DISUSUN OLEH :
NPM : 194110191
KELAS : AGROTEKNOLOGI 5C
FAKULTAS PERTANIAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dan karunia
Nya kepada kita semua, sehingga dapat terus beraktivitas dan berkarya sehingga apa
yang kita rencanakan dapar berhasil.
Saya juga mengucapkan terimah kasih kepada ibu Ir. Ernita, MP Selaku dosen
mata kuliah ekologi tanaman yang telah memberikan tugas ini. Dalam penyusunan
makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi karena keterbatasan
pengetahuan serta bahan referensi yang dapat dijadikan acuan. Namun, berkat
bantuan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat saya selesaikan.
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan. Apalagi pengetahuan penyusun juga masih belum
seberapa mengenai hal yang dibahas dalam laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang positif sangat saya harapkan agar laporan ini menjadi lebih baik lagi.
Andre Hasudungan.s
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
3.1 kesimpulan.............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman
dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana) dan unsur-
unsur esensial. Sedangkan biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi tanaman. Ketiga hal
tersebut secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan
biomass dan produksi bagi tanaman (Hanafiah, 2013).
Tanah sebagai suatu system tiga fase yang mengandung air, udara, bahanbahan
padat seperti mineral, bahan organik serta jasad-jasad hidup. Pengaruh berbagai
faktor lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu membentuk berbagai
hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berperan
sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman (Schoeder dalam Nurhajati,1986).
Tanah berkembang dari bahan mineral batuan induk melalui proses pelapukan baik
secara fisis maupun kimia yang dibantu oleh pengaruh atmosfer, maka batuan
berdisintegrasi dan terdisintegrasi menghasilkan bahan induk lepas, dan selanjutnya
di bawah pengaruh pedogenik berkembang menjadi tanah. Besarnya energi fisis,
kimia, dan biologi pada fase perkembangan tanah akan mengkibatkan perbedaan
jenis-jenis tanah yang berbeda pula (Bailey,1986).
Entisol merupakan tanah yang cenderung tergolong sebagai tanah muda. Mereka
dicirikan oleh kenampakan profil dengan sedikit horison. Selain itu Entisol tergolong
sebagai jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang sedang hingga rendah karena
kadar bahan organik yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena terjadi pencucian
1
yang sangat tinggi (Manurung, 2013). Permasalahan tanah Entisol adalah sifat fisik
dan kimia yang rendah. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga strukturnya
lepas, porositas aerasi besar, permeabilitas cepat, kapasitas menahan airnya rendah
karena kadar lempung dan bahan organiknya juga rendah. Kadar unsur hara P, dan K
banyak terdapat pada tanah ini, tetapi tidak tersedia bagi tanaman. Unsur hara N yang
bersifat mobil sangat tidak tersedia pada tanah ini, karena tanah ini sangat poreus.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kation Basa (KB) tanah ini rendah akibat
kandungan bahan organik rendah (Ginting, 2009). Sedangkan Jamilah (2003),
menyatakan bahwa Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah,
sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan sangat
sarang. Hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah
hilang karena perkolasi. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mudah mengalami
dispersi apabila mengalami tumbukan air hujan, dan mengakibatkan tanah ini mudah
tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang sangat halus dapat
menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah. Oleh karena
itu dibutuhkan penambahan bahan organik tanah yang dapat memperbaiki sifat-sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan
biologi tanah menggunakan bahan organik (Davis, 2013). Bahan organic merupakan
senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa
anorganik hasil mineralisasi (Hanafiah, 2013). Secara fisik memperbaiki struktur
tanah, menentukan tingkat perkembangan struktur tanah dan berperan pada
pembentukan agregat tanah (Tate dalam Jamilah, 2003). Bahan organik yang sangat
potensial digunakan sebagai bahan pembenah sifat-sifat tanah yaitu berasal dari
seresah tanaman edamame. Ketersediaannya yang sangat melimpah dari sisa hasil
panen dapat digunakan sebagai pupuk organik dan mendukung dalam system
pertanian berkelanjutan. Tanaman edamame merupakan jenis tanaman legume
2
dengan bintil-bintil akar yang aktiv sehingga apabila diberikan ke dalam tanah akan
menambah karbon organik dan nitrogen (Bailey dkk,1986).
Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa
organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik
yang stabil atau humus. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah
sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Pada tanah lempung yang
berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih
halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah
untuk diolah. Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat dalam hal ini
berperan sebagai sementasi pertikel lempung dengan membentuk komplek lempung
logam humus (Stevenson, 1982). Pada sifat kimia tanah, bahan organik berperan
meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation. Unsur hara makro diikat dalam
bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian
(leaching) (Bailey, 1986).
3
Pemberian bahan organik tinggi akan memberikan nilai porositas yang tinggi. Tanah
dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada
tanah dengan sturktur massive (Hardjowigeno, 2007)
1.3 Tujuan.
a. Untuk mengetahui definisi tanah
b. Untuk mengetahui fungsi tanah
c. Untuk mengetahui profil tanah
d. Untuk mengetahui komponen tanah
e. Untuk mengetahui kesuburan tanah
f. Untuk mengetahui urgen menjaga kesuburan tanah
4
BAB II
PEMBAHSAN
Definisi Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik, kimia dan
biologi secara integral mampu menunjang produktivitas tanaman untuk menghasilkan
biomassa dan produksi baik tanaman pangan, pakan, obat-obatan, industri,
perkebunan, maupun kehutanan. Tanah merupakan salah satu media tumbuh
tanaman, baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk kemaslahatan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Tubuh tanah terdiri atas udara (20-30%), air
(20-30%), bahan mineral (45%), dan bahan organik (5%). Tanah sifatnya sangat
dinamis yaitu terus menerus mengalami perubahan, yang dipengaruhi oleh iklim
(curah hujan dan suhu), bentuk wilayah (relief atau bentuk permukaan tanah), bahan
induk, waktu, dan organisme.
5
unsur perlindungan alam/lingkungan
unsur teknik bangunan/infrastruktur
6
terjadi di dalam tanah baik yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri, mikroba
tanah maupun komponen-komponen tanah lainnya.
4. Sebagai habitat biota tanah
Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme baik yang berdampak positif
karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan
primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif
karena merupakan hama & penyakit tanaman.
Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu, dari penampang vertikalnya dapat
dilihat gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan (horison) atau biasa disebut
profil tanah
Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison sbb: O – A – E – B - C – R. Solum Tanah terdiri dari: O – A – E – B,
atau A – B tergantung profil tanah. Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A. Lapisan
Tanah Bawah : E – B.
Di tanah hutan yang sudah matang terdapat tiga horison penting yaitu horison
A, B dan C Horison A atau Top Soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling
sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada
7
lapisan ini sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan.
Horison B disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation zone). Horison ini
memiliki bahan organik yang lebih sedikit tetapi lebih banyak mengandung unsur
yang tercuci daripada horizon A. Horison C adalah zona yang terdiri dari batuan
terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk. Kegiatan pertanian umumnya
berada pada horison A dan B.
Tanah disusun oleh empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air
dan udara.
Bahan mineral
Bahan mineral di dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan
yang dilapuk. Mineral yang berasal dari batuan vulkanik umumnya banyak
mengandung unsur hara, sedangkan mineral yang berasal dari batuan endapan dan
metamorfosa umumnya rendah kandungan unsur haranya. Bahan mineral di dalam
tanah terdapat dalam berbagai ukuran yaitu pasir (50 u – 2 mm), debu (2 u – 50 u),
liat (< 2 u). Bahan mineral yang lebih 10 besar dari 2 mm terdiri dari kerikil, kerakal
dan batu. Mineral tanah juga dapat dibedakan menjadi mineral primer dan sekunder.
Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk,
sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama
proses pembentukan tanah berlangsung. Mineral primer umumnya terdapat dalam
8
fraksi pasir dan debu, sedangkan mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi
liat.
Bahan Organik
Air
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang buruk. Baik kelebihan
maupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Bagi tanaman, air
berguna sebagai unsur hara, pelarut unsur hara, dan bagian dari sel-sel tanaman.
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman adalah selisih antara kadar air pada
kapasitas lapang dengan kadar air pada titik layu permanen. Kadar air kapasitas
lapang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap
gaya tarik gravitasi. Kadar air pada titik layu permanen adalah kandungan air tanah
pada saat akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah,
sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang maupun
malam hari atau tetap layu bila telah dilakukan penyiraman.
Udara
9
Udara dan air mengisi pri-pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah
kurang lebih 50% dari volume tanah, sedang jumlah air dan udara di dalam tanah
berubah-ubah. Pada tanah-tanah yang tergenang air semua pori-pori tanah diisi air,
sedangkan pada tanah kering atau air ditemukan terutama pada pori-pori mikro dan
udara mengisi pori-pori tanah yang tidak terisi air.
Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan sifaf fisika, kimia, dan biologi.
Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan tingkat kesuburan
lahan pertanian. Tanpa disadari selama ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia
hanya mementingkan kesuburan yang bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan
pupuk anorganik seperti : urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus
dengan dosis yang berlebihan.
10
Lahan-lahan yang bagus di Jawa dialih fungsikan menjadi pemukiman atau kawasan
industri. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui intensifikasi untuk
meningkatkan produktivitas atau ekstensifikasi untuk mendapatkan lahan baru. Kunci
utama dari kedua hal tersebut adalah bagaimana memelihara atau meningkatkan
status kesuburan tanahnya.
Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia dan hewan
hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi
sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah
menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung
kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan
udara, pencemaran tanah pun sebagian besar akibat kegiatan manusia juga.
11
pemupukan yang berlebihan, pengelolaan pupuk yang sembarangan, akan
menimbulkan bahaya lingkungan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik, kimia dan biologi
secara integral mampu menunjang produktivitas tanaman untuk menghasilkan
biomassa dan produksi baik tanaman pangan, pakan, obat-obatan, industri,
perkebunan, maupun kehutanan.
Fungsi-fungsi Tanah Secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana
dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl).
Secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman.
Tanah disusun oleh empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik,
air dan udara. Bahan Padatan berupa bahan mineral 45 % , Bahan Padatan
berupa bahan organik 5% , Air 20-30 % , Udara 20-25 %
3.2 saran.
13
DAFTAR PUSTAKA
Setyowati, D. L. (2007). Sifat fisik tanah dan kemampuan tanah meresapkan air pada
lahan hutan, sawah, dan permukiman. Jurnal Geografi: Media Informasi
Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 4(2).
http://scholar.unand.ac.id/23372/2/2.%20Bab%20I%20%28Pendahuluan%29.pdf
diakses pada Sabtu pukul 20.00
http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/19/faktor-faktor-lingkungan-yang-berhubungan-
dengan-pertumbuhan/ diakses pada Sabtu pukul 21.00
https://www.slideshare.net/bachrudinashari/angin-16308795?next_slideshow=1
diakses pada Sabtu pukul 19.00
https://www.academia.edu/download/54721278/1991-Tanah-dan-lingkungan.pdf
diakses pada Minggu pukul 10.00
http://faperta.ugm.ac.id/download/publikasi_dosen/tejoyuwono/1991/1996%20pend.p
df diakses pada Minggu pukul 11.00
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/0a4a37b4449ce9b5b907412
4080f2e88.pdf diakses pada Minggu pukul 20.00
14
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=6467 diakses pada Minggu pukul 21.00
15