Anda di halaman 1dari 15

1

PERENCANAAN DESAIN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG


SERBAGUNA POLRESTA DENPASAR TERHADAP PENAMBAHAN
LANTAI DENGAN CONCRETE JACKET
Eka Widhiadnyana(1), I Gusti Nyoman Putra Wijaya(2), Nyoman Surayasa(2)
1) Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali
2) Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali

widhi.abas@gmail.com

ABSTRACT

Indonesia needs to have complete facilities and infrastructure to improve the quality
and quantity of work, especially in Badung Regency which is the largest tourism area in
Bali. Where the floors addition to be carried out on the Multipurpose Denpasar city police
building has the same room function as the existing floor. Planning for the addition of this
building floor while maintaining the three floors of the existing building so that it does not
need to be dismantled. The structural strengthening is a step to increase the capacity of a
building due to floors addition or changes in building functions. With the floor addition, then
the stethening reinforced concrete structures of existing method is carried out by using
concvete jacketing method.

Key word: Structure, floor addition, reinforcement

ABSTRAK

Indonesia perlu memiliki fasilitas maupun sarana prasarana yang lengkap untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam bekerja khususnya pada Kabupaten Badung
yang merupakan daerah pariwisata terbesar di Bali. Dimana penambahan lantai yang akan
dilakukan pada gedung Serbaguna Polresta Denpasar memiliki fungsi ruangan yang sama
dengan lantai eksisiting Perencanaan penambahan lantai bangunan ini dengan tetap
mempertahankan tiga lantai bangunan eksisting sehingga tidak perlu dibongkar. Perkuatan
struktur merupakan suatu langkah untuk meningkatkan kapasitas suatu bangunan akibat
penambahan lantai atau perubahan fungsi bangunan. Dengan adanya penambahan
lantai,maka dilakukan metode perkuatan struktur beton bertulang bangunan eksisting
dengan menggunakan metode concrete jacketing

Kata kunci: Struktur, tambahan lantai, perkuatan

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
2

1 PENDAHULUAN memperkuat struktur bangunan


1.1 Latar Belakang eksisting yang akan diberikan.
Polresta merupakan salah satu 3. Mendesain perkuatan struktur
komponen penting dari sistem keamanan bangunan terhadap penambahan
Indonesia perlu memiliki fasilitas maupun lantai bangunan pada Gedung
sarana prasarana yang lengkap untuk Serbaguna Polresta Denpasar.
meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam
bekerja khususnya pada Kabupaten Badung 2 TINJAUAN PUSTAKA
yang merupakan daerah pariwisata terbesar Beton bertulang mempunyai sifat
di Bali. sesuai dengan sifat bahan penyusunnya,
Lantai yang akan ditambah yaitu sangat kuat terhadap beban tarik
direncanakan memiliki posisi kolom dan mapuan beban tekan. Beban tarik pada
balok yang sama. Dengan adanya beton bertulang ditahan oleh baja tulangan ,
penambahan lantai,maka dilakukan metode sedangkan beban tekan ditahan oleh beton
perkuatan struktur beton bertulang (Budianto dkk,…).
bangunan eksisting dengan menggunakan 2.1 Perbaikan Struktur Gedung
metode concrete jacketing Dalam usaha memenuhi kebutuhan
Tujuan perencanaan ini adalah untuk infrastruktur bangunan gedung yang baik
merencanakan desain perkuatan struktur keselamatan pengguna bangunan terhadap
bangunan terhadap penambahan lantai bahaya keruntuhan bangunan merupakan
bangunan pada Gedung Serbaguna Polresta prioritas utama. Kondisi bangunan yang
Denpasar. mulai rusak akibat bencana atau
penambahan beban pada bangunan diluar
1.2 Tujuan Perencanaan
beban rencana sebagai akibat perubahan
Tujuan dari Tugas Akhir pada fungsi bangunan tanpa disengaja sering
Gedung Serbaguna Polresta Denpasar menimbulkan bencana keruntuhan
Badung adalah sebagai berikut : bangunan. Diperlukan evaluasi kekuatan
1. Mengevaluasi kekuatan struktur struktur bangunan pada kondisi existing
terhadap penambahan lantai dan perkuatan (strengthening).
Gedung Serbaguna Polresta Perbaikan struktur biasanya
Denpasar dilakukan sebagai upaya pencegahan
2. Penambahan lantai bangunan pada sebelum struktur mengalami
bagian atas untuk menentukan cara

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
3

kerusakan/kehancuran. Perbaikan struktur dengan beton baru dengan atau tanpa


diperlukan apabila terjadi kerusakan yang disertai dengan penambahan tulangan
menyebabkan degradasi yang berakibat longitudinal maupun tulangan transversal.
tidak terpenuhi lagi persyaratan- Agar perkuatan concrete jacketing
persyaratan yang bersifat teknik yaitu ini dapat bekerja secara maksimal, maka
kekuatan, kekakuan dan daktilitas, ada beberapa spesifikasi minimum yang
kestabilan, serta ketahanan terhadap kinerja harus dipenuhi. Menurut dokumen CED 39
tertentu (Triwiyono, 1998). (7428), spesifikasi minimum yang harus
2.2 Perbaikan Struktur Gedung dipenuhi antara lain :
Pada umumnya bangunan gedung 1. Mutu beton pembungkus yang harus
direncanakan dapat berfungsi selama masa lebih besar atau sama dari mutu beton
layan tertentu. Namun selama masa existing.
layannya, bangunan rentan terhadap 2. Untuk kolom yang tulangan
kerusakan akibat berbagai hal. Setiap longitudinal tambahan tidak
kerusakan diusahakan dapat dideteksi dibutuhkan, minimum harus diberikan
sedini mungkin, sebab satu kerusakan dapat tulangan 12 mm di keempat ujungnya
merembet, memicu dan memperparah dengan sengkang 8 mm.
kerusakan lainnya. (Triwiyono, 2005) 3. Minimum tebal jacketing 100 mm.
menyatakan bahwa perbaikan atau 4. Diameter tulangan sengkang minimum
perkuatan struktur atau elemen-elemen 8 mm tidak boleh kurang 1/3 tulangan
struktur diperlukan apabila terjadi longitudinal.
degradasi bahan yang berakibat tidak 5. Jarak maksimal tulangan sengkang
terpenuhi lagi persyaratan-persyaratan yang pada daerah ¼ bentang adalah 100 mm,
bersifat teknik yaitu: kekuatan (strength), dan jarak vertikal antar tulangan
kekakuan (stiffness), stabilitas (stability) sengkang tidak boleh melebihi 100
dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan mm.
(durability).
2.3 Perkuatan Dengan Metode
Concrete Jacketing
Concrete jacketing merupakan teknik
perkuatan dengan cara melapisi seluruh
atau sebagian permukaan elemen struktur

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
4

antara luas baja tulangan dan tegangan


lelehnya, yaitu sebagai berikut:
𝐶𝑠 = 𝐴′𝑠 . 𝑓𝑠′
3. Gaya tarik baja tulangan (Ts)
Gaya tarik baja tulangan (Ts) dapat
dihitung dengan cara membuat perkalian
antara luas baja tulangan dan tegangan
6.
Gambar 2.1. Penampang Memanjang lelehnya, yaitu sebagai berikut:

dan Melintang Concrete Jacketing pada 𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦

Kolom Menghitung momen nominal (Mn) dan

(Sumber: Sugono, 1980). momen rencana (Mr) dapat dihitung

2.4 Analisa Kapsitas Komponen menggunakan rumus berikut:

Struktur Bangunan Gedung 𝑀𝑛 = 𝑀𝑛𝑐 + 𝑀𝑛𝑠

2.4.1 Balok 𝑑
𝑀𝑛𝑐 = 𝐶𝑐 . (𝑑 − ) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
2
A. Menghitung kuat lentur balok
𝐶𝑐 = 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏
Berikut ini dilukiskan bentuk
𝑀𝑛𝑠 = 𝐶𝑠 . (𝑑 − 𝑑 ′ )𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
penampang balok yang dilengkapi dengan
𝐶𝑠 = 𝐴𝑠 ′. 𝑓𝑠 ′
distribusi regangan dan tegangan balok.
𝑀𝑟 = ∅. 𝑀𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∅ = 0,90
B. Menghitung kuat geser balok
Jenis sengkang yang biasa dipakai
dibedakan berdasarkan jumlah kakinya,
Gambar 2. 2. Distribusi Regangan dan yaitu: sengkang 2 kaki, sengkang 3 kaki,
Tegangan pada Balok Tulangan Rangkap dan sengkang 4 kaki seperti terlukis pada
(Sumber: Asroni, 2010)
Gambar 3 berikut:
1. Gaya tekan beton (Cc)
Tegangan tekan persegi ekivalen dapat
dihitung besar gaya tekan beton sebagai
berikut:
𝐶𝑐 = 0,85. 𝑓𝑐′ . 𝑎. 𝑏 Gambar 2.3.Berbagai Jenis Sengkang pada
Balok
2. Gaya tekan baja tulangan (Cs)
(Sumber: Asroni, 2010)
Gaya tekan baja tulangan (Cs) dapat
dihitung dengan cara membuat perkalian

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
5

1. Gaya geser rencana, gaya geser nominal, 0,01. 𝐴𝑔 ≤ 𝐴𝑠𝑡 ≤ 0,08. 𝐴𝑔


gaya geser yang ditahan oleh beton dan 2. Gaya tarik dan gaya tekan pada

sengkang dirumuskan sebagai berikut: penampang kolom

Pasal 11.1.1 hal.87 SNI 03-2847-2013 Gaya tarik bagian kiri ditahan oleh

∅. 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 tulangan, sebesar:

𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠 𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑠

2. Gaya geser yang ditahan beton (Vc) Gaya tekan yang ditahan beton bagian

dihitung dengan rumus: kanan, sebesar:

Pasal 11.2.1.2 hal. 89 SNI 03-2847- 𝐶𝑐 = 0,85 × 𝑓′𝑐 × 𝑎 × 𝑏

2013, untuk komponen struktur yang Gaya tekan yang ditahan oleh

dikenai geser dan lentur saja, rumus tulangan kanan (Cs), yaitu:

yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Jika luas beton tekan


diperhitungkan, maka
𝑉𝑐 = 0,17𝜆. √𝑓′𝑐 . 𝑏. 𝑑
𝐶𝑠 = 𝐴𝑠 ′. (𝑓𝑠 ′ − 0,85. 𝑓′𝑐 )
Nilai faktor modifikasi (λ), dipakai 1,0
b. Jika luas beton tekan diabaikan,
untuk beton normal.
maka
Pasal 11.4.7.1 hal. 93 SNI 03-2847-2013
𝐶𝑠 = 𝐴𝑠 ′. 𝑓𝑠 ′
bila Vu melebihi øVc, maka tulangan
Keseimbangan gaya (∑H=0)
geser harus dihitung sebagai berikut:
𝐴𝑣 .𝑓𝑦𝑡 .𝑑
𝑃𝑛𝑏 = Cc + Cs – Ts
𝑉𝑠 = 𝑠 Menghitung kapasitas penampang
3. Dihitung luas begel terpasang Av,t pada kondisi seimbang (Balanced)
dengan rumus: 𝑎
𝑛
𝑀𝑛𝑏 = 𝐶𝑐 . (𝑑 − 2) + 𝐶𝑠 . (𝑑 −
𝜋.𝑑𝑝2 .𝑆
4
𝐴𝑣,𝑡 = 𝑑𝑠 ′ ) + 𝑇𝑠 . (𝑑 − 𝑑𝑠)
𝑠

Dengan Av,t harus ≥ Av,u Dengan gaya eksentrisitas kolom pada


2.4.2 Kolom kondisi runtuh balanced (eb)
A. Menghitung kuat lentur kolom 𝑀𝑛𝑏
𝑒𝑏 =
1. Luas tulangan total (Ast) 𝑃𝑛𝑏
Menurut Pasal 10.9.1 hal.78 SNI 03- Gaya eksentrisitas kolom kondisi runtuh
2847-2013, luas total (Ast) tulangan tarik atau tekan (e) :
longitudinal (tulangan memanjang) 𝑀𝑢
𝑒=
𝑃𝑢
kolom harus memenuhi syarat
Jika penampang sentris maka e = o
berikut:

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
6

Diperoleh persamaan beban sentris (Po) ukuran/dimensi kolom, dan jumlah serta
sebagai berikut: letak baja tulangan yang ada/terpasang pada
𝑃𝑜 = 0,85. 𝑓𝑐 ′ . (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 . 𝑓𝑦 kolom tersebut. Hubungan antara beban
Pasal 10.3.6.1 dan 10.3.6.2 hal.75 SNI 03- aksial dan momen lentur digambarkan
2847-2013 persamaan beban sentris untuk dalam suatu diagram yang disebut diagram
komponen struktur non-prategang adalah interaksi kolom M-N.
sebagai berikut:
a. Untuk komponen struktur dengan
tulangan spiral
∅𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,85. ∅[0,85. 𝑓′𝑐 . (𝐴𝑔
− 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 . 𝑓𝑦 ]
b. Untuk komponen struktur dengan
tulangan sengkang Gambar 2.4. Contoh Diagram Interaksi
∅𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,80. ∅[0,85. 𝑓′𝑐 . (𝐴𝑔 Kolom M-N
(Sumber: Asroni, 2010
− 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 . 𝑓𝑦 ]
Gaya (kN) Lengan ke sumbu (m) Momen (kNm)
B. Menghitung kuat geser kolom
−𝑇𝑠 = −𝐴𝑠 . 𝑓𝑠 ℎ 𝑇𝑠 × 𝑍𝑠
−𝑍𝑠 = − ( ) − 𝑑𝑠
2
1. Gaya geser rencana, gaya geser
𝐶𝑐 = 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏 ℎ 𝑎 𝐶𝑐 × 𝑍𝑐
𝑍𝑐 = ( ) − ( )
2 2
nominal, gaya geser yang ditahan
𝐶𝑠 = 𝐴𝑠 ′. 𝑓𝑠 ′ ℎ 𝐶𝑠 × 𝑍𝑠 ′
𝑍𝑠 ′ = ( ) − 𝑑𝑠 ′
2
oleh beton dan sengkang
Pn Mn
dirumuskan sebagai berikut:
Pasal 11.1.1 hal.87 SNI 03-2847-
Menghitung momen nominal (Mn) dan
2013
momen rencana (Mr)
∅. 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
𝑎
𝑀𝑛𝑐 = 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏. (𝑑 − 2)
𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠
𝑀𝑛𝑠 = 𝐴𝑠 ′. 𝑓𝑠 ′. (𝑑 − 𝑑𝑠 ′) 2. Gaya geser yang ditahan beton (Vc)
𝑀𝑛 = 𝑀𝑛𝑐 + 𝑀𝑛𝑠 dihitung dengan rumus:
𝑀𝑟 = ∅. 𝑀𝑛 Pasal 11.2.1.2 hal. 89 SNI 03-2847-
Beban yang bekerja pada kolom, 2013, untuk komponen struktur yang
biasanya berupa kombinasi antara beban dikenai geser dan lentur saja, rumus
aksial dan momen lentur. Besar-beban yang digunakan adalah sebagai berikut:
aksial dan momen lentur yang mampu 𝑉𝑐 = 0,17𝜆. √𝑓′𝑐 . 𝑏. 𝑑
ditahan oleh kolom bergantung pada

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
7

Pasal 11.4.7.1 hal. 93 SNI 03-2847- Gedung Serbaguna Polresta Denpasar yang
2013 bila Vu melebihi øVc, maka berada di jalan Gunung Sanghyang No.110,
tulangan geser harus dihitung sebagai Padangsambian, Denpasar.
berikut:
3.2 Skema Perencanaan
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡 . 𝑑
𝑉𝑠 =
𝑠 Skema perencanaan pelaksanaan
Dihitung luas begel terpasang Av,t
disajikan pada Gambar 3.1
dengan rumus:
𝑛
𝜋.𝑑𝑝2 .𝑆
4
𝐴𝑣,𝑡 =
𝑠

Dengan Av,t harus ≥ Av,u


2.4.3 PONDASI
Perkuatan pondasi dilakukan jika
bangunan yang pondasinya sudah tidak
memungkinkan (kurang kuat atau beban
melebihi rencana, misalnya akan ada
penambahan jumlah lantai), maka
sebaiknya dibongkar dan dibuat sesuai
dengan beban rencananya. Karena
tergantung tanahnya, mungkin pondasi
yang ada hanya pondasi beton setempat,
padahal untuk beban misalnya penambahan
lantai diperlukan pondasi pancang atau
pondasi bore pile. Gambar 3.1 Skema perencanaan perkuatan

3 METODE PENRENCANAAN

3.1 Lokasi Perencanaan


Lokasi bangunan yang digunakan
untuk perencanaan desain perkuatan
struktur bangunan akibat penambahan
lantai bangunan ini berada di Kota
Denpasar. Bangunan yang dipilih sebagai
subjek perencanaan ini yaitu bangunan

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemodelan Struktur Gedung


Menggunakan SAP 2000
Struktur eksisting bangunan
Serbaguna Polresta Denpasar dari 3 lantai
dengan panjang bangunan 30 meter dan
lebar 18 meter.

Gambar 4.1 Pemodelan bangunan eksisting


4.2 Perhitungan Pembebanan
4.2.1 Beban Mati
1. Rangka atap adalah sebesar 54,77
kg/m2.
2. Beban mati pada pelat lantai
sebesar 92,4 kg/m2.
3. Beban tembok ruangan adalah
1975 kg/m
4.2.2 Beban Hidup
1. Beban hidup pada atap, Beban
terpusat 133 kg.
2. Beban hidup pada pelat lantai,
Beban merata pada Koridor
lantai 1, Tangga, Ruang
pertemuan, Ruang arsip, dan
Ruang makan sebesar 479
Gambar 3.2 Skema perencanaan perkuatan kg/m2. Ruang kantor dan Kamar
lanjutan

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
9

mandi sebesar 240 kg/m2 dan


Tabel 4.3 Analisis geser balok eksisting
190 kg/m2.
Jenis Vu (kN) Vn Vu ≤ Keterangan
4.2.3 Beban Hujan Balok (kN) Vn
BI 210,144 358,988 Oke Tidak
Beban hujan yang terjadi pada
diperkuat
rangka struktur sebesar 0,033 kg/m2 . BA 78,945 233,118 Oke Tidak
diperkuat
4.2.4 Beban Angin SLOOP 72,464 200,759 Oke Tidak
diperkuat
Beban angin yang terjadi RB 71,660 259,930 Oke Tidak
berdasarkan kecepatan angina rata-rata diperkuat
Sumber : Hasil analisis
diwilayah Denpasar adalah 6,39 m/s.
4.4.2 Analisis kolom
4.2.5 Beban Gempa
Beban gempa adalah hasil analisa
input koefisien faktor keutamaan gempa
(Ie)= 1.5, SS Badung= 1.0, S1 Badung 0.4,
Kelas lokasi SD.
4.3 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang
digunakan dalam perencanaan struktur
Gambar 4.2 Diagram interaksi kolom K1
beton adalah SNI 2847 : 2013. eksisting
4.4 Analisa Struktur Bangunan
Kolom K1 eksisting berada di
Eksisting
dalam diagram rencana pada interaksi
4.4.1 Analisis balok
kolom berati kolom eksisting masih mampu
Tabel 4.1 Analisis balok lapangan eksisting
menahan beban yang bekerja.
Jenis Mu Mr Mu ≤ Keterangan
Balok (kNm) (kNm) Mr
BI 172,546 399,420 Oke Tidak diperkuat
BA 99,458 221,689 Oke Tidak diperkuat
S1 49,298 169,625 Oke Tidak diperkuat
RB 39,904 261,421 Oke Tidak diperkuat
Sumber : Hasil analisis

Tabel 4.2 Analisis balok tumpuan eksisting

Jenis Mu Mr Mu ≤ Keterangan
Balok (kNm) (kNm) Mr
BI 297,116 533,408 Oke Tidak diperkuat
BA 165,395 189,381 Oke Tidak diperkuat Gambar 4.3 Diagram interaksi kolom K2
SLOOP 80,804 155,955 Oke Tidak diperkuat eksisting
RB 74,533 295,224 Oke Tidak diperkuat
Sumber : Hasil analisis

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
10

Kolom K2 eksisting berada di luar diagram Tabel 4.7 Analisis balok tumpuan
rencana pada interaksi kolom berati kolom tambahan lantai
Jenis Vu (kN) Vn Vu ≤ Keterangan
eksisting mampu menahan beban yang
Balok (kN) Vn
bekerja. BI 308,250 358,988 Oke Tidak diperkuat
BA 148,405 233,118 Oke Tidak diperkuat
SLOOP 72,464 200,759 Oke Tidak diperkuat
4.4.3 Kuat Geser kolom eksisting RB 71,554 259,930 Oke Tidak diperkuat
Sumber : Hasil analisis
Tabel 4.4 Analisis kolom geser eksisting
4.5.2 Analisis kolom
Jenis Vu (kN) Vn Vu ≤ Keterangan
Kolom (kN) Vn
K1 103,990 320,157 Oke Tidak
diperkuat
K2 62,715 232,986 Oke Tidak
diperkuat
Sumber : Hasil analisis

4.5 Analisa Struktur Bangunan


Eksisting Dengan Tambahan lantai

Gambar 4.4 Diagram interaksi kolom K1


4.5.1 Analisis balok tambahan lantai
Tabel 4.5 Analisis balok lapangan
Kolom K1 setelah pertambahan lantai
tambahan lantai
Jenis Mu Mr Mu ≤ Keterangan berada di luar diagram rencana pada
Balok (kNm) (kNm) Mr
interaksi kolom, maka kolom K1 perlu
BI 284,497 399,420 Oke Tidak diperkuat
BA 127,199 221,689 Oke Tidak diperkuat perkuatan.
SLOOP 49,298 169,625 Oke Tidak diperkuat
RB 41,158 261,421 Oke Tidak diperkuat
Sumber : Hasil analisis

Tabel 4.6 Analisis balok tumpuan


tambahan lantai
Jenis Mu Mr Mu ≤ Keterangan
Balok (kNm) (kNm) Mr
BI 417,600 533,408 Oke Tidak diperkuat
BA 179,558 189,381 Oke Tidak diperkuat
SLOOP 80,804 155,955 Oke Tidak diperkuat
RB 75,847 295,224 Oke Tidak diperkuat
Gambar 4.5 Diagram interaksi kolom K2
Sumber : Hasil analisis tambahan lantai

Kolom K2 setelah pertambahan lantai


berada di luar diagram rencana pada

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
11

interaksi kolom,maka kolom K2 perlu Gambar 4.7 Diagram interaksi kolom K2


setelah perkuatan
perkuatan.
Kontrol kolom K2 setelah perkuatan
4.5.3 Kuat Geser kolom tambahan
berada di dalam diagram rencana pada
lantai
interaksi kolom berati kolom perkuatan K2
Tabel 4.8 Analisis kolom geser tambahan pada lantai 3 memenuhi syarat..
lantai
Jenis Vu (kN) Vn Vu ≤ Keterangan 4.6.2 Kuat Geser kolom setelah
Kolom (kN) Vn
K1 189,642 320,157 Oke Tidak diperkuat perkuatan
K2 155,676 232,986 Oke Tidak diperkuat
Sumber : Hasil analisis
Tabel 4.9 Analisis kolom geser setelah

4.6 Analisis Setelah Perkuatan perkuatan


Jenis Vu (kN) Vn Vu ≤ Keterangan
Struktur Kolom (kN) Vn
4.6.1 Analisis kolom K1 245,184 798,808 Oke Memenuhi
K2 156,951 665,410 Oke Memenuhi
Sumber : Hasil analisis
4.6.3 Analisis Perkuatan Bor pile
Pertambahan lantai gedung dari 3
lantai menjadi 6 lantai menyebabkan
ponadi eksisting bor pile yang jumlahnya 2
tiang tidak mampu menahan beban yang
bekerja sehinggan perlu penambahan tiang
Gambar 4.6 Diagram interaksi kolom K1 bor pile. Jumlah tiang yang di perlukan
setelah perkuatan
untuk menahan beban yaitu sebanyak 2
Kontrol kolom K1 setelah perkuatan tiang. Berikut hasil analisis kelompok tiang
berada di dalam diagram rencana pada yang ditabelkan di bawah.
interaksi kolom berati kolom perkuatan K1 Tabel 4.10Analisis bor pile
pada lantai 1 dan 2 memenuhi syarat. No Joint P (kN) Dk (kN) P < Dk
1 1897,403 2787,018 Oke
2 1680,714 2787,018 Oke
3 1592,517 2787,018 Oke
4 1815,023 2787,018 Oke
5 1516,055 2787,018 Oke
6 2048,727 2787,018 Oke
7 2139,723 2787,018 Oke
8 1793,435 2787,018 Oke
9 2064,232 2787,018 Oke

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
12

No Joint P (kN) Dk (kN) P < Dk (tulangan atas) arax x dipasang 12D16 – 71


10 1909,190 2787,018 Oke
mm dan arah y dipasang 7D16-343.
11 1731,439 2787,018 Oke
12 1650,761 2787,018 Oke 5 KESIMPULAN DAN SARAN
13 1330,314 2787,018 Oke 5.1 Kesimpulan
14 1415,756 2787,018 Oke
Berdasarkan hasil evaluasi struktur
15 1592,664 2787,018 Oke
16 1775,565 2787,018 Oke
bangunan gedung Serbaguna Polresta
17 1690,311 2787,018 Oke Denpasar didapat kesimpulan sebagai
18 1319,167 2787,018 Oke
berikut:
19 1400,694 2787,018 Oke
1. Struktur eksisting gedung Serbaguna
20 1579,081 2787,018 Oke
21 2016,885 2787,018 Oke Polresta Denpasar dengan panjang
22 1960,942 2787,018 Oke bangunan 30 m dan lebar bangunan 18 m
23 1439,073 2787,018 Oke
yang terdiri dari 3 lantai dengan jenis
24 1509,391 2787,018 Oke
25 1617,727 2787,018 Oke elemen struktur pada bangunan eksisting
26 1921,458 2787,018 Oke sebagai berikut yaitu: balok B1
27 1627,210 2787,018 Oke
(300x500)mm, BA (250 x 400)mm, RB
28 1371,989 2787,018 Oke
29 1430,515 2787,018 Oke (300 x 400)mm Sloop (250 x 350), dan
30 1383,916 2787,018 Oke jenis elemen kolom yaitu: kolom K1
330 181,950 2787,018 Oke
(400 x 400) dan K2 ( 350x350)mm. Dari
332 172,820 2787,018 Oke
379 201,802 2787,018 Oke hasil analisis pada elemen balok dan
380 186,244 2787,018 Oke kolom eksisting mampu menahan
Sumber : Hasil analisis beban-beban yang bekerja pada gedung
exsisting.
4.6.4 Analisis Pile Cap
2. Perencanaan penambahan lantai pada
Pile cap yang digunakan dalam
bangunan eksisting yaitu dari 3 lantai
perkuatan pondasi memiliki dimensi:
menjadi 6 lantai menyebabkan
Panjang : 1,9 m
bertambahnya beban yang bekerja pada
Lebar : 0,9 m
bangunan eksisting. Pada elemen ring
Tebal : 0,55 m
balok struktur eksisting direncanakan
Dari hasil kontrol pertambahan pile cap
dibongkar. Dari hasil analisis pada
yang didapatkan dimensi 1900 x 900 x 550
elemen balok dan kolom dengan lantai
mm, dipakai (tulangan tarik) arax x
tambahan, pada elemen balok masih
dipasang 16 D19 – 53 mm dan arah y
mampu menahan beban-beban yang
dipasang 8D19 -284 mm dan dipakai

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
13

berkerja, sedangkan pada elemen kolom pada sub bab 4.10.3 setelah perkuatan
K1 dan K2 pada struktur eksisting tidak masih ampu menahan momen dan geser
mampu menahan beban-beban yang ultimate setelah perkuatan.
bekerja akibat penambahan 3 lantai 7. Perencanan kolom lantai tambahan yaitu
tambahan sehingga dilakukan perkuatan pada kolom K1 dengan dimensi
dengan metode concrete jacketing. 400x400 mm dan tulangan 20D19 pada
3. Desain perencanaan perkuatan struktur lantai 4 dan 5 dan K2 dengan dimensi
gedung Serbaguna Polresta Denpasar 350x350mm dan tulangan 16D19 pada
menggunakan metode concrete jucket lantai 6 dengan mutu tulangan BJTD.
dengan mutu beton f’c 21 Mpa, mutu 37, dari hasil kontrol kolom mampu
tulangan Bj 37,tebal minimum perkuatan menahan gaya aksial ultimate dan
10 cm,diameter tulangan utama D19, momen ultimate pada lantai tambahan.
sehingga dimensi kolom yang diperkuat 8. Dari Hasil perhitungan pertambahan
yaitu pada K1 600 x 600 mm dan K2 550 pondasi bore pile setelah penambahan
x 550 mm dengan detail perkuatan lantai dan perkuatan didapatkan
penulangan K1 adalah 18 D19 dan K2 tambahan 2 tiang bore pile dengan
adalah 12 D19. dimensi bore pile (350 mm) dan kedalam
4. Dari hasil analisis elemen balok setelah tiang yang sama seperti pondasi bore pile
perkuatan pada elemen balok yaitu BI, existing yaitu kedalaman 6 m dengan
BA, RB, dan Sloop masih mampu control ( Dk > P, 2787,018 > 2139,723
menahan momen ultimate dan geser kN).
ultimate setelah perkuatan. 9. Dari hasil kontrol pertambahan pile cap
5. Dari hasil analisis elemen kolom didapatkan dimensi 1900 x 900 x 550
eksisitng K1 dan K2 setelah perkuatan, mm, dipakai (tulangan tarik) arax x
pada elemen kolom eksisting K1 dan K2 dipasang 16 D19 – 53 mm dan arah y
setelah perkuatan mampu menahan dipasang 8D19 -284 mm dan dipakai
beban-beban yang bekerja akibat (tulangan atas) arax x dipasang 12D16 –
penambahan 3 lantai tambahan. 71 mm dan arah y dipasang 7D16-343.
6. Perencanan balok lantai tambahan pada
lantai 4, 5 dan 6 memiliki dimensi yang
sama dengan struktur eksisting karena
dari hasil kontrol balok yang dijelaskan

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
14

5.2 Saran 6 DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan analisis yang telah Andreas Andrew.2011. Evaluasi Dan
Perbaikan Struktur Bangunan
dilakukan dan kesimpulan yang telah Eksisting Dengan Metode Peningkatan
Kinerja Elemen Untuk Memenuhi SNI
dicapai, penulis mengemukakan beberapa 03-1726-2002 Dengan Studi Kasus
Gedung X Jakarta.FT.UI.
saran segabai berikut. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/2
0284647-S1145
1. Struktur bangunan eksisting bangunan Andrew%20Andreas%20Sadero.pdf.
Diunduh pada 15 April 2018
gedung Serbaguna Polresta Denpasar
Asroni, A. (2010). Balok dan Pelat Beton
perlu direncanakan perkuatan untuk Bertulang Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
menjamin tingkat kinerja keamanan
Asroni, A. (2010). Kolom, Fondasi dan
pada bangunan tersebut ketika Balok "T" Beton Bertulang Edisi
pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
pekerjaan penambahan lantai
Badan Standardisasi Nasional. (2012). SNI
dilaksanakan. 1726:2012 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur
2. Dalam perencanaan ini, penulis tidak Gedung dan Non Gedung. Badan
Standardisasi Nasional.
menampilkan metode dalam
Badan Standardisasi Nasional. (2013). SNI
pengerjaannya sehingga saat pekerjaan 1727:2013 Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan
perkuatan struktur bangunan akibat Struktur Lain. Badan Standardisasi
Nasional.
penambahan lantai ini dilaksanakan
Badan Standardisasi Nasional. (2013). SNI
agar terlebih dahulu menganalisa 2847-2013 Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung.
metode yang akan dipakai dan Badan Standardisasi Nasional.

mempergunakan metode yang tepat Budiono, Bambang,dkk.2017. “Desain


Bangunan Tahan Gempa dengan
sehingga hasil dari perekatan struktur Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus dan Sistem Dinding Struktur
yang dilaksanakan dapat tercapai Khusus di Jakarta, Bandung : ITB

sesuai dengan yang direncanakan. Kaontole, J.T. Maret 2015. Evaluasi


Kapasitas Kolom Beton Bertulang
yang Diperkuat Dengan Metode
Concrete Jacketing. Jurnal Sipil Statik,

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
15

Vol. 3, No. 3.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j
ss/, diunduh 15 April 2018.

M, Soenaryo Arifi.2009. Perbaikan Kolom


Beton Bertulang Menggunakan
Concrete Jacketing Dengan Prosentase
Beban Runtuh Yang Bervariasi.
https://anzdoc.com/perbaikan-kolom-
beton-bertulang-menggunakan-
concrete-jacketi.html.Universitas
Brawijaya. Diunduh pada 15 April
2018

Nasution, Amrinsyah. (2009). “Analisis


dan Desain Struktur Beton Bertulang”
Bandung : ITB

Satriawijay A.A .2015. Perkuatan Ruko


Pasar Sentral Pasca Kebakaran.
Universitas
Hasanuddin.http://repository.unhas.ac.
id/bitstream/handle/123456789/16511/
Skripsi%20Aslam%20C10%20.pdf;se
quence=1. Diunduh pada 15 April 2018

PADURAKSA: Volume X Nomor Y, Juni/Desember ABCD P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939

Anda mungkin juga menyukai