Anda di halaman 1dari 6

Nama : Kintan Koluod

NIM : 19012049
Kelas : 3A KBG

INSPEKSI K3
Prinsip dalam melaksanakan Sistem Manajemen K3 ditempat kerja adalah mengupayakan
sekecil mungkin resiko yang akan terjadi melalui perencanaan penanggulangan terhadap
kemungkinan kecelakaan kerja yang diawali dengan tindakan-tindakan mengidentifikasi bahaya.
Suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada di tempat kerja untuk mencegah
terjadinya kerugian maupun kecelakaan di tempat kerja dalam penerapan K3 di tempat kerja

Bahaya dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas adalah sebagai berikut:


1. Bahaya Kelas A
Kondisi atau perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan fatal. Misalnya ruangan yang tidak
berventilasi cukup, dimana terdapat kegiatan pengelasan.
2. Bahaya Kelas B
Kondisi atau perilaku tidak aman yang dapat menyebabkan luka serius, sakit atau kerusakan
yang menyebabkan tertundanya pekerjaan. Misalnya anak tangga yang paling bawah patah.
3. Bahaya Kelas C
Kondisi atau perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan minor atau tertundanya kegiatan.
Misalnya tukang kayu menangani balok kayu yang kasar tanpa memakai sarung tangan.

Ditempat kerja harus dilakukan kegiatan inspekSI, aikarenakan adanya kondisi antara lain:
a. Adanya Kondisi Nonstandard, misalnya tidak adanya pelindung mesin.
b. Adanya Perilaku yang Substandard, misalnya tidak mematuhi prosedur kerja.
c. Adanya Perubahan, baik perusahaan peralatan maupun prosedur.
d. Kecenderungan bekerja secara rutinitas.

DEFINISI INSPEKSI
Inspeksi Keselamatan Kerja adalah pemeriksaan rutin dan berka/a terhadap satu objek kegiatan
atau departemen, biasanya dilakukan oleh petugas setempat yang memiliki keahlian yang
memadai.
Disamping inspeksi ada kegiatan lain yang juga merupakan inspeksi, yakni Observasi I
kunjungan yang tidak terschedule dan dilakukan oleh manajemen atau P2K3 untuk meyakinkan
House Keeping sesuai standard yang disyaratkan.
Dalam Sistem Manajemen K3, kegiatan inspeksi menjadi bagian yang dipersyaratkan dan
masing-masing menjelaskan seperti dibawah ini:
1. Inspeksi K3 dalam Permenaker No. 05/1996 (Elemen 4.1):
 Personil/inspektor harus memiliki pengalaman dan keahlian yang memadai.
 Catatan hasil inspeksi harus dipelihara dan dikelola.
 Peralatan dan metoda inspeksi harus memadai.
 Hasil inspeksi harus diikuti dengan tindakan penelitian.
 Bila perlu diteruskan dengan tindakan penelitian.
 Hasil inspeksi harus dianalisa dan selalu ditinjau ulang oleh penanggung jawab unit kerja.
2. Inspeksi K3 dalam OHSAS 18002;1999 (KlausuI4.5.1, butir d.3):
 Peralatan kerja harus diinspeksi
 Tempat kerja harus diinspeksi
 Hasil inspeksi harus diverifikasi
 Data hasil inspeksi harus dikelola

Secara umum tujuan inspeksi keselamatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah potensial dIm masalah-masalah yang tidak diantisipasi atau standard
yang terlewatkan pada desain.
b) Identifikasi peralatan dan fasilitas yang nonstandard, rusak atau salah dalam pemakaian.
c) Identifikasi tindakan/perilaku pekerja yang salah.
d) Identifikasi akibat perubahan pada proses dan material (ada kalanya peralatan perlu
dilakukan perubahan, perubahan yang tidak melalui pengkajian dan menimbulkan
dampak).
e) Identifikasi tindakan perbaikan yang tidak mencukupi, tindakan perbaikan terutama
dilakukan pada masalah yang khusus, tindakan perbaikan yang tidak memadai akan
menimbulkan masalah dikemudian hari.
f) Mendemonstrasikan komitmen manajemen.
g) Menyediakan informasi terhadap penilaian manajer, misalnya:
1. Kondisi peralatan vs komponen yang rusak.
2. Layout efisien vs pemakaian ruang yang buruk.
3. Daerah kerja aman vs house keepi~g yang buruk.

Berdasarkan jenisnya inspeksi dapat diuraikan sebagai berikut:


a) Inspeksi Umum
Inspeksi Umum Tujuan inspeksi umum adalah untuk melihat apakah ada perubahan
terhadap prosedur kerja, peralatan bahan dan Iingkungan kerja dan standard house
keeping telah terpenuhi.
b) Inspeksi bagian Kritis
Item/bagian kritis adalah komponen dari mesin peralatan atau struktur yang akan
menimbulkan masalah besar apabila rusak, aus, salah pemakaian atau pelaksanaan kerja
yang tidak memadai.

5 (lima) langkah inventarisasi inspeksi bag ian kritis:


1) Lakukan kategorisasi dari mesin peralatan, struktur bahan material dan lokasi.
2) Gambarkan tanggungjawab masing-masing. Buat masing-masing kategori dengan
melihat daftar inventory.
3) Buat daftar identifikasi masing-masing item kritis.
4) Buat sistem pencatatan yang:
- Identifikasi bagian mesin peralatan struktur.
- Identifikasikan item kritis.
- Identifikasikan apa yang harus diinspeksi.
- Tetapkan petugas dan tanggungjawabnya.

Tahapan pelaksanaan inspeksi biasanya dilakukan sebagai berikut:


1. Persiapan
2. Pelaksanaan inspeksi
3. Pencatatan
4. Pelaporan
5. Mengembankan perbaikan
6. Tindak lanjut

Persiapan inspeksi:
1) Tentukan apa yang akan diinspeksi, dengan pedoman ITP (Inspection and Test Plan).
2) Review laporan kecelakaan yang lalu
3) Lihat rekomendasi laporan inspeksi yang lalu.
4) Ketahui lokasi yang akan diinspeksi termasuk proses kerjanya.
5) Persiapkan chek list/daftar periksa yang memadai.

Tindak lanjut
Inspector harus mempunyai inisiatif untuk melakukan tindakan follow up. Perhatian khusus
harus dilakukan agar bahaya tidak timbul Kembali berulang.

Beberapa contoh dapat diberikan dibawah ini seperti halnya:


1. House Keeping
 House keeping adalah penempatan sesuatu pada tempatnya.
 Kerapihan tempat kerja dapat menimbulkan semangat kerja dan dapat mencegah
kecelakaan.
 Evaluasi terhadap house keeping biasanya mengggunakan rating.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan pengelolaan house keeping adalah:
1. Dapat mencegah kebakaran
2. Mencegah pemborosan pemakaian bahan dan energi
3. Pemeliharaan ruang kerja
4. Melakukan control terhadap kerusakan peralatan
5. Memberikan kesan baik terhadap konsumen
6. Merefleksikan adanya manajemen tempat kerja yang baik

2. Kesiapan Kendaraan
 Melakukan pengontrolan sebelum mesin dipakai sangat penting.
 Kondisi nonstandard harus dapat dideteksi, misalnya:
Pengecekan oli mesin, air pendingin, air accu, kondisi ban, bahan bakar dan lain-lain.

Konsep Inspeksi K3

Biasanya inspeksi keselamatan ditujukan terutama dalam menemukan dan merekam kondisi
yang tidak aman
cenderung menangkap gap/temuan bersifat lokal atau sesaat berupa kondisi tidak aman maupun
perilaku tidak aman.
- Ispeksi K3 memerlukan Perencanaan
- Persiapan dan Pelatihan

KONSEP PDCA
PLAN, DO, CHECK, ACTION

PLAN
PERENCANAAN INSPEKSI
Dengan membuat persiapan-persiapan inspeksi seperti menentukan jenis inspeksi, frekuensi
inspeksi, lokasi/area tempat kerja, dan formulir inspeksi atau inspection checklist.

DO
PELAKSANAAN INSPEKSI
Berfokuslah pada area yang telah ditentukan dan periksa bahwa seluruh isi checklist inspeksi
telah diperiksa.

CHECK
PELAPORAN INSPEKSI
Berfokuslah pada area yang telah ditentukan dan periksa bahwa seluruh isi checklist inspeksi
telah diperiksa.

ACTION
TINDAK LANJUT
membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang harus dikerjakan dan memantau program
perbaikan dan anggaran biaya hingga implementasi perbaikan selesai.

Menjaga Konsistensi Inspeksi K3


1. Ada Sistem Pembinaan di tempat
2. Menyediakan sarana menindaklanjuti

TUJUAN INSPEKSI K3
 Mengidentifikasi dan merekam bahaya aktual dan potensial yang ditimbulkan oleh
bangunan, peralatan, lingkungan, proses dan praktek
 Mengetahui bahaya yang membutuhkan perhatian segera
 Menentukan apakah kontrol bahaya yang ada memadai dan beroperasi sebagaimana
mestinya
 Merekomendasikan tindakan perbaikan jika perlu

JENIS INSPEKSI K3
1. Toolbox Meeting/Safety Talk
PENGERTIAN
Suatu cara yang melibatkan secara langsung pekerja untuk mengingatkan bahwa K3 adalah hal
yang penting pada pekerjaan

PELAKSAAN SAFETY TALK


Setiap safety talk umumnya dilaksanakan atau memakan waktu sekitar 5 (lima) menit sehingga
sering juga disebut dengan pembicaraan lima menit.
umumnya dilakukan pada pagi hari sebelum dimulainya pekerjaan untuk membahas apa saja
kegiatan yang akan dilakukan serta melakukan evaluasi (review) terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan kemarin.
MATERI KOMUNIKASI SAFETY TALK
- Kondisi kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerja
- Semua pengamanan dan alat alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja
- Alat alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
- Cara cara sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya

DASAR HUKUM safety talk


 UU no. 1/1970, pasal 9 ayat 1 telah mensyaratkan bahwa menjadi kewajiban pengusahan
untuk mengkomunikasikan bahaya di tempat kerja kepada pekerja
 Sistem Manajemen K3 (SMK3) (OHSAS 18001), pasal 4.4.2 menyebutkan bahwa
perusahaan mewajibkan untuk mengkomunikasikan bahaya

MANFAAT SAFETY TALK


 Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang bahaya dan risiko serta cara
penanggulangannya
 Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur K3 dalam bekerja
 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar pekerja

2. Safety Patrol / Safety Inspection


PENGERTIAN
Inspeksi tempat kerja yang membahas proses kerja dan aktifitas kerja serta membandingkannya
dengan standar yang telah di tentukan

CONTOH PELAKSAAN SAFETY PATROL


 Ispeksi APAR
 Inspeksi Toilet
 Inspeksi APD

JENIS SAFETY PATROL


 Safety Patrol berkala, yang sengaja direncanakan, menyeluruh, dan sistematis
dilaksanakan oleh komite K3
 Safety Patrol terus menerus atau berkelanjutan harus dilakukan oleh supervisor, pekerja

PELAKSAAAN INSPEKSI K3
 PERSIAPAN PERTIMBANGAN PROGRAM INSPEKSI
- Alat pelindung diri (APD)
- Material yang digunakan Faktor Lingkungan
- House keeping & sanitasi
- Sistem proteksi kebakaran
- Penilaian Bahaya Kesehatan
- Pedoman nilai ambang batas

 PELAKSAAN
- Prosedur Inspeksi
- Inspeksi K3 Harian/Mingguan/Bul anan
- Keterbatasan dalam melakukan inspeksi K3

Anda mungkin juga menyukai