Anda di halaman 1dari 20

BAB 5

TEMBOK PENAHAN TANAH

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi tembok penahan tanah, peserta didik mampu:
1. Menceritakan decara detail jenis–jenis tembok penahan tanah
2. Menghitung stabilitas tembok penahan tanah

5.1. Pengertian Tembok Penahan Tanah


Tembok penahan tanah adalah tembok yang biasanya dibuat dari beton, yang
dibangun untuk menyangga tanah dengan perbedaan tinggi muka tanah, agar stabil atau
tidak terjadi kelongsoran. Pada konstruksi jalan raya, tembok penahan tanah
digunakan/dipasang disepanjang galian atau timbunan, dimana lahan terbatas sehingga
tidak cukup tempat untuk kelandaian samping yang memadai. Kepala jembatan dan
dinding pondasi yang harus menahan/menunjang tanah timbunan juga direncanakan
sebagai tembok penahan tanah.
Tembok penahan tanah memperlihatkan suatu penampilan yang tegar, namun
pergerakan kedepan dapat diperkirakan akan terjadi. Dalam hal supaya tembok yang
bergerak ke depan tidak kelihatan, tembok penahan tanah kebanyakan dibangun dengan
kemiringan ke depan pada sisi luar tembok seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.1.

(1) (2)
Gambar 5.1. Kemiringan depan tembok penahan tanah

Kemiringan ke depan tersebut disebut batter. Tabel 5.1 memperlihatkan syarat kemiringan
untuk masing-masing jenis tembok.

Tabel 5.1. Kemiringan depan tembok penahan tanah


Vertikal Horisontal
No Jenis tembok
(V) (H)
1 Tembok kantilever 5 – 10 satuan 1 satuan
2 Tembok gravitasi 5 satuan 1 satuan

63
Material yang ditempatkan di belakang tembok penahan tanah biasanya disebut
tanah urugan (backfill). Tanah urugan biasanya dipilih dari bahan yang lolos air, yakni
tanah berbutir seperti pasir bersih, kerikil, atau batu pecah. Tanah lempungan sangat tidak
disarankan untuk digunakan sebagai bahan urugan, karena tidak lolos air, yang akan
menyebabkan adanya tambahan gaya lateral yang diakibatkan oleh tekanan air.
Perencanaan tembok penahan tanah harus mencantumkan spesifikasi tanah urugan, dan
mendasarkan perencanaan dinding penahan pada tanah urugan tersebut, atau diberikan
keterangan mengenai bahan urugan yang akan digunakan, dan mendasarkan
perencanaan dinding penahan pada bahan urugan yang direkomendasikan. Jika adanya
kemungkinan muka air tanah akan naik sampai pada tanah urugan, maka harus
memperhitungkan adanya tekanan air dalam perencanaan, pelaksanaan, dan harus
dilakukan pengawasan khusus dalam pelaksanaannya.

5.2. Jenis-Jenis Dinding/Tembok Penahan Tanah


Beberapa jenis tembok penahan tanah yang akan diuraikan pada penjelasan
berikut, yakni:

5.2.1. Dinding Gravitasi


Dinding gravitasi biasanya terbuat dari pasangan batu atau beton. Oleh sebab itu,
tembok gravitasi mengandalkan/menggantungkan seluruh kestabilannya pada berat
pasangan batu atau beton. Tidak dibutuhkan penulangan kecuali pada dinding yang
terbuat dari beton, dimana sejumlah besi ditempatkan di dekat permukaan sebelah luar
untuk mencegah retak-retak pada permukaan dinding akibat perubahan suhu.
Proporsi dinding gravitasi biasanya dibuat sedemikian sehingga perbandingan W
dan H, antara 0,5 dan 0,67. Penentuan H dibutuhkan agar tidak ada tegangan Tarik pada
beton. Gambar 5.2 memperlihatkan tipikal tembok gravitasi yang diadaptasi dari PEDC
(1985)

Keterangan: a = Lebar dinding bagian atas


H = Tinggi tembok
W = Lebar dasar tembok
Gambar 5.2. Tipikal dinding gravitasi
64
5.2.2. Dinding Cantilever
Jika dinding/tembok menjadi lebih tinggi, maka gaya tekanan tanah cenderung
untuk menggulingkan dinding, dan untuk alasan ekonomi maka akan lebih efisien dan
efektif jika digunakan dinding cantilever. Dinding cantilever mempunyai bagian pada dasar
yang memanjang di bawah urugan, dan berat tanah di atas bagian dasar membantu
mencegah tergulingnya tembok/dinding. Gambar 5.3 memperlihatkan tipikal tembok
cantilever yang diadapatasi dari PEDC (1985).

Keterangan: H = Tinggi tembok


W = Lebar dasar tembok
W’ = Lebar kaki
Gambar 5.3. Tipikal dinding cantilever

Gambar 5.3 memperlihatkan bahwa dinding cantilever terdiri dari dinding beton
dan pelat dasar beton yang keduanya relative tipis dan penuh diberi tulangan untuk
menahan momen dan gaya geser. Dinding cantilever dibangun sedemikian rupa sehingga
dinding bertindak sebagai balok cantilever. Perbandingan W dan H biasanya antara 0,5
dan 0,67 dan kaki W’ kira-kira 0,33 W.

5.2.3. Dinding Counterfort


Dinding counterfort terdiri dari plat depan dari beton bertulang yang berdiri
vertical, yang didukung pada jarak-jarak tertentu pada sisi sebelah dalam oleh pelat
vertical (couterfort) yang bertemu dengan pelat depan yang tegak lurus. Pelat depan dan
couterfort dihubungkan dengan pelat dasar, dan ruang di atas pelat dasar dan diantara
counterfort diurug dengan tanah. Semua pekat ditulangi penuh. Gambar 5.4
memperlihatkan tipikal tembok counterfort, yang diadaptasi dari Monirul Islam (….).
Gambar 5.5 memperlihatkan gambar 3 (tiga) dimensi dari tembok counterfort yang
diadaptasi dari Winterkorn and Fang (1975)

65
Gambar 5.4. Tipikal tembok counterfort
Gambar 5.4 di atas memperlihatkan ada 2 weep holes (lubang untuk aliran air), dan
potongan A – A ( tampak atas dari dinding.

Gambar 5.5. Gambar 3 dimensi dari tembok counterfort

Seringkali dinding counterfort diberi pengunci geser (shear key) pada bagian bawah pelat
yang berdiri tegak, yang berfungsi untuk menahan agar dinding tidak bergeser akibat
tekanan tanah. Gambar 5.6 memperlihatkan dinding counterfort dengan bagian-bagisn
tiang, yakni: toe (kaki dinding), heel (tumit/bagian belakang dinding), dan couterforts
(Monirul Islam)

Gambar 5.6. Dinding counterfort dengan shear key.

66
5.2.4. Kepala Jebatan dan Dinding Jangkar
Pada umumnya dinding penahan tanah berdiri bebas, dan dinding-dinding
tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga berat dinding ditambah dengan tanah
urugan, dianggap cukup untuk mengimbangi momen yang diakibatkan oleh tekanan
tanah pada ujung bawah. Jenis struktur yang digunakan sebagai dinding penahan tanah
hampir tidak terbatas. Namun ada juga dinding penahan yang didukung pada titik-titik
tertentu sepanjang ketinggian dinding. Dinding untuk ruang bawah tanah, bangunan
bawah tanah, dan kepala jembatan biasanya didukung di sebelah atas. Dinding yang
dijangkar didukung oleh jangkar yang diikat pada tanah keras. Gambar 5.6
memperlihatkan tipikal kepala jembatan (Monirul Islam).

Tanah urugan

Gambar 5.6. Gambat potongan kepala jembatan dan aplikasinya

Gambar 5.7 memperlihatkan dinding yang dijangkar (Winterkorn and Fang (1975)
dengan, pengikat jangkar (tie), dan letak jangkar (anchor) yang harus diletakan pada tanah
keras.

Gambar 5.7. Konstruksi dinding jangkar

5.2.5. Dinding Krib


Dinding krib dikenal sebagai dinding monolit, yaitu dinding terdiri dari unit
bangunan tersendiri yang dipasang di lapangan dalam suatu rangkaian sel yang berlubang
tanpa dasar. Krib kemudian diisi dengan tanah, dan kestabilannya tidak hanya tergantung
dari berat unit dan isinya, tetapi juga kekuatan tanah yang dipakai sebagai bahan pengisi.

67
Dinding krib bisa dibuat dari beton bertulang, logam atau kayu, dimana jenis
dinding ini bertidak sebagai dinding gravitasi. Gambar 5.8 memperlihatkan sketsa
dinding krib .

Bidang gelincir
(slip surface)

(a) (b)
Gambar 5.8. Sketsa dinding krif
Gambar 5.8(a) memperlihatkan bagian-bagian dinding krib (Deni I. M. dkk, 2018),
sedangkan Gambar 5.8(b) menunjukan penempatan dinding krib dilapangan (UMR On-
line lectures). Salah satu model kegagalan umum dinding krib adalah penanaman kaki
yang tidak memadai, yakni dinding ditempatkan di atas bidang gelincir, seperti yang
digambarkan pada Gambar 5.8(b) di atas. Salah satu kelebihan dari dinding krip adalah
bagian dalam yang diisi tanah dapat ditanami, sehingga tampak asri dan hijau, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 5.9 berikut.

Gambar 5.9. Aplikasi dinding krib di lapangan.

Gambar 5.9 memperlihatkan sistem dinding krib dapat menyenangkan secara estetika
karena dinding krib dapat mengakomodir kelengkungan yang kompleks, dan bisa
ditanami dengan tanaman merambat, sehingga memberikan penampilan yang jauh "lebih
lembut" daripada dinding penahan tanah yang konvensional. Pengecatan dinding dengan
warna coklat tanah atau cokelat, juga akan cenderung meningkatkan penampilan akhir.
Selanjutnya, Gambar 5.10 memperlihatkan penerapan dinding krib dari precast concrete
yang sudah diaplikasikan sejak tahun 1919, serta dinding krib dari kayu yang dibangun
oleh the California Division of Highways pada perang dunia II.
68
(a) (b)
Gambar 5.10. Dinding krib dari precast concrete dan terbuat dari kayu

Gambar 5.10(a) memperlihatkan dinding krib dari beton pracetak. Pada tahun 1919
elemen beton pracetak mulai dicetak untuk digunakan sebagai dinding penahan tanah di
daerah Cleveland. Sejak itu muncul material dalam berbagai bentuk seperti yang
ditunjukkan di atas, yang merupakan salah bentuk. Gambar 5.10(b) memperlihatkan
dinding krib yang merupakan salah satu sistem dinding gravitasi tertua, yang terdiri dari
serangkaian balok dari kayu bertumpuk yang membentuk sel berongga, yang dapat diisi
dengan tanah atau batu. Gambar 5.10(b) menunjukkan dinding penahan utk tiang telepon
yang dibangun selama dunia kedua oleh Divisi Jalan Raya California di dekat Sonoma,
California.

5.2.6. Dinding Bronjong


Dinding bronjong atau dinding penahan tanah dari keranjang kawat yang diisi
dengan batu. Metode ini paling umum dan terkenal dalam menahan tanah di
belakangnya. Keseluruhan sistem bertindak sebagai dinding gravitasi, dengan
kelebihan/keuntungan sebagai berikut (PEDC, 1985):
1. Biaya relative murah dibandingkan dinding yang terbuat dari beton.
2. Perencanaan dinding ini tidak perlu memperhitungkan tekanan air.
3. Cara pemasangan mudah, dan dapat diperluas dengan mudah tanpa menimbulkan
kesulitan dengan membuat trencana penyambungan, atau tulangan tambahan.
Dinding bronjong umumnya mempunyai berat isi (γkeranjang terisi = 17 kN/m2). Gambar 5.11
memperlihatkan tipikal dinding bronjong.

Gambar 5.11. Potongan melintang Gabion dan keranjang bersekat 2


69
Gambar 5.11(a) diadaptasi dari Carson Dunlop (2011), sedangkan Gambar 5.11(b)
diadaptasi dari Maria F. dan Imam H. S., (2019).
Selanjutnya aplikasi gabion di lapangan diperlihatkan pada Gambar 5.12
(Yarrabee and Castlemaine, 2021).

Sebelum menggunakan gabion Sesudah menggunakan gabion


Gambar 5.12. Aplikasi bronjong di lapangan

5.3. Perhitungan Tekanan Tanah


Teori tekanan tanah merupakan dasar dalam merencanakan dinding/tembok
penahan tanah, dimana dinding direncanakan berdasarkan besarnya tekanan tanah pada
dinding. Untuk alasan ekonomis, dinding penahan tanah biasanya direncanakan
berdasarkan tekanan tanah aktif.
Berikut ini adalah hal-hal praktis yang dibutuhkan dalam menghitung tekanan
tanah. Gambar 5.13 memperlihatkan arah dan peraturan tanda yang digunakan dalam
perhitungan tekanan tanda (PEDC, 1985).

Gambar 5.13. Arah dan peraturan tanda


70
Koefisien tekanan tanah aktif ( ℎ ), dapat dihitung dengan persamaan
berikut:

( )
ℎ= …………………………………………… (00)
( ). ( )
( !) . (! )
"

atau
# $%&
= …………………………………………………………………… (00)
$%&

Sedangkan dan koefisien tekanan tanah pasif ( 'ℎ '), dihitung dengan persamaan
berikut:

( # )
'ℎ = …………………………………………… (00)
( ). ( )
# (
"
!) . (! )

atau
$%&
'= …………………………………………………………………… (00)
# $%&

dimana: α = sudut inklinasi dinding


β = sudut inklinasi tanah
δ = sudut geser dinding
ϕ = sudut perlawanan geser tanah urugan
Untuk menghitung sudut geser dinding (δ) akan sangat tergantung pada tanah di belakang
tembok, yaitu dengan menggunakan pendekatan berikut.
- Tanah berbutir kasar : δ = 1/3 – 2/3 ϕ
- Tanah kohesif : δ = 0 – 1/3 ϕ
Selanjutnya, persamaan untuk menghitung tekanan tanah adalah:

() = . ℎ . + . ℎ* …………………………………………………………….. (00)
*

dimana: PA = tekanan tanah aktif


γ = berat isi tanah urugan
h2 = tinggi tembok penahan tanah
Nilai ℎ dapat diperoleh dengan menggunakan Tabel 5.2, dan nilai
'ℎ ' dapat diperoleh pada Tabel 5.3.

71
Tabel 5.2. Koefisien tekanan tanah aktif (,-.)

ϕ = 20o ϕ = 30o ϕ = 40o


α β δ -20o -10o 0o +10o +20o -20o -10o 0o +10o +20o -20o -10o 0o +10o +20o
+20o 1,132 1,132 1,132 1,132 1,132 0,798 0,708 0,646 0,595 0,547 0,555 0,488 0,454 0,416 0,380
+10o 1,132 0,818 0,721 0,651 0,590 0,708 0,605 0,537 0,483 0,435 0,498 0,440 0,396 0,359 0,324
20 o 0o 1,132 0,721 0,609 0,532 0,470 0,646 0,537 0,468 0,414 0,367 0,454 0,396 0,353 0,316 0,283
- 10o 1,132 0,651 0,532 0,455 0,394 0,595 0,483 0,414 0,362 0,317 0,416 0,359 0,316 0,281 0,250
-20o 1,132 0,590 0,470 0,394 0,335 0,547 0,435 0,367 0,317 0,275 0,380 0,324 0,283 0,250 0,220
+20o 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,661 0,588 0,539 0,502 0,468 0,426 0,385 0,355 0,329 0,306
+10o 1,000 0,726 0,644 0,588 0,541 0,588 0,505 0,454 0,413 0,378 0,385 0,344 0,313 0,288 0,265
10 o 0o 1,000 0,644 0,551 0,489 0,440 0,539 0,454 0,402 0,361 0,326 0,355 0,313 0,283 0,259 0,237
- 10o 1,000 0,588 0,489 0,426 0,377 0,502 0,413 0,361 0,321 0,288 0,329 0,288 0,259 0,235 0,213
-20o 1,000 0,541 0,440 0,377 0,300 0,468 0,378 0,326 0,288 0,256 0,306 0,265 0,237 0,213 0,193
+20o 0,883 0,883 0,883 0,883 0,883 0,532 0,477 0,441 0,413 0,389 0,315 0,287 0,267 0,250 0,235
+10o 0,883 0,638 0,569 0,523 0,486 0,477 0,413 0,374 0,344 0,321 0,287 0,258 0,238 0,221 0,207
0 o 0o 0,883 0,569 0,490 0,440 0,401 0,441 0,374 0,333 0,304 0,279 0,267 0,238 0,217 0,201 0,187
- 10o 0,883 0,523 0,440 0,388 0,350 0,413 0,344 0,304 0,275 0,251 0,250 0,221 0,201 0,186 0,172
-20o 0,883 0,486 0,401 0,350 0,311 0,389 0,321 0,279 0,251 0,227 0,235 0,207 0,187 0,172 0,159
+20o 0,773 0,773 0,773 0,773 0,773 0,421 0,375 0,348 0,327 0,311 0,219 0,200 0,187 0,177 0,169
+10o 0,773 0,551 0,492 0,455 0,426 0,375 0,325 0,296 0,275 0,258 0,200 0,181 0,169 0,159 0,150
10 o 0o 0,773 0,492 0,426 0,385 0,355 0,348 0,296 0,266 0,245 0,228 0,187 0,169 0,156 0,146 0,138
- 10o 0,773 0,455 0,385 0,344 0,313 0,327 0,275 0,245 0,224 0,208 0,177 0,159 0,146 0,137 0,128
-20o 0,773 0,426 0,355 0,313 0,283 0,311 0,258 0,228 0,208 0,191 0,169 0,150 0,138 0,128 0,121
+20o 0,665 0,665 0,665 0,665 0,665 0,312 0,277 0,258 0,244 0,233 0,135 0,124 0,117 0,112 0,108
+10o 0,665 0,456 0,412 0,382 0,360 0,277 0,240 0,220 0,206 0,195 0,124 0,114 0,107 0,101 0,097
20 o 0o 0,665 0,412 0,357 0,325 0,302 0,258 0,220 0,199 0,185 0,174 0,117 0,107 0,100 0,095 0,090
- 10o 0,665 0,382 0,325 0,292 0,269 0,244 0,206 0,185 0,171 0,160 0,112 0,101 0,096 0,090 0,085
-20o 0,665 0,360 0,302 0,269 0,246 0,233 0,195 0,174 0,160 0,150 0,108 0,097 0,090 0,085 0,081

72
Tabel 5.3. Koefisien tekanan tanah pasif (,/.)

ϕ = 20o ϕ = 30o ϕ = 40o


α β δ -20o -10o 0o +10o +20o -20o -10o 0o +10o +20o -20o -10o 0o +10o +20o
+20o 5,208 3,616 2,492 1,618 0,665 8,545 5,453 3,578 2,310 1,375 15,768 8,807 5,338 3,300 1,981
o
+10 3,616 2,742 2,045 1,434 0,665 5,453 3,880 2,773 1,970 1,235 8,807 5,340 3,870 2,603 1,679
20 o 0o 2,492 2,045 1,643 1,248 0,665 3,578 2,773 2,137 1,595 1,098 5,338 3,870 2,837 2,050 1,414
- 10o 1,618 1,434 1,248 1,040 0,665 2,310 1,930 1,595 1,278 0,952 3,300 2,603 2,050 1,585 1,168
-20o 0,655 0,665 0,665 0,665 0,665 1,375 1,235 1,098 0,952 0,782 1,981 1,679 1,414 1,168 0,941
+20o 6,415 4,208 2,816 1,816 0,773 12,254 7,052 4,381 2,763 1,653 29,291 13,253 7,251 4,266 2,526
+10o 4,208 3,093 2,272 1,597 0,773 7,052 4,742 3,292 2,269 1,472 13,252 7,780 4,966 3,258 2,104
10 o 0o 2,816 2,272 1,815 1,387 0,773 4,381 3,292 2,496 1,861 1,305 7,251 4,966 3,534 2,526 1,757
- 10o 1,816 1,597 1,387 1,164 0,773 2,763 2,269 1,861 1,496 1,136 4,266 3,258 2,526 1,946 1,452
-20o 0,773 0,773 0,773 0,773 0,773 1,635 1,472 1,305 1,136 0,946 2,526 2,104 1,757 1,452 1,164
o
+20 8,849 5,275 3,311 2,073 0,883 21,931 10,242 5,736 3,426 2,003 95,561 24,967 11,063 5,876 3,312
o
+10 5,235 3,644 2,594 1,799 0,883 10,242 6,221 4,081 2,731 1,760 24,967 11,895 6,839 4,249 2,680
o
0 o 0 3,311 2,594 2,040 1,551 0,883 5,736 4,081 3,000 2,203 1,548 11,063 6,839 4,599 3,193 2,200
o
- 10 2,073 1,799 1,551 1,301 0,883 3,426 2,731 2,203 1,760 1,345 5,876 4,249 3,193 2,421 1,805
o
-20 0,883 0,883 0,883 0,883 0,883 2,003 1,760 1,548 1,345 1,128 3,312 2,680 2,200 1,805 1,451
o
+20 15,047 7,244 4,125 2,435 1,000 68,252 18,458 8,366 4,496 2,488 ∞ 82,022 20,978 9,978 4,585
+10o 7,242 4,568 3,077 2,065 1,000 18,458 9,124 5,398 3,414 2,137 82,027 22,645 10,569 5,915 3,553
o
10 o 0 4,125 3,077 2,347 1,757 1,000 8,366 5,398 3,757 2,675 1,854 20,978 10,569 6,415 4,208 2,816
o
- 10 2,435 2,065 1,757 1,465 1,000 4,496 3,414 2,675 2,103 1,600 9,014 5,915 4,208 3,093 2,272
o
-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 2,488 2,137 1,854 1,600 1,341 4,585 3,533 2,816 2,272 1,815
o
+20 43,801 12,263 5,658 2,992 1,133 ∞ 57,257 14,999 6,511 3,227 ∞ ∞ 68,756 17,019 6,995
+10o 12,263 6,338 3,860 2,444 1,133 57,257 16,526 7,954 4,530 2,673 ∞ 74,961 20,273 9,194 4,938
20 o 0o 5,658 3,860 2,800 2.031 1,133 14,999 7,954 5,017 3,379 2,267 68,765 20,273 10,021 5,929 3,750
o
- 10 2,992 2,444 3,031 1,169 1,133 6,511 4,530 3,379 2,578 1,930 17,019 9,194 5,929 4,126 2,938
o
-20 1,133 1,133 1,133 1,133 1,133 3,227 2,673 22,67 1,930 1,608 6,995 4,938 3,750 2,938 2,310

73
5.4. Analisis Stabilitas
Dalam merencanakan tembok penahan tanah, langkah pertama adalah
menetapkan tempat dan arah tekanan tanah aktif yang akan bekerja pada dinding.
Tekanan tanah aktif digunakan untuk merencanakan tembok penahan tanah yang berdiri
bebas.
Langkah selanjutnya adalah memperkirakan bentuk dan ukuran tembok penahan
tanah. Biasanya ketinggian tembok yang diperlukan sudah diketahui, sehingga tebal dan
lebar dasar tembok harus dihitung. Ukuran tembok yang diperlukan kemudian diperiksa
terhadap 3 (tiga) kondisi, yaitu:
1. Tembok harus aman terhadap pergeseran horizontal
2. Tembok harus aman terhadap guling
3. Tembok tidak boleh mengakibatkan tekanan langsung pada tanah pondasi di bawah
dasar dinding yang mengakibatkan tekanan yang lebih dari yang diijinkan dari tanah,
atau mengakibatkan penurunan tambahan.
Jika salah satu dari ketiga keadaan di atas tidak aman, maka ukuran dinding yang
diperkirakan harus diubah, dan ketiga kondisi di atas, diperiksa lagi. Jika ketiga kondisi
di atas sudah terpenuhi, maka ukuran perkiraan dapat digunakan dalam perencanaan.
Jika ketiga kondisi di atas memenuhi syarat dalam batas aman yang terlalu jauh, maka
ukuran harus diperkecil, dan ketiga kondisi harus diperiksa kembali. Cara ini yang disebut
cara coba-coba (trial and error).
Pemeriksaan keamanan terhadap geser dan guling, harus mengacuh pada hukum dasar
statika. Pemeriksaan penurunan dan kegagalan terhadap daya dukung, dihitung dengan
analisis penurunan dan daya dukung seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 3.

5.4.1. Faktor Keamanan Terhadap Geser


Penentuan factor keamanan terhadap geser, dihitung seperti yang dijelaskan pada
Bab 4. Nilai factor keamanan terhadap geser adalah:
FK ≥ 1,5 : jika tekanan tanah pasif dibagian depan tembok tidak diperhitungkan
(diabaikan).
FK ≥ 2,0 : jika tekanan tanah pasif dibagian depan tembok diperhitungkan

5.4.2. Faktor Keamanan Terhadap Guling


Penentuan factor keamanan terhadap guling, dihitung seperti yang dijelaskan
pada Bab 4. Nilai factor keamanan terhadap guling adalah:
FK ≥ 1,5 : jika tanah urugan adalah tanah berbutir (non-kohesif)
FK ≥ 2,0 : jika tanah urugan adalah tanah kohesif.

5.4.3. Faktor Keamanan Terhadap Daya Dukung


Penentuan factor keamanan terhadap daya dukung, dihitung seperti yang
dijelaskan pada Bab 4, dimana: FK ≥ 3.

74
5.5. Drainase Urugan
Jika air diijinkan meresap ke dalam tanah di belakang dinding/tembok penahan
tanah, maka akan terjadi tambahan tekanan yang besar pada dinding. Jika dinding
direncanakan untuk menerima tambahan beban akibat tekanan air (hal ini tidak biasa
dalam praktek di lapangan), maka adalah baik untuk mengambil langkah-langkah untuk
mencegah air yang meresap ke dalam tanah urugan terkumpul di belakang tembok. Salah
satu metode yang digunakan untuk mencegah air terkumpul di belakang tembok adalah
menyediakan drainase yang efektif untuk semua air yang masuk ke dalam tanah urugan.
Untuk itu, disarankan untuk menggunakan bahan urugan dari tanah yang sangat porous,
seperti pasir, kerikil, atau batu pecah. Untuk membuang air yang ada di belakang tembok,
dibuat lubang dengan ukuran 4 – 6 inci, yang disambung dengan pipa untuk melalui
dinding, yang ditempatkan pada setiap 5 – 10 ft sepanjang dinding, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 5.14, yang diadaptasi dari PEDC (1985).

Tanah urugan dari


material porous

Bahan filter untuk


mencegah lubang aliran
Lubang aliran dari penyumbatan

Gambar 5.14. Konstruksi tembok dengan drainase lubang aliran (PEDC, 1985)

Metode lain yang digunakan untuk mengalirkan air dari belakang tembok adalah
menggunakan pipa drainase. Gambar 5.15 memperlihatkan pipa drainase dibungkus
dengan bahan filter, dan air meresap melalui bahan filter ke dalam pipa, dan mengalir
melalui pipa drainase ke salah satu ujung dinding.

Tanah urugan dari


material porous

Bahan filter

Pipa drainase berlubang dari


logam dengan diameter
minimum 6 inci

Gambar 5.15. Konstruksi tembok dengan drainase pipa berlubang

75
Dua metode system drainase di atas, yakni: drainase lubang aliran dan drainase pipa
berlubang, bahan filter harus ditempatkan disekitar pipa untuk mencegah penyumbatan,
dan pipa harus dijaga agar bersih dari sampah.
Jika bahan yang harus digunakan untuk urugan terdiri dari bahan yang kurang
porous, seperti: lanau, tanah berbutir kasar yang mengandung lempung dan lain-lain,
karena aliran bebas, atau karena harga bahan berbutir kasar terlalu mahal di tempat
tersebut, maka sangat dianjurkan untuk menempatkan material dari bahan porous di
sebelah dinding, seperti yang terlihat pada Gambar 5.16(a). Jika hal tersebut tidak
memungkinkan, maka “lapisan selimut drainase” dari bahan porous harus ditempatkan
pada posisi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.16(b), yang diadaptasi dari PEDC
(1985).

Bahan porous
selimut drainase
dengan tebal 1 ft

Pipa drainase
memanjang

(a) (b)
Gambar 5.16. Konstruksi tembok dengan metode drainase pada tanah non-porous

Selanjutnya, tanah yang sangat kedap (lempung), sangat tidak disarankan sebagai bahan
urugan, kerena selain menambah tekanan tanah lateral, tanah tersebut sangat sukar
mengalirkan air. Juga tanah lempung sangat peka terhadap susut muai. Jika harus
menggunakan tanah lempung sebagai bahan urugan, maka disarankan untuk meletakkan
selapis bahan porous di sebelah dinding, yakni antara dinding dan urugan lempung,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.16(a) di atas.

5.6. Prinsip-Prinsip Konstruksi Untuk Tembok Penahan Tanah Cantilever


Ada 2 (dua) kemungkinan dimana dinding cantilever tertentu bisa mengalami
keruntuhan karena tidak memenuhi syarat stabilitas. Keruntuhan dimaksud diakibatkan
pengabaian terhadap prinsip-prinsip dasar pembangunan, yaitu:
1. Salah satu hal penting yang harus mendapat perhatian adalah drainase dari tanah
urugan (lihat uraian Sub Bab 5.5 di atas).
2. Hal-hal yang menyangkut prinsip dasar dalam pembangunan yang harus
diperhatikan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. 17, yang diadaptasi dari
PEDC (1985).

76
Saluran dalam galian yang
diletakkan pada pasir (utk kondisi
dalam kota atau lereng yang terjal)

Bahan filter (harus ada)

Penting:
Penulangan Pipa vertical (untuk
(akibat suhu) membersihkan pipa drainase
Penulangan (tulangan utama
sehubungan dengan
perencanaan struktur
Pipa drainase Ø > 20 cm
Jika mungkin:
Tempatkan pipa
drainase disini

Dasar: beton kurus ± 10 cm

Gambar 5.17. Prinsip-prinsip konstruksi tembok/dinding cantilever

Prinsip dasar konstruksi yang tunjukkan pada Gambar 5.17 di atas harus dipenuhi,
agar tembok/dinding penahan tidak mengalami kegagalan.

77
Ringkasan
1. Tembok penahan tanah dibangun untuk menyangga tanah dengan perbedaan tinggi
muka
2. Dalam hal supaya tembok yang bergerak ke depan tidak kelihatan, tembok penahan
tanah kebanyakan dibangun dengan kemiringan ke depan pada sisi luar tembok,
kemiringan ke depan tersebut disebut batter.
3. Material yang ditempatkan di belakang tembok penahan tanah biasanya disebut
tanah urugan (backfill).
4. Jenis-jenis dinding/tembok penahan tanah adalah:
a. Dinding/tembok gravitasi
Dinding gravitasi biasanya terbuat dari pasangan batu atau beton. Oleh sebab itu,
tembok gravitasi mengandalkan/menggantungkan seluruh kestabilannya pada
berat pasangan batu atau beton.
b. Dinding Cantilever
Dinding cantilever terdiri dari dinding beton dan pelat dasar beton yang
keduanya relative tipis dan penuh diberi tulangan untuk menahan momen dan
gaya geser.
c. Dinding Counterfort
Dinding counterfort terdiri dari plat depan dari beton bertulang yang berdiri
vertical, yang didukung pada jarak-jarak tertentu pada sisi sebelah dalam oleh
pelat vertical (couterfort)
d. Kepala jembatan dan dinding jangkar
Dinding untuk ruang bawah tanah, bangunan bawah tanah, dan kepala jembatan
biasanya didukung di sebelah atas. Dinding yang dijangkar didukung oleh
jangkar yang diikat pada tanah keras.
e. Dinding Krib
Dinding krib dikenal sebagai dinding monolit, yaitu dinding terdiri dari unit
bangunan tersendiri yang dipasang di lapangan dalam suatu rangkaian sel yang
berlubang tanpa dasar. Krib kemudian diisi dengan tanah, dan kestabilannya
tidak hanya tergantung dari berat unit dan isinya, tetapi juga kekuatan tanah
yang dipakai sebagai bahan pengisi.
f. Dinding Bronjong
Dinding bronjong atau dinding penahan tanah dari keranjang kawat yang diisi
dengan batu.
5. Teori tekanan tanah merupakan dasar dalam merencanakan dinding/tembok
penahan tanah, dimana dinding direncanakan berdasarkan besarnya tekanan tanah
pada dinding. Untuk alasan ekonomis, dinding penahan tanah biasanya
direncanakan berdasarkan tekanan tanah aktif.

78
6. Ukuran tembok yang diperlukan harus diperiksa terhadap 3 (tiga) kondisi, yaitu:
a. Tembok harus aman terhadap pergeseran horizontal
b. Tembok harus aman terhadap guling
c. Tembok tidak boleh mengakibatkan tekanan langsung pada tanah pondasi di
bawah dasar dinding yang mengakibatkan tekanan yang lebih dari yang
diijinkan dari tanah, atau mengakibatkan penurunan tambahan.
7. Nilai factor keamanan terhadap geser adalah:
FK ≥ 1,5 : jika tekanan tanah pasif dibagian depan tembok tidak diperhitungkan
FK ≥ 2,0 : jika tekanan tanah pasif dibagian depan tembok diperhitungkan
8. Nilai faktor keamanan terhadap guling adalah:
FK ≥ 1,5 : jika tanah urugan adalah tanah berbutir (non-kohesif)
FK ≥ 2,0 : jika tanah urugan adalah tanah kohesif.
9. Nilai faktor keamanan terhadap daya dukung adalah:
FK ≥ 3.
10. Ada 2 (dua) kemungkinan dimana dinding cantilever tertentu bisa mengalami
keruntuhan karena tidak memenuhi syarat stabilitas. Kegagalan diakibatkan
pengabaian prinsip-prinsip dasar pembangunan, yaitu:
a. Drainase dari tanah urugan.
b. Hal-hal yang menyangkut prinsip dasar dalam pembangunan yang harus
diperhatikan, yaitu: hal-hal yang ditunjukkan pada Gambar 5. 17.

79
Studi Kasus
1. Sebuah tembok penahan tanah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.1(2).
Tembok mempunyai kemiringan 5 : 1, tinggi = 3m, dengan lebar dinding atas 0,25m.
Hitung lebar dinding sebelah bawah, dan gambar penampang melintang tembok
penahan tanah.
2. Sebuah tembok penahan tanah terbuat dari pasangan batu kali seperti tergambar,
dengan data-data sebagai berikut:
a q Berat isi tembok = 2,4 t/m3
Tinggi tembok (H) = 4,5 m
Lebar dasar (B) =3m
H Berat isi tanah = 1,9 t/m3
z
Tanah urugan dibelakang tembok adalah
B tanah kerikil kepasiran, dengan sudut
perlawanan geser tanah 30o. Tanah di depan tembok memiliki ketinggian = 1,5 m
dan beban q = 2 t/m2. Dinding depan tembok memiliki kemiringan 4:1 (4 vertikal :
1 horisontal).
Periksa stabilitas tembok terhadap daya dukung, geser dan guling, kemudian berikan
rekomendasi anda.
Catatan: hitung koefisien tekanan tanah menggunakan tabel dengan nilai δ = 2/3φ
3. Sebuah tembok cantilever seperti tergambar dengan data – data sebagai berikut:
a q Berat isi beton = 24 kN/m3
Tinggi tembok = 5m
Lebar dasar = 3,5m
c d
Tanah urugan di belakang tembok adalah
t
tanah kerikil kepasiran dengan:
B Berat isi = 20 kN/m3
Sudut perlawanan geser tanah 32o
Dinding depan tembok memiliki kemiringan 4 : 1 (4 vertikal : 1 horisontal) dan
beban q = 15 kN/m2
Direncanakan di atas lebar atas tembok (selebar a) akan dibangun pagar yang
akan memberikan beban merata pada tembok sebesar 10 kN/m2
Periksa stabilitas tembok terhadap daya dukung, geser dan guling, jika diketahui
t = 50 cm, c = 50 cm, dan d = 1 m, kemudian berikan rekomendasi anda.

80
Tes Formatif
I. Soal Teori (25 %)
1. Ceritakan dengan jelaskan fungsi tembok penahan tanah !
2. Gambarkan jenis-jenis tembok penahan tanah, dan beri penjelasan tentang
masing-masing tembok !
3. Berikan penjelasan tentang sudut , , φ, δ pada perjanjian tanda !
4. Jelaskan apa yang dimaksud Ka, Kp, Pa dan Pp !
5. Berikan penjelasan tentang batter dan backfill !
6. Ceritakan dengan jelas 2 (dua) kemungkinan dimana dinding cantilever bisa
mengalami keruntuhan !

II. Soal Perhitungan (75 %)


1. Sebuah tembok cantilever seperti tergambar dengan data – data sebagai berikut:
a q Berat isi beton = 24 kN/m3
Tinggi tembok = 5m
Lebar dasar = 3m
c d
Tanah urugan di belakang tembok adalah
t
tanah kerikil kepasiran dengan:
B Berat isi = 19 kN/m3
Sudut perlawanan geser tanah 40o
Dinding depan tembok memiliki kemiringan 4:1 (4 vertikal : 1 horisontal) dan
beban q = 15 kN/m2. Direncanakan di atas lebar atas tembok (selebar a) akan
dibangun pagar yang akan memberikan beban merata pada tembok sebesar 10
kN/m2
Periksa stabilitas tembok terhadap daya dukung, geser dan guling, jika diketahui
t = 50 cm, c = 50 cm, dan d = 1 m, kemudian berikan rekomendasi anda.

81
Referensi
Carson Dunlop (2011), Dinding Penahan Brojong (Gabion).
http://darkspecialistd.blogspot.com/2019/08/dinding-penahan-brojong-
gabion.html
Deni Irda Mazni, Abdul Hakam, Febrin, Anas Ismail, Jafril Tanjung, Yossyafra (2018).
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat.
Maria Febe, Imam Hariadi Sasongko (2019). “Analisis Stabilitas Dinding Penahan
Tanah Dengan Perkuatan Bronjonh Pada Jalan Tol Ulujami – Pondok Ranji
Ramp Bintaro Viaduct”. Construction and Material Journal, Volume 1 No.1
Maret 2019.
Monirul Islam ( ), “Retaining Wall”. Lectures at Department of Civil Engineering,
International University of Business Agriculture and Techonoly (IUBAT), Dhaka
Bangladesh https://www.academia.edu/18749776/Retaining_Wall_2
Polytechnik Education Development Centre (PEDC), 1985. ”Pondasi I” Polytechnik
Education Development Centre, Bandung
UMR On-line lectures, Dinding penahan tanah crib wall.
https://web.mst.edu/~rogersda/umrcourses/ge441/online_lectures/retention_
structures/GE441-Lecture6-2.pdf
Winterkorn H. F., and Fang Hsai-Yang (1975). Foundation Engineering Handbook. Van
Nostrand Reinhold Company, New York
Yarrabee and Castlemaine (2021). “Retaining Walls”. 1696 Dandenong Road, Oakleigh
East, Vic 3166. https://www.gabionwalls.com.au/retaining-walls.

82

Anda mungkin juga menyukai