SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Sarjana Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Garut
Oleh :
NPM. 24031118029
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Pertanian
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Garut
Universitas Garut
NPM : 24031118029
No Telp/HP : 081297966846
1. Penelitian ini tidak mengandung satu materipun yang telah dipublikasikan atau
2. Jika diketahui ada bagian skripsi ini yang tidak sesuai dengan pernyataan di atas
iv
ABSTRACT
Rice is the staple food of the population in Indonesia, and plays an important role
in economic and social stability in Indonesia. The presence of weeds on agricultural
land can cause competition in terms of competition for living factor needs. Weed
control that is considered effective is chemical control using herbicides, one of
which is using the active ingredient metamifop 150 g/l. The aim of the study was to
determine the effect of the herbicide metamifop dose of 150 g/l on weeds, growth
and yield of lowland rice (Oryza sativa L.). This research was conducted at SPLPP
Faculty of Agriculture, University of Padjadjaran Ciparay, Baleendah District,
Bandung Regency, West Java from January 2022 to May 2022. The method used
was a non-factorial randomized block design (RAK) with 6 treatments consisting of
Metamifop 150 g/l (¾ A) ) = 0.45 l/ha, Metamifop 150 g/l (1 A) = 0.6 l/ha,
Metamifop 150 g/l (1¼ A) = 0.75 l/ha, Metamifop 150 g/l (11 /2 A) = 0.9 l/ha,
manual and control. The results showed that the dose of the herbicide Metamifop
150 g/l gave a significant effect of 0.75 l/ha, on the dry weight of Echinochloa
crusgalli weeds, 0.45 l/ha, on other species of weeds and total weeds at 3 MSA, and
dose. 0.6 l/ha had a significant effect on milled dry unhusked rice.
v
KATA PENGANTAR
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat
g/l Terhadap Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Kultivar Inpari 48. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
bantuan dan saran dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis
4. Siti Syarah Maesyaroh, SP., MP., sebagai anggota penguji sekaligus Ketua
5. Dr. Tintin Febrianti, SP., MP., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Garut.
7. Orangtua dan keluarga yang telah memberi dorongan moril kepada penulis.
vi
vii
Harapan dan doa penulis semoga semua kebaikan dan jasa-jasa dari semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini dibalas oleh Allah
SWT, skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 4
1.6 Hipotesis ................................................................................................. 7
viii
ix
No Judul Halaman
1. Perlakuan Herbisida Metamifop 150 g/l ……………….. 16
2. Analisis Sidik Ragam RAK non Faktorial……………... 18
3. Bobot Kering Gulma Echinochloa crussgali…………... 26
4. Bobot Kering Gulma Leptochloa chinensis……………. 27
5. Bobot Kering Gulma Eleocharis dulcis………………... 28
6. Bobot Kering Gulma Spesies Lain……………………... 29
7. Bobot Kering Gulma Total……………………………... 30
8. Keracunan Tanaman Padi………………………………. 32
9. Tinggi Tanaman Padi…………………………………… 33
10. Jumlah Anakan Vegetatif……………………………….. 34
11. Jumlah Anakan Generatif……………………………….. 35
12. Hasil Panen Tanaman Padi……………………………… 36
13. Analisis Vegetasi Gulma………………………………... 38
x
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Jenis Gulma Berdaun Lebar……………………………… 11
2. Jenis Gulma Rumput (berdaun sempit)……………………... 11
3. Jenis Gulma Teki …………………………………………… 11
4. Raksi Kimia Herbisida Metamifop …………………………. 15
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Jadwal Penelitian………………………………………………. 45
2. Tata Letak Percobaan………………………………………….. 46
3. Denah Pengambilan Contoh Gulma…………………………… 47
4. Deskripsi Padi Inpari 48……………………………………….. 48
5. Data dan Analisis Bobot Kering Gulma E.crus galli 3 MSA…... 50
6. Data dan Aanalisi Bobot Kering Gulma E.crus galli 6 MSA…... 51
7. Data dan Aanalisi Bobot Kering Gulma Leptochloa chinensis 3
MSA…………………………………………………………… 52
8. Data dan Aanalisi Bobot Kering Gulma Leptochloa chinensis 6
MSA……………………………………………………………. 53
9. Data dan Analisis Bobot Kering Gulma Eleocharis dulcis 3
MSA…………………………………………………………..... 54
10. Data dan Analisis Bobot Kering Gulma Eleocharis dulcis 6
MSA………………………………………………………..........
56
11. Data dan Analisis Bobot Kering Gulma lain 3 MSA……………. 57
12. Data dan Analisis Bobot Kering Gulma lain 6 MSA……………. 58
13. Data dan Analisis Bobot Kering Gulma Total 3 MSA…………... 59
14. Data dan Analisis Bobot Kering Gulma Total 6 MSA………….. 60
15. Data Tinggi Tanaman 3 MSA…………………………………… 61
16. Data Tinggi Tanaman 6 MSA…………………………………… 62
17. Data Jumlah Anakan Padi 3 MSA……………………………… 63
18. Data Jumlah Anakan Padi 6 MSA……………………………… 64
19. Data dan Jumlah Anakan Generatif pada Padi………………… 65
20. Data dan Analisis Hasil Gabah Kering (GKG)……………….. 66
21. Data Analisis Vegetasi Gulma sebelum percobaan dan
Perhitungan Sum Dominance Ratio (SDR)…………………… 67
xii
xiii
bagi masyarakat harus selalu terjamin. Padi merupakan makanan pokok penduduk
Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270,20 juta orang dengan
produksi beras pada tahun 2020 mencapai 31,33 juta ton (BPS, 2020; BPS, 2021).
tanaman padi seperti alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian, degradasi
lahan, dan gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) salah satunya adalah
gulma. Gulma merupakan salah satu dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
tanaman padi, salah satunya adalah gangguan gulma yang dapat menurunkan hasil
2017).
1
2
(Palijama et al., 2018). Kehadiran gulma pada lahan pertanian dapat menyebabkan
terjadinya kompetisi dalam hal persaingan kebutuhan faktor hidup seperti air, unsur
hara, cahaya matahari dan juga gulma dapat dijadikan sebagai inang perantara bagi
hama dan penyakit tanaman padi (Simanjuntak et al., 2016). Gulma merupakan
berpengaruh terhadap produktivitas padi (Miranda et al., 2011). Gulma yang umum
ditemui pada lahan padi sawah diantaranya dari golongan gulma daun lebar, seperti
golongan gulma teki, yaitu Fimbristylis miliacea, dan Cyperus iria yang dapat
menimbulkan kehilangan hasil tanaman padi sebesar 57% (Umiyati et al., 2018).
gulma secara fisik, pengendalian gulma secara biologis, dan pengendalian gulma
alat dan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisida paling sering
digunakan oleh petani (Ratnawati, 2017). Pengendalian gulma secara kimiawi dapat
menjadi cara pengendalian gulam yang efektif untuk pertanaman padi sawah karena
penggunaan herbisida dapat mengendalikan gulma dalam skala luas dengan waktu
atau mematikan gulma namun tidak mengganggu pertumbuhan padi, maka upaya
untuk menjaga produksi tanaman padi dapat dilakukan. Pengendalian gulma secara
metina 150 EC dengan bahan aktif metamifop 150 g/l. Herbisida metamifop
kerja herbisida ini adalah menghambat sistesis lipid dengan menghambat kerja
perbedaan serapan daun. Herbisida ini menyebabkan klorosis pada daun yang
adalah :
2. Apakah terdapat dosis herbisida berbahan aktif Metamifop 150 g/l yang
padi sawah?
Padi merupakan salah satu makanan pokok, kebutuhan akan beras akan
terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, namun hal ini
tidak dibarengi dengan pertambahan jumlah produksi padi. Dalam budidaya padi
dari awal penyemaian benih hingga panen terdapat berbagai kendala yang dapat
5
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil produksi salah satu masalahnya adalah
gulma.
kemampuan kompetitif dan agresif serta tumbuhan yang kukuh (gigih) dan tahan
berkompetensi kuat dengan tanaman budi daya untuk memenuhi kebutuhan unsur
secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia atau
Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap
penggunaan herbisida tunggal dengan satu jenis bahan aktif dan spesifik. Jenis
herbisida selektif hanya mampu mengendalikan satu jenis gulma, dimana apabila
salah satu gulma dikendalikan, maka gulma jenis lain yang lebih tahan akan
menjadi dominan pada lahan, dan dapat menimbulkan masalah baru (Budhiawan,
2016).
6
lebih luas serta diharapkan dapat memperlambat timbulnya gulma yang resisten
adalah dengan mencampurkan dua atau lebih bahan aktif herbisida dari kelompok
berbeda namun memiliki sifat yang tidak saling antagonis (Guntoro dan Fitri,
2013). Herbisida metamifop ini diaplikasikan pasca tumbuh, bersifat sistemik dan
selektif untuk mengendalikan gulma rumput, teki dan daun lebar. Menurut Sinaga,
Nico Van Maestro (2017) herbisida berbahan aktif Metamifop merupakan herbisida
sistemik pasca tumbuh yang bersifat selektif untuk mengendalikan gulma padi
sawah.
Efikasi adalah respon maksimal yang dihasilkan oleh suatu obat. Efikasi
metamifop 100 g/l mulai dosis 375 ml/Ha hingga 1000 ml/Ha tidak menyebabkan
keracunan pada tanaman padi sawah. Dosis yang paling efektif untuk
mengendalikan gulma Cyperus iria dan Fimbrisylis miliacea yaitu dosis 750ml/Ha,
Lepthocloa dubia hingga 6 minggu setelah aplikasi. Selain itu, metamifop dosis
minggu setelah aplikasi dan tidak meracuni serta tidak menurunkan hasil tanaman
1.6 Hipotesis
Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang
rumput yang berumpun. Dalam 1 bibit dapat tumbuh anakan hingga 20 lebih
sumber makanan pokok. Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek.
Pada umumnya setelah dipanen padi tidak akan tumbuh lagi tetapi akan mati.
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim yang mempunyai
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Gramineae
Genus : Oryza L.
8
9
Terdapat dua macam perakaran padi yaitu akar seminal yang tumbuh dari radikula
(akar primer) pada saat berkecambah, dan akar adventif (akar sekunder) yang
bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Radikula (akar
primer) yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Apabila pada akar
primer terganggu, maka akar seminal akan tumbuh dengan cepat. Akar-akar
seminal akan digantikan oleh akar-akar sekunder (akar adventif) yang tumbuh dari
7 batang bagian bawah. Bagian akar yang telah dewasa dan telah mengalami
perkembangan berwarna coklat, sedangkan akar yang masih muda berwarna putih
(Suhartatik, 2008).
Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta
kuat menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien
terutama pada saat pengisian gabah (Suardi, 2002). Akar tanaman padi berfungsi
menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah yang kemudian diangkut ke bagian
atas tanaman (Fitri, 2009). Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur
senyawa-senyawa kimia dan air dalam tanaman, dan sebagai cadangan makanan
(Makarim et al., 2007). Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas. Antar
ruas pada batangpadi dipisahkan oleh buku. Panjangnya tiap-tiap ruas tidak sama.
Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang dan ruas kedua, ketiga, dan
seterusnya lebih panjang dari pada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian
bawah ruas terdapat daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas.
10
Pada buku bagian ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana
cabang yangterpendek menjadi ligula (lidah daun) dan bagian yang terpanjang dan
terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan
kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari
batang disebut daun bendera. Pembentukan anakan padi sangat dipengaruhi oleh
unsur hara, sinar matahari, jarak tanam, dan teknik budidaya (Fitri, 2009).
hasil panen yang tinggi dalam suatu sistem budidaya tanaman. Gulma menyaingi
tanaman dalam pengambilan unsur hara, air, ruang, CO₂ dan cahaya (Lestari,
menyebabkan persaingan untuk mendapatkan unsur hara, air, ruang tempat tumbuh
dan sinar matahari (Jamilah, 2013). Jenis-jenis gulma pada tanaman padi
tata air dan tanah, tingkat pengolahan tanah, cara pemupukan, pergiliran tanaman,
cara pengendalian, kondisi iklim dan populasi jenis-jenis gulma yang ada serta
biaya yang tetap yang harus selalu dikeluarkan pada setiap operasi pertanian.
Banyak orang yang belum menyadari akan beban yang ditimbulkan oleh adanya
11
untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun
non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan
Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama
untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman,
sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan
diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Bahan kimia yang
Herbisida adalah suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma
jenis bahan aktif maupun dosis herbisida (Mangoensoekarjo dan Soejono, 2015).
Menurut Sukman dan Yakup (2002) bahwa pengendalian gulma (weeds control)
tanaman budidaya tumbuh lebih produktif dan efisien dengan cara menekan
13
populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau
tidak melampaui ambang ekonomi. Salah satu herbisida yang dapat digunakan
adalah Herbisida Metina 150 EC dengan bahan aktif metamifop 150 g/l terhadap
herbisida pasca tumbuh yang bersifat sistemik yang dapat mengendalikan gulma
rumput tahunan, namun tidak seperti herbisida lainnya herbisida metamifop aman
2.3.1 Herbisida
dan ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan
ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan
metode lain karena membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit dan waktu
dengan pengaruh negatif yang mini mum terhadap petani, tenaga penyemprot,
konsumen dan lingkungan. Kondisi ini sangat sulit untuk dicapai secara penuh.
menyebabkan resistensi pada gulma sasaran pada penggunaan secara terus menerus
berbau dan berbentuk bubuk granular halus. Herbisida metamifop adalah herbisida
adalah herbisida yang dapat mengendalikan gulma rumput tahunan, namun tidak
seperti herbisida lainnya herbisida metamifop aman untuk tanaman padi. Herbisida
ini dapat mengendalikan dengan sangat baik terhadap gulma rumput utama
termasuk Echinochloa spp., Digitaria spp. dan Eleusine indica. Mekanisme kerja
herbisida ini adalah menghambat sistesis lipid dengan menghambat kerja enzim
serapan daun. Herbisida ini menyebabkan klorosis pada daun yang sedang
enzim ACCase yang termutasi sehingga herbisida tidak dapat menempel pada
enzim ACCase.
kimia C23H18ClFN2O4, dan memiliki rumus bangun seperti pada gambar (Tomlin,
2010).
bulan Januari 2022 sampai Mei 2022. Lokasi tempat percobaan memiliki ketinggian
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah herbisida Metamifop 150
T-jet Gelas ukur, pipet, cangkul, timbangan analitik, Oven, timbangan, kuadrat.
16
17
dengan jarak antar satuan petak perlakuan berupa galengan lebar 20-30 cm.
Model RAK Non Faktorial Menurut Gomez dan Gomez (1995), sebagai
berikut:
Yij = µ + τi + βj + ∑ij
Keterangan:
Berdasarkan model linier, maka dapat disusun daftar analisis ragam yang
Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka dilakukan uji lanjut Duncan
LSR(a.dbG.p)=SSR(a.dbG.p) .Sx
Keterangan:
a = Taraf nyata
Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang
semula keras menjadi datar dan melumpur, dengan begitu gulma akan mati dan
membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah
menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. pada pengolahan tanah sawah ini,
ukuran 3 m x 5 m sebanyak 24 petakan. Saluran air masuk dan air keluar diatur
3.5.3 Penanaman
umur bibit yang dipindahkan yaitu umur bibit 18 sd 21 hari dan jarak tanam 25 x
25 cm. Setiap lubang tanam ditanam sebanyak 2-3 bibit, penyulaman dilakukan 1
Jarak tanam yang dilakukan pada saat penanaman padi itu sendiri yakni 25
cm x 25 cm.
3.5.4 Pemupukan
3.5.5 Pemeliharaan
tujuan percobaan penelitian ini. Apabila perlu digunakan pestisida tertentu, maka
secara merata dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatik (semi
automatic knapsack sprayer) dan nozel T-jet berwarna biru dengan tekanan 1
Volume air yang digunakan adalah 400-600 liter air per hektar, atau sesuai
kalibrasi.
Aplikasi herbisida Metamifop 150 g/l pra tumbuh pada 2 hari sebelum
sampai 2 hari setelah tanam dan Aplikasi herbisida metamifop 150 g/l dilakukan
3.6 Pengamatan
Data contoh biomassa gulma pada setiap satuan petak perlakuan, diamati
sebanyak dua petak kuadrat berukuran 0,5 x 0,5 m. Letak petak kuadrat ditetapkan
secara sistematis.
a. Sebelum Aplikasi
Keterangan:
KR = Kerapatan Relatif
FR = Frekuensi Relatif
DR = Dominansi Relatif
Gulma yang ada akan dipilih dan dihitung jumlah gulma berdasarkan jenisnya di
Kerapatan mutlak suatu jenis = Jumlah semua individu jenis tertentu pada
ditemui suatu jenis terhadap petak contoh yang dibuat. Frekuensi Nisbi adalah
persentase frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis. Rumus
Frekuensi mutlak
Gulma yang terdapat dalam petak contoh kemudian diambil dan dipotong
diatas tanah, setelah itu gulma dikeringkan dalam oven pada suhu 100-110 0C.
Gulma yang sudah kering kemudian ditimbang untuk mengukur bobot keringnya.
KN+DN+FN
SDR =
3
Semakin tinggi nilai SDR gulma maka semakin tinggi dominasi suatu
spesies gulma dan sebaliknya semakin rendah nilai SDR maka semakin rendah pula
b. Setelah aplikasi
Pengambilan gulma untuk data biomassa tiap spesies dan total gulma
a) Gulma sasaran
Contoh gulma yang diambil adalah semua gulma sasaran yang tumbuh pada
dulcis.
b) Biomassa gulma
pada temperatur 800C selama 48 jam atau sampai mencapai bobot kering konstan,
kemudian ditimbang.
3.6.2.1 Fitoksisitas
petak ubinan, diamati pada 1, 2 dan 3 MSA (Minggu Setelah aplikasi). Skoring
0 = Tidak ada keracunan, 0 – 5 % bentuk daun atau warna daun dan atau
1 = Keracunan ringan, > 5 – 20 % bentuk daun atau warna daun dan atau
2 = Keracunan sedang, > 20 – 50 % bentuk daun atau warna daun dan atau
3 = Keracunan berat, > 50 – 75 % bentuk daun atau warna daun dan atau
4 = Keracunan sangat berat, > 75 % bentuk daun atau warna daun dan atau
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga daun tertinggi dan
dilakukan terhadap 10 contoh tanaman yang diambil secara acak pada umur 100
gulma total.
Hasil analisis statistik pengaruh dosis herbisida metamifop 150 g/l terhadap
bobot kering gulma Echinochloa crussgali pada 3 MSA dan 6 MSA dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Bobot Kering Gulma Echinochloa crussgali pada 3 dan 6 MSA (gram)
Dosis Pengamatan
Perlakuan
(l/ha) 3 MSA 6 MSA
A Metamifop 150 g/l (¾ A) 0,45 8,14 de 36,2 b
B Metamifop 150 g/l (1 A) 0,6 7,2 d 28,4 b
C Metamifop 150 g/l (1¼ A) 0,75 3,4 b 36,7 b
1
D Metamifop 150 g/l (1 / 2 A) 0,9 5,6 c 27 b
E Penyiangan Manual 1,68 a 1,82 a
F Kontrol 9,44 e 61,2 c
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Duncan.
MSA = Minggu setelah aplikasi herbisida.
bahwa pemberian herbisida metamifop 150 g/l pada pengamatan 3 dan 6 MSA
dengan dosis 0,45 sampai 0,9 memberikan bobot kering gulma lebih tinggi di
bandingkan dengan bobot kering gulma pada perlakuan penyiangan manual dan
26
27
Hal ini diduga karena dosis yang diberikan terlalu sedikit sehingga tidak
penelitian yang dilakukan oleh Richard (2021) bahwa pemberian dosis yang paling
efektif yaitu dengan dosis 1750 ml/ha bisa menekan pertumbuhan gulma
Didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irwint dan Ainia
bobot kering gulma Leptochloa chinensis pada 3 MSA dan 6 MSA dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Bobot Kering Gulma Leptochloa chinensis pada 3 dan 6 MSA (gram)
Dosis Pengamatan
Perlakuan
(l/ha) 3 MSA 6 MSA
A Metamifop 150 g/l (¾ A) 0,45 0,69 a 0,80 a
B Metamifop 150 g/l (1 A) 0,6 0,73 a 1,60 a
C Metamifop 150 g/l (1¼ A) 0,75 0,46 a 0,60 a
1
D Metamifop 150 g/l (1 /2 A) 0,9 0,25 a 1,00 a
E Penyiangan Manual 0,25 a 0,40 a
F Kontrol 0,80 a 1,80 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Duncan.
MSA = Minggu setelah aplikasi herbisida.
pengamatan 3 dan 6 MSA pemberian dosis herbisida metamifop 150 g/l mulai dosis
0,45 sampai 0,9 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan
28
perlakuan penyiangan manual dan kontrol. Hal ini diduga karena pemberian
herbisida ini cenderung mampu mengendalikan gulma golongan daun lebar dan teki
saja, tidak untuk golongan rumput. Gulma Leptochloa chinensis merupakan salah
satu gulma golongan rumput yang tumbuh dipertanaman padi pada petak perlakuan.
bobot kering gulma Eleocharis dulcis pada 3 MSA dan 6 MSA dapat dilihat pada
Tabel 5.
pengamatan 3 MSA dan 6 MSA pemberian dosis herbisida metamifop 150 g/l mulai
dosis 0,45 sampai 0,9 memberikan hasil bobot kering gulma yang tidak berbeda
nyata dengan perlakuan penyiangan manual dan kontrol. hal ini diduga karena
gulma Eleocharis dulcis atau Purun tikus tanaman yang tumbuh dominan
29
di lingkungan tanah sulfat masam dan dapat menjadi agen penyerap Fe melalui
mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumberi et al. (2004) tanaman
purun tikus merupakan tanaman air yang dominan di lahan pasang surut sulfat
masam.
bobot kering gulma spesies lain pada 3 MSA dan 6 MSA dapat dilihat pada Tabel
6.
Tabel 6. Bobot Kering Gulma Spesies Lain pada 3 dan 6 MSA (gram)
Dosis Pengamatan
Perlakuan
(l/ha) 3 MSA 6 MSA
A Metamifop 150 g/l (¾ A) 0,45 2,11 b 3,88 ab
B Metamifop 150 g/l (1 A) 0,6 1,63 ab 3,06 ab
C Metamifop 150 g/l (1¼ A) 0,75 1,29 ab 2,19 ab
D Metamifop 150 g/l (11/2 A) 0,9 1,11 ab 4,81 b
E Penyiangan Manual 1,04 a 0,43 a
F Kontrol 6,45 c 9,56 c
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Duncan.
MSA = Minggu setelah aplikasi herbisida.
Bobot kering gulma spesies lain adalah bobot kering dari beberapa spesies
kuadrat yang diamati. Gulma spesies lain tersebut diantaranya adalah gulma
150 g/l dengan dosis 0,45 yang berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan
30
secara manual dan berpengaruh nyata terhadap perlakuan kontrol, pada pengamatan
6 MSA dengan dosis 0,9 berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan manual dan
berpengaruh nyata dengan kontrol, dimana bobot kering gulma spesies lain pada
perlakuan kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan bobot keringgulma spesies lain
pada perlakuan herbisida metamifop 150 g/l mulai dosis 0,45 sampai 0,9 sampai
dengan 6 MSA. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sukman danYakup (2002) bahwa
Bobot kering gulma total adalah bobot kering semua spesies gulma yang
ditemukan dalam petakan pengujian pada saat pengamatan. Hasil analisis statistik
MSA dan 6 MSA perlakuan dosis herbisisda Metamifop 150 g/l mulai dosis 0,45
sampai 0,9 terlihat bahwa bobot kering gulma lebih tinggi dan berbeda nyata dengan
perlakuan penyiangan secara manual. Bobot kering gulma pada perlakuan herbisida
metamifop 150 g/l lebih tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa herbisida
metamifop 150 g/l belum efektif mengendalikan bobot kering gulma total walaupun
bobot kering gulma yang dihasilkan lebih rendah dari kontrol. Hal ini sejalan
tanaman padi, hama dan penyakit, tinggi tanaman, jumlah anakan dan hasil panen
Berdasarkan pada Tabel 8. hasil pengamatan pada umur 1 MSA, 2 MSA dan
3 MSA diketahui bahwa penggunaan herbisida berbahan aktif Metamifop 150 g/l
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 8. dapat dilihat hasil pengamatan
keracunan pada tanaman padi (Oryza sativa L.) dengan perlakuan penggunaan
herbisida berbahan aktif metamifop 150 g/l mulai dari dosis 0,45 sampai 0,9
Secara visual tanaman padi tetap normal, tidak terdapat perubahan bentuk daun
maupun warna daun, dengan warna daun tetap hijau. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Komisi Pestisida (1994) skoring 0-5% dengan fitoksisitas pada tanaman
tidak menunjukan adanya keracunan pada bentuk daun, warna daun dan
Hasil analisis statistik pengaruh berbagai dosis herbisida metamifop 150 g/l
terhadap tinggi tanaman padi pada 3 dan 6 MSA dapat di lihat pada Tabel 9.
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 9. Dapat dilihat bahwa semua
perlakuan herbisida metamifop 150 g/l dimulai dengan dosis 0,45 sampai 0,9
termasuk penyiangan manual dan kontrol tidak berbeda nyata pada pengamatan 3
Metamifop 150 g/l dengan dosis 0,45 sampai 0,9 berbeda nyata dengan perlakuan
33
penyiangan secara manual, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.
Terlihat pada perlakuan herbisida metamifop 150 g/l memiliki tinggi tanaman yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan penyiangan secara manual. Fitriana (2008)
kualitas dan kuantitas hasil tanaman karena gulma menjadi pesaing dalam
pengambilan unsur hara, air, dan cahaya matahari serta menjadi inang hama dan
penyakit.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lin et al. (2009) rata rata tanaman padi
mulai aktif dalam penyerapan unsur hara dan pemanfaatan faktor lingkunganuntuk
tidak terkendali menyebabkan proses penyerapan nutrisi dalam tanah oleh tanaman
pertumbuhan tanaman.
metamifop 150 g/l terhadap jumlah anakan padi pada 3 dan 6 MSA dapat dilihat
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 10. menunjukkan bahwa pada
pengamatan 3 MSA perlakuan dosis Metamifop 150 g/l mulai dari dosis 0,45
sampai 0,9 tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan secara manual dan
perlakuan kontrol. Pada pengamatan 6 MSA perlakuan herbisida metamifop 150 g/l
memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan secara manual
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, dimana jumlah anakan
vegetatif pada perlakuan herbisida metamifop 150 g/l 6 MSA menghasilkan anakan
vegetatif yang lebih rendah dibanding manual. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ridwan (1996) dalam Hamim et al. (2003) adanya persaingan gulma dengan
tanaman padi mengakibatkan, jumlah tanaman produktif dan hasil akan menurun.
35
150 g/l terhadap jumlah anakan generatif padi dapat dilihat pada Tabel 11.
Dosis Pengamatan
Perlakuan
(l/ha) Anakan Generatif Padi
A Metamifop 150 g/l (¾ A) 0,45 11.70 a
B Metamifop 150 g/l (1 A) 0,6 11.55 a
C Metamifop 150 g/l (1¼ A) 0,75 10.70 a
D Metamifop 150 g/l (11/2 A) 0,9 10.88 a
E Penyiangan Manual 12.05 a
F Kontrol 10.53 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Duncan.
MSA = Minggu setelah aplikasi herbisida.
perlakuan dosis Metamifop 150 g/l mulai dengan dosis 0,45 sampai 0,9 tidak
berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan secara manual dan perlakuan kontrol
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumardi et al. (2007) diduga karena
jumlah anakan produktif yang keluar pada tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu seperti lingkungan yang bersifat menghambat sehingga tanaman akan
herbisisda metamifop 150 g/l terhadap hasil panen tanaman padi dapat dilihat
pada lampiran 20. Hasil analisis selengkapnya dapat di sajikan pada Tabel 12.
Dosis
Perlakuan Hasil GKG (kg)
(l/ha)
A Metamifop 150 g/l (¾ A) 0,45 2,65 ab
B Metamifop 150 g/l (1 A) 0,6 3,23 b
C Metamifop 150 g/l (1¼ A) 0,75 2,46 ab
D Metamifop 150 g/l (11/2 A) 0,9 2,58 ab
E Penyiangan Manual 3.16 b
F Kontrol 2,02 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Duncan.
MSA = Minggu setelah aplikasi herbisida
perlakuan herbisida Metamifop 150 g/l dengan dosis 0,6 menghasilkan gabah
kering giling yang berpengaruh atau berbeda nyata dengan herbisida metamifop 150
g/l yang lainnya. Pada pemberian herbisida metamifop 150 g/l dengan dosis 0,6
menghasilkan gabah kering giling paling tinggi dan berbeda nyata dengan
perlakuan yang lainnya termasuk penyiangan secara manual dan kontrol. Hal ini
disebabkan oleh gulma ada yang rendah dan ada yang tinggi dan hal ini dipengaruhi
pada pertanaman padi sawah dapat memberikan dampak yang langsung berupa
37
penurunan produksi (hasil gabah dalam satuan berat) maupun pengaruh tidak
bahwa curah hujan selama percobaan tergolong tinggi yaitu >200mm (dari bulan
Januari 2022 – Mei 2022). Curah hujan selama percobaan berkisar antara 2.376 –
1.690 mm. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari 2022 yaitu 1.478 mm
dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April 2022 yaitu 2.797 mm.
(Scircopagha spp.). Hama burung menyerang saat tanaman padi memasuki fase
masak susu hingga padi panen, burung akan memakan langsung bulir padi yang
tikus menyerang tanaman padi saat tanaman padi masih menjadi bibit hingga
tanaman memasuki masa pengisian bulir, tikus aktif menyerang pada pada malam
padi pada fase vegetatif yang menyebabkan tanaman menjadi layu hingga
terganggu, saat memasuki fase generatif proses pengisian bulir juga akan terganggu
karena terhambatnya fotosintat yang dialirkan menuju malai dan membuat bulir
khusus karena tingkat serangan yang ada masih tergolong rendah atau belum
Tujuan dari analisis vegetasi gulma adalah untuk mengetahui jenis – jenis
gulma dominan yang tumbuh pada lahan pertanian padi. Hasil analisis vegetasi
terdapat pada lahan tanaman padi ini. Komposisi gulma terdiri dari 5 spesies gulma
dulcis ) Dari Tabel dapat disimak bahwa gulma yang mendominasi dilokasi
percobaan dari golongan daun lebar dengan SDR = 41,74 % disusul oleh golongan
rumput dengan SDR = 33,92 % dan golongan Teki dengan SDR = 24,33
%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Metamifop 150 g/l erhadap Gulma, pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza
1. Terdapat pengaruh pemberian herbisida Metamifop 150 g/l dosis 0,75 terhadap
bobot kering gulma Echinochloa crussgalli, dosis 0,45 terhadap gulma spesies
lain dan gulma total pada 3 MSA, serta dosis 0,6 berpengaruh nyata terhadap
2. Tidak ditemukan dosis yang efektif dalam pemberian herbisida Metamifop 150
g/l terhadap menekan pertumbuhan gulma, pertumbuhan dan hasil padi sawah.
5.2 Saran
dosis Herbisida Metamifop150 g/l yang berbeda karena herbisida ini jenis herbisida
baru guna untuk mengetahui lebih pasti keefektifan herbisida metamifop ketika
digunakan pada musim serta lokasi yang berbeda dengan dosis yang sama atau
40
DAFTAR PUSTAKA
Adiratma, E.R. 2004. Stop Tanam Padi, Memikirkan Kondisi Petani Indonesia dan
Upaya Meningkatkan Kesejahteraannya. Jakarta: Penebar Swadaya
Dahlianah, I. 2017. Komposisi dan Struktur Gulma Padi di Lahan Pasang Surut
Desa Manggaraya Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin. Jurnal
Klorofil .12(2).
Fadhly, A.F. dan F. Tabri, 2016 Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros.
Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Ladang (Oryza sativa L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Guntoro, D dan Fitri T.Y. 2013. Aktifitas Herbisida Campuran Bahan Aktif
Cyhalofop-Butyl dan Penoxulam terhadap Beberapa Jenis Gulma Padi
Sawah. Buletin Agrohorti. 1(1):140-148 hal.
Hamim, H., D.R.J. Sembodo & H. Susanto. 2003. Tanggapan Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa,L.)terhadap Pemberian Herbisida Siklosulfamurondan
Quinklorak untuk Mengendalikan Gulma. J.Agrotropika VIII(1): 23-30.
41
42
Monaco, T.J., S. M. Weller, & F. M. Ashton. 2002. Weed science. Principles and
Practices. 4th ed. John Wiley & Sons. New York.
Palijama, W., Riry, J., dan Wattimena, A. (2018). Komunitas Gulma Pada
Pertanaman Pala (Myristica fragrans H.) Belum Menghasilkan Dan
Menghasilkan Di Desa Hutumuri Kota Ambon. Agrologia, 1(2).
Prayogo, Dio P., Husni T. Sebayang, dan Agung Nugroho. 2017. Pengaruh
pengendalian gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
(Glycine max (L.) Merril) pada berbagai system olah tanah. Jurnal
Produksi Tanaman, 5(1): 24- 32.
Ratnawati. 2017. Teknik Pengendaian Gulma (Fisik, Biologi Dan Kimiawi) Pada
Tanaman Kedelai http://nad.litbang.
pertanian.go.id/ind/index.php/infoteknologi/797-teknik-pengendaian-
gulmafisik-biologi-dan-kimiawi-pada-tanamankedelai. Diakses pada: 26
November 2018.
Resiworo, D.J.R. 2010. Gulma dan Pengelola. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
43
Rukmana, H.R. dan U.S. Saputra. 1999. Gulma dan Tehnik Pengendalian.
Kanisius. Yogyakarta.
Sinaga, Nico Van Maestro (2017) Pengujian Efikasi Herbisida Berbahan Aktif
Bispyribac Sodium 40 G/L Dan Metamifop 100 G/L Untuk Pengendalian
Gulma Pada Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa L.). Universitas
Brawijaya.
Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Sumardi M, Kasim, Auzar S, Akhir N. 2007. Respon Padi pada Teknik Budidaya
secara Aerobik dan Pemberian Bahan Organik. Jurnal Agrosia. 10(1):65-
71.
Soerjandono, N.B. 2005. Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida
Persistensi Rendah pada Tanaman Padi. Jurnal Teknik Pertanian.
44
45
46
F1 B1 A1 D1 C1 E1
F2 C2 E2 A2 D2 B2
F3 D3 A3 B3 C3 B3
E4 C4 D4 A4 B4 F4
47
Golongan Cere
Daun Bendera
Tegak
Bentuk Gabah Ramping
Warna Gabah Kuning Jerami
Warna Beras Putih
Kerontokan Sedang
Kerebahan Sedang
Tekstur Nasi Pulen
Kadar Amilosa ± 23,58%
( sumber : bbpadi.litbang.pertanian.go.id )
50
Lampiran 5. Data dan Analisis Bobot kering gulma E.crus galli 3 MSA
Lampiran 6. Data dan Aanalisis Bobot kering gulma E.crus galli 6 MSA
Rata-
Perlakuan Ulangan Total rata
1 2 3 4
A 1.00 0.00 1.00 0.75 2.75 0.69
B 1.20 1.00 0.70 0.00 2.90 0.73
C 1.00 0.00 0.70 0.15 1.85 0.46
D 0.50 0.00 0.50 0.00 1.00 0.25
E 0.00 1.00 0.00 0.00 1.00 0.25
F 0.50 1.00 1.20 0.50 3.20 0.80
Total 4.20 3.00 4.10 1.40 12.70
2 3 4 5 6
SSR Tabel DMRT 3,01 3,16 3,25 3,31 3,35
KTG
Sx r 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13
LSR Nilai DMRT 0.38 0.40 0.41 0.42 0.42
Lampiran 9. Data dan Aanalisi Bobot kering gulma Eleocharis dulcis pada 3
MSA
Lampiran 10. Data dan Aanalisi Bobot kering gulma Eleocharis dulcis pada 6
MSA
Lampiran 11. Data dan Analisis Bobot kering gulma lain pada 3 MSA
Lampiran 12. Data dan Analisis Bobot kering gulma lain pada 6 MSA
Perlakuan Ulangan Total Rata rata
1 2 3 4
A 3.50 7.00 2.00 3.00 15.50 3.88
B 2.75 3.00 1.00 5.50 12.25 3.06
C 2.75 2.25 2.00 1.75 8.75 2.19
D 7.00 5.75 5.00 1.50 19.25 4.81
E 0.20 0.50 0.50 0.50 1.70 0.43
F 16.75 6.75 7.00 7.75 38.25 9.56
Total 32.95 25.25 17.50 20.00 95.70
Lampiran 13. Data dan Aanalisi Bobot kering gulma Total pada 3 MSA
Rata-
Perlakuan Ulangan Total rata
1 2 3 4
A 11.45 8.35 9.10 5.30 34.2 8.55
B 9.70 7.25 7.45 4.50 28.9 7.23
C 7.75 5.35 3.95 1.95 19.00 4.75
D 6.50 4.65 5.43 4.00 20.58 5.15
E 2.00 2.20 1.50 2.50 8.20 2.05
F 19.70 12.65 15.80 11.75 59.90 14.98
Total 57.10 40.45 43.23 30 170.78
Lampiran 14. Data dan Aanalisi Bobot kering gulma Total pada 6 MSA
Rata
Perlakuan Ulangan Total rata
1 2 3 4
A 30.00 43.50 31.50 7.50 112.50 28.13
B 30.75 22.50 26.50 11.00 90.75 22.69
C 20.45 32.00 34.20 18.00 104.65 26.16
D 25.00 8.25 53.00 5.50 91.75 22.94
E 2.20 1.60 1.50 3.20 8.50 2.13
F 52.75 55.25 56.50 38.50 203.00 50.75
Total 161.15 163.10 203.20 83.70 611.15
Rata-
Perlakuan Ulangan Total rata
1 2 3 4
A 34.70 33.80 36.30 33.50 138.30 34.58
B 32.60 34.20 37.40 36.90 141.10 35.28
C 34.60 37.90 39.10 36.10 147.70 36.93
D 37.90 35.30 34.70 37.10 145.00 36.25
E 36.60 38.30 33.60 33.70 142.20 35.55
F 34.30 37.50 35.10 35.50 142.40 35.60
Total 210.70 217.00 216.20 212.80 856.70
Rata rata 35.12 36.17 36.03 35.47
Rata-
Perlakuan Ulangan Total rata
1 2 3 4
A 61.40 55.80 67.50 68.50 253.20 63.30
B 56.60 60.70 61.30 68.20 246.80 61.70
C 60.00 56.20 56.50 67.10 239.80 59.95
D 65.20 57.00 57.40 69.20 248.80 62.20
E 70.00 68.40 62.70 63.00 264.10 66.03
F 54.20 46.50 55.70 68.00 224.40 56.10
Total 367.4 344.6 361.1 404 1477.1
Rata-
Perlakuan Ulangan Total rata
1 2 3 4
A 8.60 6.40 11.40 22.90 49.30 12.33
B 4.90 8.80 8.20 25.40 47.30 11.83
C 16.90 6.40 9.20 16.30 48.80 12.20
D 13.30 5.40 7.20 25.20 51.10 12.78
E 19.00 16.60 15.00 17.30 67.90 16.98
F 4.60 4.80 6.90 23.00 39.30 9.83
Total 67.30 48.40 57.90 130.10 303.70
F Control 9.45 a
C 0.75 10.70 1.25 2.89 a
D 0.9 10.88 1.43 0.18 3.04 a
B 0.6 11.55 2.10 0.85 0.67 3.12 a
A 0.45 11.70 2.25 1.00 0.82 0.15 3.18 a
E Manual 12.05 2.60* 1.35 1.17 0.5 0.35 3.22 a
Important
Kerapatan Frekuensi Dominasi Summed
Nisbi Nisbi Nisbi
Mutlak (%) Mutlak (%) Mutlak (%) Value Dominan
4.375 18.42 1.00 12.70 4.38 17.35 48.47 16.16
1.5 6.32 0.88 11.11 1.71 6.80 24.23 8.08
2 8.42 1.00 12.70 2.00 7.93 29.05 9.68
3.25 13.68 1.00 12.70 3.25 12.89 39.27 13.09
1.875 7.89 1.00 12.70 1.88 7.44 28.03 9.34
2.125 8.95 1.00 12.70 2.13 8.43 30.07 10.02
7.375 31.05 1.00 12.70 7.38 29.25 73.00 24.33
0.75 3.16 0.50 6.35 1.50 5.95 15.46 5.15
0.5 2.11 0.50 6.35 1.00 3.97 12.42 4.14
23.75 100.00 7.88 100.00 25.21 100.00 300.00 100.00
Tahun Rata-
Bulan Jumlah rata
2017 2018 2019 2020 2021
Januari 92 125 98 350 765 1430 286.0
Februari 259 203 229 221 187 1099 219.8
Maret 355 205 49 10 211 830 166.0
April 312 0 324 239 125 1000 200.0
Mei 71 95 100 192 17 475 95.0
Juni 80 65 3 49 3 200 40.0
Juli 38 0 0 0 9 47 9.4
Agustus 10 0 0 14 7 31 6.2
September 156 10 0 9 12 187 37.4
Oktober 408 102 27.5 457 18 1012.5 202.5
Novenber 402 446 213.5 90 112 1263.5 202.5
Desember 193 227 449 436 224 1529 305.8
69
Foto foto pemberian herbisida Metamifop 150 g/l pada tanaman padi
A B
70
C D
Herbisida Metamifop 150 g/l (11/4 A) Herbisida Metamifop 150 g/l (11/2A)
Dosis 0,75 (1/ha) Dosis 0,9 (1/ha)
E F
Penyiangan Manual Control
Poto Penjemuran Gabah Padi Poto gulma Padi Poto Kegiatan Penyiangan
RIWAYAT HIDUP
72