Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FISIKA TANAH

HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH DENGAN UPAYA KONSERVASI TANAH DAN


AIR

OLEH
NAMA

: PRASETYO SIAGIAN

NIM

: D1A009112

AGROEKOTEKNOLOGI/ ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012

HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH DENGAN UPAYA


KONSERVASI TANAH DAN AIR
I. Pengaruh infiltrasi dan run off terhadap erasi

Infiltrasi dan aliran permukaan ( run off )


Infiltrasiadalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah
gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation). Infiltrasi
berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju
aliran permukaan (run off).
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
1.

Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.

2.

Kelembaban tanah

3.

Pemampatan tanah oleh curah hujan

4.

Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)

5.

Pemampatan oleh orang dan hewan

6.

Struktur tanah

7.

Tumbuh-tumbuhan

8.

Udara yang terdapat dalam tanah

9.

Topografi

10.

Intensitas hujan

11.

Kekasaran permukaan

12.

Mutu air

13.

Suhu udara

14.

Adanya kerak di permukaan.


Limpasan adalah apabila intensitas hjanyang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas

infiltrasi,setelah laju infiltrsi terpenuhi air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan
tanah.Setelah cekungan cekungan tersebut penuh,selanjutnya air akan mengalir (melimpas)
diatas permukaan tanah
Beberapa variable yang ditinjau dalam analisis banjir adalah volme banjir,debit puncak,tinggi
genangan,lama genangan dan kecepatan aliran.
Komponen-komponen Limpasan: Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber :
1. Aliran permukaan

2. aliran antara
3.Aliran air tanah
Aliran Permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir dalam
bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga aliran langsung
(direct

runoff).Aliran

permukaan

dapat

terkonsentrasi

menuju

sungai

dalam waktu

singkat,sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir.


Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah
permukaan tanah.Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju
elevasi yang lebih rendah.Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air
tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akhirnya menuju sungai atau langsung ke laut.
Dalam analisis hidrologi aliran permukaan dan aliran antara dapat dikelompokkan menjadi satu
yang disebut aliran langsung,sedangkan aliran tanah disebut aliran tak langsung.
Tipe Sungai:
1. Sungai Perennial : sungai yang mempunyai aliran sepanjang tahun,aliran sungai perennika
adalah aliran dasar yang beraal datri aliran air tanah,sungai tipe ini terjadi pada DAS yang sangat
baik yang masih mempunyai hutan lebat.
2.Sungai Ephemeral adalah sungai yang mempunyai debit hanya apabila terjadi hujan yang
melebihi laju infiltrasi.Permukaan air tanah selalu berada di bawah dasar sungai,sehingga sungai
tidak menerima aliran iar tanah yang berarti tidak mempunyai aliran dasar (base flow) contoh di :
nusa tenggara
3.Sungai Intermitten : sungai yang mempunyai karakteristik campuran antara kedua tipe di
atas.Pada suatu periode tertentu bersifat sungai perennial dan pada waktu tertentu bersifat sebgai
sungai ephemal.

Bentuk umum dari hubungan antara hujan dan limpasan adalah :


Q = b (P-Pa)
Dimana:
Q : kedalaman limpasan
P : kedalaman hujan

Pa: kedalaman hujan dibawah nilai tersebut tidak terjadi limpasan


b : Kemiringan garis
Konsentrasi Aliran
Air hujan yang jatuh diseluruh daerah tangkapan akan terkonsentrasi (mengalir menuju) suatu
titik kontrol.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari
titik terjauh didalam daerah tangkapan sampai titik yang ditinjau. Waktu monsentrasi tergantung
pada karakteristik daerah tangkapan,tataguna lahan,jarak lintasan air dari titik terjauh sampai
stasiun yang ditinjau.
Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan menjadi 3 tipe tanggapan DAS
Tipe Pertama terjadi apabila durasi hujan efektif sama dengan waktu konsentrasi.Semua air
hujan yang jatuh di DAS telah terkonsentrasi di titik control,sehingga debit aliran menvapai
maksimum..Pada saat itu hujan berhenti dan aliran berikutnya di titik control tidak lagi aliran
dari seluruh DAS,sehingga debit aliran berkurang secara berangsur-angsur sampai akhirnya
kembali nol. Dan hidrograf berbentuk segitiga. Tipe tanggapan DAS seperti ini diesebut aliran
terkonsentrasi.
Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama daripada waktu konsentrasi. Pada
keadaan ini aliran terkonsentrasi pada titik control,dan debit maksimum tercapai setelah waktu
aliran sama dengan waktu konsentrasi.Waktu resesi sama dengan waktu konsentrasi.Tipa
anggapan DAS seperi ini disebut aliran superkonsentrasi.
Tipe ketiga terjadi apabila durasi hujan efektif lebih pendek daripada waktu konsentrasi.Pada
keadaan ini debit aliran di titik control tidak mencapai nilai maksimum.Setelah hjan
berhenti,aliran berkurang sampai akhirnya menjadi nol.Tipe tanggapan seperti ini disebut aliran
subkonsentrasi.

Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di
bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam

hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan
proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan
keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan
untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari
tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi,
karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat
membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik
untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui
angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal
sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan
intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin,
frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan
permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk
yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen
yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih
mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan
permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah
tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan
yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. SEdimen yang mengandung
banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam
atmosfir terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan
yang tak terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua
lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta
serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujanhujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di
permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan,
derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat
menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal
kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau
dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.jalan, secara khusus
memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan
lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment
dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible (
dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki
peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.

Hubungan infiltrasi dan aliran permukaan terhadap erosi


Sifat fisik, kimia dan biologi tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan humus dan serasah
di permukaan tanah yang mempunyai hubungan erat dengan tata air hutan. Kohnke dan Bertrand
(1959)

menyatakan

bahwa

sisa

tanaman

sebagai

mulsa

dari

vegetasi

sangat

berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Mulsa atau serasah dapat memperkecil

terjadinya erosi percikan di permukaan tanah yang disebabkan oleh air hujan, mempertinggi
agregasi tanah dan memperbaiki struktur tanah serta mempertahankan kapasitas memegang air
cukup tinggi untuk menekan besarnya jumlah aliran permukaan dan erosi.
Arsyad (1989) menyatakan bahwa sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah
terhadap erosi adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, daya infiltrasi,
permeabilitas tanah, kandungan bahan organik, kapasitas lapang, tebal horison dan kadar air.
Tanah yang banyak mengandung bahan organik akan memperbesar nilai infiltrasi.
Hardjowigeno (1992) mengemukakan bahwa tanah dengan tekstur kasar seperti pasir,
tahan terhadap erosi, karena butir-butir yang kasar membutuhkan lebih banyak tenaga untuk
mengangkut. Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat
halus. Makin tinggi kandungan debu dalam tanah maka tanah menjadi makin peka terhadap
erosi. Menurut Sinukaban (1984) dalam Sukri (1994) daya infiltrasi tanah dipengaruhi oleh
porositas dan struktur tanah. Arsyad (1989) mengemukakan bahwa jumlah curah hujan rata-rata
dalam satu masa mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya menurun, demikian juga
halnya dengan waktu yang singkat mungkin tidak menyebabkan erosi karena tidak cukup untuk
mengalirkan tanah yang tererosi.
Aliran

yang

sangat

berpengaruh

terhadap

erosi

yang terjadi dilahan adalah aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi sewaktu butir-butir
air hujan dengan gaya kinetiknya jatuh diatas

permukaan tanah dan memecahkan agregat-

agregat tanah menjadi partikel yang lebih kecil. Partikel tersebut mengikuti infiltrasi lalu
menyumbat pori-pori tanah. Akibatnya apabila hujan semakin deras maka akan terbentuk
aliran permukaan dengan jumlah dan kecepatan tertentu. Sifat-sifat aliran permukaan yang
berpengaruh terhadap erosi adalah jumlah, laju, kecepatan dan gejolak aliran permukaan.
1. Jumlah

aliran

permukaan

permukaan tanah untuk suatu

masa hujan

Adalah jumlah air yang mengalir di


atau masa tertentu dalam tinggi air (mm/cm2)

dan volume air (m3).


2. Laju aliran permukaan Adalah jumlah atau volume air yang mengalir melalui suatu titik
per detik atau per jam. Laju aliran permukaan dikenal dengan istilah debit.
3. Kecepatan

Aliran

oleh dalamnya aliran, kekasaran

Kecepatan aliran permukaan dipengaruhi


permukaan dan kecuraman lereng.

Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan Manning (dalam Triatmodjo, 1993)

II.upaya konservasi tanah dan pemadatan tanah

Konservasi tanah dan air


Konservasi tanah dan air merupakan cara konvensional yang cukup mampu
menanggulangi masalah diatas. Dengan menerapkan sisitem konservasi tanah dan air diharapkan
bisa menanggulangi erosi, menyediakan air dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah serta
menjadikan lahan tidak kritis lagi. Ada 3 metode dalam dalam melakukan konservasi tanah dan
air yaitu metode fisik dengan pegolahan tanahnya, metode vegetatif dengan memanfaatkan
vegetasi dan tanaman untuk mengurangi erosi dan penyediaan air serta metode kimia yaitu
memanfaatkan bahan2 kimia untuk mengaawetkan tanah.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan
tanah. Sedangkan konservasi Air menurut Deptan (2006) adalah upaya penyimpanan air secara
maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau.
Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan
konservasi tanah juga di lakukan tindakan konservasi air.
Dengan dilakukan konservasi tanah dan air di lahan kering diharapkan mampu
mengurangi laju erosi dan menyediakan air sepanjang tahun yang akhirnya mampu
meningkatkan produktivitasnya. Tanah2 di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi.
Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yg rendah dan intensitas yg rendah pula,
dengan kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman2 tumbuh dan berkembang, padahal
tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung dengan
tanah. Benturan seperti inilah yg menyebabkan tanah mudah terurai sehingga gampang di bawa
oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan vegetasi pada system
konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat
aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah.

Erodibilitas dan pemanfaatan tanah


permukaan atau perluapan, sehingga air mudah menghancurkan dan mengangkutnya.
Tanah yang kandungan bahan organiknya rendah, mudah tercerai berai karena daya ikat antar
butir tanah rendah, sebab bahan organik dapat meningkatkan stabilisasi agregat tanah.Bentuk
permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan, baik secara fisik maupun
kimiawi. Perubahan tersebut disebabkan oleh proses-proses geomorfologi, yaitu setiap media
alami yang mampu menghancurkan dan menghanyutkan material batuan maupun tanah dengan
tenaga yang terdiri dari air, angin dan gelombang (Thornbury,1954). Salah satu proses
geomorfologi yang menyebabkan perubahan bentuk permukaan bumi tersebut adalah erosi. Erosi
adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari satu tempat yang diangkut
oleh air atau angin ke tempat lain (Sitanala Arsyad, 1989). Studi erosi sangat penting baik dalam
bidang pertanian, maupun kehutanan karena dengan mengetahui tingkat erosi yang ada di suatu
daerah akan dapat diambil langkah-langkah dalam mengantisipasi tingkat erosi lebih lanjut, yaitu
dengan konservasi tanah baik secara mekanik, vegetativ maupun kimia agar kelesterian tanah
dan produktivitas tanah tetap terjaga.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya erosi seperti : erosivitas hujan, erodibilitas
tanah, panjang dan kemiringan lereng, vegetasi dan manusia (Hudson, 1972 ). Dari enem faktor
tersebut salah satu faktor penyebab terjadinya erosi tanah adalah erodibilitas tanah. Erodibilitas
tanah adalah daya tahan tanah terhadap proses penguraian dan pengangkutan oleh tenaga erosi
(Morgan,1979 ).
Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekstur tanah, kandungan bahan
organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah. Studi erodibilitas tanah sangat penting sebab
dengan mengetahui erodibilitas tanah kita akan mengetahui sifat fisik dan kimia tanah
tersebut. Pada tanah bagian atas (top soil) merupakan lapisan tanah yang paling subur,
sedangkan lapisan tanah di bawahnya (sub soil) merupakan bagian yang paling penting untuk
pertanian, terkadang secara tidak sengaja sering rusak karena aktivitas manusia, sehingga tanah
tidak lagi produktif dan bahkan menjadi kritis. Kerusakan tanah ini akan menyebabkan
menurunnya kadar bahan organik serta unsur-unsur hara lainnya, bahkan karena menurunnya
kadar bahan organik menyebabkan tanah menjadi labil akibat pukulan tetes air hujan dan aliran
permukaan atau perluapan, sehingga air mudah menghancurkan dan mengangkutnya. Tanah

yang kandungan bahan organiknya rendah, mudah tercerai berai karena daya ikat antar butir
tanah rendah, sebab bahan organik dapat meningkatkan stabilisasi agregat tanah.

Upaya konservasi tanah dan air dalam memperbaiki erodibilitas dan kepadatan
tanah
Pengertian Mengenai Konservasi Tanah dan Air dengan Pengawetan Tanah dan Air.
Keduanya ada yang menganggap sama dan ada pendapat menyatakan beda, untuk itu ada
baiknya diperjelas.
a). Pengetahuan mengenai konservasi tanah dan air tidak lain adalah pengetahuan mengenai
usaha-usaha untuk melindungi tanah dan air agar tanah dan air tidak mengalami kerusakan dan
tidak menjadi penyebab kerusakan di suatu tempat ataupun di tempat lain seperti erosi, longsor
banjir ataupun kekeringan. Penekanan tujuan dan sasaran pengetahuan ini lebih mengarah ke
usaha perlindungan tanah dan air. Perlindungan ataupun proteksi terhadap tanah dan air tentunya
lebih berorientasi adanya pencegahan penggunaan tanah dan air untuk berbagai jenis
kepentingan yang berkaitan dengan eksploitasi tanah dan air bagi kebutuhan hidup manusia
utamanya di sektor pertanian dalam arti yang luas. Konservasi tanah dan air lebih berorientasi
usaha penutupan tanah oleh vegetasi yang berfungsi melindungi tanah dan air, tidak lain adalah
hutan. Perlindungan tanah oleh hutan berarti membatasi peruntukan dan penggunaan tanah dan
air.
b). Pengetahuan mengenai pengawetan tanah dan air adalah ilmu pengetahuan mengenai usahausaha untuk mengawetkan tanah dan air agar tanah dan air dapat berperan sebagaimana
fungsinya secara berkelanjutan. Jadi yang diawetkan adalah tanah dan air agar dapat difungsikan
sebagaimana mestinya untuk berbagai kepentingan bagi kehidupan dan kelangsungan hidup
seluruh mahluk hidup. Dengan demikian usaha pengawetan tanah dan air tidak membatasi jenis
peruntukan dan penggunaan tanah untuk berbagai kepentingan, tetapi bagaimana menggunakan /
memanfaatkan tanah dan air tidak menyebabkan rusaknya fungsi tanah dan air dan juga tidak
merusak tanah setempat atau tanah di tempat lain. Dalam ilmu pengetahuan pengawetan tanah
dan air juga meliputi usaha-usaha pencegahan terjadinya kerusakan tanah dan air dalam setiap
jenis penggunaan tanah di suatu tempat /daerah/wilayah yang didasarkan pada tingkat

kemampuan lahan dan tingkat kesesuaian lahan. Pengetahuan mengenai manajemen


(pengelolaan) tanah dan air menerapkan usaha-usaha konservasi secara tepat dan efisien untuk
setiap jenis peruntukan/penggunaan tanah di setiap tempat yang memiliki potensi dan
karakteristik lahan .
Peruntukan penggunaan lahan untuk berbagai jenis kepentingan berdasarkan tingkat
kemampuan dan tingkat kesesuaian lahan secara tepat, merupakan salah satu usaha pengawetan
tanah dan air secara tepat adalah termasuk usaha pencegahan terjadinya kerusakan tanah dan air.
Dengan demikian pengetahuan mengenai pengawetan tanah tidak terbatas untuk usaha
mempertahankan keawetan fungsi tanah tetapi lebih jauh mencegah terjadinya kerusakan tanah,
memperbaiki tanah-tanah yang rusak, meningkatkan peran dan fungsi produktivitas tanah.
Pengaturan jenis peruntukan penggunaan lahan, pengaturan waktu dan tindakan
perlakuan yang tepat sesuai persyaratan kebutuhan dan sesuai karakteristik lahan yang ada,
termasuk usaha penerapan pengetahuan pengawetan tanah dan air sangat erat keterkaitannya
dengan pengetahuan pengelolaan tanah dan air ( Soil and Water Managemen ).
Penerapan pengetahuan pengawetan tanah dan air lebih luas penggunaannya yakni di
semua sektor pembangunan yang menjadikan tanah dan air sebagai tempat berlangsungnya
pembangunan ataupun di semua sektor pembangunan yang memanfaatkan tanah dan air obyek
eksploitasi untuk mendapatkan hasil dan produksi yang optimal secara berkelanjutan. Prinsip
pengetahuan pengawetan tanah dan air termasuk pelestarian sumber daya lahan ataupun
pelestarian lingkungan, karena tanah dan air adalah bagian dari lingkungan..
Usaha penerapan prinsip pengawetan tanah dan air selalu diperlukan pada berbagai sektor
pembangunan meliputi :
1. Sektor pembangunan pertanian dalam arti luas ( Pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan ).
2. Pembangunan kehutanan ( eksploitasi hasil hutan, reboisasi dan penghijauan).
3. Pengeloaan DAS
4. Pembangunan industri ( berskala besar, kawasan industri )
5. Pertambangan ( miring)
6. Infrastruktur termasuk pengairan/irigasi.
7. Perkotaan ( tata hijau, taman kota ).
8. Daerah wisata (alam)

9. Kawasan pantai dsb.


Prinsip Dasar Pengetahuan Konservasi/ Pengawetan Tanah dan Air.
1. Melindungi dan menjaga keawetan peranan dan fungsi tanah dan air secara berkelanjutan
2. Memperbaiki peranan dan fungsi tanah dan air yang mengalami kerusakan.
3. Meningkatkan peranan dan fungsi tanah dan air sampai pada tingkat optimal
4. Usaha / tindakan pengawetan tanah dan air didasarkan pada persyaratan kebutuhan yang
disesuaikan dengan tingkat kesesuaian lahan yang ada.
5. Peruntukan dan penggunaan tanah yang berasaran tujuan pencapaian hasil dan produksi yang
optimal per satuan luas secara berkelanjutan tidak lain sejalan dengan usaha mempertahankan
dan memperbaiki lingkungan. Dengan demikian usaha pengawetan tanah dan air adalah juga
usaha pengawetan lingkungan.
6. Usaha / tindakan pengawetan tanah tidak berarti melarang penggunaan / pemanfaatan tanah
dan air tetapi bagaimana tanah dan air dapat dimanfaatkan secara optimal namun tidak membuat
terjadinya kerusakan tanah dan air ataupun tidak merusak tanah setempat dan tanah di tempat
lain yang dipengaruhinya.
konservasi dan pengawetan tanah dan air.
1) Usaha Konservasi Tanah dan Air, meliputi usaha-usaha untuk melindungi tanah dan air, yaitu :
a). Perlindungan tanah dengan vegetasi hutan, seperti usaha reboisasi penghijauan ataupun
revegetasi (bekas tambang).
b). Teknik eksploitasi hasil hutan secara efektif dan efisien
c). Usaha-usaha mencegah perladangan
d). Usaha-usaha penanggulangan lahan kritis
e). Penanggulangan longsor termasuk yang terjadi pada tebing sungai.

Semua usaha-usaha konservasi tanah dan air berorientasi untuk mencegah adanya :
1. Banjir pada daerah rendah yang terdapat di bagian hilir dan muara sungai. Umumnya di
bagian muara ataupun hilir dari sungai DAS dijadikan sebagai daerah perkotaan atau daerah

pemukiman penduduk.
2. Kekeringan pada daerah hulu, hilir muara (perkotaan) termasuk sungai waduk ataupun danau
3. Pendangkalan muara sungai, waduk, saluran pengairan maupun pendangkalan pelabuhan.
Pendangkalan daerah muara sungai dapat berdampak merusak ekosistem daerah pantai ( coastal
area ) yang selanjutnya berdampak kehidupan biota laut ( laut dalam karena siklus bahan
makanan dalam hal ini plankton akan terputus siklus hidup biota laut menjadi terancam.
Keberhasilan usaha-usaha konservasi dalam suatu ekosistem DAS dapat diperlihatkan
menurunnya tingkat fluktuasi debit air sungai antara musim hujan dan musim kemarau. Bila
tingkat fluktuasi debit air sungai menurun sampai ke tingkat normal maka ancaman banjir,
kekeringan, maupun pendangkalan dapat berkurang baik frekuensinya maupun luas pengaruhnya
yang pada akhirnya ekosistem DAS akan berlangsung optimal.

2) Usaha Pengawetan Tanah dan Air


Usaha-usaha mengawetkan tanah dan air berorientasi (bersasaran tujuan) untuk mengawetkan
fungsi tanah dan air secara berkelanjutan meliputi :
1. Fungsi produktivitasnya (media tumbuh).
2. Fungsi lingkungannya
3. Fungsi hydrologinya, dsb.
Untuk itu usaha-usaha pengawetan tanah ditujukan pada peruntukan dan pemanfaatan tanah yang
dapat dibagi dua meliputi :
1). Kawasan lahan yang dibudidayakan, meliputi :
a. Untuk pembangunan di sektor pertanian tanaman pangan ( semusim dan holtikultura, rempahrempah dan tanaman obat-obatan).
b. Untuk pembangunan perkenunan ( tanaman semusim, tahunan, industri).
c. Untuk pembangunan perikanan.
d. Untuk pembangunan peternakan.

2). Kawasan / lahan non budidaya , meliputi :


a. Hutan
b. Perkotaan/ pemukiman
c. Perindustrian ( kawasan industri )
d. Pertambangan
e. Cagar alam
f. Marga satwa
g. Wisata alam, wisata budaya, reboisasi
h. Pembangunan fasilitas infrastruktur ( jalan, jembatan, PAM, waduk, fasilitas pengairan/irigasi,
PLN ( listrik) dan fasilitas umum lainnya)
Usaha pengawetan tanah dan air pada kawasan non budidaya termasuk usaha konservasi tanah
dan air, dengan demikian usaha pengawetan tanah dan air lebih luas penerapannya karena
meliputi usaha konservasi.
Penerapan usaha pengawetan tanah dan air dalam pengelolaan DAS sebagai upaya
pengendalian banjir/kekeringan dan pendangkalan sungai/waduk/pelabuhan, diarahkan ke
kawasan lindung, dalam hal ini pada kawasan hutan (kawasan non budidaya) melalui usahausaha konservasi tanah dan air yang dilaksanakan pihak Departemen Kehutanan dan PU.
Pengairan. Pada kenyataannya usaha konservasi yang diterapkan belum memberikan hasil yang
menggembirakan bahkan ancaman bahaya banjir, kekeringan, longsor makin meningkat dan
makin meluas pengaruhnya. Kenapa demikian ? Perhatikan pada kawasan budidaya pertanian
yanag ada pada satu DAS hampir dilupakan dan hampir tidak tersentuh dengan usaha
pengawetan tanah dan air. Namun kalau dikaji lebih jauh kawasan budidaya pertanian porsi
luasnya jauh lebih besar dari pada kawasan non budidaya termasuk kawasan hutan yang berada
dalam satu DAS. Selain itu pada kawasan budidaya pertanian, tanah sangat intensif dimanfaatkan
dan perlakuan pada tanah untuk menghasilkan produksi seperti pengolahan tanah, pemberian
pupuk kimia, herbisida, pestisida maupun penyiangan juga sangat intensif. Kurangnya perhatian
usaha-usaha pengawetan tanah pada kawasan budidaya yang porsi luasnya jauh lebih besar dari
kawasan non budidaya serta lebih intensif digunakan akan membuat fungsi produktivitas dan
fungsi hydrologis/lingkungan akan semakin merosot dengan demikian kontribusinya terhadap
bahaya banjir dan kekeringan akan lebih besar lagi jika kawasan budidaya dominan berada di

daerah hulu satu DAS. Seperti usaha pertanian holtikultura sayuran di dataran tinggi termasuk
daerah hulu satu DAS.
Usaha pertanian padi sawah yaang ada dalam satu DAS, selain diusahakan pada dataran
rendah yang ada di daerah muara, juga tidak sedikit diusahakan pada daerah hilir dan hulu satu
DAS dalam bentuk teras bertangga. Bahkan kalau topografi dan kelerengan dimungkinkan untuk
persawahan dapat mendominasi peruntukan lahan untuk persawahan artinya porsi luas sawah
lebih besar dibandingkan jenis penggunaan tanah lainnya ( non sawah ). Penggunaan tanah untuk
persawahan sampai saat ini dianggap aman karena adanya teras bangku, anggapan ini santa
keliru karena sawah dalam bentuk teras bangku tidak sepenuhnya dapat berfungsi mengawetkan
tanah terlebih untuk mengawetkan air.
Sawah yang dicirikan adanya lapisan kedap air ( Flow Sole , Flow Pan ) yang sengaja
dibentuk agar air bisa tergenang berarti dengan sengaja merusak fungsi hydrologis tanah,
menghambat pergerakan air ke dalam tanah, menghambat perkolasi/permeabilitas tanah yang
sangat menentukan interflow dan base flow yang diharapkan mengalir ke sungai pada musim
kemarau. Pada musim hujan membuat run off meningkat, berarti debit air sungai akan meningkat
dengan cepat. Kelebihan air persawahan yang dibuang sebelum pertanaman atau areal
pertanaman akan membawa banyak tanah-tanah tersuspensi keluar ke petakan sawah. Hal ini
erosi tetap dapat berlangsung pada persawahan walaupun mempunyai pematang. Untuk itu
persawahan pada daerah tengah dan utamanya di daerah hulu porsi luasnya harus diperlihatkan
walaupun dimungkinkan peruntukannya

Anda mungkin juga menyukai