OLEH
NAMA
: PRASETYO SIAGIAN
NIM
: D1A009112
Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
2.
Kelembaban tanah
3.
4.
5.
6.
Struktur tanah
7.
Tumbuh-tumbuhan
8.
9.
Topografi
10.
Intensitas hujan
11.
Kekasaran permukaan
12.
Mutu air
13.
Suhu udara
14.
infiltrasi,setelah laju infiltrsi terpenuhi air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan
tanah.Setelah cekungan cekungan tersebut penuh,selanjutnya air akan mengalir (melimpas)
diatas permukaan tanah
Beberapa variable yang ditinjau dalam analisis banjir adalah volme banjir,debit puncak,tinggi
genangan,lama genangan dan kecepatan aliran.
Komponen-komponen Limpasan: Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber :
1. Aliran permukaan
2. aliran antara
3.Aliran air tanah
Aliran Permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir dalam
bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga aliran langsung
(direct
runoff).Aliran
permukaan
dapat
terkonsentrasi
menuju
sungai
dalam waktu
Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di
bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam
hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan
proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan
keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan
untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari
tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi,
karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat
membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik
untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui
angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal
sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan
intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin,
frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan
permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk
yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen
yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih
mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan
permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah
tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan
yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. SEdimen yang mengandung
banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam
atmosfir terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan
yang tak terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua
lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta
serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujanhujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di
permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan,
derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat
menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal
kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau
dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.jalan, secara khusus
memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan
lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment
dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible (
dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki
peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.
menyatakan
bahwa
sisa
tanaman
sebagai
mulsa
dari
vegetasi
sangat
berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Mulsa atau serasah dapat memperkecil
terjadinya erosi percikan di permukaan tanah yang disebabkan oleh air hujan, mempertinggi
agregasi tanah dan memperbaiki struktur tanah serta mempertahankan kapasitas memegang air
cukup tinggi untuk menekan besarnya jumlah aliran permukaan dan erosi.
Arsyad (1989) menyatakan bahwa sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah
terhadap erosi adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, daya infiltrasi,
permeabilitas tanah, kandungan bahan organik, kapasitas lapang, tebal horison dan kadar air.
Tanah yang banyak mengandung bahan organik akan memperbesar nilai infiltrasi.
Hardjowigeno (1992) mengemukakan bahwa tanah dengan tekstur kasar seperti pasir,
tahan terhadap erosi, karena butir-butir yang kasar membutuhkan lebih banyak tenaga untuk
mengangkut. Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat
halus. Makin tinggi kandungan debu dalam tanah maka tanah menjadi makin peka terhadap
erosi. Menurut Sinukaban (1984) dalam Sukri (1994) daya infiltrasi tanah dipengaruhi oleh
porositas dan struktur tanah. Arsyad (1989) mengemukakan bahwa jumlah curah hujan rata-rata
dalam satu masa mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya menurun, demikian juga
halnya dengan waktu yang singkat mungkin tidak menyebabkan erosi karena tidak cukup untuk
mengalirkan tanah yang tererosi.
Aliran
yang
sangat
berpengaruh
terhadap
erosi
yang terjadi dilahan adalah aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi sewaktu butir-butir
air hujan dengan gaya kinetiknya jatuh diatas
agregat tanah menjadi partikel yang lebih kecil. Partikel tersebut mengikuti infiltrasi lalu
menyumbat pori-pori tanah. Akibatnya apabila hujan semakin deras maka akan terbentuk
aliran permukaan dengan jumlah dan kecepatan tertentu. Sifat-sifat aliran permukaan yang
berpengaruh terhadap erosi adalah jumlah, laju, kecepatan dan gejolak aliran permukaan.
1. Jumlah
aliran
permukaan
masa hujan
Aliran
yang kandungan bahan organiknya rendah, mudah tercerai berai karena daya ikat antar butir
tanah rendah, sebab bahan organik dapat meningkatkan stabilisasi agregat tanah.
Upaya konservasi tanah dan air dalam memperbaiki erodibilitas dan kepadatan
tanah
Pengertian Mengenai Konservasi Tanah dan Air dengan Pengawetan Tanah dan Air.
Keduanya ada yang menganggap sama dan ada pendapat menyatakan beda, untuk itu ada
baiknya diperjelas.
a). Pengetahuan mengenai konservasi tanah dan air tidak lain adalah pengetahuan mengenai
usaha-usaha untuk melindungi tanah dan air agar tanah dan air tidak mengalami kerusakan dan
tidak menjadi penyebab kerusakan di suatu tempat ataupun di tempat lain seperti erosi, longsor
banjir ataupun kekeringan. Penekanan tujuan dan sasaran pengetahuan ini lebih mengarah ke
usaha perlindungan tanah dan air. Perlindungan ataupun proteksi terhadap tanah dan air tentunya
lebih berorientasi adanya pencegahan penggunaan tanah dan air untuk berbagai jenis
kepentingan yang berkaitan dengan eksploitasi tanah dan air bagi kebutuhan hidup manusia
utamanya di sektor pertanian dalam arti yang luas. Konservasi tanah dan air lebih berorientasi
usaha penutupan tanah oleh vegetasi yang berfungsi melindungi tanah dan air, tidak lain adalah
hutan. Perlindungan tanah oleh hutan berarti membatasi peruntukan dan penggunaan tanah dan
air.
b). Pengetahuan mengenai pengawetan tanah dan air adalah ilmu pengetahuan mengenai usahausaha untuk mengawetkan tanah dan air agar tanah dan air dapat berperan sebagaimana
fungsinya secara berkelanjutan. Jadi yang diawetkan adalah tanah dan air agar dapat difungsikan
sebagaimana mestinya untuk berbagai kepentingan bagi kehidupan dan kelangsungan hidup
seluruh mahluk hidup. Dengan demikian usaha pengawetan tanah dan air tidak membatasi jenis
peruntukan dan penggunaan tanah untuk berbagai kepentingan, tetapi bagaimana menggunakan /
memanfaatkan tanah dan air tidak menyebabkan rusaknya fungsi tanah dan air dan juga tidak
merusak tanah setempat atau tanah di tempat lain. Dalam ilmu pengetahuan pengawetan tanah
dan air juga meliputi usaha-usaha pencegahan terjadinya kerusakan tanah dan air dalam setiap
jenis penggunaan tanah di suatu tempat /daerah/wilayah yang didasarkan pada tingkat
Semua usaha-usaha konservasi tanah dan air berorientasi untuk mencegah adanya :
1. Banjir pada daerah rendah yang terdapat di bagian hilir dan muara sungai. Umumnya di
bagian muara ataupun hilir dari sungai DAS dijadikan sebagai daerah perkotaan atau daerah
pemukiman penduduk.
2. Kekeringan pada daerah hulu, hilir muara (perkotaan) termasuk sungai waduk ataupun danau
3. Pendangkalan muara sungai, waduk, saluran pengairan maupun pendangkalan pelabuhan.
Pendangkalan daerah muara sungai dapat berdampak merusak ekosistem daerah pantai ( coastal
area ) yang selanjutnya berdampak kehidupan biota laut ( laut dalam karena siklus bahan
makanan dalam hal ini plankton akan terputus siklus hidup biota laut menjadi terancam.
Keberhasilan usaha-usaha konservasi dalam suatu ekosistem DAS dapat diperlihatkan
menurunnya tingkat fluktuasi debit air sungai antara musim hujan dan musim kemarau. Bila
tingkat fluktuasi debit air sungai menurun sampai ke tingkat normal maka ancaman banjir,
kekeringan, maupun pendangkalan dapat berkurang baik frekuensinya maupun luas pengaruhnya
yang pada akhirnya ekosistem DAS akan berlangsung optimal.
daerah hulu satu DAS. Seperti usaha pertanian holtikultura sayuran di dataran tinggi termasuk
daerah hulu satu DAS.
Usaha pertanian padi sawah yaang ada dalam satu DAS, selain diusahakan pada dataran
rendah yang ada di daerah muara, juga tidak sedikit diusahakan pada daerah hilir dan hulu satu
DAS dalam bentuk teras bertangga. Bahkan kalau topografi dan kelerengan dimungkinkan untuk
persawahan dapat mendominasi peruntukan lahan untuk persawahan artinya porsi luas sawah
lebih besar dibandingkan jenis penggunaan tanah lainnya ( non sawah ). Penggunaan tanah untuk
persawahan sampai saat ini dianggap aman karena adanya teras bangku, anggapan ini santa
keliru karena sawah dalam bentuk teras bangku tidak sepenuhnya dapat berfungsi mengawetkan
tanah terlebih untuk mengawetkan air.
Sawah yang dicirikan adanya lapisan kedap air ( Flow Sole , Flow Pan ) yang sengaja
dibentuk agar air bisa tergenang berarti dengan sengaja merusak fungsi hydrologis tanah,
menghambat pergerakan air ke dalam tanah, menghambat perkolasi/permeabilitas tanah yang
sangat menentukan interflow dan base flow yang diharapkan mengalir ke sungai pada musim
kemarau. Pada musim hujan membuat run off meningkat, berarti debit air sungai akan meningkat
dengan cepat. Kelebihan air persawahan yang dibuang sebelum pertanaman atau areal
pertanaman akan membawa banyak tanah-tanah tersuspensi keluar ke petakan sawah. Hal ini
erosi tetap dapat berlangsung pada persawahan walaupun mempunyai pematang. Untuk itu
persawahan pada daerah tengah dan utamanya di daerah hulu porsi luasnya harus diperlihatkan
walaupun dimungkinkan peruntukannya