Anda di halaman 1dari 70

OUR SUSTAINABLE EFFORT

Limpasan – Run-Off &


Hidrograf
Lecture 04 : Mar. 25th , 2021. – Dr.Ir. M.Z. Zabier

1 Penirisan – Penyaliran Tambang – Limpasan – Run-Off & Hidrograf – Lecture # 04 – Sem– VI–2021
2
Penirisan – Penyaliran Tambang – Limpasan – Run-Off & Hidrograf – Lecture # 04 – Sem– VI–2020
Limpasan permukaan

3
Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir
di atas permukaan karena penuhnya kapasitas infiltrasi
tanah. Limpasan merupakan unsur penting dalam siklus
air dan salah satu penyebab erosi.
Limpasan yang muncul di permukaan sebelum
mencapai saluran disebut sumber tidak langsung. Ketika
limpasan mengalir di tanah, limpasan tersebut dapat
mengambil kontaminan tanah seperti minyak bumi,
pestisida, atau pupuk. Bila sumber tidak langsung
mengandung kontaminan semacam itu, limpasan
tersebut disebut polusi sumber tidak langsung.

4
5

6
7
Gambar 1. Limpasan permukaan
1,

1.
8
2

9

▲ ▼ ▼

▲ ▼

▼ ▼

2.
10
Secara kuantitatif daur air digambarkan
dalam “neraca air” yang merupakan fungsi
dari ruang dan waktu. Dalam neraca air
digambarkan hubungan antara presipitasi
(P), penguapan (E), limpasan (R) dan
perubahan penyimpanan (dS) sebagai
berikut: ▼ ▼
P = E + R + dS
▲ ▲

11
Pemahaman Air Limpasan (run-off)

Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah


limpasan hujan. Komponen limpasan hujan dapat berupa
run-off ataupun aliran yang lebih besar seperti aliran air di
sungai.
Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan
dapat pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan.
Lama waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak
sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah tempat jatuhnya
hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan
puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah
tersebut dalam menyimpan air di dalam tanah.
12

13
▲ ▲


▲ ▲


14


15 ▲

▲ ▲
▲ ▲
▲ ▲

16
▲ ▲

17

18
Suatu analisis potensi limpasan permukaan memberikan
beberapa gambaran penting sebagaimana dijelaskan
dalam paparan berikut ini.
Alih fungsi lahan mengakibatkan perubahan limpasan
permukaan (surface run-off) dan fluktuasi aliran sungai.
Konversi lahan akan memberikan pengaruh langsung
terhadap total hujan limpasan. Akibat perubahan tata
guna lahan cenderung berdampak negatif, khususnya
berdampak pada banjir dan genangan yang cenderung
meningkat dari waktu ke waktu.

19
Ada 4 parameter permukaan lahan yaitu topografi, tanah,
vegetasi penutup lahan (cover), dan simpanan permukaan
(surface storage), dan parameter topografi merupakan
parameter yang paling banyak berpengaruh terhadap
perubahan potensi air permukaan.
Variabel utama yang mempengaruhi nilai koefisien
limpasan atau C adalah laju infiltrasi tanah atau
prosentase lahan kedap air (laju infiltrasi menurun pada
hujan yang terus menerus), sifat dan kondisi tanah,
kemiringan lahan, tanaman penutup, dan intensitas
hujan.
20
Beberapa parameter penentu kondisi limpasan
permukaan, yakni parameter meteorologi meliputi:
intensitas hujan, durasi hujan, dan distribusi curah hujan
serta parameter karakteristik biofisik DAS yang meliputi:
topografi, tekstur tanah, vegetasi penutup lahan, dan
simpanan permukaan. Karakteristik hujan sangat penting
oleh kaena hujan merupakan sumber utama terjadinya
limpasan di samping karakteristik biofisik DAS.
Ada 2 model matematis utama dalam hidrologi yaitu
diterministik (bersifat relatif pasti) dan stokastik (bersifat
relatif tidak pasti). Salah satu model hidrologi
deterministik yang digunakan dalam aplikasi perhitungan
hidrologis yaitu rumus rasional, yang banyak digunakan
dalam dalam memprediksi debit puncak.
21
Parameter penentu potensi limpasan permukaan, antara
lain: topografi / kemiringan lahan, tekstur tanah,
penggunaan lahan / land cover, dan simpanan
permukaan. Parameter Topografi: mencerminkan kondisi
lahan berupa ketinggian dari permukaan air laut, panjang,
derajat kemiringan pada bentangan lahan tertentu.
Parameter jenis tanah: merupakan cerminan mudah atau
tidaknya curah hujan menjadi limpasan. Hal ini sangat
terkait dengan respons terhadap air hujan yang jatuh di
permukaan tanah terutama tekstur dan permeabilitas tanah.
Jika mudah meresap air hujan akan menghasilkan air
permukaan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
tanah yang relatif sulit meresapkan air hujan.
22
Parameter surface storage: merupakan timbunan /
simpanan air yang terdapat dalam permukaan lahan.
Keberadaan surface storage dalam suatu wilayah
menunjukkan bahwa sebagian air hujan jatuh di
permukaan lahan akan tersimpan di dalam lahan.
Hubungan antara surface storage dan air permukaan
adalah berbanding terbalik. Jika surface storage semakin
besar maka hasil air permukaan akan semakin kecil dan
sebaliknya. Koefisien limpasan (run-off) atau C banyak
dipengaruhi oleh kondisi permukaan lahan, antara lain
topografi, laju infiltrasi yang direpresentasikan oleh tektur
tanah, tanaman penutup, dan timbunan permukaan lahan
pada luasan tertentu.
23
Pada umumnya, C dinyatakan dalam %. Suatu DAS
dengan C = 100% berarti seluruh permukaan lahan DAS
adalah kedap air, misalnya perkerasan aspal atau atap
rumah. Namun demikian, C dipengaruhi oleh kombinasi
dari beberapa faktor sebagaimana disebutkan di atas.
Betrdasarkan interpretasi citra landsat yang
memperhitungkan peran 4 parameter permukaan lahan
yaitu topografi, tanah, cover dan surface storage, maka
parameter topografi merupakan parameter paling banyak
berpengaruh terhadap perubahan potensi limpasan air
permukaan.

24
Debit Limpasan (Run-off)
Penentuan besarnya debit limpasan maksimum
ditentukan dengan menggunakan pendekatan metode
Rasional . Untuk catchment area yang relatif luas ( < 300
Ha) dan kondisi topografi yang relatif terjal, hiterogen
diperlukan paling sedikit 3 (tiga) stasiun hujan sehingga
dapat dibuat peta isohyet untuk keperluan DAS yang relatif
luas dan atau untuk perhitungan dalam sub-2 catchment
area (DAS) atau bisa menggunakan pendekatan metode
Haspers (untuk DAS < 300 km2, Suyono & Takeda, 1977 );
Metode Weduwen (DAS < 100 km2);

25
Debit Limpasan (Run-off)
Air limpasan permukaan (surface run-off water)
adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di
atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau
maupun laut. Aliran tersebut terjadi karena air
hujan yang mencapai permukaan tanah tidak
terinfiltrasi akibat intensitas hujan melampaui
kapasitas infiltrasi atau faktor lain, seperti
kemiringan lereng, bentuk dan kekompakan
permukaan tanah serta vegetasi.

26
Debit Limpasan (Run-off)
Penentuan besarnya debit limpasan maksimum
ditentukan dengan menggunakan pendekatan metode
Rasional . Untuk catchment area yg memiliki luas sktr
( < 300 Ha) dan kondisi topografi yang relatif terjal,
hiterogen diperlukan paling sedikit 3 (tiga) stasiun
hujan sehingga dapat dibuat peta isohyet untuk
keperluan DAS yang relatif luas dan atau untuk
perhitungan dalam sub-2 catchment area (DAS) atau
bisa menggunakan pendekatan metode Haspers (untuk
DAS < 300 km2, Suyono & Takeda, 1977 ); Metode
Weduwen (DAS < 100 km2);
27
Debit Limpasan (Run-off)
Rumus ini dapat digunakan hanya untuk daerah penelitian
yang cangkupannya relatif kecil atau ± 300 Ha dan
kondisi permukaan yang relatif homogen (Goldman
et.al.,1986, dalam Suripin, 2004). Dengan rumus sebagai
berikut:
Q = 0,278 x C x I x A

Q = Debit limpasan (m3/det)


C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas hujan rencana (mm/jam)
A = Luas catchment area (Km2)

28
Debit Limpasan (Run-off)
Dalam menentukan debit limpasan, terlebih dahulu
kita harus menghitung beberapa parameter,
diantaranya sebagai berikut :
Koefisien limpasan ( C ) merupakan bilangan yang
menunjukkan perbandingan besarnya limpasan
permukaan, dengan intensitas curah hujan yang
terjadi pada tiap-tiap daerah tangkapan hujan
(Sosrodarsono, 1993).

29
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh
terhadap kondisi penyerapan air limpasan karena
untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda
memiliki koefisien materialnya masing-masing.
Koefisien tersebut merupakan parameter yang
menggambarkan hubungan curah hujan dan limpasan,
yaitu memperkirakan jumlah air yang mengalir
menjadi limpasan langsung dipermukaan.
Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor
tutupan tanah, kemiringan dan lamanya hujan.

30
Nilai Koefisien Limpasan ( C ) Menurut Hofedank & Gold

31
Faktor-2 berpengaruh pada koefisien limpasan ( C )
•Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang
kecil, karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai
tanah, melainkan akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan
tanah yang gundul akan memberi nilai C yang besar.
•Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang
kecil daripada daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah
persawahan misalnya padi, air hujan yang jatuh akan tertahan pada
petak-petak sawah, sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
•Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan
nilai C yang kecil, daripada daerah dengan kemiringan tanah yang
sedang sampai curam untuk keadaan yang sama.
32
Beberapa Nilai Koefisien Limpasan ( C ).

33
Intensitas Hujan Rencana (I)
Menurut Sosrodarsono (1993), intensitas curah hujan adalah jumlah
hujan per satuan waktu yang relatif singkat, biasanya satuan yang
digunakan adalah mm/jam. Intensitas curah hujan biasanya
dinotasikan dengan huruf “ I ”. Jika data yang tersedia di daerah
penelitian hanya terdapat data curah hujan harian, intensitas curah
hujan dapat ditentukan berdasarkan rumus Mononobe:

I=

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm/hari)
tc = Lama waktu hujan atau waktu konsentrasi (jam)
34
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air
hujan untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat
penyaliran. Waktu konsentrasi (t) dapat dihitung
menggunakan persamaan Kirpich sebagai berikut :

0 , 77
 L 
► Tc = 0,0195  
 S

Tc = Waktu konsentrasi (menit)


L = Jarak tempuh air untuk mengalir di atas permukaan
tanah menunju saluran drainase (m)
S = Kemiringan permukaan tanah (%)
35
36

37
Catchment Area (A)
Analisis peta Rupa bumi /Topografi dan Sistem drainase
aliran permukaan dilakukan untuk menentukan arah aliran
air, baik air yang berada dalam pit dan air yang ada di luar
pit yang kemungkinan berpengaruh terhadap proses
penambangan, serta untuk menentukan luas daerah
tangkapan hujan (catchment area). Daerah tangkapan
hujan (catchment area) ditentukan dari titik-titik elevasi
tertinggi, sehingga akhirnya merupakan suatu poligon
tertutup dengan pola yang sesuai dengan topografi dan
mengikuti kecenderungan arah gerak air (pola aliran atau
sistem drainase aliran permukaan .
38
Daerah Tangkapan Hujan
(Catchment Area) (A)
Catchment area adalah luasnya permukaan, yang
apabila terjadi hujan, maka air hujan tersebut akan
mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke titik
pengaliran (Sosrodarsono, 1993). Air yang jatuh ke
permukaan, sebagian meresap ke dalam tanah,
sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi
akan mengisi liku-liku permukaan bumi, kemudian
mengalir ke tempat yang lebih rendah (Sosrodarsono,
1993). Semua air yang mengalir dipermukaan belum
tentu menjadi sumber air dari suatu sistem penyaliran.
39
Daerah Tangkapan Hujan
(Catchment Area) (A)
Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan hujan
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kondisi topografi, kerapatan vegetasi serta keadaan
geologi (Sosrodarsono, 1993). Daerah tangkapan
hujan merupakan suatu daerah yang dapat
mengakibatkan air limpasan permukaan mengalir
kesuatu tempat (daerah penambangan) yang lebih
rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan
berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti
(Sosrodarsono, 1993).

40
Daerah Tangkapan Hujan
(Catchment Area) (A)
Setelah daerah tangkapan hujan ditentukan, maka
diukur luasnya pada peta kontur, yaitu dengan
menarik hubungan dari titik-titik yang tertinggi
disekeliling tambang membentuk poligon tertutup,
dengan melihat kemungkinan arah mengalirnya air,
maka luas dihitung dengan menggunakan
planimeter atau millimeter blok. Hasil pembacaan
dari planimeter, kemudian dikalikan dengan skala
yang digunakan, sehingga didapatkan luas
catchment area dalam km2 atau m2.

41
42
Penirisan – Penyaliran Tambang – Limpasan – Run-Off & Hidrograf – Lecture # 04 – Sem– VI–2021
Hidrograf

43
44
3.
45
46 Gambar 4. Contoh Hidrograf
47
48
49
50 Gambar 4. Contoh Hidrograf
5.

5.b)

5.c)

51
Gambar 5. Prinsip Hidrograf Satuan (Bambang T., 2008)
52
Gambar 5. Prinsip Hidrograf Satuan (Bambang T., 2008)
53
Gambar 5. Prinsip Hidrograf Satuan (Bambang T., 2008)
54
55

▲ ▲

56
▲ ▲


▲ ▲

57
58
59
Gambar 6. Komponen Hidrograf
60
61
62
63
64

7.
65
7.




66
► ▼

8.
67
8
2

3% 0,75

68
69
70
Penirisan – Penyaliran Tambang – Limpasan – Run-Off & Hidrograf – Lecture # 04 – Sem– VI–2021

Anda mungkin juga menyukai