HIDROLIKA
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan tentang Aliran Pada Saluran
Terbuka dan Kehilangan Energi Melalui Percabangan Dan Sambungan.
Penulisan Laporan Praktikum Hidrolika ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata
kuliahHidrolika yang diberikan oleh dosen kami Ibu Anak Agung Sagung Dewi Rahadiani,
S.T., M.T.Laporan ini kami susun berdasarkan hasil pratikum di laboratorium yang telah
dilakukan pada tanggal 2 Juni di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali, Bukit
Jimbaran dan pengetahuan yang di peroleh dari beberapa informasi dari media elektronik.
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang dapat diberikan untuk kesempurnaan dari Laporan Hasil
Pratikum Hidrolika kami. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terlaksananya penulisan Laporan ini sehingga bisa tersusun dengan
baik.Penulis berharap dengan laporan ini dapat memberikan informasi dan manfaat kepada
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi................................6
Gambar 2 Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi................................6
Gambar 3 Kehilangan Energi akibat Tikungan.........................................................................8
Gambar 4 Flanged elbow 90o....................................................................................................9
Gambar 5 Threaded tee.............................................................................................................9
Gambar 6 Macam-macam entrance..........................................................................................9
Gambar 7 Macam-macam exit................................................................................................10
Gambar 8 Macam-macam expansion......................................................................................10
Gambar 9 Macam-macam contraction....................................................................................10
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, Headloss adalah kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran
cairan dalam sistem perpipaan. Kehilangan energi akibat perubahan arah pada pipa dibedakan
menjadi 2(dua) yaitu pembelokan karena adanya sambungan yang terkesan tiba-
tiba/tajam,pembelokan ini disebutElbow dan pembengkokan secara berangsur-angsur,
pembengkokan ini disebutBends. Perubahan Arah Pada Pipa Elbow adalah pembelokan yang
biasanya terjadi diakibatkan adanya sambungan pipa, sambungan yang dipakai adalah
fitting/keni. Untuk mengetahui bagaimana kehilangan energi dilakukan perhitungan pada
pratikum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiman proses aliran pada saluran terbuka dan perhitunganya?
2. Bagaimana proses kehilangan energi melalui percabangan dan sambungan dan
perhitunganya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses aliran pada saluran terbuka dan perhitungannya.
2. Untuk mengetahui proses kehilangan energi melalui percabangan dan sambungan
serta perhitungannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis aliran pada saluran terbuka ada bermacam-macam namun semuanya berdasar
dari persamaan Saint Venant. Dengan melakukan analisis urutan besaran kita dapat
menentukan jenis aliran tersebut, yaitu prinsipnya melkukan pemilihan/pemisahan varibel
yang nilainya jauh lebih kecil dan dapat diabaikan. Hal ini akan mempermudah kita untuk
melakukan perhitungan aliran pada saluran terbuka.
Salah satunya yakni aliran permanen berubah cepat atau tidak beraturan. Aliran ini
terjadi pada bangunan-bangunan air contohnya bendung.
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit
3
Diketahui bahwa untuk sungai yang lebar kita dapat menganggap bahwa R = y, sehingga dari
dengan:
Re = bilangan Reynolds
v = kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
ʋ = viskositas kinematik cairan (m2/s)
4
untuk Re < 2300, aliran bersifat laminar
untuk 2300 < Re < 4000, aliran bersifat transisi
untuk Re > 4000, aliran bersifat turbulen
a. Aliran Laminer
b. Aliran Turbulen
Untuk menghitung koefisien gesek f dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Darcy. Untuk mengetahui nilai f harus diketahui kekasaran pipa (ε) dan
diameter pipa (d). Haaland memberikan suatu formula yang menyempurnakan
persamaan yang ditemukan oleh Colebrook untuk menentukan nilai f :
Persamaan di atas oleh Moody pada tahun 1944 digrafikkan yang terkenal
dengan nama Diagram Moody untuk gesekan pipa. Dengan diagram inilah
dapat diketahui nilai koefisien gesekan pipa (Incropera dan Witt, 1985).
2. Minor Headloss (minor losses)
Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem
perpipaan. Dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Dalam sistem perpipaan pun dikenal dengan kehilangan tekanan akibat aksesoris pipa.
Perlengkapan pipa secara umum terdiri dari sambungan (fitting) pipa seperti
penyempitan, belokan (elbow), saringan (strainer), losses pada bagian entrance,
losses pada bagian exit, pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction)
percabangan (T joint; V joint), percabangan (tee) dan katup (valve). Dalam jaringan
perpipaan kehilangan tekanan ini jauh lebih kecildaripada kehilangan akibat gesekkan
di dalam pipa.
5
a. Kehilangan Energi Akibat Kontraksi Tiba-Tiba
Kontraksi tiba-tiba dapat membuat tekanan turun karena kehilangan energi
akibat turbulensi dan meningkatnya kecepatan. Perhitungan kehilangan energi
dihitung dengan rumus dibawah :
V 2
hc K c 2
2g
Dimana :
kc = koefisien kontraksi yang tergantung dari d2/d1
Kerugian yang terjadi karena perubahan penampang pipa secara mendadak
(kontraksi tiba-tiba) mempunyai koefisien kerugian (KL) = hL/(V22/2g), adalah
fungsi dari rasio A2/A1. Nilai KL berubah secara gradual dari satu kondisi ekstrim
dengan sisi masuk bertepi tajam (A2/A1= 0 dengan KL = 0.50) sampai kondisi
ekstrim lainnya tanpa adanya perubahan luas (A2/A1= 1 dengan KL = 0)
b. Kehilangan Energi Akibat Ekspansi Tiba-Tiba
Skema hgl dan egl dari kehilangan energi akibat ekspansi dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 1Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi
(Sumber:http://cereference.com/sites/default/files/book-hydraulics/behavior-of-egl-and-hgl.gif)
6
Gambar 2Skema HGL dan EGL dari kehilangan energi akibat ekspansi
(Sumber:http://cereference.com/sites/default/files/book-hydraulics/behavior-of-egl-and-hgl.gif)
Termasuk dalam kehilangan energi ini adalah pipa yag dihubungkan dengan
reservoir. Kehilangan energi terjadi pada ruas a dan b dimana garis aliran
menempel di dinding akibat terpisahnya garis aliran. Energi pulih kembali pada
titik c karena aliran jet melemah pada titik tersebut. Kehilangan energi dapat
dihitung:
V1 V2 2
hE
2g
atau
2
A V2
hE 1 1 1
A2 2 g
7
0,05. Efek yang tidak diharapkan ini disebabkan oleh pemisahan aliran total
dalam pembaur bersudut besar, yang akan segera terlihat bila kita mempelajari
lapisan batas.
Kehilangan energi akibat tikungan diakibatkan meningkatnya tekanan pada
bagian luar pipa dan menurun pada bagian dalam pipa. Untuk mengembalikan
tekanan dan kecepatan pada bagian dalam pipa, menyebabkan terjadinya
pemisahan aliran.
Kehilangan energi akibat tikungan bergantung pada jari-jari tikungan (r)
dan diameter pipa (d), yaitu :
v2
hB k B
2g
h=k
v2
hV KV
2g
Kehilangan tekanan yang terjadi pada sistem perpipaan atau saluran akan
menghasilkan dampak yang sama, baik oleh bagian lurus dari pipa ditambah
dengan jumlah kesetaraan panjang pipa utama dari kehilangan tekanan yang
disebabkan oleh komponen sistem perpipaan seperti klep, sambungan T, belokan
8
dengan berbagai besaran sudut, pembesaran dan pengecilan pipa, pintu masuk
kedalam dan keluar dari tangki.
9
Entrance seringkali timbul pada saat perpindahan dari pipa menuju suatu
reservoir. Berdasarkan jenisnya, entrance dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu reestrant, square-edge, dan well rounded.
10
Sudden expansion Gradual expansion
BAB III
METODE PENELITIAN
11
3.1 Percobaan I (Aliran Pada Saluran Terbuka)
3.1.1 Aliran Permanen Tidak Beraturan akibat Pembendungan
Bendung merupakan bangunan yang dibangun melintang sungai dengan tujuan utama
untuk menaikkan elevasi muka air. Akibat adanya pembendungan tentunya membawa
konsikuensi naiknya elevasi pada titik bending berada dan sampai beberapa meter ke arah
hulu.
12
Kemiringan Saluran (I) = 1%
Titik 2 = 0.0103 m
Titik 3 =0.0103 m
b = 0.075 m
Ditanya :
Penyelesaian :
13
Titik 1
R = 0.014325m2 / 0.457m
R = 0.03134573304 m
Titik 2
R = 0.0007725m2 / 0.0956m
R = 0.008080544 m
Titik 3
R = 0.0007725m2 / 0.0956m
R = 0.008080544 m
4. Kecepatan Aliran (V)
V = Q/A
Titik 1
V = 0.0006m3/dt / 0.457m2
V = 0.041884817 m/dt
Titik 2
V = 0.0006m3/dt / 0.0956m2
V = 0.776699029 m/dt
Titik 3
V = 0.0006m3/dt / 0.0956m2
V = 0.776699029 m/dt
5. Kemiringan Saluran (S)
S = 1% = 0.01
6. Nilai n manning
n=
Titik 1
n=
n = 0.0000390975
Titik 2
n=
n = 0.0000001401
Titik 3
n=
n = 0.0000001401
7. H = h1 + V12 / 2g
H = 0.191 m + (0.041884817 m/dt)2/2.(9.81 m/dt2)
H = 0.191 m + 0.008605027 m
H = 0.199605027 m
H1.5 = (0.199605027 m)1.5
14
H1.5 = 0.089177894 m
Cd =
Cd =
Cd = 0.0000390975
b. Percobaan ke II
Pada percobaan ke II debit yang dipakai berbeda yakni : 0.0009 m3/dt
15
pada titik 4
c. Percobaan ke III
Pada percobaan ke III debit yang dipakai berbeda yakni : 0.0012 m3/dt
Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.204 0.023 0.02 H = 0.23417301
2 Luas basah (A) 0.0153 0.001725 0.0015 H1.5 =0.113319659
3 Keliling basah (P) 0.483 0.121 0.115
4 Jari hidraulis (R) 0.031677019 0.014256198 0.013043478
5 Kecepatan aliran (V) 0.078431373 0.695652174 0.8
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000213230 0.0000004869 0.0000003544
8 Koefisien aliran (Cd) 0.064767664
pada titik 4
d. Percobaan ke IV
16
8 Koefisien aliran (Cd) 0.069016208
pada titik 4
e. Percobaan ke V
Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.224 0.0345 0.0031 H = 0.293515306
2 Luas basah (A) 0.0168 0.0025875 0.0002325 H1.5=0.159017943
3 Keliling basah (P) 0.523 0.144 0.0812
4 Jari hidraulis (R) 0.032122371 0.01796875 0.0028633
5 Kecepatan aliran (V) 0.119047619 0.77294686 8.602150538
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000144459 0.0000006962 0.0000000016
8 Koefisien aliran (Cd) 0.076924753
pada titik 4
f. Percobaan ke VI
Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.192 0.0112 0.0115 H = 0.207138889
2 Luas basah (A) 0.0144 0.00084 0.0008625 H1.5 =0.094274115
3 Keliling basah (P) 0.459 0.0974 0.098
4 Jari hidraulis (R) 0.031372549 0.00862423 0.00880102
5 Kecepatan aliran (V) 0.055555556 0.952380952 0.927536232
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000295271 0.0000001302 0.0000001392
8 Koefisien aliran (Cd) 0.051901483
pada titik 4
17
g. Percobaan ke VII
Titik 4
No Uraian Titik 1 Titik 2 Titik 3
(Bendung)
1 Kedalam air (H) 0.196 0.0144 0.0146 H = 0.218698875
2 Luas basah (A) 0.0147 0.00108 0.001095 H1.5 =0.102275079
3 Keliling basah (P) 0.467 0.1038 0.1042
4 Jari hidraulis (R) 0.031477516 0.010404624 0.010508637
5 Kecepatan aliran (V) 0.068027211 0.925925926 0.913242009
6 Kemiringan saluran (I) 0.01 0.01 0.01
7 Nilai n manning 0.0000242754 0.0000001949 0.0000002015
8 Koefisien aliran (Cd) 0.059801547
pada titik 4
h. Percobaan ke VIII
18
3.1.7 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan untuk aliran pembedungan yakni semakin dalam air maka
kecepatan alirannya akan semakin kecil, sebaliknya jika air tidak terlalu dalam maka
kecepatannya akan semakin besar. Sedangkan, jika debit aliran (Q) semakin besar maka
koefisien aliran (Cd) akan semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel dan
grafik dibawah ini :
Grafik III-1 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan Koefisien Aliran (Cd)
Sedangkan, berdarakan grafik diatas, jika debit aliran (Q) semakin besar maka koefisien
aliran (Cd) akan semakin besar.
19
3.2 Pratikum II ( Kehilangan Energi Melalui Percabangan Dan Sambungan)
3.2.1 Maksud dan Tujuan
Menunjukkan kehilangan energi dari aliran melalui sambungan dan percabangan pada
instalasi perpipaan.
he = α
Dimana :
he = kehilangan energi
α = faktor sambungan atau percabangan
V = kecepatan aliran
Volume = 0.001 m3
20
Debit (Q) =0.000105597m3/dt
Ditanya :
Penyelesaian :
1. Diameter Pipa
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2
= ¾ dim
= ¾ (0.0254 m)
= 0.01905 m
b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
c. Long 5 ke 6
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
d. Short
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
e. Elbow
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
f. Mitre
= ½ dim
= ½ (0.0254 m)
= 0.0127 m
2. Kecepatan (m/dt)
V = Q/A
A (luas) untuk pembesaran (enlargement) yakni :
A = ¼ π d2
A = ¼ (3.14) (0.01905 m)2
A = 0.000284878 m2
Sedangkan A (luas) untuk pengecilan sampai dengan mitre bernilai sama karena
diameternya bernilai sama juga.
A = ¼ π d2
21
A = ¼ (3.14) (0.0127 m)2
A = 0.000126613 m2
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2
V=
V = 0.370672532 m/dt
b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4
V=
V = 0.834013196 m/dt
c. Long 5 ke 6
V=
V = 0.834013196 m/dt
d. Short 7 ke 8
V=
V = 0.834013196 m/dt
e. Elbow 9 ke 10
V=
V = 0.834013196 m/dt
f. Mitre 11 ke 12
V=
V = 0.834013196 m/dt
2
3. V /2g
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2
b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4
c. Long 5 ke 6
d. Short 7 ke 8
e. Elbow 9 ke 10
22
f. Mitre 11 ke 12
4.
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2
b. Pengecilan (Constraction) 3 ke 4
c. Long 5 ke 6
d. Short 7 ke 8
e. Elbow 9 ke 10
f. Mitre 11 ke 12
a. Pembesaran (Enlargement) 1 ke 2
b. Pengecilan (constraction) 3 ke 4
23
c. Long 5 ke 6
d. Short 7 ke 8
e. Elbow 9 ke 10
f. Mitre 11 ke 12
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Tabel II-10Percobaan 1
Volume 0.001 m3
Waktu (t) 9.47 dt
Q 0.000105597 m3/dt
24
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.370672532 0.673937807 0.01 1.42796708
1 ke 2
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.834013196 3.411810146 0.035 0.9872365
3 ke 4
Long
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.015
5 ke 6 0.42310136
Short
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.015
7 ke 8 0.42310136
Elbow
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.04
9 ke 10 1.12827028
Mitre
0.0127 0.834013196 3.411810146 0.06
11 ke 12 1.69240542
Grafik III-2 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 1
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
25
yakni, 0.0127 m/dt. Sedangkan sangat mempengaruhi perubahan nilai
b. Percobaan 2
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Volume 0.001 m3
Waktu (t) 10.17dt
Q 0.0000983284 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.345159181 0.584356491 0.05 8.234365625
1 ke 2
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.776608158 2.958304734 0.03 0.975924815
3 ke 4
Short 0.0127
7 ke 8 0.776608158 2.958304734 0.01 0.325308272
26
Grafik III-3 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 2
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
27
c. Percobaan 3
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Volume 0.001 m3
Waktu (t) 13.26 dt
Q 0.0000754148 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.264726159 0.343742103 0.01 2.799659951
1 ke 2
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.025 1.382548124
3 ke 4
Long
5 ke 6 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.015 0.829528874
Mitre
11 ke 12 0.0127 0.595633859 1.740194398 0.045 2.488586623
28
Grafik III-4 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 3
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
29
d. Percobaan 4
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.75943317 2.828903518 0.025 0.850471741
3 ke 4
30
Grafik III-5 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 4
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
31
e. Percobaan 5
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Volume 0.001 m3
Waktu (t) 9.53 dt
Q 0.000104932 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.368338812 0.66547842 0.005 0.72305951
1 ke 2
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.828762326 3.368984502 0.035 0.99978599
3 ke 4
32
Grafik III-6 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 5
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
33
f. Percobaan 6
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Tabel II-15Percobaan 6
Volume 0.001 m3
Waktu (t) 9.62 dt
Q 0.00010395 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.364892814 0.653084887 0.035 5.15746661
1 ke 2
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.821008832 3.306242242 0.033 0.96054405
3 ke 4
34
Grafik III-7 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 6
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
35
g. Percobaan 7
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Tabel II-16Percobaan 7
Volume 0.001 m3
Waktu (t) 7.9 dt
Q 0.000126582 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.44433783 0.968424115 0.012 1.192487
1 ke 2
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.99976012 4.902647085 0.04 0.7851766
3 ke 4
36
Grafik III-8 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 7
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
37
h. Percobaan 8
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik hubungan debit aliran (Q) dengan
α, sebagai berikut :
Tabel II-17Percobaan 8
Volume 0.001 m3
Waktu (t) 13.85 dt
Q 0.0000722022 m3/dt
Jenis Diameter pipa Kecepatan V2/2g Α
Sambungan (m) (m/dt) (m)
Pembesaran
(Enlargement) 0.01905 0.25344902 0.315079561 0.005 1.5271714
1 ke 2
Pengecilan
(Constraction) 0.0127 0.57026029 1.595090276 0.018 1.0859886
3 ke 4
38
Grafik III-9 Hubungan Antara Debit Aliran (Q) dengan α pada Percobaan 8
Kesimpulan :
Berdasarkan data tabel dan grafik diatas, kecepatan aliran yang dicari
menggunakan debit per luas dengan diameter untuk pembesaran yakni, 0.01905
m/dt sedangkan untuk pengecilan sampai mitre diameter yang digunakan sama
3.2.6 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan untuk Losses in Bends kecepatan pada pembesaran
dipengaruhi oleh luas yang digunakan yakni ¾ dim sedangkan pada pengecilan sampai mitre
luas yang digunakan sama yakni ½ dim sehingga, kecepatan yang dihasilkan juga sama.
39
Grafik III-10 Hasil Nilai Koefisien Percabangan (α) dari Percobaan 1 Sampai 8
Berdasarkan grafik diatas, walaupun dengan debit yang sama,selisih beda tinggi manometer
sambungan percabangan.
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Aliran Pada Saluran Terbuka
Aliran pada saluran terbuka merupakan aliran yang mempunyai permukaan yang
bebas. Permukaan yang bebas itu merupakan pertemuan dua fluida dengan kerapatan ρ
(density) yang berbeda.Salah satunya yakni aliran permanen berubah cepat atau tidak
beraturan. Aliran ini terjadi pada bangunan-bangunan air contohnya bendung.Bendung
merupakan bangunan yang dibangun melintang sungai dengan tujuan utama untuk menaikkan
elevasi muka air. Akibat adanya pembendungan tentunya membawa konsikuensi naiknya
elevasi pada titik bendung berada dan sampai beberapa meter ke arah hulu.
Jika dilihat dari perhitngan percobaan I sampai percobaan VIII, jika nilai debitnya
berbeda maka Luas Basah (A), Keliling Basah (P), Jari Hidraulis (R), Kecepatan Aliran (V),
Kemiringan Saluran (S), Nilai n manning, H dan H1.5 pada titik, Koefisien Aliran (Cd) pada
masing-masing percobaan walaupun ukuran pipanya sama pada setiap percobaan maka
hasinya tetep akan berbeda.
Melalui percobaan pratikum menunjukan aliran permanen yang terjadi pada bendung
dipengaruhi oleh kecepatan dan kedalaman air, semakin dalam air maka kecepatan alirannya
akan semakin kecil, sebaliknya jika air tidak terlalu dalam maka kecepatannya akan semakin
besar. Sedangkan, jika debit aliran (Q) semakin besar maka koefisien aliran (Cd) akan
semakin besar.
Headloss adalah kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan
dalam sistem perpipaan. Atau headloss dapat didefinisikan sebagai kehilangan energi
mekanik persatuan massa fluida. Sehingga satuan Headloss adalah satuan panjang yang
setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa
fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Salah satu contoh headloss yakni Minor
Losses .Minor Losses merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat
sepanjang sistem perpipaan.
41
Dari maksud dan tujuan pada percobaan kehilangan energi pada pipa, maka dapat
disimpulkan dari 7 hasil percobaan yang dilakukan, bahwa terjadi kehilangan energi primer
dan sekunder pada pipa yaitu Mayor Losses dan Minor Losses yakni kehilangan energi yang
diakibatkan oleh gesekan pada pipa bagian dalam dan kehilangan energy yang diakibatkan
dari adanya pembesaran penampang, pengecilan penampang, serta belokan pada pipa.
Pada jenis sambungan pengecilan pipa 3 ke 4, yakni dengan luas penampang yang mengecil
maka kecepatan aliran menjadi lebih besar yakni v= 0.99976012 dari pengecilan penampang
tersebut didapat beda tekanan dari h3 ke h4 adalah ∆h= 0,04 sehingga didapatkan α=
0.7851766 dari angka yang telah didapat maka didapatkan besar kehilangan energy pada
pipa yaitu he=0.00298
Pada jenis sambungan selanjutnya yaitu long, short, elbow dan mitre karena diameter pipa
sama dengan jenis sambungan pipa pengecilan, maka kecepatannyapun juga sama
v=0.99976012 pada jenis sambungan long, short, elbow dan mitre, karena mengalami
belokan yang berbeda-beda pada pipa, maka didapatkan beda tekanan yang berbeda pada
masing-masing pipa, long h5 ke h6 adalah ∆h= 0,013 short h7 ke h8 adalah ∆h= 0,016, elbow
h9 ke 10 adalah ∆h= 0,087, mitre h11 ke h12 adalah ∆h= 0,102 sehingga didapatkan nilai α
berturut-turut α = 0.2551824 α = 0.3140707 α = 1.7077592 α =2.0022005 dari angka yang
telah didapat maka didapatkan besar kehilangan energy pada pipa tersebut yaitu berturut-turut
he=0.00198 he=0.00298 he=0.00496 he=0.00993
4.2 Saran
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami berharap
semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kami selaku penulis dan para pembaca lainnya serta
untuk bisa memperbaiki pembuatan laporan selanjutnya, maka dari itu saran dan
kritiksangatkami harapkan untuk pembuatan laporan di masa mendatang.
42
LAMPIRAN
Anggota Kelompok 2
Tanggal: 2 Juni 2018
43
Gambar Minor Losses Apparatus
Tanggal: 2 Juni 2018
44