Anda di halaman 1dari 27

Morfologi Genesis dan Klasifikasi Tanah

Ordo Entisol

Kelompok 8
01 02
Ayu Alya Nurjanah Zuelfiekar Akmil Rida
185040200111136 185040200111019

03
Esra Yuliana Manalu
185040201111164
Sifat Umum Tanah Entisol
Entisols adalah tanah yang baru terbentuk dengan perkembangan
profil tanah minimal. Entisols dijumpai pada hampir semua bahan
induk tanah dengan kondisi iklim berlainan. Epipedon penciri hanya
okrik sedangkan horizon bawah tidak ada. Produktivitas Entisols
tergantung kepada lokasi dan bahan induk tanahnya. Dengan
pemupukan yang tepat disertai irigasi yang sesuai, tanah ini cukup
produkstif untuk tanaman pertanian. Entisols yang terdapat pada
dataran aluvial merupakan tanah yang tersubur di dunia. Luas
Entisols: 21 juta km2 atau 16% dari luas permukaan bumi.
Proses Pembentukan Tanah Entisol
1
iklim yang
sangat kering
2
Erosi

3
Pengendapan
terus menerus
Permasalahan dan Pengolahan
Tanah Entisol
Permasalahan Perbaikan
Banyak mengandung lempung tanahnya Lahan digunakan sebagai
sukar diolah dan menghambat drainase, kawasan budidaya  padi sawah
perbaikan drainase didaerah rawa-rawa dan juga tambak.
menyebabkan munculnya cat clay yang
sangat masam akibat oksidasi sulfida
menjadi sulfat.

Konsistensi tanahnya lepas-lepas, tingkat Sistem pertanian organik


agregasi rendah, peka terhadap erosi dan menggunakan bahan organik.
kandungan hara yang tersedia rendah.
Entisol Berdasarkan WRB
• Regosol adalah tanah mineral yang berkembang sangat lemah dalam bahan yang
tidak terkonsolidasi yang tidak memiliki horizon molik atau umbrik, atau sangat kaya
akan fragmen kasar (Leptosol), tidak berpasir (Arenosols), dan tidak dengan bahan
fluvis (Fluvisols).
• Regosol tersebar luas di tanah yang mengalami erosi dan zona akumulasi, terutama di
daerah kering dan semi kering serta di daerah pegunungan.
• Banyak Regosol berkorelasi dengan taksa tanah yang ditandai dengan pembentukan
tanah yang baru jadi seperti Entisols (Amerika Serikat), Rudosols (Australia), Regosole
(Jerman).
• Kapasitas menahan kelembaban yang rendah dari tanah ini membutuhkan aplikasi air
irigasi yang sering; sprinkler atau irigasi tetesan memecahkan masalah tetapi jarang
ekonomis.
• Banyak Regosol digunakan untuk penggembalaan ekstensif.
• Regosol pada endapan colluvial di sabuk loess Eropa dan Amerika Utara sebagian
besar dibudidayakan; mereka ditanam dengan biji-bijian kecil, bit gula dan pohon
buah-buahan.
• Regosol di daerah pegunungan paling baik dibiarkan menjadi perhutanan
Entisol Berdasarkan KTN
Menurut padanan tanah entisol juga termasuk tanah regosol. Tanah
regosol merupakan tanah lain yang tidak mempunyai horison penciri,
tidak bertekstur kasar dari bahan albik atau horison apapun (kecuali
jika tertimbun > 50 cm bahan baru) selain horison A okrik, horison H
histik serta mempunyai tekstur kasar (pasir, pasir berlempung) pada
kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral
Entisol Berdasarkan KTT
Tanah yang lain

(KTT, 2014)
Lokasi Barat Laut Turki
Koordinat 40°14’32” N - 28°51’56” E

Pedon 1
Elevasi -
Penggunaan Lahan Hutan
Klasifikasi Soil Typic Xerorthent
Taxonomy
KTN Regosol Kalkarik (Rk)
Barat Laut Turki WRB Colluvic Ochric Regosols
Bahan Induk Batulempung dengan
endapan berkapur
Epipedon Okhrik
Endopedon -
Deskripsi -
Horizon Kedalaman Uraian
Coklat gelap (7,5 YR 3/4) (kering), (7,5 YR
4/4) (lembab); Lempung; Gumpal
bersudut, kasar; Gembur, agak lekat dan
A 0-30 cm
plastis; pori halus sedang; Akar halus
sedang, sedang sedang; Batuan kerikil,
bersudut, sedang; sedikit berkapur; pH
6,44; Batas jelas dan rata; beralih ke-

Coklat gelap (7,5 YR 3/4) (lembab);


Lempung; Gumpal bersudut, kasar;
Sangat Gembur, agak lekat dan plastis;
AC 30-45 cm
Pori halus sedang; Akar halus sedang,
sedang sedang; Batuan kerikil, bulat
bersudut, banyak; sangat berkapur; pH
7.39; Batas jelas dan rata; beralih ke-

batulempung, bercak mangan di dalam


batulempung, endapan kapur mengelilingi
batulempung dan mengisi retakan,
C > 45 cm lempung, berkapur sangat tinggi, sangat
plastis
Sifat Kimia
Sifat Fisik
Lokasi Kelurahan Baiya, Kota
Palu, Sulawesi Tengah
Koordinat -

Elevasi -
Penggunaan Lahan -

Pedon 2 Klasifikasi Soil


Taxonomy
Typic Ustorthents

KTN Regosol Ustik (Rq)

WRB District Aridic Regosol

Bahan Induk : Endapan pasir

Epipedon Okhrik
Endopedon -
Deskripsi -
Horizon Kedalaman Deskripsi
(cm)
A1 0-20/26 10 YR 3/2 (coklat keabuan sangat gelap); batas horison
berangsur, bergelombang; tekstur geluh berpasir; struktur
granular, halus, lemah; konsistensi lepas (lembap); akar
sangat halus banyak, halus sedikit, dan akar kasar sedang;
pH 7,07.
A2 20/26-59/64 10 YR 4/2 (coklat keabuan gelap); batas horison jelas,
bergelombang; tekstur geluh berpasir; struktur remah, halus,
lemah; konsistensi lepas (lembap); akar sangat halus sedang,
halus dan kasar sedikit; pH 7,47.
A3 59/64-71-76 10 YR 4/4 (coklat kekuningan gelap); batas horison jelas,
bergelombang; tekstur geluh berpasir; struktur remah, halus,
lemah; konsistensi lepas (lembap); akar sangat halus sedang,
halus dan kasar sedikit; pH 7,38.
C 71-76-113 10 YR 5/2 (coklat keabuan); tekstur geluh berpasir; struktur
remah, halus, lemah; konsistensi lepas (lembap); akar kasar
sedikit; pH 7,26.
Sifat Kimia

Parameter Nilai
KTK 28,62

KB (%) 82,44

P total (mg/100 gr) 141,65

K total (mg/100 gr) 211,41

Total N (%) 0,03

C-organik (%) 0,36


Lokasi Karang Agung Ulu
sumatera selatan

Pedon 3 Koordinat

Elevasi -
Penggunaan Lahan Rawa pasang surut
Klasifikasi Soil Typic Sulfaquent, sangat
Karang Agung Ulu Taxonomy halus, isohipertermik
KTN Regosol Gleik (Rg)
sumatera selatan WRB Reductigleyic sulfidic
gleysols
Bahan Induk -

Epipedon Okhrik
Endopedon -
Deskripsi -
Horizon Kedalaman Uraian
horizon di permukaan tanah yang telah
mengalami pengolahan tanah, karena pedon
yang diteliti menunjukkan adanya bekas-bekas
Apg 0-20 cm pengolahan tanah. Juga terlihat adanya hasil
proses gleisasi yang kuat yang ditunjukkan
dengan kroma yang rendah (2) dan adanya
karatan yang hamper tersebar pada seluruh
horizon.
horizon yang telah mengalami perkembangan
lebih lanjut yang ditunjukkan oleh perubahan
warna dengan value yang lebih rendah. Juga
Bg 20-41 cm terlihat adanya hasil proses gleisasi yang
ditunjukkan dengan kroma yang rendah

horizon bahan induk yang sedikit


dipengaruhi oleh proses pedogenesis
Cg1 41-63 cm

horizon bahan induk yang sedikit


dipengaruhi oleh proses pedogenesis
Cg2 63-100 cm
Sifat Kimia

Akumulasi Pirit. Keadaan pirit pada tanah sulfat akan menjelaskan tingkat
perkembangan tanahnya. Kadar belerang paling rendah 0.75% digunakan untuk batasan
bahan sulfidik dalam Keys to Soil Taksonomy (Soil Survey Staff, 1990), sedang letak bahan
sulfidik dalam pedon menentukan klasifikasi tanahnya. Kadar pirit meningkat dengan
kedalaman tanah. Pada kedalaman kurang kurang dari 41 cm kadar pirit berkisar antara
0.05% - 0.08%, sedangkan mulai kedalaman 41 cm kadar pirit berkisar antara 2.72% -
5.02%. Berdasarkan kriteria batasan bahan sulfidik di atas maka tanah ini mengandung
pirit (bahan sulfidik) mulai kedalaman 41 cm.
KTK Tanah. Tanah dilokasi penelitian memiliki kapasitas tukar kation (KTK pH 7). Semakin
tinggi dengan meningkatnya kedalaman tanah. Pada pedon secara keseluruhan, nilai
kapasitas tukar kation tergolong tinggi dengan kisaran 30.13 – 40.34 me/100g tanah.
Peningkatan nilai KTK, disebabkan oleh makin meningkatnya liat dan kandungan bahan
organic dengan meningkatnya kedalaman tanah. Walaupun kandungan litany melebihi
15%, tetapi KTK efektik > 12 me/100g tanah dan KTK NH4OAc (pH 7) > 16 me/100g tanah,
sehingga tidak memenuhi syarat sebagai horizon oksik.
Kejenuhan Basa dan Kemasaman Tanah. Tingkat kejenuhan basa (NH4Oac pH
7) pada tanah ini umumnya tergolong rendah sampai sedang, berkisar antara
24.83 – 40.11 me/100g tanah. Tingkat kejenuhan basa meningkat seiring dengan
meningkatnya kedalaman tanah. Peningkatan ini disebabkan adanya proses
eluviasiikuviasi kation sepert Ca, Mg, K, Na ke horizon yang lebih dalam atau
peningkatan tersebut mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh resapan air asin
(laut). Hal ini nyata dapat dilihat bahwa kandungan Na tergolong tinggi hingga
sangat tinggi (0.84 – 3.31 me/100g tanah).
Rendahnya tingkat kejenuhan basa, dapat dipengaruhi oleh tingkat
kemasaman tanah yang tergolong masam (pH 4.8 – 5.5). Tingkat kemasaman
yang tinggi tersebut menyebabkan koloid tanah dijenuhi oleh kation-kation asam
seperti H dan Al. kation-kation basa tergusur keluar komplek jerapan dan tercuci.
Kenyataan ini jelas terlihat dari kandungan kation-kation basa seperti Ca, Mg, K,
dan Na yang kadarnya cenderung naik dengan meningkatnya kedalaman tanah,
sebaliknya terjadi pada kadar Al-dd.
C-organik. Kandungan C-organik pada tiap horizon merupakan petunjuk besarnya
akumulasi bahan organic pada tanah tersebut. Kandungan C-organik pada tiap-tiap
horizon bertambah dengan meningkatnya kedalaman tanah, berkisar antara 4.41%
(horizon Apg) – 8.81% (horizon Cg2) yang tergolong tinggi- sangat tinggi. Salah satu factor
penyebab tingginya kandungan C-organik pada horizon bawah, disebabkan oleh ikut
teroksidasinya pirit pada saat enetapan C-organik di laboratorium sehingga kandungan C-
organik menjadi sangat tinggi. Kelebihan jumlah kalium bicromat yang dipergunakan untuk
mengoksidasikan bahan organic, dipergunakan untuk mengoksidasikan pirit, sehingga
kandungan C-organik yang terhitung menjadi tinggi.
Sifat Fisik

Tekstur. Tekstur tanah di dominasi oleh fraksi liat (59.54% - 73.63%), menyusul fraksi debu
(25.32% - 35.76%), kemudian fraksi pasir (0.48% - 1.05%). Pada pedon terjadi peningkatan
fraksi liat dari horizon di atasnya, kecuali pada horizon Cg1 (kedalaman 41 – 63 cm) ke
horizon Cg2 (kedalaman 63 – 100 cm). Hal ini diakibatkan adanya endapan yang berbeda,
tetapi belum mampu membentuk horizon bawah penciri argilik. Hal ini karena kadar liat
total lebih dari 40%, sehingga untuk memenuhi persyaratan horizon argilik, harus memiliki
kenaikan liat lebih dari 8% dibandingkan kadar liat horizon di atasnya. Ternyata
persyaratan ini tidak dipenuhi.
Warna Tanah. Warna tanah dari atas ke bawah pada masing-masing horizon
menunjukkan adanya perubahan warna yang mengarah ke warna lebih hitam. Secara
menyolok lapisan atas tanah berwarna coklat kelabu (10YR5/2 – 10YR4/1), sedangkan
horizon di bawahnya berwarna kelabu kehitaman hingga kelabu hitam (2.5Y4/0 – 2.5Y3/0).
Hal ini terjadi akibat adanya proses reduksi secara permanent terendam air (water loged),
sehingga warna kelabu (gley) yang semakin kuat. Karena walau warna tanah lapisan atas
mempunyai value lebih rendah dari 3.5 (lembab), tetapi tidak bisa masuk dalam enam
kategori epipedon yang lain, sehingga dimasukkan dalam ketegori epipedon okhrik.
Karatan Tanah. Ditemukan adanya karatan yang menyebar hamper pada seluruh
horizon kecuali horizon Bg (kedalaman 20 – 41 cm). Karatan coklat kemerahan
(7.5YR5/8) ditemukan pada horizon Apg dan semakin dalam, karatan mengarah pada
warna kekelabuan kelam (10YR4/1) pada Cg2. Karatan seperti ini sering dijumpai di
dalam tanah dengan regim kelembaban sebagai akibat fluktuasi air tanah.

Anda mungkin juga menyukai