Anda di halaman 1dari 12

K3 lintas sektor

Teknik Inspeksi Migas


Pendahuluan
Pencarian migas di Indonesia dimulai tahun 1871. Peraturan
pertambangan minyak dan gas bumi pertama kali dikeluarkan pada
tahun 1899 (Indische Minjwet 1899), yang mengatur hak dan kewajiban
pemegang konsesi (Wilayah Kuasa Pertambangan terhadap pemerintah).
Pada tahun 1930, aspek keselamatan kerja termasuk pengawasannya
ditangani secara hukum yakni dengan diundangkannya Mijn Ordonante
dan Mijn Politie Reglement (MPR) yang mengatur mengenai keselamatan
pekerja tambang.
Usaha pertambangan migas telah mengalami perombakan dari sistem
konsesi pada zaman penjajahan belanda menjadi sistem perjanjian karya
setelah diberlakukannya UU No 44 tahun 1960 dan kemudian menjadi
sistem bagi hasil atau Production Sharing Contract (PSC) yang beroperasi
sejak dimulainya kegiatan di lepas pantai Indonesia tahun 1966.
PENGERTIAN
Program Inspeksi K3 yang efektif merupakan suatu
program pencegahan untuk menjamin agar lingkungan
kerja selalu aman, sehat dan selamat. Menurut bird dan
germain (1986) inspeksi merupakan suatu cara terbaik
untuk menemukan masalah-masalah dan menilai
risikonya sebelum kerugian atau kecelakaan dan
penyakit akibat kerja benar-benar terjadi.
Tujuan Program Inspeksi K3
Sebagai upaya melakukan pengendalian dan pengawasan
terhadap sumber-sumber bahaya K3.
Inspeksi untuk menyempurnakan standar
Bahan diskusi untukmenemukan solusi
Identifikasi kondisi tidak aman
Identifikasi tindakan tidak aman
Menentukan penyebab dasar
Melakukan perbaikan
Bukan mencari kesalahan
Indikator kinerja K3
Inspeksi dapat dijadikan alat bagi manajemen (tool of
management) dalam memelihara tingkat produktivitas
dan efisiensi perusahaan.
Setiap laporan inspeksi dapat dijadikan indikator untuk
menilai safety performance perusahaan
Sasaran dalam Inspeksi K3
Lingkungan kerja
Mesin dan alat kerja
Listrik
Alat-alat keselamatan kerja
Alat pertolongan pertama/emergency
Safe Working Practices
Bahan-bahan pembinaan
Material
Kualifikasi personil inspektor k3
Mempunyai pengetahuan tentang obyek yang akan
diperiksa
Mempunyai pengetahuan tentang syarat-syarat K3
serta peraturan yang berkaitan
Dapat berkomunikasi secara baik
Memiliki integritas yang tinggi
Mengetahui prosedur inspeksi K3
Jenis inspeksi pada umumnya
meliputi
1. Inspeksi Informal
2. Inspeksi Terencana
a. Inspeksi Rutin / Umum
Terhadap sumber-sumber bahaya ( Hazard) di tempat kerja secara menyeluruh
b. Inspeksi Khusus
Terhadap objek-objek atau area tertentu mempunyai resiko tinggi terhadap
kerugian dan kecelakaan kerja. Dilakukan berdasarkan adanya permintaan
atau instruksi dari pengurus perusahaan.

3. Pelaksanaan
a. Inspeksi Intern Perusahaan
b. Inspeksi ekstern perusahaan
INSPEKSI INFORMAL
Merupakan inspeksi yang tidak terencana
Inspeksi yang bersifat sederhana
Dilakukan atas kesadaran orang-orang yang menemukan atau melihat
masalah K3 di dalam pekerjaanya sehari hari
Jika ditemukan masalah maka langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan
segera dapat dilakukan tindakan korektif.
Keterbatasan : Inspeksi tidak dilakukan secara sistematik sehingga tidak bisa
mencakup gambaran permasalahan secara keseluruhan.
Akan sangat efektif bila inspeksi informal ini dijadikan kebijakan manajemen.
Masalah-masalah yang ditemukan langsung dapat didokumentasikan berupa
catatan singkat / foto sesuai prosedur dan di buat laporan secara sederhana.
INSPEKSI RUTIN / UMUM
Direncakan dengan cara WALK-THROUGH SURVEY keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif
Jadwal pelaksanakan rutin ( Sudah ditentukan : 1x bulan)
Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga kerja dengan pihak manajemen.
Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat menggunakan ahli K3 dari luar
perusahaan yang akan membantu memberikan saran-saran tentang penanganan masalah-
masalah K3 di tempat kerja.
Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada area khusus sebaiknya dilakukan
dengan melibatkan seseorang yang mempunyai keahlian khusus.
Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap permasalahan yang telah diidentifikasi
dari hasil survey harus selalu tercatat dan dibukukan.
Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan
inspeksi
Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan harus disampaiakan kepada pihak
manajemen, sehingga langkah perbaikan segera dilakukan
INSPEKSI KHUSUS
Direncanakan hanya untuk diarahakan kepada kondisi-kondisi tertentu,
seperti : Mesin-mesin, alat kerja dan tempat-tempat khusus yang meiliki
resiko kerja tinggi.
* Langkah dalam membuat daftar inventarisasi objek inspeksi khusus
adalah :
1. Kategorikan dan buat daftar objek yang dianggap penting & krusial di
perusahaan
2. Rencanakan atau gambarkan area yang menjadi tanggung jawab masing-
masing unit kerja
3. Susun daftar inventarisasi dengan baik dan terstruktur.
Buatlah Recordkeeping : Identifikasi setiap mesin & peralatan, indikasi apa
yang akan di inspeksi, identifikasi siapa petugas dan penanggung jawab
inspeksi n berapa sering dilakukan inspeksi.
POIN-POIN PENTING DALAM
KEGIATAN INSPEKSI
Buat Standart Prosedur Inspeksi ( SPI) secara jelas sebelum melulai inspeksi
Siapkan Checklist sesuai dengan kebutuhan Inspeksi
Pada waktu membuat checklist, TK perlu diajak diskusi sehingga kita tahu isu-isu K3
yang sedang dihadapi.
Bila memungkinkan, beri saran praktis dan petunjuk keselamatan kepada tenaga
kerja terhadap metode atau cara kerja yang benar & aman dari permasalahan K3.
Jika pada waktu inspeksi ditemukan kondisi-kondisi yang tidak selamat atau tidak
sehat, secepatnya hal tersebut dilaporkan kepada senior manajer.
Buatlah laporan inspeksi dan laporkan kepada manajemen yang menangani bidang
K3 untuk segera dilakukan tindakan korektif.
Segera lakukan tindakan korektif berdasarkan skala prioritas tingkat resiko
Arsipkan laporan sebagai dokumentasi K3 dan juga bisa di share / di publikasikan
dengan informasi yang relevan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai