MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi Lanjut yang dibina oleh
Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aida Fithriyatur Rohmah 170341864562/Kelas C
Usratussyarifah 170341864522/Kelas C
Iin Murtini 170341864512/Kelas C
Mushoffa 170341864553/Kelas C
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melim-pahkan segala
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Bakteri Patogen pada Tanaman dan Mekanisme Patogenitasnya”.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian makalah ini, baik yang berupa sumbangan pikiran, bimbingan, ide dan motivasi
yang sangat berarti, terutama ditujukan kepada:
1. Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd sebagai dosen pembina matakuliah Mikrobiologi
Lanjut.
2. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana pendidikan biologi kelas C yang telah memberikan
bantuan, semangat dan motivasi.
Segala bantuan yang diberikan kepada penulis semoga menjadi amal ibadah dan diridhoi
Allah SWT.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang luput dari
koreksi, sekalipun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Terakhir penulis menyampaikan harapan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Bakteri Patogen pada Tanaman ....................................................................... 3
B. Spesies Bakteri Patogen pada Tanaman dan Mekanisme Patogenitasnya ....... 4
1. Ralstonia Solanacearum ....................................................................................... 4
2. Erwinia carotovora .................................................................................... 9
3. Agrobacterium tumefaciens ........................................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri merupakan mikroorganisme yang penyebarannya sangat luas di
alam. Keberadaan bakteri dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai
bidang seperti lingkungan, pangan, industri maupun pengobatan. Contoh
pemanfaatan bakteri yaitu pemanfaatan bakteri Acetobacter dalam pembuatan
cuka dan pemanfaatan bakteri Streptomyces griseus untuk menghasilkan
antibiotik streptomycin. Namun, keberadaan bakteri dapat juga merugikan
karena ada jenis bakteri yang bersifat patogen. Bakteri patogen adalah bakteri
yang dapat menyebabkan penyakit pada inang dengan toksin yang
dihasilkannya.
Bakteri patogen tidak hanya muncul pada manusia maupun hewan, tetapi
juga pada tanaman. Tanaman yang terserang oleh bakteri patogen akan menjadi
tanaman yang sakit. Tanaman sakit dapat didefinisikan sebagai tanaman yang
mengalami gangguan fisiologis yang disebabkan oleh penyebab penyakit yaitu
patogen yang kemudian gangguan ini dimunculkan dalam bentuk gejala. Pada
umumnya tanaman yang sakit akan menunjukkan gejala yang khas. Gejala
(symptom) adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman itu sendiri akibat
adanya infeksi penyebab penyakit. Seringkali penyakit tertentu tidak hanya
menyebabkan munculnya satu gejala tetapi dapat juga berupa serangkaian
gejala yang disebut syndroma.
Sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam terjadinya penyakit
tanaman adalah adanya interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya,
yang ditunjukkan dengan terjadinya pertanaman dan perkembangan patogen di
dalam jaringan inang. Untuk terjadinya infeksi patogen harus terlebih dahulu
mengenal inangnya (masa prapenetrasi) untuk selanjutnya baru melakukan
infeksi dan masuk ke dalam jaringan inang (masa pasca penetrasi). Sebagai
akibat dari adanya infeksi akan terjagi penyakit tanaman. Dalam makalah ini
akan dijelaskan beberapa jenis bakteri bersifat patogen pada tanaman dan
bagaimana mekanisme petogenitasnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bakteri patogen pada tanaman?
2. Apa saja spesies bakteri yang bersifat patogen pada tanaman?
3. Bagaimana mekanisme patogenitas bakteri terhadap tanaman?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian bakteri patogen pada tanaman.
2. Untuk mengetahui beberapa spesies bakteri yang bersifat patogen pada
tanaman.
3. Untuk mengetahui mekanisme patogenitas bakteri terhadap tanaman.
BAB II
ISI
A. Bakteri Patogen pada Tanaman
Patogen berasal dari bahasa Yunani "penyebab penderitaan" adalah agen
biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Umumnya istilah ini
diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tanaman
multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari
semua kingdom biologi. Jumlah spesies mikroba yang ada di alam
kemungkinan bisa mencapai satu juta spesies, tetapi hanya beberapa ratus
spesies menyebabkan penyakit (patogen). Menurut Gillespie et al. (2007),
bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan
tidak memiliki nukleus. Bakteri patogen tanaman adalah bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit pada inang dengan toksin yang dihasilkannya. Sebagai
tanda penyakit pada tanaman yang terserang oleh bakteri biasanya
menunjukkan adanya koloni bakteri yang keluar dari jaringan yang sakit yang
disebut dengan ooze bakteri (Gambar 1).
Bakteri patogen tanaman dapat tersebar atau menular dengan perantaraan
alat perkembang biakan tanaman, alat-alat pertanian, air irigasi, tanah,
serangga vektor, ataupun juga manusia. Bakteri tidak dapat melakukan infeksi
dengan menembus permukaan jaringan tanaman yang utuh. Bakteri dapat
masuk ke dalam jaringan tanaman melalui luka mekanis. Karena adanya
tekanan negatif di dalam pembuluh yang terjadi akibat adanya luka akan
mengakibatkan bakteri terhisap masuk ke dalam pembuluh. Luka karena hewan
juga dapat menjadi jalan masuk bagi bakteri.
(A) (B)
Gambar 1. (A) Batang atau cabang yang terserang bakteri patogen, jika dipotong lalu
dibiarkan akan mengeluarkan cairan yang merupakan koloni bakteri yang disebut ooze
(B) Jika batang tersebut dimasukkan ke dalam air jernih maka ooze akan keluar
menyerupai cairan kental berwarna putih atau kelabu
(Sumber: Alfenas, A.C. et al., 2006)
Lubang alami juga dapat digunakan oleh bakteri untuk melakukan
infeksi. Mulut kulit ataupun hidatoda, khususnya yang terdapat di tepi daun
dapat digunakan sebagai jalan masuk bakteri. Pada waktu udara lembap
hidatoda akan mengteluarkan tetes air gutasi (Gambar 2). Jika kelembapan
turun maka penguapan daun akan bertambah sehingga tetes air yang berada di
depan hidatoda akan terisap masuk dan bila di situ ada spora bakteri yang
menempel maka akan ikut terserap masuk bersama dengan tetes air gutasi
tersebut. Infeksi yang terjadi melalui hidatoda ini sering ditunjukkan dengan
gejala awal kerusakan yang terlihat pada tepi daun (Gambar 2).
(A) (B)
(C)
Gambar 2. (A) Proses gutasi pada daun, gutasi merupakan proses pelepasan air dari
jaringan daun (B) dan (C) Tanda penyakit layu pada tanaman
(Sumber: Alfenas, A.C. et al., 2006)
Class : Betaproteobacteria
Order : Burkholderiales
Famili : Ralstoniaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Ralstonia solanacearum
(A) (B)
(C)
Gambar 3. Gambar (A) & (B) koloni bakteri Ralstonia Solanacearum Gambar (C)
Bentuk sel Ralstonia Solanacearum
Bakteri patogen ini menyebabkan gejala yang bervariasi mulai dari
bercak daun, hawar, busuk daun, sampai layu. Suhu yang relatif tinggi
mendukung perkembangan bakteri Ralstonia solanacearum. Bakteri
berkembang baik di tanah alkalis yang suhunya agak tinggi di saat banyak
hujan. Intensitas penyakit sangat dipengaruhi oleh tanaman terinfeksi pada
musim sebelumnya. R. solacearum adalah salah satu patogen tanaman yang
sulit dikendalikan karena bakteri ini memiliki kisaran inang yang luas.
Lebih dari 200 famili tanaman telah diketahui sebagai inang R. solacearum
(Hayward, 1990). Di daerah penanaman kentang di Pangalengan Jawa Barat
telah diketahui lebih dari 70 tanaman yang menjadi inang R. solacearum
(Gunawan, 2006).
Gunawan (2006), juga menyatakan bahwa bakteri ini bersifat patogen
pada beberapa tanaman pangan dan sayuran, terutama kelompok famili
Solanaceae seperti tanaman Kentang (Solanum tuberosum); tomat
(Lycopersicum esculentum); terong (Solanum melongena); pisang, (Musa
spp); geranium (Pelargonium); jahe (Zingiber officinale); tembakau
(Nicotiana tabacum); lada manis (Capsicum spp.); zaitun (Olea europea);
mawar (Rosa sp); dan kedelai (Glycine max) (Terblanche, J.; de Villiers,
D.A, 2013). Penyakit ini juga banyak dijumpai di Jawa, Sumatera dan
Sulawesi khususnya di Sulawesi Utara.
a. Mekanisme Patogenenitas bakteri Ralstonia solanacearu
Ralstonia solanacearum merupakan patogen pada tanaman
kentang. Bakteri ini menyerang akar tanaman melalui luka yang
diantaranya disebabkan oleh munculnya akar lateral. Di dalam tanaman
inang yang rentan, bakteri ini berkembang biak dengan cepat di jaringan
korteks untuk selanjutnya menyerang bagian xilem. Dalam beberapa jam,
terjadi kolonisasi R. solacearum secara agresif di tabung xilem,
kemudian menyebar ke sistem jaringan pembuluh sampai bagian tajuk
dan batang mengikuti aliran transpirasi dan akhirnya menyebabkan
kelayuan yang mematikan. Bakteri terangkut dalam pembuluh kayu dan
pada batang yang lunak, masuk ke dalam ruang antara sel dalam kulit dan
empulur, menguraikan sel-sel sehingga terjadi rongga-rongga akar dan
batang (Vasse et al. 1995; Tan-Kersten et al. 2001).
Bakteri patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga
mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman
menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa hari
tanaman akan mati. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini
dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat menyebabkan perubahan
warna pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang
dipotong (melintang) atau dibelah. Gejala penyakit layu bakteri pada
tomat dan tembakau ditandai dengan perubahan warna pada bagian
berkas pembuluhnya biasanya menjadi berwarna coklat dan perubahan
warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke empulur
dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
b. Gejala
Menurut Vasse et al. 1995; Tan-Kersten et al (2001) Gejala
penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum meliputi kekuningan dan
layu, diikuti dengan nekrosis dan dapat menyebabkan kematian pada
tanaman apabila tidak segera ditangani dengan baik. Beberapa daun
muda layu dan daun tua sebelah bawah menguning. Apabila bagian
tanaman yang terinfeksi (batang, cabang, dan tangkai daun) dibelah akan
tampak pembuluh berwarna coklat, demikian juga empulur sering
berwarna kecoklatan (Gambar 4). Pada penyakit stadium lanjut apabila
batang dipotong, akan keluar lendir bakteri berwarna putih susu. Lendir
ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu
Fusarium.
Gejala pertama kali terlihat pada tanaman yang berumur kurang
lebih 6 minggu. Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya
dimulai dari daun-daun muda (ujung). Terkadang kelayuan tidak terjadi
dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian yang layu
daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning,
kemudian mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman
menjadi mati. Penyakit layu ini menyerang tanaman nilam Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum dan dapat menurunkan
produksi nilam 60%.
(A) (B)
Gambar 4. (A) Gejala bagian dalam pembuluh batang (B) Kelayuan
pada tanaman
(Sumber: Yabuchi, 1993)
c. Pengendalian
Menurut Agri (2017), pengendalian penyakit layu pada beberapa
tanaman soalnaceae akibat serangan dari bakteri Rastonia solanacearum
adalah :
1) Gunakan pupuk kandang yang telah masak. Pupuk kandang yang
belum masak dapat memacu perkembangan bakteri ini memalui
kenaikan suhu tanah yang disebabkan oleh proses fermentasi pupuk
organik.
2) Kurangi penggunaan urea, Kalau perlu gunakan NPK saja.
Penggunaan urea yang berlebihan akan menyebabkan tanaman
sukulen dan mudah terserang penyakit.
3) Gunakan benih varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
4) Pergiliran tanaman menggunakan tanaman selain famili solanaceae
(terung-terungan).
5) Hindari mengocor NPK maupun pupuk kimia lain pada akar tanaman.
Pengocoran pupuk kimia akan menyebabkan luka pada akar tanaman
6) Pencelupan bibit sebelum tanam menggunakan larutan bakterisida
7) Mencabut tanaman yang telah terserang penyakit layu bakteri ini.
8) Hindari mengairi lahan dengan menggenangi lahan terlalu tinggi,
kalau perlu jangan digenangi.
9) Berdasarkan pengalaman, jika tanaman telah terserang layu
penggunaan bakterisida menjadi kurang efektif.
2. Erwinia carotovora
Bakteri Erwinia carotovora menyebabkan penyakit pada tanaman
yang disebut penyakit busuk basah. Erwinia carotovora adalah genus yang
mempunyai bulu cambuk banyak atau peritrich. Peritrich mempunyai flagel
pada seluruh permukaan tubuhnya. Bakteri ini menghasilkan enzim
ekstraselluler seperti pektinase yang dapat menguraikan pektin (yang
berfungsi untuk merekatkan dinding-dinding sel yang berdampingan).
Dengan terurainya pektin sel-sel akan lepas satu sama lain (Semangun,
2000).
Erwinia carotovora merupakan bakteri berbentuk batang (Gambar 5),
bersifat gram negatif, umumnya berbentuk rantai, tidak berkapsul dan tidak
berspora, dapat bergerak aktif dengan 2-5 flagella. Ukuran selnya 1,5-2,0 x
0,6-0,9 mikron (Permadi dan Sastroosiswojo, 1993). Suhu minimum untuk
bakteri ini adalah 5oC, optimum 22oC, maksimum 37oC dan akan mati pada
suhu 50oC (Agrios, 2005).
Kingdom : Bacteria
Filum : Preobacteria
Kelas : Gamma protobacteria
Ordo : Enterubacteriales
Family : Enterubacteriaceae
Genus : Erwinia
Spesies : Erwinia carotovora
3. Agrobacterium tumefaciens
Bakteri Agrobacterium tumefaciens merupakan bakteri aerob obligat
gram negatif yang habitat alaminya di dalam tanah. Bakteri Agrobacterium
tumefaciens adalah bakteri patogen pada tanaman yang banyak digunakan
untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman untuk menghasilkan
suatu tanaman transgenik. Secara alami, bakteri Agrobacterium tumefaciens
dapat menginfeksi tanaman dikotil melalui bagian tanaman yang terluka
sehingga menyebabkan tumor (crown gall). Bakteri ini tergolong ke dalam
gram negatif yang memiliki sebuah plasmid besar yang disebut plasmid-Ti
yang berisi gen penyandi faktor virulensi penyebab infeksi bakteri ini pada
tanaman. Untuk memulai pembentukan tumor, bakteri Agrobacterium
tumefaciens harus menempel terlebih dahulu pada permukaan sel inang
dengan memanfaatkan polisakarida yang akan digunakan untuk
mengkolonisi atau menguasai sel tanaman. Polisakarida yang terdapat pada
permukaan sel Agrobacterium berperan penting dalam proses kolonisasi
(Sugiyarto, Tanpa tahun). Kultur Bakteri Agrobacterium tumefaciens
menggunakan sampel tanaman mawar yang menunjukan gejala crown gall
pada bagian batang dan akar tanaman (Silitonga, 2014).
Kingdom: Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alpha Proteobacteria
Ordo : Rhizobiales
Famili : Rhizobiaceae
Genus : Agrobacterium
Spesies : A. tumefaciens
Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0,6 – 1,0 µm sampai 1,5
– 3,0 µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium
merupakan bakteri yang mudah bergerak (motile) dan memiliki 1-6 flagela
peritrichous serta merupakan bakteri tak berspora. Suhu optimal
pertumbuhan bakteri ini adalah 25-28°C. Kumpulan bakteri ini biasanya
berbentuk cembung, bulat, lembut, dan tak berpigmen (Manalu, 2014). Biasanya
koloni bakteri dapat ditumbuhkan pada medium di media LB (Gambar 1).
Gambar 10. Tumor Crown gall pada irisan wortel yang diinokulasi dengan
bakteri A. tumefaciens
(Hassian, 2014)
c. Pengendalian
Untuk mengatasi berbagai aktifitas bakteri yang dapat
merugikan, perlu di lakukan tindakan yang tepat. Tindakah tersebut dapat
berupa tindakan pencegahan (preventif) maupun tindakan pengobatan.
Akan tetapi, pada tumbuhan banyak menggunakan dengan pengendalian
hayati yang memanfaatkan bakteri antagogis yang salah satunya adalah
bakteri Agrobacterium radiobacter strain K- 84.
Agrobacterium radiobacter K84 adalah agensia pengendali hayati
yang efektif dan dapat digunakan secara komersial untuk mengendalikan
penyakit crown gall (Stockwell et al., 1993). Bakteri Agrobacterium
radiobacter strain K-84 dapat menghasilkan senyawa antibiotik Agrosin
84 yang mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen Agrobacterium
tumefacient penyebab penyakit Crown Gall pada tanaman persik, mawar
dan wortel. Strain K–84 ini mengandung plasmid kecil yang
menyandikan produksi agrosin dan plasmid besar yang menyandikan
penggunaan nonpalin yang merupakan asam amino tipe opin yang hanya
terdapat dalam jaringan Crown Gall. Dari percobaan laboratorium
didapatkan bahwa bakteri patogen yang resisten terhadap agrosin ini
dapat muncul karena adanya konjugasi antara strain–84 dan strain
patogen. Selama konjugasi, kedua plasmid dari strain–84 berpindah
secara bebas, sedangkan plasmid Ti pada patogen, pada sel penerima
dapat muncul ataupun tidak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada
inang dengan toksin yang dihasilkannya.
2. Beberapa spesies bakteri yang bersifat patogen pada tanaman antara lain
yaitu (1) Ralstonia solanacearum yang menyebabkan penyakit layu pada
tanaman, (2) Erwinia carotovora yang menyebabkan penyakit busuk basah,
dan (3) Agrobacterium tumefaciens yang menyebabkan penyakit tumor
(crown gall) pada tanaman.
3. Bakteri patogen tanaman dapat tersebar atau menular dengan perantaraan
alat perkembang biakan tanaman, alat-alat pertanian, air irigasi, tanah,
serangga vektor, ataupun juga manusia. Bakteri dapat masuk ke dalam
jaringan tanaman melalui luka mekanis.
DAFTAR PUSTAKA