Anda di halaman 1dari 34

PEMANFAATAN RADIASI GAMMA Co-60 DALAM PEMULIAAN

TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum L.) DENGAN METODE


MUTAN FISIK

PAPER

OLEH :
SABAT CRISTIAN MORA PANGGAEBAN
210301181
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
PEMANFAATAN RADIASI GAMMA Co-60 DALAM PEMULIAAN
TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum L.) DENGAN METODE
MUTAN FISIK

PAPER

OLEH :
SABAT CRISTIAN MORA PANGGAEBAN
210301181
AGROTEKNOLOGI 2

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Judul : Pemanfaatan Radiasi Gamma Co-60 Dalam Pemuliaan
Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.) dengan
Metode Mutan Fisik
Nama : Sabat Cristian Mora Panggabean
NIM : 210301181
Program Studi : Agroteknologi 4

Diketahui oleh :
Asisten Koordinator

(Bobby Michael
Waruwu) NIM :
18031191

Diperiksa oleh : Diperiksa oleh :


Asisten Korektor I, Asisten Korektor II,

(Dwi Yasa Irwana Damanik) (Rahmat Satria)


NIM : 190301206 NIM : 20031252
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah “Pemanfaatan Radiasi Gamma Co-

60 Dalam Pemuliaan Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.) Dengan

Metode Mutagen Fisik” yang merupakan salah satu syarat untuk melengkapi

komponen penilaian pada Praktikum Dasar Pemuliaan Tanaman, Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga berterimakasih kepada Ir. Hot Setiado, MS.;

Dr. Diana Sofiah Hanafiah, SP., MP; Dolly Soujangan Siregar SP., MP;

Dr. Novalina SP., M.Si; Dr. Emmy Harso Kardhinata M.Sc;

Hafnes Wahyuni SP., Mp; Dr. Khairunnisa Lubis SP., MP selaku dosen mata

kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman. Serta abang dan kakak asisten Laboratorium

Dasar Pemuliaan Tanaman yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan

paper ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih semoga paper ini dapat

berguna bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan Penulisan..........................................................................................3
Kegunaan Penulisan.....................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.)...............................4
Syarat Tumbuh.............................................................................................6
Tanah................................................................................................6
Iklim..................................................................................................7

PEMANFAATAN RADIASI GAMMA Co-60


DALAM PEMULIAAN TANAMAN TOMAT
(Lycopersicon esculentum L.) DENGAN METODE
MUTAGEN FISIK
Radiasi Gamma Co-60.................................................................................9
Pengaruh Radiasi Pada Tanaman Tomat....................................................10
Pemuliaan Tanaman Tomat (Lycopersivon esculentum L.).......................13
Mutagen Fisik.............................................................................................16
Pemanfaatan Radiasi Gamma Co-60 Dalam Pemuliaan
Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.)
Dengan Metode Mutagen Fisik..................................................................18

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan.................................................................................................21
Saran...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan komoditas

sayuran yang strategis dan memiliki nilai ekonomi penting bagi Indonesia.

Banyaknya manfaat tomat dalam kehidupan manusia menyebabkan tingginya

permintaan terhadap tomat itu sendiri sehingga peluang pasarnya terbuka secara

luas, baik peluang pasar di dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor.

Beragamnya manfaat tomat ini tentu saja memberikan peluang kepada petani

untuk membudidayakan tanaman tomat sebagai sumber penghasilan. Salah satu

kegunaan tomat adalah untuk bahan masakan. Hampir seluruh jenis masakan di

Indonesia menggunakan tomat sebagai bahan dasar pembuatannya. Selain itu nilai

gizi yang terkandung dalam tomat juga cukup tinggi, karena terdapat sejumlah

kandungan vitamin yang diperlukan oleh tubuh manusia. Komponen utamanya

berupa vitamin A, C dan D serta banyak mengandung serat. Pada bidang

kesehatan manfaat tomat adalah sebagai pencegah penyakit sariawan,

menghilangkan jerawat dan mencegah penyakit kanker (Aisyah, 2014).

Selain itu, tomat menjadi tanaman unggulan nasional komoditas

hortikultura dan prioritas utama pada sejumlah provinsi di Indonesia. Namun,

produktivitas tomat di Indonesia masih relatif rendah yaitu 16,61 ton/ha pada

tahun 2013 dan mengalami penurunan pada tahun 2014 sebanyak

15,96 ton/ha (Aisyah, 2014).

Begitu banyak manfaat dari tomat mengindikasikan bahwa produktivitas

tomat harus segera ditingkatkan. Salah satu peningkatan dari segi kualitas dapat

dilakukan dengan cara induksi mutasi radiasi gamma Co-60. Induksi mutasi
2

adalah perubahan genetik yang disebabkan oleh usaha manusia salah satu caranya

yaitu dengan bahan radioaktif. Pemuliaan tanaman secara konvensional (banyak

atau dalam jumlah besar) dilakukan dengan hibridisasi (perkawinan silang

berbagai jenis spesies setiap tanaman), sedangkan pemuliaan secara mutasi dapat

diinduksi dengan mutagen fisik atau mutagen kimia. Mutagen fisik adalah mutasi

berupa bahan fisika, yang mana sumbernya berupa sinar alfa, beta dan gamma.

Sedangkan mutagen kimia adalah mutasi yang mempunyai kemampuan untuk

menyusup di antara basa nitrogen sehingga dapat menggangu replikasi DNA.

Pada umumnya mutagen fisik dapat menyebabkan mutasi pada tahap kromosom,

sedangkan mutagen kimia umumnya menyebabkan mutasi pada tahapan gen atau

basa nitrogen (Al Safadi et al., 2012).

Tomat (Lycopersicon esculentum L.) adalah termasuk kedalam komoditas

sayuran atau buah yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan strategis bagi

perekonomian di Indonesia. Tingginya permintaan tomat disebabkan oleh

banyaknya manfaat tomat pada kehidupan manusia sehingga peluang pasarnya

masih terbuka lebar, baik untuk kebutuhan dalam dan diluar negeri untuk tujuan

ekspor. Dengan banyaknya kegunaan dari tomat memberikan keuntungan kepada

petani, didalam membudidayakan tanaman tomat tersebut sebagai sumber

tambahan penghasilan. Hampir seluruh masakan khas Indonesia bahan dasarnya

menggunakan tomat. Selain itu, kandungan gizi dan vitamin buah tomat sangat

tinggi, karena memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin yang merupakan

kebutuhan tubuh manusia (Sabahannur et al., 2017).

Banyaknya manfaat dari tomat, maka produktivitas tomat perlu

ditingkatkan. Peningkatan dari segi kualitas salah satu caranya dapat dilakukan
3

dengan pemuliaan tanaman. Bagian pengetahuan yang bertujuan meningkatkan

sifat tanaman, baik secara kuantitatif maupun kualitatif disebut dengan pemuliaan

tanaman. Pemuliaan tanaman memiliki tujuan untuk dapat menghasilkan varietas

tanaman yang memiliki sifat-sifat tanaman seperti morfologi, fisiologi, biokimia,

dan agronomi serta tujuan ekonomis yang diharapkan. Dalam pemuliaan tanaman

mengunakan mutasi fisik, dengan beberapa keunggulan masih memiliki beberapa

kekurangan, seperti sifatnya belum dapat diprediksi serta munculnya

ketidakstabilan karakteristik genetik terhadap generasi berikutnya (Sutapa, 2012).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang

Pemanfaatan Radiasi Gamma Co-60 Dalam Pemuliaan Tanaman Tomat

(Lycopersicon esculentum L.) Dengan Metode Mutagen Fisik.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian pada praktikum di Laboratorium Dasar

Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.)

Tomat merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam family

Solanaceae. Tomat dengan nama latin Lycopersicum esculentum adalah jenis

tanaman sayuran yang sangat dikenal oleh masyarakat sejak abad terakhir. Kata

tomat berasal dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau

xitotomate. Dalam ilmu botani, tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai

berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta

(Tumbuhan berpembuluh), Super Devisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji),

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Mangnoliopsida

(Berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo : Solanales, Famili :

Solanaceae (Suku terung-terungan), Genus : Solanum,

Spesies : Lycopersicum esculentum L. (Fitriani, 2012).

Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang bisa menembus tanah

sekaligus akar serabut (akar samping) yang bisa tumbuh menyebar ke segala arah.

Kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30 –70

cm. Sesuai sifat perakarannya, tanaman tomat bisa tumbuh dengan baik di tanah

yang gembur dan mengikat air (Syakur, 2012).

Batang tomat berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi

cukup kuat, berbulu atau berbulu halus dan diantara bulu-bulu itu terdapat rambut

kelenjar. Batang tanaman tomat berwarna hijau, pada ruas-ruas batang mengalami

penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar-akar pendek. Selain itu,

batang tanaman tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan

akan bercabang banyak yang menyebar secara merata (Fitriani, 2012).


5

Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan

membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna

hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun

sekitar 15 – 30 cm x 10 – 25 cm. Daun majemuk pada tomat bersusun spiral

mengelilingi batang (Dimyati, 2012).

Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan

berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna

hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lain pada bunga

tomat adalah mahkota bunga, yaitu bagian terindah dari bunga tomat. Mahkota

bunga tomat berwarna kuning cerah, berjumlah sekitar 6 buah dan berukuran

sekitar 1 cm. Bunga tomat merupakan bunga sempurna, karena benang sari atau

tepung sari dan kepala benang sari atau kepala putik terletak pada bunga yang

sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna sama

dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah. Bunga tomat tumbuh dari batang

(cabang) yang masih muda (Fitriani, 2012).

Buah tomat memiliki bentuk bervariasi, tergantung pada jenisnya. Ada

buah tomat yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan

bulat persegi. Ukuran buah tomat juga bervariasi, yang paling kecil memiliki berat

8 gram dan yang berukuran besar memiliki berat sampai 180 gram. Buah tomat

yang masih muda berwarna hijau muda, bila sudah matang

menjadi merah (Cahyono, 2016).


6

Syarat Tumbuh Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.)

Iklim

Tanaman tomat tumbuh optimal pada iklim kering dengan suhu udara nya

berkisar diantara 18 sampai dengan 27 derajat celcius pada siang hari dan 15

sampai dengan 20 derajat celcius padda malam hari, pembentukan buah tomat

terhambat pada suhu lebih dari 30 derajat celcius atau dibawah 10 derajat celcius.

Curah hujan juga penting diperhatikan, curah hujan yang baik bagi pertumbuhan

tanaman tomat yaitu berada pada 750 sampai 1250 mm/tahun dengan kelembapan

relatif 25% (Cahyono, 2016).

Suhu rata-rata yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat berkisar

18°- 25° C pada siang hari dan 10°- 20°C pada malam hari. Perbedaan suhu yang

besar antara siang dan malam hari berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman. Kabut yang dingin dapat menghambat pertumbuhan tanaman, suhu

diatas 25°C pada siang hari yang diikuti dengan kelembaban udara yang tinggi

dapat mereduksi hasil. Selain itu, suhu malam hari yang tinggi atau diatas 20°C

yang diikuti kelembaban udara yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuha

vegetatif berlebihan dan mutu buah tidak baik (Cahyono, 2016).

Tanaman tomat ini membutuhkan penyinaran selama 11-14 jam/hari.

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman tomat adalah 750-1250 mm/tahun,

keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah, terutama di daerah

yang tidak terdapat teknik irigasi. Curah hujan yang tinggi juga dapat

menghambat persarian (Cahyono, 2016).

Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 3

sampai 4 bulan. Tanaman tomat dapat ditanam sepanjang tahun. Namun, waktu
7

yang paling baik untuk menanam tomat adalah musim kemarau yang dibantu

dengan penyiraman secukupnya (Syakur, 2015).

Tanah

Tomat akan tumbuh dengan optimal pada tanah yang subur, gembur,

porus, dengan kemasaman tanah (pH) 5 sampai 7 dengan sistem drainase yang

well drained. Pertumbuhan yang baik dan optimal terjadi pada ketinggian tanah

sekitar 100 sampai 2000 mdpl. Apabila pH tanah tidak sesuai maka dapat

diberikan pupuk berupa urea, TSP, KCl, atau NPK (Notohadiprawiro, 2012).

Kualitas 4 lahan adalah ciri lahan yang mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan persyaratan suatu tipe penggunaan tertentu disebut sebagai kualitas

lahan misalnya regim suhu, ketersediaan air, media perakaran, retensi hara, hara

tersedia, terrain/potensi mekanisasi, tingkat bahaya erosi dan lainya. Sedangkan

karakteristik lahan adalah setiap atribut lahan yang dapat di ukur atau di duga,

misalnya drainase, tekstur, kedalaman efektif, dan yang

lainnya (Notohadiprawiro, 2012).

Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah

hingga dataran tinggi sampai ketinggian 1-1600 m di atas permukaan laut.

Tanaman ini tidak tahan hujan dan sinar matahari terik sehingga cocok ditanam di

Indonesia yang beriklim tropis. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan

tanaman adalah 750-1.250 mm/tahun. Keadan ini berhubungan erat dengan

ketersediaan air tanah bagi 8 tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat

irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat

persarian. Kelembaban yang ideal adalah 70 % sedangkan intensitas cahaya yang

diperlukan antara 0 - 12 jam per hari (Fitriani, 2012).


8

Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah seperti andosol, regosol,

latosol, ultisol dan grumosol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis

lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang

tinggi, serta mudah mengikat air (porosus). Untuk pertumbuhan yang baik pH

yang sesuai adalah 5,0 dengan pengairan yang cukup dan teratur mulai tanam

sampai tanaman dapat dipanen (Saragih, 2008 dalam Affandy, 2018).

Sifat fisika tanah yang baik untuk penanaman tomat adalah yang

berstektur lempung atau lempung berdebu. Keadaan fisis tanah yang baik akan

meningkatkan peredaran oksigen dan menjamin oksigen dalam tanah. Dengan

demikian aktivitas mikroorganisme tanah meningkat sehingga dengan mudah

dapat mengurangi bahan-bahan organik yang diperlukan oleh

tanaman (Notohadiprawiro, 2012).


PEMANFAATAN RADIASI GAMMA Co-60 DALAM PEMULIAAN
TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum L.) DENGAN METODE
MUTAN FISIK

Radiasi Gamma Co-60

Radiasi adalah pancaran energi dalam bentuk panas, partikel atau

gelombang elektromagnetik yang berasal dari proses perubahan atom atau inti

atom yang tidak stabil. Ketidakstabilan atom atau inti atom tersebut terjadi secara

alami atau juga dapat terjadi akibat buatan manusia. Radiasi mencakup partikel

dan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh beberapa bahan dan

membawa energi. Jenis radiasi yang dibahas di bawah ini disebut radiasi pengion

karena ia dapat menghasilkan partikel (atau ion) bermuatan dalam materi. Sinar-

X, sinar gamma, partikel alfa, partikel beta, dan neutron adalah contoh radiasi

pengion (Ainur, 2012).

Radiasi sinar gamma (γ) berasal dari inti atom yang radioaktif. Inti atom

yang radioaktif ini pada umumnya adalah pemancar zarah radiasi Beta (β). Akan

tetapi banyak juga yang merupakan pemancar zarah radiasi Alpha (α). Jika dilihat

dari struktur atomnya, inti yang memancarkan zarah radiasi Beta (β) atau zarah

radiasi Alpha (α), energinya akan berkurang. Walaupun energinya berkurang,

akan tetapi jika inti atomnya masih kelebihan energi yaitu lebih besardari energi

terendah untuk memancarkan zarah radiasi Beta (β) maupun zarah radiasi Alpha

(α), maka kelebihan energi pada inti atom ini yang dipakai untuk memancarkan

zarah radiasi Gamma (γ) (Wardhana, 2017).

Sinar gamma yang banyak digunakan untuk radiasi yaitu hasil peluruhan

inti atom Cobalt-60.Cobalt-60 merupakan sejenis metal yang mempunyai

karakteristik hampir sama dengan besi/nikel. Co-60 dalam keadaan tidak stabil,
10

meluruh memancarkan dua sinar Gamma dengan energi masing-masing 1,17 MeV

dan 1,33 MeV yang mempunyai waktu paruh 5,27 tahun. Peluruhan gamma

didahului oleh peluruhan Beta. Co-60 menjadi dalam keadaan ground state apabila

sudah mejadi Ni-60 (Utami, 2016).

Dalam aplikasinya sinar gamma sudah banyak digunakan dalam berbagai

bidang, diantaranya bidang pertanian, industri, kedokteran, dan lain sebagainya.

Dalam bidang pertanian sendiri, sinar gamma banyak digunakan untuk Pemuliaan

Tanaman terutama tanaman pangan. Pemuliaan Tanaman merupakan ilmu

pengetahuan yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanaman, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Pemuliaan tanaman bertujuan untuk menghasilkan

varietas tanaman dengan sifat-sifat (morfologi, fisiologi, biokimia, dan agronomi)

yang sesuai dengan sistem budidaya yang ada dan tujuan ekonomi yang

diinginkan. Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi dapat meningkatkan

keragaman yang lebih cepat dibandingkan cara konvensional (Sibarani, 2015).

Energi sinar gamma pada tanaman dengan perlakuan dosis radiasi yang

tepat akan diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan seperti:

produksi tinggi, umur genjah, tahan terhadap penyakit, penampilan tanaman yang

semakin baik, dan lain sebagainya. IAEA (2009) menyatakan keuntungan

menggunakan sinar Gamma adalah dosis yang digunakan lebih akurat dan

penetrasi penyinaran ke dalam sel bersifat homogeny (Utami, 2016).

Pengaruh Radiasi Pada Tanaman Tomat

Begitu banyak manfaat dari tomat mengindikasikan bahwa produktivitas

tomat harus segera ditingkatkan. Salah satu peningkatan dari segi kualitas dapat

dilakukan dengan cara induksi mutasi radiasi gamma Co-60. Induksi mutasi
11

adalah perubahan genetik yang disebabkan oleh usaha manusia salah satu caranya

yaitu dengan bahan radioaktif. Pemuliaan tanaman secara konvensional (banyak

atau dalam jumlah besar) dilakukan dengan hibridisasi (perkawinan silang

berbagai jenis spesies setiap tanaman), sedangkan pemuliaan secara mutasi dapat

diinduksi dengan mutagen fisik atau mutagen kimia. Mutagen fisik adalah mutasi

berupa bahan fisika, yang mana sumbernya berupa sinar alfa, beta dan gamma.

Sedangkan mutagen kimia adalah mutasi yang mempunyai kemampuan untuk

menyusup di antara basa nitrogen sehingga dapat menggangu replikasi DNA.

Pada umumnya mutagen fisik dapat menyebabkan mutasi pada tahap kromosom,

sedangkan mutagen kimia umumnya menyebabkan mutasi pada tahapan gen atau

basa nitrogen (Aisyah, 2016).

Induksi mutasi adalah salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan

keragaman tanaman. Mutasi Gen terjadi sebagai akibat perubahan dalam gen. Gen

yang berubah karena mutasi disebut mutan. Mutasi memiliki arti penting bagi

pemuliaan tanaman akibat radiasi Gamma Co-60, yaitu (1) Radiasi

memungkinkan untuk meningkatkan hanya satu karakter yang diinginkan saja,

tanpa mengubah karakter yang lainnya. (2) Tanaman yang secara umum

diperbanyak secara vegetatif pada umumnya Bersifat heterozigot (bentuk genotipe

yang terjadi pada individu) yang dapat menimbulkan keragaman yang tinggi

setelah dilakukannya paparan radiasi. (3) Radiasi merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaman pada tanaman yang apomiksis

(terbentuknya individu baru yang berasal dari biji yang tidak mengalami

fertilisasi). Mutasi fisik juga dapat menghasilkan karagaman yang lebih cepat

dibandingkan pemuliaan secara konvensional (banyak atau dalam jumlah besar).


12

Pemuliaan dengan mutasi fisik, selain mempunyai beberapa keunggulan juga

memiliki beberapa kelemahan, dimana sifat yang diperoleh tidak dapat diprediksi

dan ketidakstabilan sifat-sifat genetik yang muncul terhadap generasi berikutnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, telah dilakukan penelitian terhadap efek

induksi mutasi radiasi Gamma Co-60 pada pertumbuhan fisiologi tanaman tomat

(Lycopersicon esculentum L.) untuk meningkatkan kualitas (Herison, 2018).

Pemberian dosis yang terlalu tinggi akan menghambat pembelahan sel

yang menyebabkan kematian sel yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan

tanaman, menurunnya daya tumbuh dari tanaman dan morfologi tanaman. Tetapi

dosis radiasi yang terlalu rendah tidak cukup untuk memutasi tanaman karena

frekuensi mutasi yang terlalu rendah hanya menghasilkan sedikit sektor yang

termutasi (Ritonga, 2018).

Dari beberapa hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa pemberian

sinar gamma dengan konsentrasi tinggi secara umum dapat menurunkan

persentase pertumbuhan tanaman. Penurunan persentase pertumbuhan tanaman

akibat radiasi sinar gamma disebabkan oleh adanya efek deterministik. Efek

deterministik adalah efek kematian sel yang disebabkan oleh paparan radiasi. Ini

muncul karena dosis paparan radiasi yang diberikan di atas dosis ambang yang

seharusnya diterima. Semakin tinggi dosis radiasi maka semakin tinggi efek

deterministiknya. Tinggi tanaman merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan

oleh banyak gen. Karakter tinggi tanaman atau penurunan tinggi tanaman

merupakan indikator yang paling umum yang digunakan untuk melihat efek

mutagen baik fisik maupaun kimia (Aisyah, 2016).


13

Penurunan tinggi tanaman atau tanaman menjadi kerdil karena pengaruh

dosis yang tinggi akibatnya adanya gangguan fisiologis atau kerusakan kromosom

yang diakibatkan oleh mutagen (radiasi sinar gamma) yang diberikan. Sinar

gamma termasuk ke dalam radiasi pegion dan berinteraksi dengan atom atau

molekul untuk memproduksi radikal bebas (kehilangan satu buah elektron dari

pasangan elektron bebasnya) dalam sel. Radikal tersebut dapat merusak atau

memodifikasi komponen yang sangat penting dalam sel tanaman dan

menyebabkan perubahan sebagian dari morfologi, anatomi, biokimia dan fisiologi

tanaman tergantung dari level radiasinya. Hal ini menunjukkan bahwa pemuliaan

mutasi dapat menciptakan keragaman genetik pada karakter

kuantitatif (Al Safadi et al., 2019).

Pemuliaan Tanaman Tomat (Lycopersivon esculentum L.)

Pemuliaan tanaman merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk

memperbaiki sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pemuliaan

tanaman bertujuan untuk menghasilkan varietas tanaman dengan sifat-sifat seperti

(morfologi, fisiologi, biokimia, dan agronomi) serta tujuan ekonomi yang

diinginkan. Pemuliaan tanaman akan berhasil jika di dalam populasi tersebut

terdapat banyak variasi genetik. Variasi genetik dapat diperoleh dengan salah satu

cara, yaitu induksi mutasi. Tanaman yang telah mengalami perubahan akibat

terjadinya mutasi genetik disebut mutan sedangkan zat yang menyebabkan

terjadinya mutasi disebut mutagen. Radiasi terhadap materi genetik tanaman tidak

mengakibatkan tanaman atau produk tanaman tersebut menjadi bersifat radioaktif

sehingga semua hasil pemuliaan tanaman dengan radiasi aman untuk dikonsumsi

manusia pada umumnya mutagen fisik dapat menyebabkan mutasi pada tahap
14

kromosom, sedangkan mutagen kimia umumnya menyebabkan mutasi pada

tahapan gen atau basa nitrogen (Aisyah, 2016).

Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan salah satu komoditas

sayuran unggul di Indonesia karena nilai ekonomi dan kandungan gizinya.

Terjadinya angka penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain ialah menurunnya kualitas tanah, lingkungan yang tidak mendukung,

rendahnya pengetahuan petani tentang budidaya tomat, akibat serangan hama dan

penyakit tanaman, varietas daya hasil tinggi yang kurang terjangkau oleh petani

atau lain sebagainya. Untuk mengatasi beberapa kemungkinan diatas yang dapat

meningkatkan produktivitas tomat salah satunya ialah dengan program pemuliaan

tanaman. Pada umumnya perbaikan sifat genetik tersebut dicapai melalui tiga

cara, salah satunya ialah seleksi terhadap sifatsifat baik yang tersedia dalam

populasi alam yang heterogen (Subhan et al., 2015).

Program pemuliaan ini bertujuan untuk mendapatkan varietas baru dengan

sifat-sifat keturunan yang lebih baik. Varietas baru ini dipilih dan dikembangkan

dari hasil seleksi terhadap suatu populasi tertentu. Seleksi individual keturunan

tanaman menyerbuk sendiri ini sering disebut dengan seleksi galur murni. Pada

cara ini sudah dilakukan penilaian dan pengujian terhadap keturunan tanaman

terpilih. Dengan demikian, metode ini merupakan seleksi tanaman yang sudah

mendasarkan pada genotip tanamannya (Mangoendidjojo, 2013).

Usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi dan

memperbaiki kualitas tomat telah banyak dilakukan di antaranya melalui program

pemuliaan tanaman. Saat ini telah banyak beredar varietas tomat unggul, tetapi

varietas-varietas unggul tersebut tidak dikhususkan untuk budidaya secara


15

organik. Selama ini seleksi genotip untuk mendapatkan varietas unggul dilakukan

melalui teknologi konvensional dengan input bahan kimia (pupuk, pestisida) yang

tinggi, sehingga varietas unggul baru tersebut jika dibudidayakan secara organik

responsnya akan berbeda dan produktivitasnya tidak sesuai dengan deskripsinya.

Seleksi genotip untuk mendapatkan varietas baru yang khusus untuk budidaya

sistem pertanian organik harus dilakukan pada lingkungan organik

juga (Purwati, 2012).

Perakitan varietas unggul baru pada tanaman tomat berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan dapat dilakukan dengan cara molekuler ataupun dengan cara

persilangan. Perakitan varietas unggul baru secara molekuler dilakukan melalui

rekayasa genetik. Perakitan melalui rekayasa genetik ditujukan dengan harapan

tertentu, seperti perakitan varietas tanaman tomat yang mempunyai sifat

partenokarpi. Agar didapatkan sifat yang diinginkan pada rekayasa genetik

dilakukan penyisipan gen tertentu yang diharapkan. Cara selanjutnya yang dapat

dilakukan untuk perkitan varietas unggul baru adalah dengan cara persilangan.

Dalam persilangan antara tetua jantan dan tetua betina dapat dijumpai tiga

kemungkinan. Kemungkinan pertama jika penampilan keturunan F1 merupakan

rata-rata dari penampilan kedua tetuanya maka bersifat aditif. Kedua jika

penampilan F1 lebih baik dibandingan tetuanya maka bersifat heterosis. Ketiga

jika penampilan F1 lebih tegar dibanding tetuanya maka bersifat hybrid vigor.

Salah satu varietas unggul baru dapat didapatkan melalui varietas hibrida. Varietas

hibrida merupakan F1 yang bersifat heterosis. Perakitan varietas hibrida umumnya

dilakukan dengan seleksi kombinasi (seleksi hibridisasi) dalam

pengembangannya. Dalam pelaksanaannya perakitan varietas unggul baru dengan


16

cara molekuler melalui rekayasa genetik membutuhkan teknik dan biaya yang

tinggi sehingga perakitan dengan cara persilangan lebih dapat menekan biaya

meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama (Mangoendidjojo, 2013)

Mutagen Fisik

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun

RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf

kromosom. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya variasi-variasi baru

pada spesies. Mutasi dibedakan menjadi mutasi kecil (mutasi gen) dan mutasi

besar (mutasi kromosom). Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi pada

susunan molekul gen (DNA). Sedangkan mutasi besar adalah perubahan yang

terjadi pada struktur dan susunan kromosom. Mutasi gen disebut juga mutasi titik.

Mutasi ini terjadi karena perubahan urutan basa pada DNA atau dapat dikatakan

sebagai perubahan nukleotida pada DNA (Lubis, 2015).

Mutasi kromosom merupakan struktur didalam sel berupa deret panjang

molekul yang terdiri dari satu molekul DNA yang menghubungkan gen.

Kromosom memiliki dua lengan, yang panjangnya kadang sama dan kadang tidak

sama, lengan-lengan itu bergabung pada sentromer (lokasi menempelnya benang

spindel selama pembelahan mitosis dan meiosis). Pengaruh bahan mutagen,

khususnya radiasi, yang paling banyak terjadi pada kromosom tanaman adalah

pecahnya benang kromosom (Chromosome breakage atau chromosome

aberration) (Nur et al., 2016).

Mutasi dapat terjadi secara alami dan induksi. Mutasi alami terjadi karena

pengaruh alam dan memiliki peluang kejadian yang sangat langka. Contoh mutasi

alami yaitu petir. Mutasi induksi menggunakan mutagen kimia atau mutagen fisik.
17

Mutagen fisik berupa radiasi yaitu sinar-X dan sinar gamma. Mutagen fisik

menyebabkan perubahan dan kerusakan pada molekul DNA. Gugus alkil

menginisiasi terbentuknya radikal bebas. Gugus alkil menginisiasi terbentuknya

radikal bebas. Radikal bebas adalah atom, molekul, atau senyawa yang kehilangan

satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbital terluar sehingga bersifat

tidak stabil. Elektron yang tidak berpasangan selalu berusaha menarik pasangan

baru sehingga mudah bereaksi dengan zat lain seperti protein, lemak maupun

DNA dalam tubuh. Proses ini menyebabkan DNA menjadi rusak yang disebut

termutasi (Nur et al., 2016).

Terjadinya evolusi tanaman pada dasarnya diakibatkan oleh mutasi yang

terus menerus di alam. Sehingga banyak yang memperkirakan keragaman yang

terjadi pada saat ini disebabkan oleh mutasi. Perubahan genetik tunggal maupun

diakibatkan sejumlahgen atau susunan kromosom disebut mutasi. Mutasi biasanya

terjadi pada bagian yang sedang aktif mengadakan pembelahan sel seperti tunas,

biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome (rimpang), kultur jaringan dan

sebagainya, namun mutasi juga dapat terjadi pada bagian dan pertumbuhan

tanaman (Lubis, 2015).

Mutasi gen bisa terjadi dalam bentuk dua arah, yakni dari dominan (sifat

yang sering muncul) ke resesif (sifat yang tidak tampak karena ditutupi oleh sifat

dominan) atau sebaliknya. Mutasi yang sering terjadi adalah mutasi gen,

dibandingkan mutasi gen dominan. Gen dominan heterozigot (bentuk genotype

terjadi pada individu) mengalami mutasi langsung baru dapat terlihat

perubahannya pada keturunannya (Nur et al., 2016).


18

Pemanfaatan Radiasi Gamma Co-60 Dalam Pemuliaan Tanaman Tomat


(Lycopersicon esculentum L.) Dengan Metode Mutagen Fisik
Induksi radiasi menyebabkan terjadinya mutasi pada sel, karena sel yang

teradiasi akan menyebabkan terjadinya tenaga kinetik yang tinggi, maka

memberikan pengaruh terhadap perubahan reaksi kimia sel tanaman yang

kemudian mengakibatkan perubahan terjadi pada susunan kromosom tanaman.

Sinar gamma merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan

oleh proses nuklir atau subatom dikenal dengan radioaktivitas. Dengan transisi

energi akibat percepatan elektron dapat menghasilkan sinar gamma, begitu juga

transisi elektron memungkinkan untuk memiliki energi lebih besar daritransisi

nuklir. Untuk dapat menghasilkan tanaman mutan dengan keragaman yang tinggi

ditentukan dosis radiasi yang menginduksi pada tanaman tersebut. Kisaran dosis

yang efektif jika radiasi dilakukan pada benih dibandingkan dengan dilakukan

pada bagian tanaman lainnya. Sehingga kisaran dosis yang tepat diperkirakan

untuk tanaman tomat adalah antara 50- 250 Gy (Genet, 2013).

Efek induksi mutasi radiasi gamma Co-60 pada pertumbuhan fisiologis

tanaman tomat (Lycopersicon Esculentum L.) memiliki kualitas tanaman tomat

dapat ditingkatkan dengan cara induksi mutasiradiasi gamma Co-60. Perubahan

genetik dapat diakibatkan oleh induksi mutasi dengan bahan radioaktif sebagai

salah satu usaha manusia. Pesawat IRPASENA dengan sumber radiasi gamma

Co-60 dipaparkan dengan perlakuan dosis 50 Gy, 100 Gy, 150 Gy, 200 Gy dan

250 Gypada biji tomat. Pengukuran terhadap pertumbuhan fisiologis seperti,

tinggi tanaman, lebar daun, jumlah buah dan berat buah tomat dilakukan mulai

minggu pertama hingga panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis radiasi
19

yang tepat (unggul) untuk pemuliaan tanaman tomat pada dosis

100 Gy (Putra et al., 2017).

Konsentrasi keradioaktifan pada buah tomat yang unggul setelah

dipaparkan radiasi adalah lebih kecil dari 1,00 Bq/kg. Jumlah kadar vitamin yang

terkandung dalam buah tomat yang unggul pasca radiasi yaitu khususnya pada

vitamin C 130,000 mg/kg, sedangkan pada buah tomat dosis 0 Gy yaitu 70,000

mg/kg, begitu juga vitamin B1 menunjukkan nilai lebih besar, 0,63 mg/kg

dibandingkan dengan buah tomat dosis 0 Gy (kontrol),

0,496 mg/kg (Putra et al., 2017).

Dosis 100 Gy tinggi tanaman dan lebar daun pada minggu ke-12

menunjukkan pertumbuhan pada dosis ini merupakan yang paling tinggi

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dosis 100 Gy pertumbuhan (tinggi)

tanaman tomat paling efektif (tinggi) daripada tanaman tomat lainnya. Pada dosis

0 Gy, 50 Gy dan 150 Gy menunjukkan pertumbuhan (tinggi) tanaman tomat

hampir sama. Mutasi tidak akan terjadi pada dosis yang rendah karena frekuensi

mutasi cukup rendah. Penurunan persentase pertumbuhan tanaman tomat yang

diberikan radiasi sinar gamma yang terlalu rendah mengakibatkan menurunnya

daya tumbuh tanaman (Hammed, 2008). Sedangkan pada dosis 200 Gy dan 250

Gy memiliki pertumbuhan tanaman tomat yang paling lambat (Putra et al., 2017).

Dosis radiasi yang tepat untuk pemuliaan tanaman tomat adalah pada dosis

100 Gy dan konsentrasi keradioaktifan buah tomat yang dihasilkan adalah lebih

kecil dari 1,00 Bq/kg. Jumlah kadar vitamin yang terkandung dalam buah tomat

tersebut adalah vitamin C 130,000 mg/kg, sedangkan pada buah tomat kontrol
20

diperoleh 70,000 mg/kg. Vitamin B1-nya menunjukkan nilai yang besar, 0,63

mg/kg dibandingkan dengan buah tomat kontrol 0,496 mg/kg (Putra et al., 2017).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Radiasi Gamma Co-60 pada tanaman dengan perlakuan dosis radiasi yang

tepat akan diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan

seperti: produksi tinggi, umur genjah, tahan terhadap penyakit, dan

sebagainya.

2. Manfaat radiasi Gamma Co-60, yaitu memungkinkan peningkatan hanya

satu karakter yang diinginkan saja tanpa mengubah karakter lainnya,

perbanyakan vegetatif umumnya bersifat heterozigot yang dapat

menimbulkan keragaman yang tinggi setelah dilakukannya paparan

radiasi, dan meningkatkan keragaman pada tanaman yang apomiksis.

3. Mutagen fisik berupa radiasi yaitu sinar-X dan sinar gamma. Mutagen

fisik menyebabkan perubahan dan kerusakan pada molekul DNA.

4. Program pemuliaan tomat bertujuan untuk mendapatkan varietas tomat

(Lycopersivon esculentum L.) baru dengan sifat-sifat keturunan yang lebih

baik.

5. Dosis Radiasi Gamma Co-60 yang baik dan tepat dalam pemuliaan

tanaman adalah 100 Gy.

Saran

Dengan adanya penulisan paper ini diharapkan para pembaca dapat

menambah wawasan dalam hal pemanfaatan radiasi gamma Co-60 dalam

pemuliaan tanaman tomat (Lycopersicon esculentum L.) dengan metode mutagen

fisik. Selain itu diharapkan penulis juga dapat mengembangkan ide-ide penulisan

dalam hal tanaman tomat (Lycopersicum esculentum L.).


DAFTAR PUSTAKA

Affandy, I .M. 2018. Aplikasi Pupuk Majemuk NPK dan Pengaruh Pemangkasan
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill). Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian.
Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara. Medan.

Ainur, Avin. 2012. Modul Kuliah Fisika Radiasi. Malang: Jurusan Fisika UIN
Maulana Malik Ibrahim.

Aisyah. 2014. Pendugaan Gabungan dan Heritabilitas Kompenen Hasil Tomat


Pada Persilangan di Allel Penuh. Jurnal Agronomi.

Aisyah, S. I. 2016. Mutasi induksi, hal. 159 - 178. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.).

Al Safadi, B, N. MirAli dan M.T.E. Arabi. 2012. Improvement of garlic


(Allium sativum L.) resistence to white rotand storability using gamma
irradiation unduced mutation. J. Amer Soc. Hort. Sci. 121: 599603.
Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.

Ashari, S. 2016. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-buahan
Semusim Indonesia. Badan Pusat Statistik Jenderal Hortikultura. 2088-
8392.

Cahyono, B., 2016. Teknik Budidaya Tomat Unggul Secara Organik dan
Anorganik. Pustaka Mina, Jakarta.

Dimyati, A. 2012. Uji Daya Hasil Sembilan Genotipe Tomat


(Lycopersicum esculentum Mill.) pada Budidaya Dataran Rendah. (Tajur,
Bogor). Respository.ipb.ac.id. Bogor Agricultural University. Bogor.

Fitriani, E. 2012. Untung Berlipat Dengan Budidaya Tomat Di Berbagai Media


Tanam. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Genet, 2013. Induction of mutation in tomato (Solanum lycopersicum L.) by


gamma irradiation and EMS (Jurnal), Department of Vegetable Crops,
Mumbai, halaman 393.

Herison, C., Rustikawati, Sujono H. S., Syarifah I. A. 2018. Induksi mutasi


melalui sinar gamma terhadap Benih untuk meningkatkan keragaman
populasi dasar Jagung (Zea mays L.). Akta Agrosia 11(1):57-62.

IAEA. 2019. Induced Mutation in Tropical Fruit Tress. IAEA-TECDOC-1615.


Plant Breeding and Genetics Section International Atomic Energy Agency,
Vienna, Austria. P161.
23

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2012. Kemampuan dan Kesesuaian Lahan:


Pengertian dan Penetapannya. Makalah. Lokakarya Neraca Sumber Daya
Alam Nasional. DRN Kelompik II. Bogor: Bakosurtanal.

Purwati, E. 2012. Pemuliaan Tanaman Tomat. Puslitbanghort. Badan Litbang


Pertanian. pp.42-58.

Putra, I Gusti, N.A.K., I Gusti, Ngurah, S., dan I Gde, Antha, K. 2017.
Pemanfaatan Radiasi Gamma Co-60 Dalam Pemuliaan Tanaman Tomat
(Lycopersicon esculentum L.) Dengan Metode Mutagen Fisik. Buletin
Fisika Vol 18 No.1 Februari 2017 : 12 – 19. Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana. Bali.

Ritongga, A., Wulansari, A. 2018. Pengaruh Induksi Mutasi Radiasi Gamma pada
Beberapa Tanaman, FAPERTA, IPB, Bogor.

Sabahannur., dan L. Herawati. 2017. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman


Tomat (Licoprsicon Esculentum Mill) Pada Berbagai Jarak Tanam Dan
Pemangkasan. AGROTEK Jurnal Ilmu Pertanian, vol. 1, no. 2, pp. 32–
42.

Sibarani,A., dan M. Sidik. 2015. Respon Morfologi Tanaman Kedelai


((GLYCINE MAX (L.) MERRIL)) Varietas Anjasmoro Terhadap
Beberapa Iradiasi Sinar Gamma. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol.3
No.2.

Sutapa, Ngurah. 2012. Efek Induksi Radiasi Gamma Co-60 Terhadap Pemuliaan
Tanaman, Tingkat Radiosensitivitas dan LD50 dari Tanaman (Paper),
Jurusan Fisika Universitas Udayana, Jimbaran, halaman 1.

Syakur, A. 2012. Pendekatan Satuan Panas (Heat Unit) untuk Penentuan Fase
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat di Dalam Rumah
Tanaman. Jurnal Agroland, 19(2) : 96-101.

Utami, Moh. Shofi Nur. 2016. Aplikasi Teknologi Radiasi Gamma (Radioisotop
Co-60) Untuk Proses Pengawetan Buah. Skripsi. Semarang: Jurusan Fisika
Universitas Negeri Semarang.

Wardhana, Arya Wisnu. 2017. Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi dan


Aplikasinya. Yogyakarta: ANDI Offset.
LAMPIRAN
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai