Anda di halaman 1dari 14

Makalah Tbt Kopi dan Kakao

SEJARAH KAKAO

Oleh :

Kelompok 1

Indah Nurhayati 180301021

Dosen Pengampu :

PROGRAM STUDY AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAMUDRA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya
yang melimpah dalam penyusunan Makalah dengan judul “SEJARAH
KAKAO”. Makalah ini merupakan syarat wajib menyelesaikan tugas mata kuliah
“TBT KOPI DAN KAKAO”. Ada kebanggaan tersendiri jika makalah ini bisa
selesai dengan hasil yang baik.

Tak ada yang bisa penulis berikan selain doa dan rasa terima kasih yang
tulus kepada para pembaca. Namun tak lupa juga masukan yang berguna seperti
saran atau kritik dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis. Penulis sangat
berharap bahwa makalah ini akan sangat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Langsa, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................

1.2 Tujuan Praktikum ........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

2.1 Tanaman Kakao...........................................................................

2.2 Sambung Pucuk (top grafting) ...................................................

2.3 Sambuung Samping....................................................................

BAB III BAHAN DAN METODE................................................................

3.1 Waktu dan Tempat Percobaan.....................................................

3.2 Alat dan Bahan.............................................................................

3.3 Prosedur Kerja.............................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................

4.1 Hasil.............................................................................................

4.2 Pembahasan..................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

5.1 Kesimpulan..................................................................................

5.2 Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

LAMPIRAN...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari
penambahanluas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena
kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman
karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia
terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani
dan penghasil devisa bagi negara.
Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah
umur 3-4 tahun setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao
dilakukan secara tepat, maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25
tahun, selain itu untuk keberhasilan budidaya kakao perlu memperhatikan
kesesuaian lahan dan faktor bahan tanam. Penggunaan bahan tanam kakao
yang tidak unggul mengakibatkan pencapaian produktivitas dan mutu biji
kakao yang rendah, oleh karena itu sebaiknya digunakan bahan tanam yang
unggul dan bermutu tinggi (Raharjo, 1999).
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia
yang diperkirakan mencapai 20% bersama Negara Asia lainnya seperti
Malaysia, Filipina, dan Papua New Guinea (UNCTAD, 2007; WCF, 2007
dalam Supartha, 2008) . Peningkatan luas areal pertanaman kakao belum
diikuti oleh produktivitas dan mutu yang tinggi. Data Biro Pusat Statistik
menunjukkan bahwa pada tahun 1983 luas areal tanaman kakao 59.928 ha,
dengan produksi sekitar 20.000 ton, dan pada tahun 1993 luas areal tanaman
kakao menjadi 535.000 ha dengan produksi mencapai 258.000 ton (Direktur
Jenderal Perkebunan, 1994). Produksi kakao saat ini 435.000 ton dengan
produksi dari perkebunan rakyat sekitar 87%. Produksi tertinggi yakni 67%
diperoleh dari wilayah sentra produksi kakao yang berpusat di daerah
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah ( Suhendi, 2007)
Upaya untuk meningkatkan produktivitas per satuan luas (intensifikasi)
dilakukan melalui pengkajian teknologi inovasi baru yang terarah dan
berkelanjutan, yaitu pengkajian perbanyakan benih secara vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman
yang homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Pada tanaman kakao dikenal
beberapa macam cara perbanyakan vegetatif yang lazim yaitu stek (cuttings)
dan okulasi (budding). Sedangkan perbanyakan secara sambungan (grafting)
dan cangkokan (air layering) baru dilakukan penelitian dan pengkajian oleh
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA). Jadi penulis akan
membahas tentang perbanyakan vegetativ tanaman kakao.

1.2 Tujuan Praktikum


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kakao


Kakao termasuk tanaman perkebunan berumur tahunan. Tanaman tahunan
ini dapat mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun . Tanaman kakao
menghasilkan biji yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat.
Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.

Kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di


usahakan secara baik dapat berproduksi tinggi serta menguntungkan secara
ekonomis. Sebagai salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka biji
kakao dapat dipergunakan untuk bahan pembuat minuman, campuran gula-
gula dan beberapa jenis makanan lainnya bahkan karena kandungan lemaknya
tinggi biji kakao dapat dibuat cacao butter/mentega kakao, sabun, parfum dan
obat-obatan. Sunanto (1994) mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat
banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk
produksi cokelat secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu:
1) Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo
Amerika Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik
dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk blending dan
banyak dibutuhkan oleh pabrikpabrik sebagai bahan pembuatan produkproduk
cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak
digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalamifase
generatif.
2) Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat
dan menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal
juga sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut sebagai
kakao lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik,
relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao
mulia. Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk bulat sampai
gepeng, proses fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit dari
pada kakao mulia.
3) Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo
dan Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis
Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada yang
termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain hybride Djati Runggo (DR)
dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak). Kakao ini memiliki keunggulan
pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen
sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular streak dieback) serta
aspek agronominya mudah.
Syarat Tumbuh Tanaman Kakao :
Keadaan agroklimatologi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman kakao
adalah:
- Temperatu rerata – rata bulanan 22, 40-30 , 40C.
- Curah hujan antara 1.500 - 2.500mm/thn dengan bulan kering tidak lebih
dari 3 bulan.
- Ketinggian tempat 0 – 600 mdpl
- Tanah gembur dengan kedalaman minima l90 cm, ph6 - 7
- Itensitas sinar matahari 70 – 80 %.

2.2 Sambung pucuk (top grafting)


Menyambung (grafting) merupakan suatu usaha perbanyakan tanaman
dengan cara melukai atau menyayat kedua individu tanaman yang masih satu
species atau varietas dengan berbagai keunggulannya. Keduanya digabungkan
sehingga kambium mata tunas (entres) dan kambium batang bawah
(understump) saling melekat satu sama lain dan semakin banyak bagian yang
melekat sesama kambium tersebut semakin besar kemungkinannya untuk
tumbuh (Wudianto danRini, 1987).
Fakto- factor yang harus diperhatikan :
a) batang bawah merupakan tanaman yang sehat, mempunyai perakaran yang
dalam dan berasal dari jenis unggul.
b) batang atas diambil dari cabang atau tunas yang tumbuh ke atas (orthotrop);
c) entres diusahakan tidak terinfeksi penyakit Entres diusahakan dalam
keadaan lembab, sebaiknya setelah dipotong dibungkus dengan kertas koran
basah dan dimasukkan dalam kotak (box) yang bersih;
d) pemeliharan tanaman dan kondisi sambungan sangat diperlukan seperti
membungkus sambungan dan menjaga kelembabannya agar tanaman tidak
kekeringan.
Langkah-langkah sambung pucuk
1. Potong batang atas dari pohon induk, lalu buang daunnya.
2. Buat sayatan berbentuk huruf V pada dua sisi pangkal batang atas.
3. Potong batang bawah 40–50 cm dari permukaan tanah, lalu belah bagian
atasnya sedalam 3 cm.
4. Selipkan batang atas ke dalam belahan batang bawah dan ikat dengan
plastik dari bawah ke atas.
5. Beri sungkup atau tudung plastic pada sambungan dan ikat sungkup dengan
karet gelang atau tali rafia
6. Periksa sambungan setelah 2–3 minggu bila batang atas masih segar, berarti
sambungan berhasil.
7. Segera buka plastik sungkupnya namun biarkan ikatan pada sambungan.

2.3 Sambung samping


Sambung samping pada tanaman kakao dewasa adalah salah satu kegiatan
penyambungan yang dilakukan dengan menempel satu potong cabang (entres)
sepanjang sekitar 15 cm, pada batang utama (batang penanti) tanaman dewasa.
Pertumbuhan tunas selanjutnya dipengaruhi oleh cahaya matahari yang masuk
kebawah tajuk. Tajuk yang lebih rapat menyebabkan pertumbuhan tunasnya
lebih lambat dibangdingkan dengan tajuk yang sudah dijarangkan
(Napitupulu dan Pamin, 1995).
Factor-faktor yang diperhatikan yaitu:
(a) kemampuan batang bawah (under stock) dan atas (entres) menyatu
(uniting);
(b) penyambungan entris harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pembuluh
kambium dapat menyatu dengan batang bawah dengan baik, sehingga batang
bawah dapat menyuplai air dan bahan makanan sampai tunas baru keluar;
(c) penyambungan dilakukan pada saat yang tepat, dalam arti batang atas pada
tahap fisiologi yang baik (sebaiknya pada saat dormansi), sedangkan batang
bawah pada masa pertumbuhan aktif;
(d) setelah proses penyambungan selesai, usahakan bekas luka tidak
mengalami insfeksi oleh penyakit dan jamur;
(e) tanaman dirawat dengan baik sehingga memungkinkan tunas hasil
penyambungan berkembang dengan sempurna.
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum mata kuliah TBT Kopi dan Kakao dilaksanakan pada hari sabtu
10 April 2021, dilahan petani kakao di Desa Asam Peutek.

2.1 Alat Dan Bahan


1. Alat-alat untuk praktikum sebagai berikut;
 Pisau
 Tali raffia
 Plastic taransparan ukuran1kg
2. Bahan-bahan untuk praktikum sebagai berikut;
 Mata tunas (entres)

3.3 Prosedur Kerja


 Siapkan entris yang berwarna hijau kecoklatan 3 – 5 mata tunas.
 Potong miring bagian bawah entris sepanjang 3 – 5 cm, dan pada bagian
sebelahnya
 Dipotong miring sepanjang 2 – 3 cm.
 Entris yang telah disiapkan dimasukkan secara hati – hati kedalam tapak
sambungan.
 Dengan membuka lidah torehan.
 Pastikan bagian torehan yang panjang menghadap kearah kayu tapak
sambungan.
 Dan torehan pendek mengarah kekulit pohon.
 Pada tanaman kakao yang sehat, buat tapak sambungan pada ketinggian
+ 45 - 75cm Dari pangkal batang kakao . Sedangkan pada kakao yang
sakit, sambungan dapat dibuat pada chupon dewasa atau melakukan
sambung pucuk pada chupon muda.
 Bungkus entris dengan plastik sampai tertutup secara kesuluruhan.
 Ikatlah dengan tali rapiah dan pastikan air hujan tidak masuk pada bidang
sambungan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Dari hasil pelaksanaan praktikum sambung samping (rehabilitas) tanaman
kakao (Theobroma cacao L.) didapat bahwa penyambungan samping
membutuhkan batang atas (entres) kakao Yang unggul . Karena agar
diharapkan tanaman yang telah dewasa dengan penyambungan dapat
menghasilkan hasil buah yang baik dan tahan terhadap hama dan penyakit.
Ukuran entres yang digunakan dalam sambung samping yakni 10 – 15 cm atau
terdapat 4 mata tunas dengan sayatan bagian bawah batang entres pada sisi
dalam 3 – 5 cm sedangkan sayatan bagian luar yang akan dilekatkan arah kulit
berukuran 2 – 3 cm.
Pada saat penyayatan perhatikan terlebih dahulu arah mata tunas harus
menhadap kesamping, karena diharapkan pada saat mata tunas tumbuh tidak
terjepit dengan batang utama. Setelah dilakukan penempelan dilakukan pula
pengikatan torehan (bukaan kulit) dengan kuat agar tidak goyang selain itu
cambium yang terdapat pada batang dan entres rapat dan menyatu. Pada
sambung pucuk tunas air panjang entres 10 – 15 cm atau dengan 3 buah mata
tunas serta menyisakan 3 helai daun pada batang entres. Pada ujung entres
dibuat sayatan seperti baji, ukuran sayatan sama besar antara sayatan kanan
dan kiri tergantung sistem sambungan mana yang ingin digunakan.
Penyungkupan pada teknik sambung samping berbeda dengan
penyungkupan sambung pucuk. Jika pada sambung samping dipasang plastic
dari atas kebawah hasil sambungan, guna penyungkupan dari atas kebawah
bertujuan jika terjadi hujan maka air yang mengalir dari batang dan menetes
dari daun tidak mengenai hasil sambungan. Pada sambung pucuk
penyungkupan cukup dengan memasukkan plastic ukuran 1kg atau sesuai
panjang mata entres yang digunakan dengan cara terbalik dengan lubang
plastic menghadap dibawah lalu diikat agar tidak jatuh ketika diterpa oleh
angin. Guna penyungkupan untuk melindungi sambungan dari air hujan.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kakao termasuk tanaman perkebunan berumur tahunan. Tanaman
tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun . Tanaman
kakao menghasilkan biji yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk
coklat. Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu
perbanyakan secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan secara
generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari
penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi
tanaman homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Perbanyakan vegetatif
pada tanaman kakao dikenal tiga macam cara yang lazim digunakan, yaitu
okulasi (budding), sambung pucuk (top grafting) dan sambung samping
(side grafting), Semula teknik okulasi tanaman dewasa menjadi anjuran
utama dalam upaya klonalisasi tanaman kakao di Malaysia (Bahaudin dkk,
1984), tetapi kini sambung samping lebih dipilih oleh petani karena lebih
mudah pelaksanaannya dan tanaman baru lebih cepat menghasilkan
dibandingkan dengan teknik okulasi (Prawoto, 1995).

5.2 Saran
Ilmu pengetahuan adalah ilmu yang terus berkembang jadi penulis
sarankan agar jangan heran apabila dijumpai perbanyakan vegetative
lainnya khususnya pada kakao ini.
DAFTAR PUSTAKA

Purnomosidhi P, Tarigan J, Surgana M, Roshetko JM. 2012. Teknik


Perbanyakan Vegetatif. Lembar Informasi Vol 2. Bogor,
Indonesia. World Agroforestry Centre – ICRAF ,Sea Regional
Office.6p.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik perkebunan kakao
Indonesia tahun 2011- 2013. Direktorat Jenderal Perkebunan. 60
hal.
Limbongan,J., S. Kadir, D. Amiruddin, M.B. Nappu, dan P. Sanggola.
2010. Pengkajian Penggunaan Bahan Tanaman Unggul Menunjang
Program Rehabilitasi Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan.
Laporan Hasil Penelitian BPTP Sulsel.
Coordinating Ministry For Economic Affairs Republic of Indonesia. 2011.
Master Plan Acceleration And Expansion of Indonesia Economic
Development 2011-2025. 192 hal.
Dinas Perkebunan Sulsel. 2012. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan
Provinsi Sulawesi Selatan. 105 hal.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai