Bertulang Kelompok 1 1.2.1. Kepopuleran Beton Bertulang dan Bangunan-bangunan Berstruktur Beton Bertulang
Dewasa ini, hampir di seluruh dunia sedang fokus dalam pembangunan
infrastruktur. Bangunan gedung, jembatan, bendungan, terowongan, jalan, dan lain sebagainya sedang banyak dibangun guna memfasilitasi kebutuhan dari berbagai sektor dalam rangka meningkatkan daya saing negara dan bangsanya masing-masing. Tidak jauh berbeda dengan negara lainnya, Indonesia di masa pemerintahan Kabinet Kerja dan Kabinet Indonesia Maju sangat mengedepankan pembangunan infrastruktur. Manfaat penggunaan Beton
Kegunaannya yang bisa beragam
Memiliki kuat tekan yang tinggi Mudah dikerjakan, baik secara manual maupun menggunakan peralatan mekanis juga tidak memerlukan keahlian khusus Pengangkutan bahan-bahannya mudah diangkut Tidak memerlukan konstruksi sambungan Kecuali semen, bahan melimpah di alam sehingga harga relative murah. Durabilitasnya tinggi dan biaya pemeliharaan rendah Nilai daur ulang bahannya masih relative tinggi Kekurangan penggunaan Beton
Memerlukan konstruksi cetakan atau bekisting
Sering mengalami retak sehingga zat perusak mudah masuk ke dalam beton Kekuatan tarik sangat rendah dibandingkan dengan kekuatan tekannya Berat sendirinya sangat besar Kualitas sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh cara pembuatannya Sulit dibongkar Kembali Diagram distribusi tegangan pada struktur pemikul momen Model Struktur Beton Bertulang (SBB) dalam BIM Cubicost TRB Pada dasarnya, kelebihan dari beton bertulang dibandingkan dengan beton biasa adalah pada kemampuannya dalam menahan tegangan tarik. Menurut Nilson et al (2009:2), pemberian tulangan pada beton dimaksudkan untuk memperkuat beton pada bagian yang mengalami tarik sehingga dapat memberikan daya dukung yang cukup pada bagian tersebut. Pengaplikasian tulangan inilah yang dapat dijadikan solusi dalam mengurangi perbedaan kuat tarik dan kuat tekan pada beton. Selain itu, penggunaan material baja sebagai tulangan beton dapat berguna dalam menghilangkan sifat getas dari suatu elemen struktur beton Hal ini dikarenakan oleh sifat baja yang ulet atau memiliki daktilitas tinggi. Tingginya daktilitas baja dapat diamati dari sifatnya yang bila dibebani pada batas tertentu akan dapat mengalami pelelehan. Pelelehan adalah kondisi dimana baja telah menerima tegangan sebesar batas elastisnya kemudian mengalami peregangan meskipun tidak dilakukan penambahan tegangan. Sifat dari baja inilah yang akan bermanfaat dalam memberikan pertanda keruntuhan secara visual pada elemen struktur beton yang diberika tulangan sehingga tidak terjadi keruntuhan secara mendadak. Pada dasarnya, kelebihan dari beton bertulang dibandingkan dengan beton biasa adalah pada kemampuannya dalam menahan tegangan tarik. Sifat dari baja inilah yang akan bermanfaat dalam memberikan pertanda keruntuhan secara visual pada elemen struktur beton yang diberika tulangan sehingga tidak terjadi keruntuhan secara mendadak • Contohnya :
Gambar 1. Grafik tegangan-regangan baja
Gambar 1. Balok beton bertulang yang mengalami keruntuhan tarik
Dalam hal penggunaan, Struktur Beton Bertulang (SBB) banyak diaplikasikan
pada berbagai elemen struktural bangunan. Elemen-eleman struktural tersebut, meliputi balok, kolom, pelat lantai, pondasi, saluran terbuka dan tertutup, mercu pada bendung, permukaan perkerasan jalan, dan masih banyak lagi. Semua elemen yang memanfaatkan Struktur Beton Bertulang (SBB) tersebut memiliki ketentuannya masing-masing, tergantung dari ruang lingkupnya. Pada bangunan gedung, desain Struktur Beton Bertulang (SBB) diatur dalam SNI 2847:2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan. Dalam acuan tersebut, misalnya mengatur desain pelat satu arah pada pasal 7, pelat dua arah pada pasal 8, balok pada pasal 9, kolom pada pasal 10, pondasi pada pasal 13, dan lain sebagainya. Ketentuan terhadap elemen-elemen tersebut kemudian didukung dengan pasal-pasal lain yang juga diatur dalam SNI tersebut, misalnya dalam hal pembebanan diatur pada pasal 5, analisis struktur diatur pada pasal 6, sambungan, penjangkaran, dan sebagainya. Kepopuleran Struktur Beton Bertulang (SBB) dewasa ini adalah bukti dari banyaknya minat para perancang struktur bangunan untuk mengaplikasikan beton bertulang dalam merancang bangunan. Hal ini tentunya diakibatkan oleh berbagai keunggulan Struktur Beton Bertulang (SBB) sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, faktor ruang lingkup pekerjaan dan kondisi lapangan seringkali mengharuskan para perancang bangunan untuk menggunakan Struktur Beton Bertulang (SBB), misalnya dalam pekerjaan elemen-elemen struktural ataupun nonstruktural yang mengharuskan (1) penerapan bentuk penampang tertentu atau khusus; (2) ketahanan terhadap cuaca dan api pada batas tertentu; (3) kuat tekan dan tarik yang tinggi; (4) daktilitas yang tinggi; hingga (5) penghabisan biaya yang lebih sedikit (Nilson, 2009:2). Macam-macam Tulangan Pada Struktur Beton • Tulangan pokok, • Tulangan tumpuan • Tulangan lapangan • Tulangan geser • Tulangan ekstra Persyaratan Peraturan SNI 2847:2019 untuk Kolom Persyaratan dasar untuk keamanan kekuatan desain sebagaimana diatur dalam SNI 2897:2019, yakni kekuatan dari desain harus lebih besar atau sama dengan kekuatan yang diperlukan (U). Persyaratan tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan sebagai berikut. Sn U (SNI 2847:2019-R4.6) (1.1) Kekuatan dari desain suatu struktur beton bertulang bergantung kepada kekuatan nominalnya (Sn) dan faktor reduksi kekuatan (ɸ) (SNI 2847:2019). Adapun tujuan dari penggunaan faktor reduksi terhadap kekuatan Struktur Beton Bertulang (SBB), yaitu untuk memperhitungkan kemungkinan terjadinya penurunan kekuatan akibat variasi yang terdapat pada kekuatan material dan dimensi pada saat pelaksanaan, pengaruh penyederhanaan dan asumsi di dalam persamaan desain, tingkat daktilitas, potensi mode kegagalan, dari komponen, kebutuhan keandalan, dan signifikansi kegagalan dan ketersediaan lintasan beban alternatif pada komponen di dalam struktur. Kemudian dalam menyatakan besarnya kekuatan yang diperlukan (U) maka dilakukan perhitungan kombinasi pembebanan sebagaimana yang diatur pada Tabel 5.3.1 dalam SNI 2847:2019. Lanjutan ...
U = Kekuatan desain yang
Persamaa Beban Kombinasi Beban diperlukan n Utama D = Beban mati U = 1,4D (5.3.1a) D L = Beban Hidup Lr = Beban Hidup atap U = 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R) (5.3.1b) L R = Beban hujan kumulatif W = Beban angin U = 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (1,0L atau (5.3.1c) Lr atau R E = Gaya gempa horizontal dan 0,5W) vertical U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R) (5.3.1d) W
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L (5.3.1e) E
U = 0.9D + 1,0W (5.3.1f) W
U = 0,9D + 1,0E (5.3.1g) E
Dalam perencanaan Struktur Beton Bertulang, Nilson et al (2009:19-20) menyarankan asumsi-asumsi sebagai berikut. 1. Gaya-gaya dalam, seperti momen lentur, gaya geser, dan tegangan normal dan geser, pada beberapa penampang batang sebanding dengan pengaruh gaya-gaya luar pada penampang tersebut. 2. Regangan dalam tulangan yang tertanam (dalam unit perpanjangan atau tekanan) sama dengan regangan beton di sekitarnya. Jadi, diasumsikan bahwa ikatan sempurna yang bekerja di antara beton dan baja pada interfasa tidak akan terjadi slip di antara kedua material. 3. Potongan melintang penampang yang direncanakan memikul beban secara menerus direncanakan di bawah beban batang. 4. Melihat kenyataan bahwa kuat tarik dari beton hanya Sebagian kecil bila dibandingkan dengan kuat tekannya, beton pada batang biasanya mengalami retak. Selama terjadinya retak, pada batang berdesain baik, umumnya sangat kecil sehingga sulit dilihat (juga biasa disebut retak rambut), hal ini jelas mengakibatkan retakan beton tidak mampu dalam menahan tegangan tarik. Sehingga, diasumsikan bahwa beton tidak mampu menahan tegangan tarik. 5. Teori berdasarkan pada hubungan nyata antara tegangan-regangan dan kekuatan komponen dari kedua material yang saling berhubungan tersebut atau beberapa alasan kuat daripada penyederhanaan yang setara. Kenyataan perilaku ketidakelastisan direfleksikan dalam teori modern, bahwa beton diasumsikan tidak efektif dalam tegangan tarik, dan bahwa aksi sambungan dari kedua material diambil ke dalam pertimbangan hasil dalam metode analisis yang lebih kompleks, dan juga lebih menantang, kemudian yang memadai untuk batang dibuat dari material elastis tunggal. Perilaku Kolom Beton Bertulang yang Dibebani Secara Aksial Murni Pembebanan aksial murni pada kolom Struktur Beton Bertulang (SBB) dibagi menjadi dua, yakni pembebanan secara tekan dan pembebanan secara tarik. Pembebanan dikatakan tekan/compression apabila menghasilkan regangan negatif, yakni dapat diamati pada terjadinya pengurangan panjang pada kolom. Sedangkan, pembebanan dikatakan tarik/tension apabila menghasilkan regangan positif, yakni dapat diamati pada terjadinya penambahan panjang pada kolom yang ditegangkan Gambar 1.XXX. Grafik tegangan-regangan dari (a) baja; (b) beton, pembebanan cepat; (c) beton, pembebanan lambat; dan (d) beton elastis (Sumber: Design of Concrete Sctructures 14th Edition) Pada Struktur Beton Bertulang yang mengalami tekan, menurut Nilson et al (2009:22). berlaku persamaan berikut. Es P f c ( Ac Ast ) Ec Keterangan : P = Beban aksial Es = Modulus elastisitas baja Ec = Modulus elastisitas beton Ac = Luas penampang netto Ast = Luas penampang tulangan TERIMA KASIH