Anda di halaman 1dari 18

LIMPASAN

(RUNOFF)

Gerald Jordan Madjid


15110002
Pengertian

• Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan


karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan ini terjadi apabila
intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi,
setelah laju infiltrasi terpenuhi maka air akan mengisi cekungan-cekungan
pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan tersebut penuh,
selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah.
• Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan
meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan
permukaan. Kondisi daerah di tempat hujan itu turun akan sangat
berpengaruh terhadap bagian dari air hujan yang akan meresap ke dalam
tanah dan akan membentuk limpasan permukaan.
Klasifikasi Limpasan Permukaan

• Limpasan yang muncul di permukaan sebelum mencapai saluran disebut 


sumber tidak langsung. Ketika limpasan mengalir di tanah, limpasan tersebut
dapat mengambil kontaminan tanah seperti minyak bumi, pestisida, atau pupuk
. Bila sumber tidak langsung mengandung kontaminan semacam itu, limpasan
tersebut disebut polusi sumber tidak langsung.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu elemen meteorologi dan elemen sifat fisik daerah pengaliran.
Elemen meteorologi meliputi jenis presipitasi, intensitas hujan, durasi hujan,
dan distribusi hujan dalam daerah pengaliran, sedangkan elemen sifat fisik
daerah pengaliran meliputi tata guna lahan (land use), jenis tanah, dan kondisi
topografi daerah pengaliran (catchment). Elemen sifat fisik dapat dikategorikan
sebagai aspek statis sedangkan elemen meteorologi merupakan aspek dinamis
yang dapat berubah terhadap waktu.
Kegiatan-kegiatan aliran air sungai tergantung pada beberapa faktor adalah sebagai berikut :
a. Curah hujan yang tinggi, hujan yang efektif (tinggi) tidak saja menyebabkan aliran yang kuat, tetapi juga
bertambah banyaknya jumlah aliran sungai yang permanen. Sebagai contoh,  sungai-sungai dibagian timur
Amerika Serikat lebih banyak jika dibandingkan dengan di bagian barat.
b. Tanah-tanah ponus yang dalam dan banyaknya tumbuhan yang tumbuh cenderung menyerap air hujan dan
mengurangi aliran permukaan (run-off) . Seperti pada daerah-daerah tinggi yang luas dipantai selatan
Alabama dan Missisipi, walaupun curah hujan tinggi tetapi sungai tidak banyak jumlahnya.
c. Daerah yang terdiri dari batu gamping serta aliran bawah permukaan (bawah tanah) tidak menyebabkan
terdapatnya aliran permukaan. Misalnya didaerah Karst Dalmatia tidak mempunyai banyak sungai,
walaupun curah hujannya paling lebat didaerah Eropa.
d. Daerah arid dengan vegetasi yang kurang menentukan aliran sungai, baik volume, jumlah air , maupun
keadan permanen aliran yang minimum.
e. Tanah-tanah liat yang kedap air sungai glacial, menambah aliran air permukaan yang mengurangi jumlah
aliran bawah tanah, sehingga mempercepat pengerjaan erosi. 
Aliran air pada sebuah sungai pada umumnya mengalir tidak tetap, mengikuti
muatan sedimen unsure-unsur lain yang larut didalam air. Oleh karena itu, sungai
mempunyai ciri yang tersendiri  dan berbeda dengan massa air lain seperti danau,
laut, dan sebagainya. Adapun ciri tersebut adalah sebagai berikut seperti yang
dikemukakan oleh Sudarja dan Akub antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pengalirannya tidak tetap, kadang kala alirannya deras dan ada kalanya
lambat, menghilang ke bawah permukaan dan sebagainya.
b. Mengangkut material, dari mulai Lumpur yang halus, pasir, kerikil sampai
pada material batuan yang lebih besar yang tergantung besar alirannya.
c. Mengalir mengikuti saluran tertentu yang pada sisi kanan kirinya dibatasi
oleh tebing yang bias curam berupa lembah-lembah dari lembah dangkal
sampai pada lembah-lembah yang dalam.
          
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Limpasan Permukaan

Terlepas dari karakteristik hujan, seperti intensitas hujan, lama hujan dan distribusi hujan, ada beberapa faktor khusus
lokasional (daerah tangkapan air) yang berhubungan langsung dengan kejadian dan volume runoff.
1. Tipe Tanah
• Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh porositas tanah, yang menentukan kapasitas simpanan air dan
mempengaruhi resistensi air untuk mengalir ke lapisan tanah yang lebih dalam.
• Porositas suatu tanah berbeda dengan tanah lainnya. Kapasitas infiltrasdi tertinggi dijumpai pada tanah-tanah yang
gembur, tekstur berpasir; sedangkan tanah-tanah liat dan berliat biasanya mempunyai kapasitas infiltrasi lebih
rendah.  Bagan-bagan berikut menyajikan beragam kapasitas infiltrasi yang diukur pada berbagai tipe tanah.
• Kapasitas infiltrasi juga tergantung pada kadar lengas tanah pada akhir periode hujan sebelumnya. Kapasitas
infiltrasi aweal yang tinggi dapat menurun dengan waktu (asalkan hujan tidak berhenti) hingga mencapai suatu nilai
konstan pada saat profil tanah telah jenuh air.
• Kondisi seperti ini hanya berlaku kalau kondisi permukaan tanah tetap utuh tidak mengalami gangguan. Telah
diketahui bahwa rataan ukuran tetesan air hujan meningkat dengan meningkatnya intensitas hujan. Dalam suatu
intensitas hujan yang tinggi, energi kinetik tetesan air hujan sangat besar pada saat memukul permukaan tanah. Hal
ini dapat menghancurkan agregat tanah dan dispersi tanah, dan mendorong partikel-partikel halus tanah memasuki
pori tanah. Pori tanah dapat tersumbat dan terbentuklah lapisan tipis yang padat dan kompak di permukaan tanah
sehingga mereduksi kapasitas infiltrasi.
• Fenomena seperti ini lazim disebut sebagai “capping, crusting atau sealing”. Hal ini  dapat menjelaskan
mengapa di daerah-daerah arid dan semi-arid yang mempunyai pola hujan dengan intensitas tinggi dan
frekuensi tinggi, volume rinoff sangat besar meskipun hujannya sebentar dan kedalaman hujan relatif kecil.
• Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi (misalnya tanah-tanah abu volkan dengan kandungan liat 20% )
sangat peka untuk membentuk kerak-permukaan dan selanjutnya kapasitas infiltrasi menjadi menurun. Pada
tanah-tanah berpasir, fenomena kerak-permukaan ini relatif kecil.
 
2. Vegetasi
Besarnya simpanan intersepsi pada tajuk vegetasi tergantung pada macam vegetasi dan fase pertumbuhannya.
Nilai-nilai intersepsi yang lazim adalah 1 - 4 mm. Misalnya tanaman serealia, mempunyai kapasitas simpanan
intersepsi lebih kecil dibandingkan dengan rumput penutup tanah yang rapat. Hal yang lebih penting adalah efek
vegetasi terhapad kapasitas infiltrasi tanah.  Vegetasi yang rapat menutupi tanah dari tetesan air hujan dan
mereduksi efek kerak-permukaan.  Selain itu, perakaran tanaman dan bahan organik dalam tanah dapat
meningkatkan porositas tanah sehingga memungkinkan lebih banyak air meresap ke dalam tanah. Vegetasi juga
menghambat aliran air permukaan terutama pada lereng yang landai, sehingga air mempunyai kesempatan lebih
banyak untuk meresap dalam tanah atau menguap.
          
3. Kemiringan dan Ukuran Daerah Tangkapan
• Pengamatan pada petak-petak ukur runoff menunjukkan bahwa  petak-petak pada lereng yang curam
menghasilkan runoff lebih banyak dibanding dengan petak-petak pada lereng yang landai. Selain itu,
jumlah runoff menurun dengan meningkatnya panjang lereng. Hal seperti ini terjadi karena aliran air
permukaan lebih lambat dan waktu konsentrasinya lebih panjang (yaitu waktu yang diperlukan oleh tetes
air hujan untuk mencapai outlet daerah tangkapan air). Hal ini berarti bahwa air mempunyai lebih banyak
kesempatan untuk infiltration dan evaporasi sebelum ia mencapai titik pengukuran di outlet. Hal yang
sama juga berlaku kalau kita membandingkan daerah-daerah tangkapan yang ukurannya berbeda.
• Efisiensi runoff (volume runoff per luasan area) meningkat dengan menurunnya ukuran daerah-tangkapan
air, yaitu semakin besar ukuran daerah-tangkapan berarti semakin besar (lama) waktu konsentrasi air dan
semakin kecil efisiensi runoff.
• Akan tetapi harus diingat bahwa diagram pada gambar di atas dibuat dari kasus khusus di daerah “Negev
desert” dan tidak berlaku umum di daerah-daerah lainnya. Diagram ini menyajikan pola kecenderungan
umum hubungan runoff dan ukuran daerah tangkapan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agihan
Waktu Limpasan Permukaan
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi agihan waktu limpasan
terbagi menjadi 3 faktor, yaitu:
1. Faktor meteorologi yang terdiri dari tipe intensitas, lama
dan agihan presipitasi, suhu, kelembaban, radiasi
matahari, kecepatan angin, dan tekanan udara.
2. Faktor DAS yang berupa bentuk DAS, kemiringan DAS,
geologi, tipe tanah, vegetasi dan jaringan drainase.
3. Faktor manusia. Faktor-faktor tersebut langsung atau
tidak langsung akan berhubungan dengan aliran air di
sungai yang berada dalam DAS tersebut.
Pengukuran Limpasan

1. Pengukuran Tinggi Air Limpasan Permukaan


• Limpasan air dalam daerah aliran sungai (DAS) nampak dalam bentuk sistem yang sangat kompleks, terjadi setelah air hujan
mengalami perjalanan melalui beberapa tahap mulai dari penimbunan dan pemindahan sampai masuk ke dalam saluran.
Kekomplekan ini semakin bertambah sejalan dengan faktor variabel dalam DAS. Limpasan air dari suatu daerah aliran
sungai (DAS) yang besar biasanya dimonitor dengan alat AWLR (Automatic Water Level Recorder). Alat ini mengukur
tinggi muka air sungai secara terus menerus. Hasil pengukurannya berupa grafik hubungan antara tinggi muka air dengan
waktu atau sering disebut hidrograf. Data debit merupakan salah satu data hidrologi yang sangat penting yang digunakan
dalam perencanaan dan perancangan bangunan-bangunan keairan. Untuk mendapatkan data debit dapat diperoleh dengan
berbagai cara, salah satunya dengan alat ukur AWLR (Automatic Water Level Recorder), hasil berupa output data berupa
debit air.
• Untuk dapat mengukur besarnya debit sungai maka pada saat tertentu (biasanya pada saat musim hujan dan kemarau)
dilakukan pengukuran debit sungai. Hubungan antara debit dan tinggi muka air dapat dihitung dengan menggunakan stage
hydrograph curve. Hidrograf adalah suatu diagram yang menggambarkan variasi debit sungai atau tinggi muka air menurut
waktu Hidrograf menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku
DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu terjadinya masukan. Bentuk
hidrograf banjir sangat dipengaruhi oleh bentuk DAS. Jika bentuk DAS membesar di tengah maka bentuk hidrografnya
adalah debit puncak berlangsung dalam waktu yang cepat. Jika berbentuk membesar di hulu maka debit puncak akan dicapai
dalam waktu yang relatif lama, sedangkan jika berbentuk mengecil ditengah dan membesar dibagian hulu dan hilir maka
2. Pengukuran Kecepatan Aliran Limpasan Permukaan
• Menurut Sosrodarsono dan Tekeda (1993), dari cara-cara pengukuran debit di atas cara
menghitung debit dengan pengukuran kecepatan dan luas penampang melintang yang
paling sering digunakan adalah metode pelampung. Cara tersebut dapat dengan mudah
digunakan meskipun aliran permukaan tinggi. Cara ini sering digunakan karena tidak
dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-kayuan yang hanyut dan mudah dilaksanakan.
Pelampung tangkai merupakan satu contoh pelampung yang digunakan untuk mengukur
kecepatan aliran. Dimana pelampung tangkai terbuat dari setangkai kayu atau bambu
yang diberi pemberat pada ujung bawahnya.
• Pelampung jenis ini memiliki tingkat ketilitian yang lebih tinggi dibanding pelampung
jenis lain yang tidak memiliki pemberat. Akan tetapi kedalaman pelampung tidak boleh
mencapai dasar sungai sehingga tangkai tidak dipengaruhi oleh bagian kecepatan yang
lambat pada lapisan bawah. Jadi hasil yang didapat adalah lebih tinggi dari kecepatan
rata-rata sehingga pelampung harus disesuaikan dengan sesuatu koefisien.          
3. Metode Perhitungan Debit Limpasan Permukaan
Perhitungan debit banjir dengan metode rasional memerlukan data intensitas curah hujan.
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana
air tersebut terkonsentrasi.Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan
mm/jam. Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi pada
umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas.Hujan
yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan
durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujanyang tinggi dengan durasi panjang jarang
terjadi, tetapi apabila terjadi berartisejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit.
Sri Harto (1993) menyebutkan bahwa analisis IDF memerlukan analisisfrekuensi dengan
menggunakan seri data yang diperoleh dari rekaman data hujan.Jika tidak tersedia waktu untuk
mengamati besarnya intensitas hujan ataudisebabkan oleh karena alatnya tidak ada, dapat
ditempuh cara-cara empiris dengan mempergunakan rumus-rumus eksperimental seperti rumus
Talbot,Mononobe, Sherman dan Ishigura.
Koefisien Air Larian
 
Koefisien air larian (C) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan
antara besarnya air larian terhadap besarnya curah hujan.
C = Air Larian (mm) / Curah hujan (mm)    ________ (dalam suatu
DAS)
atau
C = ∑12/1 (di  x 86400 x Q) / (P x A)
dimana:
di  = Jumlah hari dalam bulan ke -i
Q = Debit rata-rata bulanan (m3/detik) dan 86400 = jumlah detik dalam
24 jam.
P = Curah hujan rata-rata setahun (m/tahun)
2
Perhitungan Debit Puncak Aliran Permukaan

 Metoda Rasional
• Metoda rasional adalah metoda yang digunakan untuk memperkirakan besarnya air larian puncak (peak
runoff). Meoda ini relatif mudah digunakan karena diperuntukkan pemakaian pada DAS berukuran kecil,
kurang dari 300 ha (Gold man et al, 1986).
• Persamaan matematik metoda rasional :
Qp = 0,0028 . C . ip . A
dimana:
Qp = Air larian (debit) puncak (m 3/dt)
C = Koefisien air larian
ip = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas Wilayah DAS (ha)
• Intensitas hujan ditentukan dengan memperkirakan waktu konsentrasi (time of concentration, Tc) untuk
DAS bersangkutan dan menghitung intensitas hujan maksimum untuk periode berulang (return period)
tertentu dan waktu hujan sama dengan Tc. Bila Tc=1 jam maka intensitas hujan terbesar yang harus
digunakan adalah curah hujan 1-jam.
Contoh
 
1. Perhitungan debit puncak (Qp)
Suatu daerah dengan luas 250 ha memiliki koefisien runoff
(C=0,35), intensitas hujan terbesar (ip= 0,75 mm/jam). Hitung debit
air larian puncak (m3/dt) ?
Pemecahan :
Qp = 0,0028 C ip A
= 0,0028 . 0,35 . 0,75 . 250 m 3/dt
= 18 m3/dt
2. Perhitungan P, Q dan C
Perhitungan jumlah air yang mengalir melalui outlet dengan ukuran DAS (200 ha)
Bulan Debit rata-rata Q (m3/dt) Jumlah hari (d) Total debit (d x 86400 x Q (m3)) Curah Hujan (mm)

Januari 0,15 31 401760 369

Pebruari 0,10 28 241920 291

Maret 0,08 31 214272 289

April 0,06 30 155520 271

Mei 0,05 31 133920 188

Juni 0,05 30 129600 132

Juli 0,02 31 53568 132

Agustus 0,01 31 26784 67

September 0,04 30 103680 78

Oktober 0,06 31 160704 144

Nopember 0,08 30 207360 226

Desember 0,21 31 562464 355

Total setahun = 2.391.552 2.542


Tahap-tahap yang perlu dilakukan :
Volume hujan setahun seluas 200 ha,
P = CH/1000 x A dimana,
CH = curah hujan (mm/tahun)
A = luas DAS (m2) (1 ha = 10000 m2)
P = (2542/1000) x 200 x 10000 m3 = 5.084.000 m3
Total Q setahun
Q = ∑12/1 (d x 86400 x Q) = 2.391.552 m3

Koefisien air larian (C) kemudian dapat dihitung,


yaitu:
3 3
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai