Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

HIDROLOGI KUANTITATIF
Dapat terjadi kebetulan bahwa suatu data aliran sungai didapatkan oleh ahli hidrologi

pada letak suatu proyek yang direncanakan. Yang lebih sering terjadi adalah didapatkannya
data terdekat pada bagian lain dari sungai yang bersangkutan atau bahkan pada sungai yang
berdekatan. Oleh karenanya, ahli hidrologi haruslah siap untuk mengalihkan data yang
didapatkan dengan cara semacam ini kepada permasalahannya dengan penyesuaian yang tepat
dalam mengangani perbedaan-perbedaan sifat hidrologis antara kedua DAS yang
bersangkutan. Di samping transposisi ruang, ahli hidrologi dapat pula diminta untuk
memperkirakan besarnya suatu kejadian yang lebih besar daripada yang pernah teramati
(ekstra polisi waktu). Berbagai cara, sebagian bersifar empiris, sebagian rasional, telah
digunakan untuk memecahkan masalah penyesuaian ruang dan waktu ini.
2.1.1. Imbuhan dan Limpasan DAS
Bila hujan jatuh ke atas permukaan tanah, sebagian daripadanya akan tersadap oleh
daun dan batang tumbuh-tumbuhan. Air yang tertahan dengan cara semacam ini, yang disebut
sadapan (interception), bersama-sama dengan limpasan air pada cekungan (depression
storage) serta lengas tanah, membentuk apa yang biasa disebut imbuhan DAS (basin
recharge), yaitu bagian dari presipitasi yang tidak menjadi bagian dari aliran sungan atau air
tanah. Simpanan air pada cekungan meliputi pula air yang tertahan sebagai kubangan pada
cekungan permukaan tanah. Lengas tanah terikat sebagai air kapiler di dalam ruang pori-pori
kecil di dalam tanah atu sebagai air higroskopis yang terserap oleh permukaan partikelpartikel tanah.
Air hujan yang tidak termasuk bagian dari imbuhan DAS, mungkin akan menempuh
tiga jalur menuju ke sungai. Satu bagian akan mengalir sebagai aliran permukaan tanah atau
limpasan permukaan ke dalam tanah dan mengalir ke kiri kanannya di dalam tanah bagian
atas menuju ke alur sungai sebagai aliran-antara (interflow). Suatu lapisan yang kedap air
mungkin berperkolasi jauh ke dalam tanah hingga mencapai lapisan air tanah. Perkolasi
vertikal dari air hujan akan menghasilkan tambahan air tanahhanya bila tanahnya sangat lulus
air atau bila air tanahnya dekat ke permukaan. Tanah yang kedap air memungkinkan

terjadinya aliran permukaan tanah, sedangkan lapisan tanah yang tebal, walaupun lulus air,
dapat menahan air banyak sekali sehingga tidak ada yang dapat mencapai laipsan air tanah.
Membicarakan imbuhan atau limpasan seolah-olah limpasan baru mulai bila imbuhan
pada DAS yang bersangkutan selesai sepenuhnya adalah mudah tetapi tidak teliti. Bila laju
(rate) potensial untuk terjadinya imbuhan bersifat maksimum pada awal terjadinya hujan,
imbuhan pada umumnya berlangsung dengan laju yang menurun selama terjadinya hujan.
Terjadinya kejenuhan yang sempurna, yaitu dimana kapasitas simpanan lengas dari DAS
sepenuhnya terpakai, sangat jarang terjadi. Perbedaan antara ketiga jenis aliran seperti
disebutkan diatas juga bersifat agak artifisial. Air yang mengalir di permukaan tanah mungkin
meresap dan menjadi aliran-antara atau air tanah, sedangkan air yang meresap dapat
menembus permukaan dan akhirnya mencapai suatu alur sebagai aliran permukaan.
Bagaimanapun, pengertian-pengertian ini memungkinkan pendekatan yang rasional kepada
hidrologi.
Aliran permukaan tanah serta aliran-aliran sering digabungkan sebagai limpasan
langsung (direct runoff). Air semacam ini mencapai sungai segera setelah jatuh sebagai hujan
besar dari aliran sungan pada waktu air rendah didatkan dari air tanah. Alur sungai yang
alirannya abadi terletak di bawah permukaan air tanah dan disebut sungai yang lancar
(effluent streams). Ada sungai yang berisai hanya sebentar-sebentar, yang menjadi kering bila
terjadi jarak waktu yang panjang antara curah hujan satu dengan lainnya, pada umumnya
disebut sungai yang tidak lancar (influent sreams), yaitu karena alurnya terletak di atas
permukaan air tanah, sehingga peresapan dari palung sungai ke dalam lapisan air tanah
terjadi. Hampir semua DAS memiliki sungai-sungai yang termasuk dalam kedua jenis itu.
Suatu sungai mungkin lancar atau tidak lancar, tergantung kepada jumlah aliran serta
kedudukan permukaan air tanahnya.
2.1.2. Analisa Hidrograf
Karakteristik limpasan langsung dan aliran air tanah sangat berbeda satu sama lain,
sehingga masing-masing harus ditangani secara terpisah dalam masalah-masalah yang
bersangkutan dengan limpasan yang berwaktu pendek. Tidak ada cara yang praktis yang dapat
memisahkan air tanah dan limpasan langsung setelah keduanya bercampur di dalam sungai,
sehingga teknik-teknik analisis hidrograf sebenarnya bersifat sembarang. Hidrograf khas yang
berasal dari satu kali hujan (Gambar 2-1) terdiri dari sisi naik, puncak dan sisi turun. Sisi

turun menunjukkan menyurutnya simpanan air di dalam alur sungai. Puncak kembar kadangkadang terjadi karena keadaan geografis DAS yang bersangkutan, tetapi lebih sering
merupakan hasil dari dua kali (atau lebih) hujan yang dipisahkan oleh gerimis atau tidak ada
hujan sama sekali.

Gambar 2-1. Hidrograf banjir khas yang menunjukkan metode pemisahan limpasan langsung
dan air tanah.
Berbagai cara untuk mengadakan pemisahan hidrograf telah digunakan. Metode yang
dilukiskan oleh ABC dalam Gambar 2-1 bersifat sederhana dan mudah diterima seperti
diperpanjang hingga titik B di bawah puncak hidrograf. Garis lurus BC kemudian ditarik
hingga memotong sisi turun hidrograf pada hari ke N setelah puncuk. Nilai N tidaklah bersifat
kritis dan dapat dipilih secara sembarang dengan melihat kepada melihat kepada berbagai
hidrograf dari DAS yang bersangkutan. Waktu N akan lebih besar bila ukuran DAS-nya lebih
besar, karena air memerlukan waktu yang lebih panjang untuk menyusuri DAS yang besar
daripada untuk DAS yang kecil. Suatu pedoman kasar untuk pemilihan nilai N (dalam hari)
adalah
0,2

N= A d
1)

(2-

dimana Ad luas DAS dalam mil persegi. Bila Ad dalam kilometer persegi, maka nilai N yang
diperoleh harus dikurangi dengan kira-kira 20 persen. Tetapi penyimpangan yang jauh dari
Persamaan (3.-1) mungkin saja terjadi.
2.2. MEMPERKIRAKAN VOLUME LIMPASAN
Pembahasan pada Bagian 2-1 menyarankan persamaan
R=PLG

(2-2)

di mana R adalah limpasan langsung (yaitu luas ABCD dalam Gambar 2-1), P adalah
presipitasi, L adalah imbuhan, DAS, dan G adalah penambahan air tanah, semuanya dalam
satuan tebal air di atas DAS-nya.Perkiraan nilai R yang teliti oleh karenanya akan tergantung
kepada perkiraan imbuhan DAS L serta pertambahan air tanah G.
Tabel 2-1. Nilai-nilai koefisien K [Persamaan (2-3)] untuk berbagai permukaan
Permukaan
Pemukiman kota

Nilai K

Rumah-rumah tunggal

0,30

Apartermen kebun

0,50

Industri dan perdagangan

0,90

Hutan, tergangung jenih tanahnya

0,05 0,20

Taman, lahan pertanian, padang rumput

0,05 0,30

Aspal atau lantai beton


Sumber: Teknik Sumber Daya Air, Linsley, 1989

0,85 1,0

2.2.1. Koefisien Limpasan


Di dalam perencanaan saluran drainasi serta proyek pengendalian air yang kecil,
volume limpasan biasanya dianggap merupakan persentase dari curah hujan. Bila Persamaan
(2-2) benar, maka suatu persamaan yang berbentuk
R=kP

(2-3)

tidak akan cukup rasional, karena koefisien limpasan k haruslah berubah-ubah menurut
perubahan imbuhan DAS dan presipitasinya. Keterandalan Persamaan (2-3) akan meningkat
bila persentase daerah yang kedap air lebih luas, sehingga nilai k mendekati satu. Pemecahan
masalah dengna cara persentase atau koefisien ini paling cocok untuk drainasi perkotaan

dimana jumlah daerah yang kedap air cukup luas. Untuk curah hujan yang sedang, semua
limpasan mungkin berasal dari daerah kedapa air, sehingga nilai k akan sama dengan
persentase daerah kedap air itu, daerah kedap air itu harus berhubungan dengan tata
drainasinya seperti atap, teras dan lapangan parkir yang mengalirkan airnya ke atas tanah,
tidak boleh dimasukkan. Nilai-nilai k yang biasa dipakai disajikan pada Tabel 2-1. Pendekatan
koefisien tidak boleh digunakan pada daerah perdesaan atau untuk analisis hujan yang besar.
2.2.2. Peresapan
Peresapan (infiltrasi) adalah gerakan air menembus permukaan tanah dan masuk ke
dalam tanah. Kapasitas peresapan (kapasitas infiltrasi) suatau tanah pada suatu saat adalah
kecepatan maksimum bagi air untuk menembus tanah itu. Kapasitas peresapan tergantung
pada berbagai faktor. Suatu tanah yang renggang dan lulus air akan mempunyai kapasitas
yang lebih besar dibandingkan dengan tanah lempung yang ketat. Bila sebagian besar dari
ruang pori-porti telah terisi air, kapasitas peresapan biasanya menjadi lebih kecil daripada bila
tanahnya masih kering.
Bila ruang pori-pori tanah permukaan telah sepenuhnya terisi air, maka gerakan air
lebih ke bawah lagi akan tergantung pada permeabilitas tanah bagian bawah. Suatau hutan
yang lebat mungkin mengumpulkan dan mendorong debu-debu di permuaan tanah masuk ke
dalam pori-pori tanah dan mengurangi peresapan. Tumbuh-tumbuhan penutup yang baik akan
merupakan perlindungan terhadap tumbuhan butir-butir hujan. Di samping itu, akar tumbuhtumbuhan dan sampah tanaman organic membantu peningkatan peresapan. Secara teoritis,
bila kapasitas peresapan suatu tanah tertentu telah diketahui, maka volume limpasan yang
berasal dari curah hujan tertentu dapat dihitung dengan mengurangkan peresapan dan
genangan permukaan (yaitu sadapa ditambah simpanan air pada cekungan ) dari curah hujan
keseluruhan.
Laju peresapan adalah kecepatan yang digunakan oleh air pada waktu benar-benar
menembus tanah selama berlangsungnya hujan; kecepatan ini haruslah sama dengan kapasitas
peresapan atau laju curah hujan, yaitu mana yang lebih kecil diantara keduanya. Laju atau
kapasitas peresapan diperkirakan dengan percobaan, yaitu dengan mengukur limpasan
permukaan dari suatu daerah yang kecil yang disieram dengan hujan buatan atau hujan
sebenarnya. Bila daerah itu disiram dengan hujan yang lajunya lebih tinggi dibandingkan
dengan kapasitas peresapan, maka kapasitas itu akan berubah-ubah selama percobaan, yaitu
seperti yang terlihat pada Gambar 2-2. Lengkung kapasitas yang berbeda-beda akan
didapatkan untuk berbagai nilai awal lengas tanah.

Gambar 2-2 Lengkung peresapan khas yang ditumpangkan ke atas diagram curah hujan untuk
menggambarkan metode perhitungan limpasan
Beribu-ribu percobaan peresapan telah dilaksanakan. Alat pengukur peresapan
mungkin terdiri dari petak-petak tanah kecil yang disiram air sebagai hujan tiruan atau
tabung-tabung yang dibenamkan ke dalam sebagian dan diisi dengan air. Percobaanpercobaan ini telah menunjukkan bahwa kapasitas peresapan tanah yang gundul pada musim
panas setelah hujan 1 jam akan berkisar antara 0,01 inci/jam (0,25 mm/jam) untuk tanah
lempung berat hingga 1,0 inci/jam (25 mm/jam) untuk tanah berpasir yang renggang. Hutan
atau rumput yang keadaanya baik akan menyebabkan naiknya kapasitas peresapan tanah yang
ditutupinya, dari tiga hingga tujuh kali.
Hujan dengan berbagai intensitas, baik yang kurang ataupun yang lebih dari kapasitas
peresapan pada waktu yang bersangkutan, memberikan hasil yang menyimpang dari lengkung
waktu-kapasitas. Berkurangknya kapasitas peresapan selama periode dengan hujan yang
lajunya kurang dari kapasitas peresapan tidak akan begitu besar sebagaimana bila peresapan
terjadi dengan laju yang sama dengan kapasitas. Sering ada anggapan bahwa kapasitas
peresapan pada suatu saat tergantung pada besarnya massa yang telah meresap hingga saat itu.
Dengan demikian, bila hujan dimulai dengan laju rendah dan curah hujan pada jam pertama
menjadi satu setengah kali kapasitas peresapan, maka kapasitas pada akhir jam itu akan
diambil kira-kira pada 0,5 jam pada lengkung waktu kapasitas yang digunakan.
2.2.3. Indeks Peresapan
Penggunaan lengkung peresapan secara langsung sebagaimana diuraikan pada bagian
sebelumnnya untuk dareah yang heterogen dan luas adalah sulit. Pada suatu saat, baik
kapasitas peresapan maupun laju curah hujan antara satu tempat dan tempat lainnya dapat
berbeda besar. Lebih dari itu, aliran-aliran seringkali merupakan bagian penting dari limpasan
total; sedangkan karena aliran-antara juga merupakan bagian dari peresapan, pada umumnya
tidak dimasukkan dalam limpasan yang dihitung dengan lengkung peresapan yang didapat

dari hasil petak percobaan. Perkiraan volume limpasan dari daerah yang luas kadang-kadang
dikerjakan dengan menggunakan indeks peresapan.
Salah satu indeks yang umum adalah laju peresapan rata-rata atau laju kehilangan
(indeks W) yang dihitung dengan
PR
tR

(2-4)

dimana t R

adalah durasi curah hujan dalam jam. Indeks yang kedua adalah indeks , yang

W=

didefinisikan sebagai laju curah hujan yang bila dilampaui maka volume curah hujannya akan
sama dengan volume limpasan (Gambar 2-3). Bila intensitas curah hujan cukup seragam atau
bila curah hujannya besar, kedua indeks itu akan hamper sama besar. Dalam hal yang biasa,
yaitu bila curah hujan sedang dan intensitasnya tidak seragam, maka indeks akan sedikit
lebih besar dibandingkan terhadap indkes W. Indeks-indeks ini akan berubah tergantung pada
lengas tanah awal, perubahan simpanan air di cekungan, kapasitas peresapan daerahnya, serta
jumlah presipitasinya. Laju kehilangan air rata-rata biasanya meningkat dengan naiknya
intensitas curah hujan pada kisaran intensitas rendah. Indeks peresapan bukanlah laju
peresapan, tetapi lebih merupakan petunuk tentang imbuhan DAS potensial.

Gambar 2-3 Diagram bagan yang menunjukan arti indeks


2.2.4. Korelasi curah hujan-limpasan

Korelasi yang paling sederhana antara curah hujan dan limpasan adalah berupa suatu
plot curah hujan rata-rata terhadap limpasan yang diakibatkannya (Gambar 2.4). Hubungan ini
secara khas agak melengkung, menunjukkan peningkatan persentase limpasan pada curah
hujan yang lebih lebat. Hubungan sederhana semacam ini tidak memperhitungkan berbagai
kemungkinan keadaan awal yang mungkin mempengaruhi besarnya limpasan, sehingga
biasanya terdapat titik-titik yang berserakan disekitar garis rata-rata.
Variabel ketiga yang dapat menjelaskan penyimpangan dari hubungan yang sederhana
dapat pula disertakan. Hal ini dapat dikerjakan dengan memplot curah hujan terhadap
limpasan dengan mencantumkan nilai-nilai variable ketiga tersebut untuk tiap-tiap titik. Garisgaris ketepatan tertinggi kemudian digambarkan untuk berbagai nilai variable ketiga itu. Pada
daerah lembab, aliran awal di dalam sungai mencerminkan keadaan sebelumnya sehingga
sering merupakan parameter yang efektif (Gambar 2-5). Pareameter lain adalah presipitasi
sebelumnya, yang dapat berfungsi sebagai petunjuk tentang keadaan lengas tanah, maka inilai
persipitasi yang digunakan dalam indeks presipitasi sebelumnya haruslah diratakan menurut
waktu kejadiannya. Hal ini dapat dicapai dengan mudah dengan dasar anggapan bahwa nilai
indeks PaN pada akhir hari ke N dapat dihitung dari
PaN =b P aN1+ PN

(2-5)

dimana PaN-1 adalah indeks persopitasi pada hari sebelumnya, PN adalah presipitasi yang
tercatat pada hari ke N, dan b adalah suatu koefisien. Bila tidak terjadi hujan selama t hari,
maka Persamaan (2-5) menjadi
PaN +1=PaN bt

(2-6)

Beban yang ditetapkan untuk curah hujan selama t hari sebelum waktu yang dihitung
adalah bt. Nilai b biasanaya berkisar antara 0,85 dan 0,95. Pengukuran lengas tanah yang
seenarnya mungkin akan lebih baik daripada parameter-parameter yang dibahas di atas, tetapi
pencatatan lengas tanah yang sistematis sulit dicapai untuk daerah yang luas.
Lengas tanah bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keadaan
imbuhan DAS, dan indeks presipitasi sebelumnya atau indeks aliran-awal tidaklah selalu
dapat sepenuhnya menjelaskan mengapa titik-titik pada grafik curah hujan limpasan
berserakan.

Minggu-minggu dalam suatu tahun telah terbukti merupakan suatau parameter yang
berguna kerena dapat merupakan petunjuk tentang tahap pertumbuhan tanaman, yaitu hal
yang mempengaruhi sadalan (intersepsi) serta keadaan permukaan tanah akibat pengaruh
usaha pertanian. Minggu-minggu tersebut mencerminkan pula keadaan evapotranspirasi yang
khas, yang menetapkan besarnya lengas tanah bersama-sama dengan presipitasi sebelumnya.
Hubungan semacam ini diperlihatkan pada gambar 2-6.
Durasi curah hujan telah pula terbukti merupkan hal yang berguna dalam beberapa
korelasi, sebagaimana diharapkan dari kenyataan bahwa peresapan merupakan gejala waktu.
Hubungan curah hujan-limpasan yang sederahan, indeks-indeks peresapan, dan koefisienkoefisien limpasan pada umumnya berlaku hanya untuk suatu DAS tunggal yang berukuran
kecil. Hubungan curah hujan-limpasan yang lebih ruwet telah digunakan untuk daerah-daerah
yang luas, meliputi beberapa buah DAS.

Gambar 2-6 Hubungan curah hujan-limpasan bersumbu terpadu untuk berbagai daerah anak
sungai.
2.2.5. Prosedur Perhitungan Lengas
Persamaan (2-2) menunjukkan bahwa limpasan mungkin berdasarkan prosedur lengas
yang diturunkan dari Persamaan (2-7)
R+Go=PEact M

(2-7)

dimana P adalah presipitasi, R adalah limpasan permukaan, Go adalah aliran bawah tanah
yang keluar, Eact adalah evapotranspirasi yang sebenarnya, dan M adalah perubahan
limpasan lengas.

Eact =E pot

M akt
M maks

Seharusnya prosedur tersebut memperhitungkan suatu urutan nilai lengas tanah yang
terjadi, dan kemudian berdasarkan aturan yang tepat membagi setiap pertambahan curah
hujan ke dalam limpasan dan imbuhan DAS. Hal yang belakangan ini menuntuk
dinyatakannya peresapan sebagai fungsi dari lengas tanah. Proses seperti ini akan sangat
membosankan bila dikerjakan secara manual, tetapi hasil-hasil yang baik telah dicapai dengan
menggunakan computer digital untuk pelaksanaan perhitungan dan untuk menetapkan
konstanta-konstanta yang penting. Gambar 2-7 melukiskan bagian alir yang dipergunakan
dalam model semacam ini.

Gambar 2-7 Model untuk penetapan limpasan berdasarkan perhitungan lengas tanah (Sumber:
Teknik Sumber Daya Air,Linsley, 1989)

2.3. Hidrograf Aliran Keluar DAS


Untuk tujuan-tujuan tertentu, sautu perkiraan volume limpasan total dari DAS untuk
suatu jangka waktu tertentu akan sudah mencukupi kebutuhan. Walaupun demikian, sering
terjadi di bawah perkiraan laju aliran-puncak yang bersifat sesaat dibutuhkan untuk
perencanaan dan dalam berbagai hal dibutuhkan pula hidrograf yang lengkap. Metode-metode
hidrologi karenanya haruslah meliputi pula teknik-teknik untuk megubah perkiraan volume
limpasan menjadi perkiraan laju aliran.

2.3.1. Metode Rasional


Bila hujan jatuh dengan jumlah per satuan waktu yang tetap pada suatu permukaan
kedap air, maka laju limpasan dari permukaan tanah itu akan sama dengan laju curah
hujannya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan ini disebut waktu
konsentrasi tc. Untuk daerah yang luasnya kecil dan kedap air, dapat dianggap bahwa hujan
tetap berlangsung dengan jumlah yang seragam untuk jangka waktu yang sama dengan tc,
maka puncak limpasan akan sama dengan laju curah hujan per satuan waktu. Ini adalah dasar
dari rumus rasional atau persamaan Mulvaney.
QP =i A d
dimana

QP

(2-9a)
adalah laju puncak dari limpasan dalam acre-inci per jam, adalah intensitas

curah hujan dalam inci per jam untuk durasi yang sama dengan tc, dan

Ad

adalah luas DAS

dalam acre. Karena satu acre-inci/jam sama dengan 1008 cfs, maka Persamaan (2-9a) pada
umunya dianggap memberikan aliaran puncak dalam ft 3/detik. Untuk
dalam millimeter per jam, dan
QP =

Ad

QP

dalam m3/detik,

dalam hektar, persamaan itu menjadi

i Ad
360

(2-9b)

Rumus rasional digunakan untuk merangcang saluran drainasi hujan, gorong-gorong,


dan beberapa bangunan yang mengalirkan limpasan dari dareah yang tidak luas, walaupun
sebenarnya

persamaan

tersebut

mengandung

kelemahan-kelemahan

yang

Penggunaannya harus pula dibatasi hanya untuk daerah-daerah sempit yang kedap air.

berat.

Untuk petak-petak kecil tanpa alur yang jelas dan limpasannya berupa aliran di atas
permukaan yang bersifat laminar, Izzard mendapatkan waktu untuk mencapai keseimbangan
te dalam menit, yaitu
1 /3

t e=

41b L0
2/3
i

(2-10)
dimana L0 adalah panjang aliran di atas permukaan dalam feet Bila L0 dalam meter dan i dalam
millimeter per jam, maka konstantanya adalah 526. Sedangkan koefisien b dihitung dari
b=

0,0007 i+c r
1 /3

S0

(2-11)
dimana S0 adalah kemiringan permukaan air dan Cr adalah koefisien hambatan (Tabel 2-2).
Dalam satuan metric SI, bilangan pengali untuk i adalah 2,8 x 10-5. Persamaan-persamaan (210) dan (2-11) berlaku hanya bila hasil perkalian iL0 kurang dari 500 dalam satuan Inggris
atau 4000 dalam satuan metrik SI.
Tabel 2-2 Nilai-nilai koefisien hambatan Cr dalam Persamaan (2-11)
Permukaan
Permukaan aspal licin

Nilai Cr
0,007

Perkerasan beton

0,012

Perkerasan ter atau kerikil

0,017

Lempengan rumput rapat

0,046

Tanah berumput biru rapat

0,060

Waktu konsentrasi untuk suatu DAS kecil adalah sama dengan gabungan yang
terpanjang antara waktu untuk aliran di atas permukaan dan waktu untuk aliaran dalam
saluran yang terdapat dimana pun dalam DAS itu. Waktu untuk aliran dalam saluran pada
umumnya diambil sama dengan panjang alur yang terpanjang dibagi dengan kecepatan aliran
rata-rata.
2.3.2. Hidrograf Satuan
Bila dua buah badai hujan yang identik dapat terjadi pada dua buah DAS yang
kondisi-kondisinya (sebelum terjadi hujan) identik pula, maka hidrograf limpasan dari kedua

badai hujan itu dapat diharapkan akan sama. Ini adalah dasar dari konsep hidrograf satuan.
Sebenarnya terjadinya hujan-hujan yang identik adalah sangat jarang. Badai hujan bervariasi
dalam hal durasi, jumlah serta distribusi ruang dan curah hujannya. Suatu hidrograf satuan
adalah suatu hidrograf yang volume limpasannya 1 inci (25 mm) yang bersala dari badai
hujan yang durasi dan pola penyebarannya terterntu. Hidrograf dari hujan-hujan lain yang
durasi dan polanya sama dianggap mempunyai dasar waktu yang sama, tetapi ordinatordinatnya sebanding dengan volume limpasannya.
Suatu hidrograf satuan dapat dibuat dari data curah hujannya cukup seragam dan tanpa
keruwetan akibat adanya hujan sebelumnya atau sesudahnya. Langkah pertama dalam
penurunanhidrograf satuan adalah pemisahan aliran air tanah dari limpasan langsung. Volume
limpasan (daerah ABCD pada Gambar 2-11) ditetapkan, kemudianordinat-ordinat hidrograf
satuan didapatkan dengan cara membagi ordinat-ordinat limpasan langsung dengan volume
limpasan langsung dalam inci. Hidrograf satuan yang dihasilkan haruslah mewakili suatu
volume satuan (1 inci atau 1 cm) limpasan.

Gambar 2-11 Penurunan sebuah hidrograf satuan


Langkah terakhir adalah penetapan suatu durasi hujan efektif dari suatu penelaahan
data curah hujan. Periode curah hujan yang kecil pada awal dan akhir dari terjadinya hujan
dihilangkan apabila tidak memberikan sumbangan yang berarti kepada limpasan.

Penggunaan hidrograf satuan untuk menghitung aliran sungai akibat hujan yang
durasinya sama diperlihatkan dalam Gambar 2-.12. Aliran yang ada sebelum terjadinya hujan
digunakan sebagai titik wasal untuk membuat garis ABC yang mewakili lairan air tanah yang
diperkirakan berlangsung selama terjadinya hujan.
Ordinat-ordinat hidrograf satuan yang dikalikan dengan volume llimpasan, langsung
hasil perhitungan kemudian ditambahkan ke aliran air tanah ini untuk mendapatkan hidrograf
total, yaitu ABC.

Gambar 2-12 Penggunaan hidrograf satuan untuk membuat suatu hidrograf yang
dihasilkan oleh curah hujan dengan durasi satuan
Jumlah hidrograf satuan untuk suatu DAS secara teoritis tidak terbatas, karena selalu
mungkin dibentuk satu buah untuk setiap durasi curah hujan serta untuk setiap pola
penyebaran yang mungkin terjadi. Secara praktis, hanya jumlah yang terbatas yang dapat
digunakan, karena pengabaian variasi pola penyebaran curah hujan dalam suatu DAS sudah
merupakan hal yang umum. Pengabaian ini cukup masuk akal untuk DAS yang kecil, tetapi
tidak tepat tuntuk daerah yang luas. DAS tertentu mungkin sedemikian luasnya sehingga
hujan hanya turun pada satu bagian saja dari DAS tersebut. Karenanya tidak disarankan untuk
menggunakan hidrograf satuan untuk DAS yang luasnya lebih dari 2000 mil 2 (5000 km2),
kecuali bila hasil yang diharapkan cukup hanya bersifat perkiraan.

Pada umumnya lebih disukai penyelesaian dengan cara membagi DAS yang luas
menjadi beberapa bagian, kemudian menggunakan hidrograf satuan untuk masing-masing
bagian secara terpisah dan menggabungkan hidrograf-hidrograf yang dihasilkan berdasarkan
teknik penelusuran.
Pemanfaatan hidrograf satuan 6-jam pada Gambar 2-11 untuk hujan yang durasinya
lebih lama disajikan dalam Gambar 2-1. Curah hujannya dibagi dua bagian, kemudian
hidrograf masing-masing bagian dihitung secara terpisah dan dijumlahkan. Hidrograf untuk
bagian kedua dimulai 6 jam sesudah hidrograf untuk baigan pertama. Contoh ini
memperlihatkan bagaimana beberapa buah hidrograf satuan yang durasinnya berbeda-beda
dapat digunakan untuk menyusun hidrograf suatu hujan yang durasinya panjang. Toleransi
hingga 25 persen di sekitra durasi hidrograf satuan yang diambil biasanya dapat diterima
tanpa mengakibatkan kesalahan yang besar. Dengan demikian, hidrograf satuan yang
berdurasi 6 jam dapat digunakan untuk hujan-hujan yang durasinya berkisar antara 4,5 hingga
7,5 jam. Sebaliknya, suatu hidrograf satuan yang kisarannya sama dengan hidrograf satuan
lain dapat dirata-ratakan. Hasil hidrograf satuan rata-rata ini pada umumnya lebih disukai
daripada yang diperoleh hanya dari satu buah kejadian hujan.

Gambar 3.13 Penggunaan hidrograf satuan untuk membuat suatu hidrograf yang dihasilkan
dari dua periode curah hujan
Perbedaan-perbedaan intensitas curah hujan yang besar selama periode satuan yang
bersangkutan akan sangat mempengaruhi ketelitian cara pendekatan hidrograf satuan ini.

Kesalahan-kesalahan karena sebab ini dapat diperkecil dengan menggunakan hidrograf satuan
untuk periode waktu yang relative pendek. Hidrograf satuan berperiode pendek ini dapat
digunakan untuk membuat hidrograf uang diakibatkan oleh hujan yang lama yang
intensitasnya bervariasi dengan cara seperti tertulis dalam gambar 2-13. Pengalaman telah
menunjukkan bahwa periode satuan yang terbaik adalah kira-kira serperempat dari waktu
lag DAS (basin lag), yaitu jangka waktu dari pusat massa curah hujan hingga puncak
hidrograf.
Dasar dari pendekatan hidrograf satuan adalah anggapan tentang kelinearan. Terdapat
bukti-bukti cukup bahwa anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Secara umum, hidrograf
satuan selalu cenderung mempunyai puncak yang lebih tinggi dan lebih awak bila volume
limpasannya lebih besar. Hal ini mungkin merupakan akibat dari berbedanya proporsi antara
aliran-antara dan limpasan permukaan serta meningkatnya efisiensi hidrolik alur pada waktu
aliran besar. Kecenderungan ini mungkin akan terbalik pada banjir besar yang melimpah ke
luar tebing sungai. Pada kisaran data yang umumnya dapat dijumpai, pengaruh-pengaruh tak
linear mungkin tidak diketahui, sehingga prosedur hidrograf satuan dapat digunakan dengan
berhasil selama tidak diekstrapolasikan ke luar dari kisaran data yang digunakan untuk
membuat hidrograf satuan yang bersangkutan. penggunaan hidrograf satuan untuk
menghitung banjir rencana bangunanan pelimpah banjir atau kejadian-kejadian yang luar
biasa mungkin menghasilkan kesalahan-kesalahan besar. Simulasi dengan computer
disarankan untuk hal ini.
2.3.3. Perhitungan hidrograf tahunan
Kadang-kadang diperlukan perhitungan untuk mendapatkan hidrograf lengkap untuk
satu tahun atau periode yang terdiri dari beberapa tahun. Persoalan semacam ini mungkin
dihadapi bila banjir atau musim kering yang luar biasa diketahui telah pernah terjadi sebelum
awal pengamatan. Dalam beberapa hal, volume aliran bulanan yang dihitung dari hubungan
presipitasi-limpasan mungkin telah cukup. Suatu hubungan kasar antara limpasan tahunan
atau musiman dan aliran puncak tahunan mungkin bisa didapatkan untuk sungai-sungai yang
puncak tahunannya merupakan akibat pencairan salju atau banjir musiman pada sungai yang
besar. Dalam beberapa hal mungkin pula dibentuk hubungan antara volume aliran tahunan
dan musiman dan aliran terendah pada tahun yag bersangkutan. Semua hubugnan tersebut
diatas tidak dapat diharapkan mencapai tingkat ketelitian yang tinggi. Teknik-teknik simulasi
biasanya akan memberikan jawaban yang paling dapat dipercaya.

Gambar 2-14 Hubungan antara debit harian rata-rata tertinggi dan aliran
2.4. Penelusuran Simpanan Air
Suatu hidrograf sebenarnya adalah catatan tentang gelombang yang bergerak melalui
suatu stasiun pengamatan. Bila gelombang tersebut bergerak ke hilir, bentuknya akan brubah
karena adanya tambahan aliran dari anak-anak sungai dan juga karena berbedanya kecepatan
aliran di sepanjang alur gelombang. Tanpa adanya aliran tambahan, maka perubahan
bentuknya akan berupa pemipihan atau perpanjangan dasar waktu gelombang itu (Gambar 215) serta penurunan aliran puncak. Dengan adanaya aliran tambahan, pengaruh pemipihan
masih ada, tetapi meningkatnya volume total akan mebuatnya kurang berarti.

Gambar 2-15 Penampang gelombang banjir yang berturutan, menunjukan perubahanperubahan bentuk
2.4.1. Proses penelusuran
Perhitungan teoritis tentang perubahan bentuk gelombang banjir berdasarkan
mekanika gelombang (aliran tidak tunak-unsteady flow) akan sulit bila diterapkan pada alur
alamiah yang tidak beraturan, tetapi pemecahan persamaan-persamaan diferernsial yang
bersangkutan secara numeric dapat dikerjakan dengan komputer.
Untuk perhitungan secara manual, pemecahan yang didasarkan atas prinsip kontinuitas
yang diterapkan pada bagian sungai yang jaraknya pendek biasa dilakukan. Azas tersebut
dinyatakan dalam persamaan simpanan
I t s=O
t
dimana

dan

interval waktu

(2-12)

adalah nilai rata-rata dari aliran masuk serta aliran keluar. Untuk

t , dan

adalah perubahan volume air di dalam alur yang terletak

antara penampang aliran masuk dan keluar selama waktu

t . Karena

adalah aliran

masuk yang diukur, maka pemecahan persamaan tersebut untuk mendapatkan 0 adalah
tergantung pada penetapan s .
Bila laju rata-rata selama periode waktu tertentu sama dengan aliran rata-rata pada
awal dan akhir periode tersebut, maka Persamaan (2-12) dapat ditulis

O1 +O
t=s 2s1
2
I1 + I 2
t
2
2

(2-13)

dimana subskrip 1 dan 2 menunjukkan awal dan akhir periode

t . Anggapan tentang suatu

variasi linear dalam pola aliran selama periode tertentu akan cukup memuaskan bila
cukup pendek. Dalam soal-soal prakterk, aliran masuk
dan simpanan awal

O1

dan

I1

dan

I 2 , dan awal aliran keluar

s 1 , diketahui atau dapat diperkirakan dengan kesalahan

kecil. Karena masih ada dua hal yang belum diketahui, yaitu

O2

dan

s2

dibutuhkan

persamaan lain. Persamaan ini harus menghubungkan simpanan terhadap suatu parameter
yang dapat diukur.
2.4.2. Penelusuran melalui waduk tanpa pintu air
Sauatu waduk adalah alur sungai yag membesar, sehingga simpanan air pada waduk
mungkin akan lebih mengubah bentuk suatu gelombang banjir daripada alur alamiah yang
panjangnya sepadan. Bila waduk yang bersangkutan tanpa pintu air, debit akan mengalir
melalui suatu ambang atau corong yang tidak diatur dengan cara sedemikian rupa sehingga 0
akan merupakan fungsi dari permukaan waduk. Singkatnya, pada waduk yang dalam, yang
kecepatan airnya rendah, permukaan air akan hamper datar dan volume air di dalam waduk
akan langsung tergantung pada elevasi waduk. Dengan demikian hubungan simpanan dan
aliran keluar dengan mudah diketahui (Gambar 2-16). Volume simpanan air di dalam waduk
dapat ditetapkan dari pengukuran peta kontur daerah waduk dengan planimeter. Persamaan
(2-13) kemudian dapat ditulis kembali menjadi
I 1 + I 2+

2 s2
2s
O1= 2 +O2
t
t

(2-14)
Untuk pemecahan hubungan yang kedua dibutuhkan grafik nilai-nilai (2s/ t )

0 sebagai

fungsi dari 0 (Gambar 2-17). Pada awal periode penelusuran (waktu 1) semua unsure pada
bagian kiri Persamaan (2-14) telah diketahui, sehingga nilai-nilai untuk unsur-unsur disebelah
kanan dapat dihitung (Tabel 2-3).
Dengan memasukkan nilai ini ke dalam Gambar 2-17, maka nilai
t ) 0 yang bersangkutan dapat diketahui.

O2 , srta nilai (2s/

Bila permukaan waduk memiliki kemiringan yang cukup besar, maka simpanan air
sakan merupakan fungsi dari aliran masuk maupun aliran keluar, sehingga lengkung aliran
keluar-simpanan air seperti terlihat dalam Gambar 2-16 haruslah diganti dengan kelompok
lengkung yang bersandar pada aliran masuk parameter. Sesuai dengan itu maka lengkunglengkung penelusuran pada Gambar 2-17 harus pula diganti dengan kelompok lengkung yang
menggunakan aliran masuk sebagai parameter. Pelaksanaan penelusurannya tetap, tidak
berubah.
2.4.3. Penelusuran pada waduk yang berpintu air
Hubungan antara simpanan air dan aliran keluar untuk waduk yang berpintu air pada
bangunan perlimpahnya atau dilengkapi dengan pintu katup pembuang banjir tergantung pada
jumlah pintu air atau katup yang dibuka. Penyelesaian soalnya akan mirip dengan waduk yang
permukaan airnya miring. Dalam hal bangunan pelimpah berpintu air, bila semua pintunya
berukuran sama, maka lengkung elevasi-debit dapat diwakili oleh sekelompok lengkung yang
bersandar pada jumlah pintu air yang terbuka sebagai parameter. Dengan demikian lengkunglengkung yang menghubungkan (2s/ t )

0 dengan 0

haruslah digantikan dengan

kelompok legkung yang bersandar pada jumlah pintu air yang tebua sebagai parameternya.
Pelaksanaan penelusurannya akan mirip dengan terlihat pada Tabel 2-3 degan perkecualian
bahwa jumlah air yang terbuka harus disusun dalam satu kolom.

Gambar 2-16 hubungan antar aelevasi permukaan waduk, simpanan air, dan debit pelimpah
banjir untuk suatu waduk yang pelimpahannya tidak berpintu air

Gambar 2-17 Lengkung-lengkung penerlusuran untuk suatu waduk yang berpintu air
Tabel 2-3 penelusuran dengan lengkung (2s/ t )
Tanggal

Waktu

I 1 cfs

0 dari Gambar 2-17

2s
O1
t

2s
+O1
t

1/8

Tengah hari

2000

cfs
8,500

cfs
12,500

1/9

Tengah malam
Tengah hari

2800
4000

8,900
10,900

13,300
15,700

1/10

Tengah malam
Tengah hari

5200
6000

13,700
17,300

20,100
24,900

O1 cfs

2000
2200

Tengah malam 5700


20,000
29,000
Catatan: Nilai-nilai hasil perhitungan dicetak miring. Juga 2s/ t -0 i= (2s/ t +0)-20
dan nilai (2s/ t )

0 diinterpolasikan dari lengkung-lengkung ini sesuai dengan nilai-nilai

tersebut. Seandainya tidak terjadi perubahan dalam pengaturan pembukaan pintu air selama
masa penelitian, maka prosedurnya akan identik dengan yang terlihat pada Tabel 2-3 karena
semua nilai dapat dibaca dari pasangan-pasangan lengkung yang mewakili pembukaan pintu
air secara tetap.
2.4.4. Penelusuran simpanan air pada alur alamiah
Volume air yang berada dalam suatu alur sungai pada suatu saat disebut simpanan
alur, s. Penentuan s yang paling langsung adalah dengan pengukuran volume alur dari peta
topografi. Walaupun demikian, tidak cukupnya peta-peta terinci serta perlunya anggapan atau
perhitungan penmapang muka-air untuk seitap keadaan aliran yang mungkin terjadi di dalam

alur telah mengakibatkan tidak memuaskannya pendekatan ini secara umum. Karena
Persamaan (2-12) menyangkut hanya
perlu diketahui. Nilai-nilai

s , maka nilai-nilai mutlak dari simpanan tidak

s , hanya bias didapatkan dengan menyelesaikan Persamaan

(2-12), dengan memasukkan nilai-nilai aliran masuk dan aliran keluar yang sebenarnya
(Gambar 2-18). Hidrograf aliran masuk dan aliran dek, nilai rata-rata I dan 0 ditetapkan untuk
masing-masing waktu, kemudian nilai-nilai

dihitung dengan mengurangkan

dan

I . Volume simpanan dihitung dengan cara menjumlahkan pertambahan simpanan dari


suatu titik nol yang ditetapkan sembarang.
Bila nilai-nilai s yang dihitung seperti diuraikan di atas digambarkan terhadap aliran
keluar yang bersamaan (Gambar 2-19), biasanya terlihat bahwa simpanan akan lebih tinggi
pada tahap naik dibandingkan terhadap tahap turun. Bila bagian depan gelombang melewati
panjang alur tertentu, maka pertambahan simpanan akan terjadi sebelum bertambahnya aliran
keluar. setelah puncak gelombang memasuki bagian alur tersebut, tampungan air akan mulai
berkurang walaupun aliran keluarnya masih tetap meningkat. Hampir semua metode
penelusuran aliran sungai menghubungkan jumlah simpanan dengan aliran masuk kelompok
lengkung yang menghubungkan simpanan, aliran keluar, dan aliran masuk dibuat; selanjutnya
persamaan penelusuran dikerjakan dengan cara yang sama seperti untuk waduk yang
permukaan airnya tidak datar.
Anggapan lain yang digunakan secara luas adalah bahwa simpanan air merupakan
fungsi dari aliran masuk dan aliran keluar yang disesuaikan, dinyatakan sebagai
s=K [ xI + ( 1x ) O]

(2-15)

Gambar 2-18 Hidrograf aliran masuk dan aliran keluar untuk suatu bagian memanjang sungai,
menunjukkan metode perhitungan simpanan di dalam alur.

Gambar 2-19 Hubungan antara aliran keluar dan simpanan untuk data pada Gambar 2-18
dimana s, I, dan 0 adalah masing-masing nilai simpanan air, aliran masuk, dan aliran keluar, x
adalah suatu konstanta tanpa dimensi yang menunjukkan peranan nisbi dari I dan 0 terhadap
besarnya simpanan, sedangkan K adalah konstanta simpanan yang berdimensi waktu. Nilai K
mendekati waktui perjalanan gelombang sepanjang bagian alur yang bersangkutan. Kontanta
x berkisar antara 0 higga 0,5. Karen ads/dt = I 0, maka bila Persamaan (2-15)
didiferensialkan akan menjadi
I O=

ds
d
dI
=K x +(1 x) O
dt
dt
dt

(2-16)

Bila I = 0, maka
x=

d 0 /d t
d 0 /d td I / d t

(2-17)

yang memungkinkan peretapan x dari data aliran masuk dan aliran keluar yang ada. Untuk
suatu waduk dimana 0=f(s), ds/dt, do/dt haruslah nol bila I=0. Oleh karena itu x untuk hal
semacam ini akan bernilai nol. Nilai nol menunjukan bahwa lairan keluar sajalah yang
mempernagaruhi besarna simpanan (sebagaiman ahalnya dengan waduk). Bila x = 0,5 aliran
masuk dan aliran keluar akan mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap besarnya
simpanan. Pada alur-alur alamiah, x biasanya berkisar antara 0,1 dan 0,3. Persamaan (2-15)
adalah dasar dari metode Muskingum untuk penelusuran. Nilai K dan x untuk suatu bagian
memanjang sungai biasanaya ditetapkan melalui percobaan. Nilai x ditentukan dulu,

kemudian besarnya simpanan diplot terhadap xI+(1-x)0. Setelah itu dipilih nilai x yang paling
mendekati garis lurus yang biasa didapatkan dari data yang ada. (Gambar 2-20). Faktor K
adalah kemiringan garis yang menggambarkan hubungan antara s dan sI+(1-x)0.
Persamaan penelusuran Muskingum diperoleh dengan memasukkan nilai s1dan s2 dari
Persamaan (2-15) ke dalam Persamaan (2-14) dan menyusunnya untuk mendapatkan 02.
O2=c 0 I 2 +c 1 I 1 +c 2 I 1
c 0=

(2-18)

K x 0,5 t
KK x +0,5 t

(2-19a)
c 1=

K x +0,5 t
KK x + 0,5 t

(2-19b)
c 2=

KK x 0,5 t
KK x +0,5 t

(2-19c)
c 0 +c 1+ c 2=1

(2-19d)

Gambar 2-20 Metode untuk menetapkan K dan x utnuk penelusuran dengan metode
Muskingum
Arti penting dari Persamaan (2-19d) dapat dilihat bila diingat bahwa, untuk aliran
tunak (I1= I2=O1= O2), Persamaan (2-18) hanya akan benar bila jumlah konstanta-konstanta
adalah satu. Penting pula diingat bahwa K dan

harus dalam satuan yang sama bila

digunakan dalam Persamaan (2-19). Bila simpanan air dihitung dalam ft3, makan satuan K dan
t harus dalam detik.

Penggunaan metode Muskingum digambarkan pada Tabel 2-4. Nilai-nilai c0, c1, dan c2
dihitung dengan memasukkan K = 0,82 hari, x = 0,3 (Gambar 2-20), dan

t =6 jam ke

dalam Persamaan (2-19a, b, c). Nilai-nilai I disusun dalam satu komlom dan hasil perkalian
c0I2 serta c1I1 dihiting. Dengan nilai awal 0 yang diberikan atau ditetapkan terlebih dahulu,
hasil perkalian c201 dihitung dan ketiga hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk
mendapatkan 02. Nilai 02 hasil perhitungan menjadi 01 untuk masa penelusuran selanjutnya
sehingga nilai baru lagi untuk 0 daoat ditetapkan. Proses tersebut berlangsung terus selama
nilai-nilai I masih diketahui. Penelusuran semacam ini dapat dikerjakan dengan mudah
dengan computer digital.
Dalam bentuk seperti yang diuraikan di atas, penelusuran kinematik akan tergantung
pada semua anggapan yang digunakan dalam penelusuran hidrologik, sedangkan keuntungan
utamanya adalah kemampuannya untuk menyelesaikan masalah hubungan simpanan tinggi
muka air yang tidak linear berdasarkan penampang hasil pengukusan. Keandalan penelusuran
kinematik dan hidrologik kira-kira sama. Tidak satu pun dari keduanya dapat memberikan
hasil yang baik untuk kemiringan yang sangat datar di mana unsure-unsur tingkat-dua dalam
persamaan energy mungkin melampaui kemiringan dasar sungai, ataupun pada kemiringan
yang sangat taham dimana terjadi aliran superkritis.
Panjangnya atau pendeknya penyelesaian akan tergantung pada ketepatan pemilihan
nilai
O2

O2
=

dalam percobaan pertama. Berbagai anggapan mungkin diterapkan, misalnya


O1

atau

O2

O1 +( O1O0 ). Kemungkinan lain adalah pengambilan

periode penelusuran yang pendek, sehingga

bernilai kecil dan proses pengulangan

dapat dihindari. Terdapat cara penelusuran kinematik yang dimodifikasi, yaitu yang
menghitung kemiringan perbedaan tinggi permukaan air pada kedua ujung bagian sungai yang
bersangkutan dibagi dengan

L . Dalam hal ini, kemiringan energy dianggap sama dengan

S b +d y /d x , yang merupakan penyempurnaan terhadap anggapan kinematik yang sederhana.


2.4.5. Aliran masuk setempat
Pada hampir semua sungai terdapat aliran masuk tambahan dari anak-anak sungai
yang memasuki sungai induk pada tempat-tempat di antara aliran masuk dan aliran keluar
yang ditelaah. Kadang-kadang aliran masuk setempat ini cukup kecil untuk dapat diabaikan,
tapai sringkali harus diperhitungkan. Prosedur yang konvensional adalah (1) tambahkan aliran
masuk setempat ke dalam aliran masuk sungai induk, dan anggaplah jumlahnya sebagai I
yang digunakan dalam pelaksanaan penelusuran, atau (2) telusurlah aliran masuk sungai

induk sepanjang bagian sungai termaksud, kemudian tambahkan lah perkiraan aliran masuk
setempat kedalam aliran keluar hasil perhitungan. Metode pertama digunakan bila aliran
masuk setempat memasuki bagian sungai di dekat ujung hulunya, sedangkan metode yang
kedua akan dipilih bila sebagian besar aliran anak sungai bergabung ke dalam sungai induk di
bagian hilir. Aliran masuk setempat dapat pula dipisahkan menjadi dua bagian, satu bagian
digabungkan ke dalam aliran masuk sungai induk dan sisanya ditambahkan kedalam aliran
keluar hasil perhitungan.
Hidrograf aliran masuk setempat dapat dihitung dengan membandingkan dengan dua
aliran sungai pada anak-anak sungai atau dengan hubungan curah hujan-limpasan serta
hidrograf satuan. Bila menggunakan data dari waktu yang lalu, volume total aliran masuk
setempat harus disesuaikan agar saa dengan selisih antara aliran masuk dan aliran keluar pada
bagian panjang sungai yang bersangkutan, dengan candangan yang tepat untuk setiap
perubahan dalam besarnya simpanan dalam alur sungai selama periode perhitunga. Karena
aliran masuk setempat mungkin hanya merupakan angka yang kecil di antara dua buah angka
yang besar, maka kesalahan kecil dalam pencatatan aliran sungai mungkin mengakibatkan
kesalahan besar pada lairan masuk setempat, bahkan mungkin sampai kepada hal yang luar
biasa, yaitu didapatkannya aliran masuk setempat yang negatif.
2.4.6. Simulasi komputer
Komputer digital telah memungkinkan suatu pendekatan baru kepada hidrologi yang
disebut simulasi komputer. Karena cepatnya perhitungan dengan komputer modern, maka
dapat disusun program untuk daur limpasan (Gambar 2-7) dalam keseluruhan dan
menyelesaikannya secara terus-menerus berdasarkan pertambahan-pertambahan waktu yang
pendek. Yang penting adalah menuliskan fungsi-fungsi yang menggambarkan setiap langkah
dalam daur tersebut dan menetapkan parameter-parameter dari fungsi-fungsi ini. Stanford
Watershed Model, yaitu program simulasi yang paling awal, menggunakan curah hujan jamjaman serta evapotranspirasi potensial sebagai data masukan. Sadapan, genangan permukaan,
peresapan, aliran permukaan tanah aliran-antara, aliran masuk ke dalam alur-alur sungai,
kemudian penelusuran diterapkan untuk mensimulasikan system alur yang bersangkutan.
DAS-nya mungkin dibagi-bagi ke dalam segmen-segmen yang curah hujan atau ciri-ciri
lainnya berbeda-beda. Ordinat jam-jaman dari hidrograf, aliran harian rata-rata, serta jumlah
bulanan dari neraca air akan merupakan keluarannya.

Model tersebut harus dikalibrasikan pada DAS tertentu dengan cara coba-coba
sehingga aliran hasil pengamatan dapat dihitung dengan teliti. Hampir semua parameter
masukan ditetapkan dari peta-peta dan data lain tentang DAS-nya. Hanya empat buah
parameter utaman yang harus ditetapkan dari percobaan. Secara umum, kalibrasi yang baik
dapat diperoleh dengan cara yang panjangnya 3 hingga 5 tahun. Nilai simulasi komputer
terletak pada (1) kemampuan untuk membuat perhitungan terinci untuk interval waktu yang
pendek, sehingga memungkinkan dilakukannya penilaian lengkap terhadap proses limpasan
yang ruwet, dan (2) pemanfaatan seluruh data yang ada. Hal yang kedua ini sangat penting.
Analisis hidrologi konvensional didasarkan atas curah hujan tertentu yang dipilih, sehingga
sejumlah besar data lainnya diabaikan. Dengan memanfaatkan seluruh kisaran data, simulasi
menafsirkan ketaklinearan pada tahap-tahap lahan maupun alur dan karenanya akan
memberikan dasar yang lebih aman untuk ekstrapolasi.
Telah terdapat berbagai program yang memungkinkan simulasi satu kali curah hujan
(HEC-1, SWMM, STORM). Program-program ini didasarkan pada anggapan bahwa
probabilitas banjir yang dihitung sama besar dan probabilitas curah hujan yang menjadi
masukan, yang biasanya merupakan kesalahan. Simulasi kontinu yang benar mencakup
perhitungan air sehingga variasi-variasi dalam peresapan dan proses-proses lain dapat
disimulasikan secara kontinu untuk jangka waktu yang lama. Hal ini memungkinkan simulasi
data yang panjang untuk digunakan dalam perhitungan probabilitas banjir, kekeringan, atau
aliran air rendah. Suatu program simulasi yang lengkap dapat pula meliputi algoritma untuk
simulasi erosi dan pengangkutan sedimen serta untuk pengangkutan dan perubahan bentuk
(transfromasi) sebagian besar zat pencemar air.

Anda mungkin juga menyukai