Anda di halaman 1dari 23

Ebeel, Bella. ___. “Tugas Tekstur Tanah”.

https://www.academia.edu/33313278/Tugas_tekstur_tanah (diakses pada 23 April


2020).

Purnama, Denny Setya. ___. “Penentuan Tekstur dan Konsistensi Tanah”


https://www.academia.edu/11861837/PENENTUAN_TEKSTUR_DAN_KONSISTE
NSI_TANAH (diakses pada 23 April 2020).

Khairi, Yuhan Al. 2019. “Struktur dan Tekstur Tanah – Pengertian, Jenis, hingga
Fungsinya”. https://www.99.co/id/panduan/struktur-dan-tekstur-tanah-pengertian-
jenis-hingga-fungsinya (diakses pada 23 April 2020).

Munawaroh, Alfia. ____. “ LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI LAHAN AIR


(TEKSTUR TANAH METODE PIPET)”
https://www.academia.edu/35129600/LAPORAN_PRAKTIKUM_KONSERVASI_L
AHAN_AIR_TEKSTUR_TANAH_METODE_PIPET_ (diakses pada 23 April 2020).

Sitinjak, Nikson., dkk. 2017. Identifikasi Status Hara Tanah, Tekstur Tanah dan
Produksi Lahan Sawah Terasering Pada Fluvaquent, Eutropept dan
Hapludult. Jurnal Agroekoteknologi FP USU. Vol. 5, No 3. Hal : 513 - 520
Suriadikusumah, Abraham., dkk. 2010. Penetapan Kelembaban, Tekstur Tanah dan
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kina (Choncona spp.) di Sub Das
Cikapundung Hulu Melalui Citra Satelit Landsat-TM Image. Jurnal
Agrikultura. Vol 21, No 1. Hal : 85 - 92

Berbagai lembaga penelitian atau institusi mempunyai kriteria sendiri untuk


pembagian fraksi partikel tanah. Sebagai contoh, pada tabel diperlihatkan sistem
klasifikasi fraksi partikel menurut International Soil Science Society (ISSS) dan
United States Departement of Agriculture (USDA).
https://www.tneutron.net/blog/penetapan-tekstur-tanah-di-laboratorium/

Penetapan Tekstur Tanah di Laboratorium


Posted by: Taufiqullah February 8, 2020 16,040 Views

Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang
berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu pada
waktu dianalisa dihilangkan terelebih dahulu, demikian juga dengan bahan organik yang ada
dalam tanah, sehingga yang tersisa adalah fraksi-fraksi tanah yang berukuran kurang dari 2
mm. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah.
Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
o Pasir (sand), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
o Debu (silt), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
o Liat (clay), yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Penetapan tekstur di laboratorium dapat dilakukan dengan analisa mekanis. Adapun 2 metode
yang sering digunakan untuk menentukan tekstur yaitu, (1) metode pipet dan (2) metode
hydrometer. Dengan cara ini yaitu metode pipet atau metode hidrometer, keduanya
didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan
asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang memiliki kerapatan (density) sama dalam
suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara secara
kuadratik.
Proses ini terdiri atas pendispersian agregat tanah menjadi butir-butir tunggal dan kemudian
diikuti dengan sedimentasi atau pengendapan. Asumsi ini diformulasikan oleh Stokes sebagai
berikut:

Dimana :
v : kecepatan jatuhnya partikel (cm/detik)
g : percepatan gravitasi (cm/detik)
dp: kerapatan partikel
d : kerapatan larutan (g/cm3)
r : radius partikel (cm)
n : viskositas absolut larutan (dyne detik/cm2)
Melalui metode hidrometer fraksi-fraksi tanah dibedakan berdasarkan waktu kecepatan jatuh,
yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Fraksi pasir merupakan partikel yang turun ke dasar suspensi dalam waktu kurang dari 40
detik,
b. Fraksi debu turun antara 40 detik hingga hampir dua jam, dan
c. Sisanya yang masih tersuspensi merupakan fraksi liat.
Gambar 1.7. Penentuan Tekstur Tanah dengan Metode Hidrometer
Persentasi hasil penetapan masing-masing fraksi tanah ini kemudian dicocokkan dengan pada
segitiga tekstur, Gambar 1.7. Misalkan suatu tanah setelah dilakukan analisa dengan cara
hydrometer ternyata mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat. Untuk menentukan
jenis tekstur tanah tersebut dapat dilakukan dengan mencocokkan data hasil analisa ketiga
fraksi tanah tersebut pada gambar segi tiga tekstur. Adapun cara menentukan klas tekstur
tanah adalah sebagai berikut : 
 Dari gambar segitiga tekstur dapat dilihat bahwa pada sudut kanan bawah segitiga
menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik 50% pasir pada
sisi dasar segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kanan segitiga (ke kiri
atas). 
 Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi kanan segitiga. Dari titik ini tarik garis
sejajar dengan sisi kiri segitiga, sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama. 
 Kemudian temukan titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar
segitiga sehingga memotong dua garis sebelumnya.
Dari perpotongan ketiga garis ini, ditemukan bahwa tanah ini mempunyai kelas tekstur
lempung liat berpasir.

dilakukan dilakukan
PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE PIPET

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DAN KIMIA TANAH


PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE PIPET

  

                                         

Disusun Oleh:
Sofiatun Khasanah
A1H013011

                                                       
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I.         PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

            Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir

(sand), debu (silt), dan liat (clay). Tekstur tanah penting untuk kita ketahui, oleh

karena komposisi ketiga fraksi penyusun tanah tersebut akan menentuhkan sifat fisik,

sifat fisika-kimia dan sifat kimia tanah. Sifat-sifat seperti plastibitas, permeabilitas,

kekerasan, pertukaran ion dan sebagian sangat ditentuhkan oleh tekstur tanah.

            Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari lapisan lapisan tanah

ada juga yang mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah. Perkiraan atau penentuan

tekstur tanah diperlukan pada saat menyelidiki tanah tanah dilapangan. Dalam

menentukan tekstur tanah dapat digunakan beberapa metode. Metode yang digunakan

dilapangan untuk menentukan tekstur tanah yaitu metode feeling, selain itu juga

terdapat metode pipet dan metode hydrometer.

B.       Tujuan

1.        Mengetahui batas cair tanah (BC)

2.        Mengetahui batas lekat tanah (BL)


3.        Mengetahui batas gulung tanah (BG)

4.        Mengetahui batas berubah warna (BBW)

II.      TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur suatu tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah berlainan,

dengan struktur dan konsistensi. Namun kadang-kadang didapati perubahan dalam

lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaan atau

perkembangan lapisan permukaan yang baru. Karena sifatnya yang relative tetap

untuk jangka waktu tertentuh maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi
tanah serta struktur yang turut menentkan tata air dalam tanah yang berupa kecepatan

fitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah (Darmawijaya,1990).

Tekstur tanah dapat pula ditetapkan secara kualitatif dilapangn dengan

menggunakan perasaan. Tanah yang bisa diletakkan diantara ibu jari dengan jari

telunjuk dan kemudian saling ditekan dan dirasakan. Terdapatnya tekstur profil tanah

terkadang dapat memberi keuntungan namun dapat pula memberikan

kerugian.  Kerugian dan keuntungan adanya tekstur tanah dipengaruhi oleh tingkatan

perkembangan tanah sampai batas batas tertentu.

Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah

keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi

kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis

fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05

mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.

Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah, tekstur tanah

merupakan perbandingan antara butir butir pasir debu dan liat. Teksur tanah

dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno,

2002). Pembagian tekstur berdasarkan kelas tekstur ada 12,hal ini sesuai dengan

yang  dikemukakan oleh, ( Hanafiah, 2005).


1.        Pasir (sandy)

 Pasir mempunyai ukuran >2mm dan bersifat kasar dan tidak

2.        Pasir berlempung (loam sandy)

Tanah pasir berlempung ini memiliki berlempung tidak kuat.

3.        Lempung berpasir (Sandy loam)

Rasa kasar pada tanah lempung berpasir   akan terasa agak jelas dan juga akan

membentuk bola yang agak keras tetapi akan mudah hancur.

4.        Lempung (Loam)

Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin. Dapat membentuk bola

yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat.

Selain itu, lempung juga dapat melekat.


5.        Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam)

Lempung liat berpasir terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh bila

kering dan juga dapat membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan akan

mudah hancur serta dapat melekat.

6.        Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam)

Lempung liat berdebu memiliki rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola

teguh dan gulungan yang mengkilat serta dapat melekat.

7.        Lempung berliat (clay loam)

Lempung berliat akan terasa agak kasar. Dapat membentuk bola agak teguh bila

kering dan membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur

8.        Lempung berdebu (Silty Loam)

Lempung berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh

dan dapat melekat.

9.        Debu (Silt)

Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh dan dapat sedikit

digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak lekat.

10.    Liat berpasir (Sandy-clay)

Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar. Dapat membentuk bola dalam
keadaan kering. Akan sukar untuk dipijit tetapi mudah digulung serta memilliki

daya lekat yang tinggi (melekat sekali).

11.    Liat berdebu (Silty-clay)

Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola dalam keadaan

kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah digulung   serta memiliki daya lekat yang

tinggi (melekat sekali).

12.    Liat (clay)

Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta  memiliki

daya lekat yang tinggi (melekat sekali).


III.   METODOLOGI

A.      Alat dan Bahan

1.        Gelas piala

2.        Gelas beker 1000 ml

3.        Gelas ukur

4.        Pipet 25 ml

5.        Kompor

6.        Kertas lakmus biru

7.        Oven

8.        Stopwatch

9.        Timbangan analitis

10.    Ayakan dan cawan porselin

11.    Tanah halus kering udara

12.    Larutan H2O2 30%
13.    Larutan HCl 15 ml

14.    Termometer

15.    Larutan NaOH 10 ml

16.    Akuades

B.       Prosedur Kerja

1.        Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

2.        Memanaskan tanah yang sudah direndam pada larutan H2O2 selama 24 jam (oleh

asiste) dan menambahkan H2O2 sebanyak 75 ml sedikit demi sedikit sambil

diaduk sampai mendidih.


3.        Mendinginkan larutan yang telah terbentuk dan menambah 15 ml HCl sambil

diaduk.

4.        Melakukan pencucian pada larutan dengan menggunakan akuades hingga larutan

netral. Kemudian menambahkan 10 ml NaOH dan diaduk jika masih asam

tambahkan lagi akuades sampai netral.

5.        Memasukan larutan dalam gelas beker 1000 ml. Pasir akan mengendap lalu

memasukkan air yang berada diatas endapan pasir dalam gelas piala (jangan

sampai pasir terbawa masuk).

6.        Menuang endapan pasir pada gelas ukur sebanyak 25 ml, kemudian

memasukkannya dalam cawan porselin yang telah diisi dalam oven dengan suhu

105 0 C selama 24 jam.

7.        Mengukur suhu larutan dalam gelas piala, kemudian mencocokkannya dengan

tabel hubungan antara antara suhu cairan dengan kecepatan jatuh partikel, maka

akan waktu senggang.

8.        Pemipetan ke 2, menempatkan pipet sedalam 20 cm dari volume 1000 ml larutan,

mengambil 25 larutan kemudian memasukkannya dalam cawan porselin ke 2 dan

mengoven dengan suhu 105 0 C selama 24 jam.

9.        Pemipetan ke 3, menempatkan pipet sedalam 5 cm dari volume 1000 ml kedalam


oven dengan suhu 105 0C selama 24 jam.

10.    Setelah 24 jam, menimbang cawan 1,2,3 yang telah dioven dan telah dihilangkan

uapnya.

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil         

Nama Cawan    Berat Cawan kosong (gr) (a)  Berat cawan+isi setelah dioven (b)

A (Pasir)            40,50                                      42,52

B (Debu)           36,86                                      36,98

C (Liat)             42,61                                      42,73
1.        Gram pasir (P) = b-a gram

                        = 42,52 – 40,50

                        = 2,02 gram

2.        Gram debu+liat (D+L) = b-a gram

                                      = 36,98 – 36,86

                                      = 0,16 gram

3.        Gram liat  (L)  = (b-a) gram

                        = 42,37 – 42,61

                        = 0,12 gram

4.        Gram debu (D+L) – L

                        = 0,16 – 0,12

                        = 2,18 gram

5.        ∑ pasir + debu + liat = 2,02 + 0,04 + 0,12 = 2,18 gram

6.        % Pasir = gram pasir  x 100%

                 ∑PDL

             = 2,02 x 100%

               2,18
            = 92,66 %

7.        % Debu =  gram debu  x 100%

                 ∑PDL

             = 0,04 x 100%

               2,18

            = 1,85 %

8.        % Liat = gram pasir  x 100%

                 ∑PDL

             = 0,12 x 100%

               2,18

            = 5,50 %
B.       Pembahasan

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir

(sand), debu (silt), dan liat (clay). Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa

tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya

perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada

tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter

paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan

ukuran < 0.002 mm.


Pengertian tentang tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah
menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya
butiran tanah. Tekstur tanah adalah kasar atau halusnya tanah dari fraksi tanah halus
2mm, berdasarkan perbandingan banyaknya butir butir pasir, debu dan liat

(Hardjowigeno, 2003).  Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah, tekstur

tanah merupakan perbandingan antara butir butir pasir debu dan liat. Teksur tanah

dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno,

2002).
Faktor factor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah sebagai berikut:

1.        Iklim

Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau

perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu

berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal semusim

atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengankut maka

air hujan akan mempengarugi: (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah,

(2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah,  (3) sifat fsik tanah. Pengaruh

temperatureSetiap kenaikan temperatur C akan meningkatkan penigkatannya laju

reaksi kimiawi menjadi 2x lipat. Meningkatkan pembentukan dan pelapukan dan

pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatannya temperature. Hubungan


antara temperature dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organic

cukup kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah jumlah antara hasil

penambha bahan organik + laju mineralisasi bahan organic + kapasitas tanah

melidungi bahan organic dari mineralisasi (liat amorf) (Hanafiah, 2005).

2.        Topografi

Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah.

Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. pada daerah

lereng infiltras. Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air

yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.

a.    Pengaruh slope/lereng

Kemiringan dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah

curam lereng makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan

terhambatnya genesis tanah oleh karena  pertumbuhan tanaman terhambat dan

sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu

pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang.

Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.

b.    Pengaruh tinggi muka air dan drainase

Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah
permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang

muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan

reduksi. Tanah yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna

gelap olh karena tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya

cenderung kelabu (gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang

warnanya lebih terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap.(Hanafiah,

2005)

3.    Organisme Hidup

Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi

soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan

membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan


kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil

ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang

yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan

kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri,

jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi

humus.(Hanafiah, 2005)

3.        Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga

akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah yang

semakin tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsure

hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk

seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan

induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah

tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa

yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan

tanah dari hasil pencucian yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut

menjadi kurus dan masam. Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan  tanah

tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah


berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah, sedangkan tingkat

pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah

(Hardjowigeno, 2003).

4.        Bahan Induk

Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh

proses disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam

batuan tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah

terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium

karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu

kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di

turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial  terjadi pada
lereng terjal dimana gravitasi adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan

dan sedimentasi.sedimen koluvial adalah bahan induk yang penting di areal

bergunung/berbukit. Sedimen alluvial biasa ditemui dimana-mana oleh karena

penyebaran oleh banjir dan sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di

California terbentuk di lembahdiman alluvial adalah bahan induk yang

dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan horison

terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan

induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan

partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung

perkembangan horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas

partikel inter media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan

struktur tanah akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan

erosi. Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi

bahan organik dan ketebalan solum (horison A+B). (Foth,H.D. 1990).

Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah

keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi

kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis

fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu pasir 2 –
0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.

Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain

seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Maka pada suatu

tanah, butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat

merupakan penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan

pasir, liat dan lempung sama banyaknya. Perbandingan tersebut akan mudah terlihat

pada grafik segi tiga sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik segi tiga fraksi tanah.

Setiap kaki segitiga menggambarkan suatu fraksi ukuran butir-butir tanah:


1.        Pasir berukuran 2 mm - 20 mµ

2.        Lempung berukuran 20 mµ - 2 mµ

3.        Liat kurang dari 2 mµ.

Sesuai dengan klasifikasi USDA (The United States Department of

Agriculture) butiran atau partikel tanah dikelompokan dalam:

1.        Sand : > 0.05 mm

2.        Silt : 0.002 - 0.05 mm

3.        Clay: < 0.002 mm

Tabel  nama butiran atau partikel tanah

Name of soil separate                     Diameter limits (mm) (USDA classification)

Clay                                             less than 0.002

Silt                                               0.002–0.05

Very fine sand                            0.05–0.10

Fine sand                                     0.10–0.25

Medium sand                              0.25–0.50

Coarse sand                                 0.50–1.00

Very coarse sand                         1.00–2.00

Menurut tempatnya dalam segitiga ini dapat dibaca teksturnya. Maka tekstur
berarti perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir, yang dalam garis

besarnya lebih dari:

1.        30% liat adalah tanah liat

2.        35% lempung adalah tanah lempung

3.        60% pasir adalah tanah pasir

Dari ketiga bagian liat, lempung dan pasir jika hanya satu bagian saja belum

dapat mencerminkan jenis tanah. Lazimnya disebut dua bagian tanah yang terpenting.

misalnya : tekstur liat berpasir, pasir berlempung dan seterusnya. dimana bagian yang

terbanyak disebut lebih dahulu.

            Pada segitiga tidak menyebutkan kandungan pasir dan bahan organik,

walaupun kapur dan bahan organik sangat ikut menentukan sifat-sifat tanah. Jika
kandungan ini besar maka perlu disebut juga, misalnya tanah mengandung 20% liat

dan 10-30% kapur; selanjutnya disebut tanah liat berkapur.

Bila setiap bagian merupakan perbandingan yang merata, disebut tanah yang

baik. Umpamanya saja mengandung 50-70% pasir (halus dan kasar), 10-15%

lempung, 5-10% liat, 1-5% kapur, 3-5% bahan organik. Tekstur tanah merupakan

dasar dari kebanyakan sifat-sifat tanah. Susunan menurut besarnya butir-butir suatu

jenis tanah biasanya dilihat pada grafik segitiga. Menurut besarnya tersusun dari butir-

butir pasir 60%, lempung 15% dan liat 25%.

Metode yang dapat di gunakan dalam penetapan tekstur tanah adalah:

1.        Metode pipet merupakan metode langsung pengambilan contoh partikel tanah

dari dalam suspensi dengan menggunakan pipet pada kedalam h dan waktu t

tersebut partikel dengan diameter > X sudah berada pada kedalaman > h. Bahan

organik dioksidasi dengan H2O2 dan garam garam yang mudah larut dihilangkan

dari tanah dengan HCl sambil dipanaskan. Bahan yang tersisa adalah mineral

yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Pasir dapat dipisahkan dengan cara

pengayakan basah, sedangkan debu dan liat dipisahkan dengan cara pengendapan

yang didasarkan pada hukum Stoke.

Rumus yang digunakan pada perhitungan metode pipet sebagai berikut:


fraksi pasir = A g

fraksi debu = 25 (B - C) g

fraksi liat = 25 (C - 0,0095) g

Jumlah fraksi = A + 25 (B - 0,0095) g

Pasir (%) = A / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100

Debu (%) = {25(B - C)} / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100

Liat (%) = {25 (C - 0,0095)} / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100

2.        Metode hidrometer

Penetapan tekstur cara hidrometer berdasarkan pengukuran berat jenis (BJ)suspensi

tanah. Kadar butiran tanah dapat diketahui dari selisih BJ suspensi dengan BJ cairan

media. Hidrometer yang digunakan dibuat khusus untuk pengukuran BJ suspensi


tanah. Hidrometer tipe 152 H memiliki pembagian skala yang dibuat langsung dalam

satuan kadar partikel g l-1.

Selain koreksi kadar air, bahan organik dalam contoh perlu dikoreksi supaya

fraksi pasir yang dihitung lebih mendekati kebenaran. Dari hasil pengukuran pada

pembacaan 1 diperoleh fraksi campuran debu - liat = A g/l dan blanko = a g/l,

sedangkan pada Pembacaan 2 diperoleh fraksi liat = B g/l dan blankonya = b g/l.

Diketahui bahwa persen bahan organik = C (% C-organik x 1,724) dan faktor koreksi

kelembapan (faktor koreksi kadar air) = fk.

Fungsi dari penambahan bahan larutan yang digunakan pada pengukuran

tekstur dengan metode pipet adalah sebagai berikut :

1.   Penambahan larutan H2O2 bertujuan agar tanah terhindar dari mikroba-mikroba

negatif atau mensterilkan tanah kering udara yang akan digunakan.

2.   Penambahan larutan HCl bertujuan agar tanah bersifat basa atau mengendapkan

tanah pada larutan tanah dan air.

3.   Penambahan larutan NaOH bertuan untuk menambahkan larutan asam agar tanah

bersifat netral.

Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H + dalam larutan tanah, yang dinyatakan

sebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur

oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan elektrode selektif

khusus H+, hingga memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan

kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode

pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri

atas elektrode pembanding dan elektrode gelas (elektrode kombinasi). Konsentrasi

H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan

pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji mengenai penetapan tekstur

tanah dengan menggunakan metode pipet. Hasil yang diperoleh dari acara praktikum kali

ini adalah berat pasir 0,16 gram, berat debu dalam 2,8 gram dan berat liat 0,12 gram.

Selain berat, praktikan juga memperoleh data persen dari masing-masing unsur tanah
yaitu pasir 92,66 %, debu 1,85 % dan liat 5,50 %. Bila mengaju pada teori segitiga fraksi

tanah dapat disimpulkan  tanah  tersebut bertekstur pasir, karena pada tanah tersebut

kandungan pasir memiliki porsi paling banyak yaitu 92,66 %, secara  teoritis apabila pasir

mencapai 60% maka tanah tersebut termasuk tanah berpasir, apabila unsur liat mencapai

30 % maka tanah tersebut termasuk tanah liat, apabila unsur lempung mencapai 35%

maka tanah tersebut termasuk tanah lempung.

Pada praktikum kali ini kami mengalami beberapa kendala seperti kompor yang

sulit menyala, peralatan yang terbatas dan waktu praktikum yang cukup lama.

Terbatasnya alat praktikum membuat penjelasan tentang praktikum kurang mudah untuk

di pahami dan tidak semua praktikan dapat melakukan praktikum. Waktu praktikum yang

lama membuat beberapa praktikan tidak dapat mengikuti praktikum dengan baik, karena

jeda praktikum dengan pengamatan yang relatif lama membuat beberapa praktikan tidak

mengikuti pengamatan hasil praktikum.

V.      KESIMPUTAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:

1.        Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir

(sand), debu (silt), dan liat (clay).

2.        Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain adalah iklim,

topografi, waktu, organisme hidup dll.

3.        Metode yang dapat di gunakan dalam penetapan tekstur tanah adalah metode

pipet dan metode hidrometer.

4.        Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah.

B.       Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar, namun peralatan yang digunakan

masih terlalu sedikit. Sebaiknya praktikum dilakukan pada pagi hari mengingat jeda

praktikum dan penilitian yang tidak sebentar.

DAFTAR PUSTAKA

Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada :

Yogyakarta.

Darmawijaya, M.Isa,1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University press.

Yogyakarta.

Foth, H.D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :

Yogyakarta

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. UNILA : Lampung.

Hardjowigono, H.S. 2002. Ilmu Tanah. AkademikaPressindo, Jakarta.

Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Kartasapoetra. 2002. PengantarIlmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd.: Bombay.

Madjid, Abdul. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online Fakultas


Pertanian: Yogyakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia..  PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta.


Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah
Faktor factor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah sebagai berikut:
1.  Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau
perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu
berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal semusim atau
seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengankut maka air hujan
akan mempengarugi: (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman
dan diferensiasi profil tanah,  (3) sifat fsik tanah. Pengaruh temperatureSetiap
kenaikan temperatur C akan meningkatkan penigkatannya laju reaksi kimiawi
menjadi 2x lipat. Meningkatkan pembentukan dan pelapukan dan pembentukan liat
terjadi seiring dengan peningkatannya temperature
            Hubungan antara temperature dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi
bahan organic cukup kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah jumlah antara
hasil penambha bahan organik + laju mineralisasi bahan organic + kapasitas tanah
melidungi bahaganic dari mineralisasi
2.  Topografi
      Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu
area/wilayah. Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang
terbentuk.  pada daerah lereng infiltras. Sedangkan pada daerah datar/rendah,
menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis
tanah.
a. Pengaruh slope/lereng
Kemiringan dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah
curam lereng makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan
terhambatnya genesis tanah oleh karena  pertumbuhan tanaman terhambat dan
sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula
dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan
kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
b. Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah
permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang
muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan
reduksi. Tanah yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap
olh karena tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung
kelabu (gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih
terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap.
3.  Organisme Hidup
      Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi
soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan
membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi.
Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan
dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan
membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan
mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa
membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.
4. Waktu
            Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga
akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah yang semakin
tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsure hara telah
habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah
berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda
hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan
horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian
yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam. Perlu
diketahui bahwa tingkat perkebangan  tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan
tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon
horizon tanah, sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat
pelapukan mineral dalam tanah
5. Bahan Induk
      Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi
oleh proses disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam
batuan tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah
terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium
karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu kapur,
yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di turunkan dari
sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial  terjadi pada lereng terjal dimana
gravitasi adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen
koluvial adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen
alluvial biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai.
Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman
alluvial adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis
tanah, Perkembangan horison terutama horison B tergantung pada translokasi partikel
halus oleh air. Bahan induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk
mengahasilkan partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung
perkembangan horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas
partikel inter media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan
struktur tanah akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi.
Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan
organik dan ketebalan solum (horison A+B).
 Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas tekstur
tanah. Ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi
tanah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dan table berikut ini.
 

Tabel : Proporsi Fraksi menurut Kelas Tekstur Tanah


Proporsi (%) fraksi tanah
Kelas Tekstur Tanah
Pasir Debu Liat
1.      Pasir (Sandy) 85 15 10

2.      Pasir Berlempung (Loam Sandy) 70-90 30 15


3.      Lempung Berpasir (Sandy Loam) 40-87,5 50 20

4.      Lempung (Loam) 22,5-52,5 30-50 10-30

5.      Lempung Liat Berpasir (Sandy-


45-80 30 20-37,5
Clay-Loam)

6.      Lempung Liat berdebu (Sandy-silt


20 40-70 27,5-40
loam)

7.      Lempung Berliat (Clay Loam) 20-45 15-52,5 27,5-40

8.      Lempung Berdebu (Silty Loam) 47,5 50-87,5 27,5

9.      Debu (Silt) 20 80 12,5

10.  Liat Berpasir (Sandy-Clay) 45-62,5 20 37,5-57,5

11.  Liat Berdebu (Silty-Clay) 20 40-60 40-60

12.  Liat (Clay) 45 40 40

Pustaka : - Segitiga Tekstur, Http://Mbojo.Wordpress.Com/2007/08/15/Segitiga-Tekstur/


      - Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Iradatullah Rahim (diktat)

Anda mungkin juga menyukai