transportasinya.
Pada umumnya jalur transportasi yang digunakan adalah jalan raya,
jalan baja (rel), dan jalur laut.

Sistem transportasi yang digunakan adalah sistem horizontal


menggunakan truk trailer/flat truck, kereta api, dan kapal laut.
Pertimbangan pemilihan mode transportasi berdasarkan keleluasaan
bergerak ke segala tempat sehingga proses handling hanya perlu terjadi
pada saat pemuatan dan pembongkaran.

2.5.5. PRINSIP ERECTION


Cara penyatuan komponen beton pracetak dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu metode pemasangan, berat maksimum komponen pracetak,
peralatan pemasangan, kemampuan pemasangan komponen beton
pracetak dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.

17
Tinjauan Umum Beton Pracetak

Metode pemasangan yang digunakan yaitu metode vertikal dan


horizontal. Metode vertikal digunakan jika struktur open frame telah
selesai dilaksanakan. Metode horizontal digunakan bila pelaksanaan
antara struktur open frame dengan pemasangan pelat pracetak
beriringan.

Peralatan yang digunakan dalam metode pemasangan antara lain: fixed


tower crane, monorail system, mobile crane dengan kapasitas maksimum
30 ton.

2.5.6. PRINSIP KONEKSI


Cara menyatuhkan dua atau lebih komponen beton pracetak
dibedakan menjadi dua. Pertama, cara menyatukan material beton dan
yang kedua adalah cara menyatukan material baja tulangan. Proses
penyatuan material beton adalah sambungan basah (in-situ concrete
joint) dan sambungan kering (las, baut, pin, prestress). Pemilihan
sambungan basah disebabkan oleh kemudahan pengadaan
materialnya, menghasilkan struktur yang monolit dan kemudahan
dalam pengerjaannya. Proses penyatuan material baja berupa
overlapping, coupler, dan las.

2.5.7. PRINSIP PERBAIKAN


Tidak jarang komponen beton pracetak mengalami kerusakan yang
timbul pada saat produksi, transportasi, ataupun erection. Jika hal ini
terjadi maka direkomendasi untuk tidak digunakan. Dengan kata lain
komponen yang telah rusak tidak dapat diperbaiki, atau kerusakan

18
Tinjauan Umum Beton Pracetak

komponen pracetak dapat diperbaiki jika menurut penilaian tenaga


ahli, tipe kerusakan itu dinyatakan tidak membahayakan.

2.5.8. PRINSIP BIAYA


Efisiensi pemakaian teknologi pracetak jika dibandingkan dengan cara-
cara konvensional dalam hal reduksi biaya konstruksi adalah teknologi
mampu mereduksi sebesar 10%. Reduksi biaya terjadi karena reduksi
pemakaian bekisting, reduksi jumlah pekerja, reduksi biaya overhead
karena kegiatan pelaksanaannya.

2.5.9. PRINSIP WAKTU


Efesiensi pemakaian teknologi precetak jika dibandingkan dengan
cara-cara konvensional dalam hal reduksi waktu konstruksi adalah
mampu mereduksi sebesar ± 50%. Reduksi waktu pelaksanaan
didapatkan dari kegiatan pemasangan komponen.

19
Tinjauan Umum Beton Pracetak

RINGKASAN
Rangkuman dari Bab II adalah:

▪ Di Indonesia, penerapan beton pracetak telah banyak


dilakukan antara lain pada bangunan rusunawa serta pada
program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan oleh
pemerintah, dimana sebagian besar mengadopsi teknologi dan
system beton pracetak.

▪ Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen


struktur/arsitektural bangunan pada suatu tempat/lokasi yang
berbeda dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur
tersebut akan digunakan.

▪ Dalam pengaplikasikan beton pracetak sebagai elemen


bangunan gedung tentu perlu mempertimbangkan keunggulan
dan kelemahannya dibandingkan dengan beton konvensional.

▪ Jenis komponen beton pracetak untuk bangunan gedung yang


dapat diproduksi di pabrik ada bermacam-macam, mulai dari
balok, kolom, plat atap, plat lantai, cladding (penutup dinding),
dan tangga.

▪ Ada beberapa prinsip yang dominan dalam pengaplikasian


teknologi pracetak, antara lain adalah perencanaan, system
struktur, produksi, transportasi erection, koneksi, metode
perbaikan, biaya, dan waktu.

20
Tinjauan Umum Beton Pracetak

LATIHAN SOAL
1. Jelaskan definisi dan deskripsi dari beton pracetak!

2. Jelaskan keunggulan dan kelemahan beton pracetak yang


digunakan sebagai struktur dibandingkan dengan beton
konvensional!

TES FORMATIF
1. Jelaskan perkembangan system beton pracetak untuk
bangunan gedung di Indonesia!

2. Pertimbangan apa yang harus diambil dalam pengaplikasian


beton pracetak sebagai komponen bangunan gedung ?

3. Jelaskan prinsip-prinsip dasar beton pracetak yang dominan


pada konstruksi bangunan gedung ?

REFERENSI
1. Abduh, M., . Inovasi Teknologi dan Sistem Beton Pracetak di
Indonesa : Sebuah Analisa Rantai Nilai, Seminar dan Pameran
HAKI, 2007.

2. Badan Standarisasi Nasional, SNI 7833-2012 Tata Cara


Perancangan Beton Pracetak dan Beton Prategang untuk
Bangunan Gedung, Jakarta, 2012.

3. Batubara, I., Teknologi Bahan (Beton Precast), Departemen


Teknik Sipil Unines, 2012.

21
Tinjauan Umum Beton Pracetak

4. Ervianto, W. I., Eksplorasi Teknologi dalam Proyek


Konstruksi (Beton Pracetak dan Bekisting), Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2006.

5. Gibb, A.G.F., Off-Site fabrication, John Wiley and Son, New


York, USA, 1999.

6. Katalog Produk Industri Beton Pracetak dan Prategang,


Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa
Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2014.

7. Sidjabat, H.R. , dan Nurjaman, H.N., Sistem Bangunan


Pracetak untuk Rumah Susun dan Rumah Sehat Sedehana.
Pelatihan dan Sertifikasi Pengawas Pekerjaan Bangunan
Rumah Susun yang Menggunakan Komponen dan Sistem
Pracetak, Pusat Pengembangan Perumahan Kementerian
Negara Perumahan Rakyat, 2007.

22

Anda mungkin juga menyukai