Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRATIKUM

HIDROLIKA

Oleh :

1. Eli Virgilio Ramos Pereira De Araujo (1361121011/C1)


2. Ngakan Bhaskara Kotten (1361121028/C1)
3. I Made Saka Bagaskara (1661121005/C1)
4. Kadek Surya Aryastana Dwi Cahya (1661121012/C1)
5. I Putu Rata Kesuma (1661121035/C1)
6. I Putu Ardha Ginada Wirawan (1661121040/C1)
7. Yordan Tubagus Dewa Randja (1761121001/C1)
8. Ni Putu Nina Ekadewi (1761121003/C1)
9. I Putu Eka Chandrawan (1761121004/C1)
10. Debora Evlin (1761121005/C1)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WARMADEWA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan tentang Aliran Pada Saluran
Terbuka dan Kehilangan Energi Melalui Percabangan Dan Sambungan.

Penulisan Laporan Praktikum Hidrolika ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata
kuliahHidrolika yang diberikan oleh dosen kami Ibu Anak Agung Sagung Dewi Rahadiani,
S.T., M.T.Laporan ini kami susun berdasarkan hasil pratikum di laboratorium yang telah
dilakukan pada tanggal 2 Juni di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali, Bukit
Jimbaran dan pengetahuan yang di peroleh dari beberapa informasi dari media elektronik.

Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang dapat diberikan untuk kesempurnaan dari Laporan Hasil
Pratikum Hidrolika kami. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terlaksananya penulisan Laporan ini sehingga bisa tersusun dengan
baik.Penulis berharap dengan laporan ini dapat memberikan informasi dan manfaat kepada
pembaca.

Denpasar, Juni 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi................................6
Gambar 2 Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi................................6
Gambar 3 Kehilangan Energi akibat Tikungan.........................................................................8
Gambar 4 Flanged elbow 90o....................................................................................................9
Gambar 5 Threaded tee.............................................................................................................9
Gambar 6 Macam-macam entrance..........................................................................................9
Gambar 7 Macam-macam exit................................................................................................10
Gambar 8 Macam-macam expansion......................................................................................10
Gambar 9 Macam-macam contraction....................................................................................10

iii
DAFTAR TABEL

Tabel I-1 Hasil Percobaan I......................................................................................................15


Tabel I-2 Hasil Percobaan II.....................................................................................................18
Tabel I-3 Hasil Percobaan III...................................................................................................21
Tabel I-4 Hasil Percobaan IV...................................................................................................25
Tabel I-5 Hasil Percobaan V....................................................................................................28
Tabel I-6 Hasil Percobaan VI...................................................................................................31
Tabel I-7 Hasil Percobaan VII..................................................................................................35
Tabel I-8 Hasil Percobaan VIII................................................................................................38
Tabel II-9 Percobaan 1.............................................................................................................46
Tabel II-10 Percobaan 2...........................................................................................................52
Tabel II-11 Percobaan 3...........................................................................................................58
Tabel II-12 Percobaan 4...........................................................................................................64
Tabel II- 13 Percobaan 5..........................................................................................................70
Tabel II-14 Percobaan 6...........................................................................................................76
Tabel II-15 Percobaan 7...........................................................................................................82
Tabel II-16 Percobaan 8...........................................................................................................88

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrolika merupakan salah satu bagian dari cabang ilmu mekanika fluida. Hidrolika
dipakai untuk studi penelitian dan aplikasi dari hamper semua aspek dari sifat-sifat dan
tingkah laku fluida yang berhubungan dengan para ahli rekayasa/engineers (Chadwick &
Morfett, 1993).

Menurut Ilmu mekanika fluida aliran fluida khususnya air diklafisikasikan


berdasarkan perbandingan antara gaya-gaya inersia (inertial forces) menjadi 3 bagian, yaitu:
aliran laminar, aliran transisi dan aliran turbulen (French, 1985). Situasi aliran turbulen sangat
sering terjadi dalam praktek perekayasaan dalam aliran turbulen partikel-partikel massa molar
yang kecil fluida bergerak dalam lintasan-lintasan yang sangat tidak teratur, dengan
mengakibatkanpertukaran momentum dari satu bagian ke bagian lainnya dengan cara yang
menyerupai perpindahan momentum molekular. Aliran laminer, partikel-partikelfluida
bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus serta lancar dalam lamina-lamina, dan satu
lapisan meluncur pada lapisan yang bersebelahan. Aliran fluida di dalam fluida berdasarkan
bilangan Reynold. Dalam hal ini jika nilaiRe kecil aliran akan meluncur di atas lapisan lain
yang dikenal dengan aliranlaminer, sedangkan jika aliran-aliran tadi terdapat garis edar
tertentu yang dapat dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen.

Selain itu, Headloss adalah kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran
cairan dalam sistem perpipaan. Kehilangan energi akibat perubahan arah pada pipa dibedakan
menjadi 2(dua) yaitu pembelokan karena adanya sambungan yang terkesan tiba-
tiba/tajam,pembelokan ini disebutElbow dan pembengkokan secara berangsur-angsur,
pembengkokan ini disebutBends. Perubahan Arah Pada Pipa Elbow adalah pembelokan yang
biasanya terjadi diakibatkan adanya sambungan pipa, sambungan yang dipakai adalah
fitting/keni. Untuk mengetahui bagaimana kehilangan energi dilakukan perhitungan pada
pratikum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiman proses aliran pada saluran terbuka dan perhitunganya?
2. Bagaimana proses kehilangan energi melalui percabangan dan sambungan dan
perhitunganya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses aliran pada saluran terbuka dan perhitungannya.
2. Untuk mengetahui proses kehilangan energi melalui percabangan dan sambungan
serta perhitungannya.

1.4 Manfaat Pratikum


Dapat mengetahui tentang alat – alat yang dapat digunakan saat pratikum tersebut,
dapat menambah wawasan dalam pratikum yang dilakukan, dapat menambah pengalaman
dalam pratikum, dapat mengembangkan keterampilan langsung di tempat pratikum.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aliran Pada Saluran Terbuka


Aliran pada saluran terbuka merupakan aliran yang mempunyai permukaan yang
bebas. Permukaan yang bebas itu merupakan pertemuan dua fluida dengan kerapatan ρ
(density) yang berbeda. Biasanya pada saluran terbuka dua fluida itu adalah udara dan air
dimana kerapatan udara jauh lebih kecil daripada kerapatan air. Gerakan air pada saluran
terbuka berdasarkan efek dari gravitasi bumi dan distribusi tekanan di dalam air umumnya
bersifat hidrostatis (French, 1987). Distribusi tekanan bersifat hidrostatis karena kuantitasnya
tergantung dari berat jenis aliran dan kedalaman. Karena berat jenis aliran dapat diasumsikan
tetap, maka tekanan hanya tergantung dari kedalamanya; semakin dalam tekananya semakin
besar.

Jenis aliran pada saluran terbuka ada bermacam-macam namun semuanya berdasar
dari persamaan Saint Venant. Dengan melakukan analisis urutan besaran kita dapat
menentukan jenis aliran tersebut, yaitu prinsipnya melkukan pemilihan/pemisahan varibel
yang nilainya jauh lebih kecil dan dapat diabaikan. Hal ini akan mempermudah kita untuk
melakukan perhitungan aliran pada saluran terbuka.

Salah satunya yakni aliran permanen berubah cepat atau tidak beraturan. Aliran ini
terjadi pada bangunan-bangunan air contohnya bendung.

Contoh 1 : Bendung dengan ambang pendek dengn pengontrol segi empat.

Besarnya debit (Q) :

Q = Cd. 2/3 √(2/3.g) b. H1,5

Dimana :

Q = debit (m3/dt)

Cd = Koefisien debit

g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)

H = tinggi energy air diatas mercu = h1 +V12/2g

3
Diketahui bahwa untuk sungai yang lebar kita dapat menganggap bahwa R = y, sehingga dari

persamaan manning untuk aliran seragam tunak dapat ditulis :

2.2 Kehilangan Energi Melalui Percabangan Dan Sambungan


Headloss adalah kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan
dalam sistem perpipaan. Atau headloss dapat didefinisikan sebagai kehilangan energi
mekanik persatuan massa fluida. Sehingga satuan Head loss adalah satuan panjang yang
setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa
fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Headloss terdiri dari :

1. Mayor Headloss (mayor losses)


Major Losses adalah kerugian pada aliran dalam pipa yang disebabkan oleh friksi
yang terjadi disepanjang aliran fluida yang mengalir terhadap dinding pipa. Besarnya
major losses ditentukan oleh fungsi f (Friction factor), V (rata-rata kecepatan fluida),
l (panjang pipa), D (diameter pipa), e (nilai kekasaran pipa), miu (viskositas fluida),
rho (densitas fluida).

hf = head loss mayor (m)


f = koefisien gesekan
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Untuk aliran laminer dan turbulen terdapat rumus yang berbeda. Sebagai patokan
apakah suatu aliran itu laminer atau turbulen, dipakai bilangan Reynolds:

dengan:
Re = bilangan Reynolds
v = kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
ʋ = viskositas kinematik cairan (m2/s)
4
untuk Re < 2300, aliran bersifat laminar
untuk 2300 < Re < 4000, aliran bersifat transisi
untuk Re > 4000, aliran bersifat turbulen
a. Aliran Laminer

b. Aliran Turbulen
Untuk menghitung koefisien gesek f dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Darcy. Untuk mengetahui nilai f harus diketahui kekasaran pipa (ε) dan
diameter pipa (d). Haaland memberikan suatu formula yang menyempurnakan
persamaan yang ditemukan oleh Colebrook untuk menentukan nilai f :

Persamaan di atas oleh Moody pada tahun 1944 digrafikkan yang terkenal
dengan nama Diagram Moody untuk gesekan pipa. Dengan diagram inilah
dapat diketahui nilai koefisien gesekan pipa (Incropera dan Witt, 1985).
2. Minor Headloss (minor losses)
Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem
perpipaan. Dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Dalam sistem perpipaan pun dikenal dengan kehilangan tekanan akibat aksesoris pipa.
Perlengkapan pipa secara umum terdiri dari sambungan (fitting) pipa seperti
penyempitan, belokan (elbow), saringan (strainer), losses pada bagian entrance,
losses pada bagian exit, pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction)
percabangan (T joint; V joint), percabangan (tee) dan katup (valve). Dalam jaringan
perpipaan kehilangan tekanan ini jauh lebih kecildaripada kehilangan akibat gesekkan
di dalam pipa.

5
a. Kehilangan Energi Akibat Kontraksi Tiba-Tiba
Kontraksi tiba-tiba dapat membuat tekanan turun karena kehilangan energi
akibat turbulensi dan meningkatnya kecepatan. Perhitungan kehilangan energi
dihitung dengan rumus dibawah :
V 2 
hc  K c  2 
 2g 

Dimana :
kc = koefisien kontraksi yang tergantung dari d2/d1
Kerugian yang terjadi karena perubahan penampang pipa secara mendadak
(kontraksi tiba-tiba) mempunyai koefisien kerugian (KL) = hL/(V22/2g), adalah
fungsi dari rasio A2/A1. Nilai KL berubah secara gradual dari satu kondisi ekstrim
dengan sisi masuk bertepi tajam (A2/A1= 0 dengan KL = 0.50) sampai kondisi
ekstrim lainnya tanpa adanya perubahan luas (A2/A1= 1 dengan KL = 0)
b. Kehilangan Energi Akibat Ekspansi Tiba-Tiba
Skema hgl dan egl dari kehilangan energi akibat ekspansi dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

Gambar 1Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi
(Sumber:http://cereference.com/sites/default/files/book-hydraulics/behavior-of-egl-and-hgl.gif)

6
Gambar 2Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi
(Sumber:http://cereference.com/sites/default/files/book-hydraulics/behavior-of-egl-and-hgl.gif)

Termasuk dalam kehilangan energi ini adalah pipa yag dihubungkan dengan
reservoir. Kehilangan energi terjadi pada ruas a dan b dimana garis aliran
menempel di dinding akibat terpisahnya garis aliran. Energi pulih kembali pada
titik c karena aliran jet melemah pada titik tersebut. Kehilangan energi dapat
dihitung:

V1  V2  2
hE 
2g
atau
2
 A  V2
hE  1  1  1
 A2  2 g

c. Kehilangan Energi Akibat Tikungan (Belokan)


Belokan pada pipa menghasilkan kerugian head yang lebih besar dari pada
jika lurus. Kerugian-kerugian tersebut disebabkan daerah-daerah aliran yang
terpisah didekat sisi dalam belokan (khususnya jika belokan tajam) dan aliran
sekunder yang berpusar karena ketidak seimbangan gaya-gaya sentripetal akibat
kelengkungan sumbu pipa. Ada dua macam belokan pipa, yaitu belokan lengkung
atau belokan patah (mitter atau multipiece bend).

Kelokan atau lengkungan dalam pipa, senantiasa mengimbaskan atau


menginduksikan rerugi yang lebih besar dari pada rerugi gesekan Moody karena
pemisahan aliran pada dinding dan aliran sekunder yang berpusar yang timbul
dari percepatan memusat. Rerugi lubang masuk sangat tergantung pada geometri
lubang masuk itu, dimana lubang masuk lengkungan elbow yang ditumpulkan
dengan baik mempunyai rerugi yang hampir bisa diabaikan, dengan K hanya

7
0,05. Efek yang tidak diharapkan ini disebabkan oleh pemisahan aliran total
dalam pembaur bersudut besar, yang akan segera terlihat bila kita mempelajari
lapisan batas.
Kehilangan energi akibat tikungan diakibatkan meningkatnya tekanan pada
bagian luar pipa dan menurun pada bagian dalam pipa. Untuk mengembalikan
tekanan dan kecepatan pada bagian dalam pipa, menyebabkan terjadinya
pemisahan aliran.
Kehilangan energi akibat tikungan bergantung pada jari-jari tikungan (r)
dan diameter pipa (d), yaitu :
v2
hB  k B
2g

Gambar 3Kehilangan Energi akibat Tikungan


(Sumber: https://mekanikafluidatm.files.wordpress.com/2012/10/aliran-dalam-pipa1.jpg )

h=k

α 20° 40° 60° 80° 90°


k 0,04 0,14 0,36 0,74 0,98

d. Kehilangan Energi Akibat Katup (Valve)


Kehilangan energi akibat katup dihitung dengan :

v2
hV  KV
2g

Kehilangan tekanan yang terjadi pada sistem perpipaan atau saluran akan
menghasilkan dampak yang sama, baik oleh bagian lurus dari pipa ditambah
dengan jumlah kesetaraan panjang pipa utama dari kehilangan tekanan yang
disebabkan oleh komponen sistem perpipaan seperti klep, sambungan T, belokan

8
dengan berbagai besaran sudut, pembesaran dan pengecilan pipa, pintu masuk
kedalam dan keluar dari tangki.

Jenis-jenis fitting diantaranya :

a. Contraction yaitu pipa yang mengalami pengurangan cross sectional


areasecara mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran yang tajam.
Tekanan yang melewatinya akan bertambah besar.
b. Enlargement, pipa yang mengalami penambahan cross sectional areasecara
mendadak dari saluran. Tekanan yang melewatinya akan semakin kecil.
c. Long bend, belokan panjang pada pipa dengan sudut yang melingkar dan
cross sectional area yang besar sehingga tekanannya kecil
d. Short bend, belokan pipa seperti long bend tetapi lebih pendek dan cross
sectional areayang lebih kecil sehingga tekanannya lebih besar.
e. Elbow bend, merupakan belokan pada pipa yang membentuk sudutsiku-siku
(90º) dengan cross sectional area yang sangat kecil sehingga akan
menimbulkan tekanan yang sangat besar. Sesuai standar yang ada di
pasaran, elbow tersedia dalam ukuransudut 45º dan 90º dengan flangedserta
ulir sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan.

Gambar 4Flanged elbow 90o

Gambar 5Threaded tee


Penggunaan (Tee) dilakukan untuk mengalirkan aliran fluida dua arah yang
berbeda dalam satu siklus tertentu yang dipasang secara parallel

f. Entrance dan Exit

9
Entrance seringkali timbul pada saat perpindahan dari pipa menuju suatu
reservoir. Berdasarkan jenisnya, entrance dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu reestrant, square-edge, dan well rounded.

Gambar 6Macam-macam entrance


Exit merupakan kebalikan dari entrance. Exit timbul karena adanya
perpindahan dari reservoir menuju ke suatu pipa, sama halnya denga
entrance, exit dibedakan menjadi 3 macam, diantaranya projecting, sharp
edge, dan rounded.

Proecting Rounded Sharp edge

Gambar 7Macam-macam exit


g. Pembesaran

Pembesaran (Expansion) dalam suatu perpipaan dapat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu pembesaran mendadak atau terjadi secara tiba-tiba yang
seringkali disebut dengan sudden expansion, ataupun pembesaran / gradual
expansion.

10
Sudden expansion Gradual expansion

Gambar 8Macam-macam expansion


h. Pengecilan

Pengecilan(Contraction) Sama halnya dengan ekspansion, contraction juga


dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sudden contraction (pengecilan
secara tiba-tiba), dan gradual contraction (pengecilan secara bertahap).

Sudden contraction Gradual contraction

Gambar 9Macam-macam contraction

BAB III

METODE PENELITIAN

11
3.1 Percobaan I (Aliran Pada Saluran Terbuka)
3.1.1 Aliran Permanen Tidak Beraturan akibat Pembendungan
Bendung merupakan bangunan yang dibangun melintang sungai dengan tujuan utama
untuk menaikkan elevasi muka air. Akibat adanya pembendungan tentunya membawa
konsikuensi naiknya elevasi pada titik bending berada dan sampai beberapa meter ke arah
hulu.

3.1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mendemonstrasikan aliran permanen tidak beraturan akibat pembendungan
2. Menunjukkan perbedaan nilai koefisien aliran akibat dari perubahan debit yang lewat
bending

3.1.3 Alat yang Digunakan


1. Multy Purpose Teaching Flume
2. Meteran Taraf/ Point Gauge
3. Current Meter
4. Mistar

3.1.4 Dasar Teori


Persamaan tinggi energy debit untuk bending ambang pendek dengan pengontrol segi
empat adalah :
Q = Cd. 2/3 b. H1,5
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
H = tinggi energy air diatas mercu = h1 +V12/2g

3.1.5 Prosedur Percobaan


1. Alirkan debit dengan kecepatan tertentu
2. Catatlah kemiringan dasar saluran
3. Tempatkan model bending dengan posisi vertical
4. Ukurlah beberapa titik yang telah ditentukan jaraknya disekitar daerah pembendungan
5. Hitunglah kecepatan aliran pada masing-masing titik dengan current meter
6. Hitunglah besarnya koefisien debit (Cd)
7. Hitunglah besarnya koefisien Manning pada masing-masing titik, apakah hasilnya
berubah atau konstan

3.1.6 Hasil Pengamatan


Pada pengamatan yang dilakukan debit pada masing – masing percobaan berbeda.
a. Percobaan I

12
Kemiringan Saluran (I) = 1%

Debit (Q) = 0.0006 m3/dt

Kedalaman Air (h) Titik 1 = 0.191 m

Titik 2 = 0.0103 m

Titik 3 =0.0103 m

b = 0.075 m

Ditanya :

1. Luas Basah (A)


2. Keliling Basah (P)
3. Jari Hidraulis (R)
4. Kecepatan Aliran (V)
5. Kemiringan Saluran (S)
6. Nilai n manning
7. H dan H1.5 pada titik 4
8. Koefisien Aliran (Cd) pada titik 4

Penyelesaian :

1. Luas Basah (A)


A = b.h
 Titik 1
A = 0.075m x 0.191m
A = 0.014325 m2
 Titik 2
A = 0.075m x 0.0103m
A= 0.0007725 m2
 Titik 3
A = 0.075m x 0.0103m
A = 0.0007725 m2
2. Keliling Basah (P)
P = 2h + b
 Titik 1
P = 2 x 0.191m + 0.075m
P = 0.457 m
 Titik 2
P = 2 x 0.0103m + 0.075m
P = 0.0956 m
 Titik 3
P = 2 x 0.0103m +0.075m
P = 0.0956 m
3. Jari Hidraulis (R)
R = A/P

13
 Titik 1
R = 0.014325m2 / 0.457m
R = 0.03134573304 m
 Titik 2
R = 0.0007725m2 / 0.0956m
R = 0.008080544 m
 Titik 3
R = 0.0007725m2 / 0.0956m
R = 0.008080544 m
4. Kecepatan Aliran (V)
V = Q/A
 Titik 1
V = 0.0006m3/dt / 0.457m2
V = 0.041884817 m/dt
 Titik 2
V = 0.0006m3/dt / 0.0956m2
V = 0.776699029 m/dt
 Titik 3
V = 0.0006m3/dt / 0.0956m2
V = 0.776699029 m/dt
5. Kemiringan Saluran (S)
S = 1% = 0.01
6. Nilai n manning

n=
 Titik 1

n=

n = 0.0000390975
 Titik 2

n=

n = 0.0000001401
 Titik 3

n=

n = 0.0000001401
7. H = h1 + V12 / 2g
H = 0.191 m + (0.041884817 m/dt)2/2.(9.81 m/dt2)
H = 0.191 m + 0.008605027 m
H = 0.199605027 m
H1.5 = (0.199605027 m)1.5

14
H1.5 = 0.089177894 m

8. Koefisien Aliran (Cd) pada titik 4

Cd =

Cd =

Cd = 0.0000390975

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-1 Hasil Percobaan I


Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.191 0.0103 0.0103 H = 0.199605027
2 Luas basah (A) 0.014325 0.0007725 0.0007725 H1.5=0.089177894
3 Keliling basah (P) 0.457 0.0956 0.0956
4 Jari hidraulis (R) 0.031345733 0.008080544 0.008080544
5 Kecepatan aliran (V) 0.041884817 0.776699029 0.776699029
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000390975 0.0000001401 0.0000001401
8 Koefisien aliran (Cd) 0.04115061
pada titik 4

b. Percobaan ke II
Pada percobaan ke II debit yang dipakai berbeda yakni : 0.0009 m3/dt

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-2Hasil Percobaan II


Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.198 0.0144 0.0155 H = 0.216016529
2 Luas basah (A) 0.01485 0.00108 0.0011625 H1.5= 0.100399251
3 Keliling basah (P) 0.471 0.1038 0.106
4 Jari hidraulis (R) 0.031528662 0.010404624 0.010966981
5 Kecepatan aliran (V) 0.060606061 0.833333333 0.774193548
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000273366 0.0000002165 0.0000002589
8 Koefisien aliran (Cd) 0.054826974

15
pada titik 4

c. Percobaan ke III
Pada percobaan ke III debit yang dipakai berbeda yakni : 0.0012 m3/dt

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-3Hasil Percobaan III

Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.204 0.023 0.02 H = 0.23417301
2 Luas basah (A) 0.0153 0.001725 0.0015 H1.5 =0.113319659
3 Keliling basah (P) 0.483 0.121 0.115
4 Jari hidraulis (R) 0.031677019 0.014256198 0.013043478
5 Kecepatan aliran (V) 0.078431373 0.695652174 0.8
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000213230 0.0000004869 0.0000003544
8 Koefisien aliran (Cd) 0.064767664
pada titik 4

d. Percobaan ke IV

Pada percobaan ke IV debit yang dipakai berbeda yakni : 0.0014 m3/dt

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-4Hasil Percobaan IV


Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.21 0.024 0.0234 H = 0.248755556
2 Luas basah (A) 0.01575 0.0018 0.001755 H1.5 =0.124067829
3 Keliling basah (P) 0.495 0.123 0.1218
4 Jari hidraulis (R) 0.031818182 0.014634146 0.014408867
5 Kecepatan aliran (V) 0.088888889 0.777777778 0.797720798
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000189824 0.0000004589 0.0000004338

16
8 Koefisien aliran (Cd) 0.069016208
pada titik 4

e. Percobaan ke V

Pada percobaan ke V debit yang dipakai berbeda yakni : 0.002 m3/dt

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-5 Hasil Percobaan V

Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.224 0.0345 0.0031 H = 0.293515306
2 Luas basah (A) 0.0168 0.0025875 0.0002325 H1.5=0.159017943
3 Keliling basah (P) 0.523 0.144 0.0812
4 Jari hidraulis (R) 0.032122371 0.01796875 0.0028633
5 Kecepatan aliran (V) 0.119047619 0.77294686 8.602150538
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000144459 0.0000006962 0.0000000016
8 Koefisien aliran (Cd) 0.076924753
pada titik 4

f. Percobaan ke VI

Pada percobaan ke VI debit yang dipakai berbeda yakni : 0.0008 m3/dt

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-6 Hasil Percobaan VI

Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.192 0.0112 0.0115 H = 0.207138889
2 Luas basah (A) 0.0144 0.00084 0.0008625 H1.5 =0.094274115
3 Keliling basah (P) 0.459 0.0974 0.098
4 Jari hidraulis (R) 0.031372549 0.00862423 0.00880102
5 Kecepatan aliran (V) 0.055555556 0.952380952 0.927536232
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000295271 0.0000001302 0.0000001392
8 Koefisien aliran (Cd) 0.051901483
pada titik 4

17
g. Percobaan ke VII

Pada percobaan ke V debit yang dipakai berbeda yakni : 0.001 m3/dt

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-7Hasil Percobaan VII

Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.196 0.0144 0.0146 H = 0.218698875
2 Luas basah (A) 0.0147 0.00108 0.001095 H1.5 =0.102275079
3 Keliling basah (P) 0.467 0.1038 0.1042
4 Jari hidraulis (R) 0.031477516 0.010404624 0.010508637
5 Kecepatan aliran (V) 0.068027211 0.925925926 0.913242009
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000242754 0.0000001949 0.0000002015
8 Koefisien aliran (Cd) 0.059801547
pada titik 4

h. Percobaan ke VIII

Pada percobaan ke V debit yang dipakai berbeda yakni : 0.0013 m3/dt

Hasil Pengamatan pada Aliran dengan Pembendungan disajikan dalam tabel:

Tabel I-8 Hasil Percobaan VIII


Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.201 0.0167 0.02 H = 0.237476325
2 Luas basah (A) 0.015075 0.0012525 0.0015 H1.5 =0.115725877
3 Keliling basah (P) 0.477 0.1084 0.115
4 Jari hidraulis (R) 0.031603774 0.011554428 0.013043478
5 Kecepatan aliran (V) 0.086235489 1.037924152 0.866666667
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000193037 0.0000002144 0.0000003272
8 Koefisien aliran (Cd) 0.068706071
pada titik 4

18
3.1.7 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan untuk aliran pembedungan yakni semakin dalam air maka
kecepatan alirannya akan semakin kecil, sebaliknya jika air tidak terlalu dalam maka
kecepatannya akan semakin besar. Sedangkan, jika debit aliran (Q) semakin besar maka
koefisien aliran (Cd) akan semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel dan
grafik dibawah ini :

Tabel 9 Hubungan Debit Dan Koefisien Aliran


KOEFISIEN ALIRAN
DEBIT (Q)
(Cd)
0.0006 0.04115061
0.0009 0.054826974
0.0012 0.064767664
0.0014 0.069016208
0.002 0.076924753
0.0008 0.051901483
0.001 0.059801547
0.0013 0.068706071

Grafik III-1 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan Koefisien Aliran (Cd)
Sedangkan, berdarakan grafik diatas, jika debit aliran (Q) semakin besar maka koefisien
aliran (Cd) akan semakin besar.

19
3.2 Pratikum II ( Kehilangan Energi Melalui Percabangan Dan Sambungan)
3.2.1 Maksud dan Tujuan
Menunjukkan kehilangan energi dari aliran melalui sambungan dan percabangan pada
instalasi perpipaan.

3.2.2 Alat yang Digunakan


1. Minor Losses Apparatus
2. Stopwatch

3.2.3 Dasar Teori


Kehilangan energy yang terjadi akibat aliran melalui sambungan dan percabangan
standar adalah sebanding dengan kuadrat dari kecepatan aliran sebagai berikut :

he = α

Dimana :
he = kehilangan energi
α = faktor sambungan atau percabangan
V = kecepatan aliran

3.2.4 Prosedur Percobaan


a. Alirkan air kedalam jaringan pipa pada rangkaian alat tersebut dengan menyalakan
pompa
b. Biarkan hingga aliran stabil dan gelembung- gelembung udara hilang
c. Perhatikan gambanr skema Mayor Losses Apparatus
d. Tutup/buka katup-katup yang sesuai untuk mendapatkan alliran melalui
sambungan/percabangan yang dikehendaki
e. Ukur debit aliran dengan menggunakan katup pengontrol aliran V6 (debit besar) atau
V5 (debit kecil)
f. Hubungkan sambungan/percabangan yang akan diukur kehilangan energinya dengan
manometer dan bukalah A dan B atau C dan D

3.2.5 Hasil Percobaan


a. Percobaan I

Volume = 0.001 m3

Waktu (t) = 09,47 dt

20
Debit (Q) =0.000105597m3/dt

Ditanya :

1. Diameter pipa (m)


2. Kecepatan (m/dt)
3. V2/2g
4.
5.

Penyelesaian :

1. Diameter Pipa
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2
= ¾ dim
= ¾ (0.0254 m)
= 0.01905 m
b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
c. Long 5 ke 6
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
d. Short
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m

e. Elbow
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
f. Mitre
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
2. Kecepatan (m/dt)
V = Q/A
A (luas) untuk pembesaran (enlargement) yakni :
A = ¼ π d2
A = ¼ (3.14) (0.01905 m)2
A = 0.000284878 m2
Sedangkan A (luas) untuk pengecilan sampai dengan mitre bernilai sama karena
diameternya bernilai sama juga.
A = ¼ π d2

21
A = ¼ (3.14) (0.0127 m)2
A = 0.000126613 m2
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2

V=
V = 0.370672532 m/dt
b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4

V=
V = 0.834013196 m/dt
c. Long 5 ke 6

V=
V = 0.834013196 m/dt
d. Short 7 ke 8

V=
V = 0.834013196 m/dt

e. Elbow 9 ke 10

V=
V = 0.834013196 m/dt
f. Mitre 11 ke 12

V=
V = 0.834013196 m/dt
2
3. V /2g
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2

b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4

c. Long 5 ke 6

d. Short 7 ke 8

e. Elbow 9 ke 10

22
f. Mitre 11 ke 12

4.
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2

b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4

c. Long 5 ke 6

d. Short 7 ke 8

e. Elbow 9 ke 10

f. Mitre 11 ke 12

5. Faktor sambungan atau percabangan (α)

a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2

b. Pengecilan (constraction) 3 ke 4

23
c. Long 5 ke 6

d. Short 7 ke 8

e. Elbow 9 ke 10

f. Mitre 11 ke 12

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Tabel II-10Percobaan 1

Volume 0.001 m3
Waktu (t) 9.47 dt
Q 0.000105597 m3/dt

24
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.370672532 0.673937807 0.01 1.42796708
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.834013196 3.411810146 0.035 0.9872365
3 ke 4

Long
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.015
5 ke 6 0.42310136

Short
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.015
7 ke 8 0.42310136

Elbow
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.04
9 ke 10 1.12827028

Mitre
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.06
11 ke 12 1.69240542

Grafik III-2 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 1

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

25
yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni, 0.000105597 m3/dt.

b. Percobaan 2

Pada Percobaan 2 Volume air yang digunakan berbeda yakni : 0.001 m3

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :

Tabel II-11 Percobaan 2

Volume 0.001 m3
Waktu (t) 10.17dt
Q 0.0000983284 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.345159181 0.584356491 0.05 8.234365625
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.776608158 2.958304734 0.03 0.975924815
3 ke 4

Long 0.0127 0.776608158 2.958304734 0.01 0.325308272


5 ke 6

Short 0.0127
7 ke 8 0.776608158 2.958304734 0.01 0.325308272

Elbow 0.0127 0.776608158 2.958304734 0.035 1.138578951


9 ke 10

Mitre 0.0127 0.776608158 2.958304734 0.05 1.626541358


11 ke 12

26
Grafik III-3 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 2

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni,0.0000983284 m3/dt.

27
c. Percobaan 3

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :

Tabel II-12 Percobaan 3

Volume 0.001 m3
Waktu (t) 13.26 dt
Q 0.0000754148 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.264726159 0.343742103 0.01 2.799659951
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.025 1.382548124
3 ke 4

Long
5 ke 6 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.015 0.829528874

Short 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.01 0.55301925


7 ke 8

Elbow 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.03 1.659057749


9 ke 10

Mitre
11 ke 12 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.045 2.488586623

28
Grafik III-4 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 3

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni,0.0000754148 m3/dt.

29
d. Percobaan 4

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :

Tabel II-13 Percobaan 4


Volume 0.001 m3
Waktu (t) 10.4 dt
Q 0.0000961538 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.337525853 0.558795757 0.007 16.8776117
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.75943317 2.828903518 0.025 0.850471741
3 ke 4

Long 0.0127 0.75943317 2.828903518 0.01 0.340188696


5 ke 6

Short 0.0127 0.75943317 2.828903518 0.003 0.102056609


7 ke 8

Elbow 0.0127 0.75943317 2.828903518 0.025 0.850471741


9 ke 10

Mitre 0.0127 0.75943317 2.828903518 0.04 1.360754785


11 ke 12

30
Grafik III-5 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 4

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni,0.0000961538 m3/dt.

31
e. Percobaan 5

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :

Tabel II- 14Percobaan 5

Volume 0.001 m3
Waktu (t) 9.53 dt
Q 0.000104932 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.368338812 0.66547842 0.005 0.72305951
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.828762326 3.368984502 0.035 0.99978599
3 ke 4

Long 0.0127 0.828762326 3.368984502 0.04 1.14261256


5 ke 6

Short 0.0127 0.828762326 3.368984502 0.011 0.31421845


7 ke 8

Elbow 0.0127 0.828762326 3.368984502 0.03 0.85695942


9 ke 10

Mitre 0.0127 0.828762326 3.368984502 0.04 1.14261256


11 ke 12

32
Grafik III-6 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 5

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni,0.000104932 m3/dt.

33
f. Percobaan 6

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :

Tabel II-15Percobaan 6

Volume 0.001 m3
Waktu (t) 9.62 dt
Q 0.00010395 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.364892814 0.653084887 0.035 5.15746661
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.821008832 3.306242242 0.033 0.96054405
3 ke 4

Long 0.0127 0.821008832 3.306242242 0.01 0.29107395


5 ke 6

Short 0.0127 0.821008832 3.306242242 0.017 0.49482572


7 ke 8

Elbow 0.0127 0.821008832 3.306242242 0.08 2.32859163


9 ke 10

Mitre 0.0127 0.821008832 3.306242242 0.059 1.71733632


11 ke 12

34
Grafik III-7 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 6

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni 0.00010395 m3/dt.

35
g. Percobaan 7

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :

Tabel II-16Percobaan 7

Volume 0.001 m3
Waktu (t) 7.9 dt
Q 0.000126582 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.44433783 0.968424115 0.012 1.192487
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.99976012 4.902647085 0.04 0.7851766
3 ke 4

Long 0.0127 0.99976012 4.902647085 0.013 0.2551824


5 ke 6

Short 0.0127 0.99976012 4.902647085 0.016 0.3140707


7 ke 8

Elbow 0.0127 0.99976012 4.902647085 0.087 1.7077592


9 ke 10

Mitre 0.0127 0.99976012 4.902647085 0.102 2.0022005


11 ke 12

36
Grafik III-8 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 7

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni 0.000126582 m3/dt.

37
h. Percobaan 8

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :

Tabel II-17Percobaan 8

Volume 0.001 m3
Waktu (t) 13.85 dt
Q 0.0000722022 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.25344902 0.315079561 0.005 1.5271714
1 ke 2

Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.57026029 1.595090276 0.018 1.0859886
3 ke 4

Long 0.0127 0.57026029 1.595090276 0.005 0.3016635


5 ke 6

Short 0.0127 0.57026029 1.595090276 0.008 0.4826616


7 ke 8

Elbow 0.0127 0.57026029 1.595090276 0.022 1.3273194


9 ke 10

Mitre 0.0127 0.57026029 1.595090276 0.032 1.9306463


11 ke 12

38
Grafik III-9 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 8

Kesimpulan :

Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama

yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai

koefisien percabangan/ sambungan (α) walaupun menggunkan debit yang sama


yakni 0.0000722022 m3/dt.

3.2.6 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan untuk Losses in Bends kecepatan pada pembesaran
dipengaruhi oleh luas yang digunakan yakni ¾ dim sedangkan pada pengecilan sampai mitre
luas yang digunakan sama yakni ½ dim sehingga, kecepatan yang dihasilkan juga sama.

39
Grafik III-10 Hasil Nilai Koefisien Percabangan (α) dari Percobaan 1 Sampai 8

Berdasarkan grafik diatas, walaupun dengan debit yang sama,selisih beda tinggi manometer

air masing-masing sambungan/ percabangan ( mempengaruhi besar koefisien/faktor

sambungan percabangan.

40
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Aliran Pada Saluran Terbuka
Aliran pada saluran terbuka merupakan aliran yang mempunyai permukaan yang
bebas. Permukaan yang bebas itu merupakan pertemuan dua fluida dengan kerapatan ρ
(density) yang berbeda.Salah satunya yakni aliran permanen berubah cepat atau tidak
beraturan. Aliran ini terjadi pada bangunan-bangunan air contohnya bendung.Bendung
merupakan bangunan yang dibangun melintang sungai dengan tujuan utama untuk menaikkan
elevasi muka air. Akibat adanya pembendungan tentunya membawa konsikuensi naiknya
elevasi pada titik bendung berada dan sampai beberapa meter ke arah hulu.

Jika dilihat dari perhitngan percobaan I sampai percobaan VIII, jika nilai debitnya
berbeda maka Luas Basah (A), Keliling Basah (P), Jari Hidraulis (R), Kecepatan Aliran (V),
Kemiringan Saluran (S), Nilai n manning, H dan H1.5 pada titik, Koefisien Aliran (Cd) pada
masing-masing percobaan walaupun ukuran pipanya sama pada setiap percobaan maka
hasinya tetep akan berbeda.

Melalui percobaan pratikum menunjukan aliran permanen yang terjadi pada bendung
dipengaruhi oleh kecepatan dan kedalaman air, semakin dalam air maka kecepatan alirannya
akan semakin kecil, sebaliknya jika air tidak terlalu dalam maka kecepatannya akan semakin
besar. Sedangkan, jika debit aliran (Q) semakin besar maka koefisien aliran (Cd) akan
semakin besar.

b. Headloss (kehilangan energi)

Headloss adalah kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan
dalam sistem perpipaan. Atau headloss dapat didefinisikan sebagai kehilangan energi
mekanik persatuan massa fluida. Sehingga satuan Headloss adalah satuan panjang yang
setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa
fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Salah satu contoh headloss yakni Minor
Losses .Minor Losses merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat
sepanjang sistem perpipaan.

41
Dari maksud dan tujuan pada percobaan kehilangan energi pada pipa, maka dapat
disimpulkan dari 7 hasil percobaan yang dilakukan, bahwa terjadi kehilangan energi primer
dan sekunder pada pipa yaitu Mayor Losses dan Minor Losses yakni kehilangan energi yang
diakibatkan oleh gesekan pada pipa bagian dalam dan kehilangan energy yang diakibatkan
dari adanya pembesaran penampang, pengecilan penampang, serta belokan pada pipa.

Dilihat pada salah satu percobaan, dalam hasil percobaan 7 :

Pada jenis sambungan pembesaran pipa 1 ke 2, luas penampang membesar sehingga


kecepatan aliran pada pipa menjadi kecil yakni v= 0.444337832 dari pembesaran penampang
tersebut didapat beda tekanan dari h1 ke h2 adalah ∆h= 0,0012 sehingga didapatkan α=
1.192487 dari angka yang telah didapat maka didapatkan besar kehilangan energy pada pipa
yaitu he=0.00194

Pada jenis sambungan pengecilan pipa 3 ke 4, yakni dengan luas penampang yang mengecil
maka kecepatan aliran menjadi lebih besar yakni v= 0.99976012 dari pengecilan penampang
tersebut didapat beda tekanan dari h3 ke h4 adalah ∆h= 0,04 sehingga didapatkan α=
0.7851766 dari angka yang telah didapat maka didapatkan besar kehilangan energy pada
pipa yaitu he=0.00298

Pada jenis sambungan selanjutnya yaitu long, short, elbow dan mitre karena diameter pipa
sama dengan jenis sambungan pipa pengecilan, maka kecepatannyapun juga sama
v=0.99976012 pada jenis sambungan long, short, elbow dan mitre, karena mengalami
belokan yang berbeda-beda pada pipa, maka didapatkan beda tekanan yang berbeda pada
masing-masing pipa, long h5 ke h6 adalah ∆h= 0,013 short h7 ke h8 adalah ∆h= 0,016, elbow
h9 ke 10 adalah ∆h= 0,087, mitre h11 ke h12 adalah ∆h= 0,102 sehingga didapatkan nilai α
berturut-turut α = 0.2551824 α = 0.3140707 α = 1.7077592 α =2.0022005 dari angka yang
telah didapat maka didapatkan besar kehilangan energy pada pipa tersebut yaitu berturut-turut
he=0.00198 he=0.00298 he=0.00496 he=0.00993

4.2 Saran
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami berharap
semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kami selaku penulis dan para pembaca lainnya serta
untuk bisa memperbaiki pembuatan laporan selanjutnya, maka dari itu saran dan
kritiksangatkami harapkan untuk pembuatan laporan di masa mendatang.

42
LAMPIRAN

Anggota Kelompok 2
Tanggal: 2 Juni 2018

Gambar Suasana Gambar Pratikum I


Praktikum Pencatatan H
Tanggal: 2 Juni 2018 Tanggal: 2 Juni 2018

43
Gambar Minor Losses Apparatus
Tanggal: 2 Juni 2018

Gambar Pencatatan Waktu


dan Volume
Tanggal: 2 Juni 2018

44

Anda mungkin juga menyukai