Anda di halaman 1dari 24

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN

LAPORAN

OLEH:

ALBERT OREN HARIANJA


190301087
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI SUB PEMULIAAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN

LAPORAN

OLEH:

ALBERT OREN HARIANJA


190301087
AGROTEKNOLOGI 2

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
diLaboratorium Bioteknologi Sub Pemuliaan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh:
Asisten Korektor

( Yohana Gultom )
NIM:170301159

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI SUB PEMULIAAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari Laporan ini “Pembuatan Media Kultur Jaringan
”yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian
diLaboraotirum Bioteknologi Sub Pemuliaan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua
penulis yang sudah membantu, membimbing dan menyediakan segala kebutuhan
perkuliahan dan praktikkum penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosenpenanggung jawab yaitu: Luthfi Aziz Mahmud Siregar, S.P, M.Sc,
Ph.D;Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik M.Si, M.Sc, Ph.D; Ir. Hardy, M.P; Dr.
Diana Sofiah Hanafiah, S.P, M.P; Irda Safni S.P, M.Cp, Ph.D;Dr. Lisnawita. S.P,
M.Si; Dr. Mariani br. Sembiring, S.P, M.P. Selaku dosen pengajar mata kuliah
Bioteknologi Pertanian serta penulis mengucapkan terima kasih kepada abang dan
kakak asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian yang telah membantu kami
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan Laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.Semoga
Laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

PENDAHULUAN

Latar Belakang .................................................................................... 1


Kegunaan Praktikum ............................................................................ 3
Tujuan Penulisan ................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4


BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu Praktikum .............................................................. 7


Alat dan bahan...................................................................................... 7
Prosedur Praktikum .............................................................................. 8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .................................................................................................... 10
Pembahasan ......................................................................................... 14

KESIMPULAN .............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

LAMPIRAN
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara


vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan
zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan


kulturjaringan.Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan
metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media.
Mediatumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partum-
buhandan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru,
2012).Menurut Siregar (2013), media yang biasa adalah media Murashige &
Skoog(MS). Media MS digunakan untuk hampir semua macam tanaman,
terutamatanaman herbasius.

Media kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman menyediakan


tidakhanya unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang
padaumumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat
melaluiatmosfir melalui fotosintesis. Untuk membuat media padat biasanya
digunakanagar-agar dimana keuntungannya dari pemakaian agar-agar adalah agar-
agar tidakdicerna oleh enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan persenyawaan-
persenyawaan penyusun media. Metode kultur jaringan bukan hanya
digunakanuntuk tujuan perbanyakan tanaman, namun dapat pula digunakan
untukpelestarian plasma nutfah. Media kultur jaringan untuk pelestarian
berbedadengan media untuk perbanyakan, dimana media perbanyakan
menyediakankomposisi unsur-unsur mendorong pertumbuhan berjalan cepat,
sedangkan mediapelestarian menyediakan komposisi unsur-unsur selain untuk
mendorong jugamenghambat pertumbuhan agar berjalan lambat, sehingga dikenal
sebagaipelestarian melalui pertumbuhan minimal (Laisina, 2013).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik ataupun
anorganikyang hanya dibutuhkan tanaman dalam konsentrasi yang sangat sedikit.
Zatpengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menginduksi pertumbuhan
padateknik mikropropagasi adalah kombinasi golongan auksin dan sitokinin
dimanapada penelitian ini jenis yang digunakan adalah NAA yang
dikombinasikandengan BAP (Paramartha, 2012).
Sebelum membuat media, terlebih dahulu dilakukan pembuatan
larutanstok. Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan
bahan-bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu
seringmenimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di dalam
lemaripendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-
bahankimia oleh mikroba penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok
harusdilakukan dengan cennat, sebab larutan stok yang terlalu pekat akan
mengalamipengendapan di lemari es, dan larutan stok yang terkontaminasi tidak
bolehdigunakan lagi (Hendaryono dan Wijayani, 2002).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikkum ini adalah agar praktikkan
mengetahui tetang media media yang digunakan dalam kultur jaringan, bahan
bahan atau komposisi yang diperlukan dalam membuat media tersebut, bagaimana
cara membuat larutan stok, dan mengetahui cara atau langkah pembuatan media
kultur jaringan serta mengetahui factor factor yang mempengaruhi keberhasilan
dan kegagalan dalam membuat media kultur jaringan.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah untuk memunuhi komponen
penilaian diLaboratorium Bioteknologi Sub Pemulian Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan semoga laporan
in menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Media kultur jaringan adalah media tanam yang terdiri dari berbagai
komposisi dan macam unsur hara dan sebagainya. Menurut Ryugo (1988) media
tanam pada kultur jaringan berisi kombinasi dari asam amino essensial, garam-
garam anorganik, vitamin-vitamin, larutan buffer, dan sumber energi (glukosa).
Media kultur jaringan merupakan salah satu factor penentu keberhasilan dalam
perbanyakan tanaman secara in vitro (Yusnita, 2003).
Media tanam kultur jaringan terdiri dari dua jenis yaitu, media cair dan
media padat. Media cair digunakan untuk menumbuhkan eksplan sampai
terbentuk PLB (protocorm like body) yaitu eksplan yang akan tumbuh jaringan
seperti kalus berwarna putih. Media padat digunakan untuk menumbuhkan PLB
sampai terbentuk planlet (Rahardja dan Wahyu, 2003).
Beberapa media dasar yang banyak digunakan dalam kultur jaringan
antara lain media dasar Murashige dan Skoog (1962) yang dapat digunakan untuk
hampir semua jenis kultur, media dasar B5 untuk kultur sel kedelai dan legume
lainnya, media dasar White (1934) sangat cocok untuk kultur akar tanaman tomat,
media dasar Vacin dan Went (1949) digunakan untuk kultur jaringan anggrek,
media dasar Nitsch dan Nitsch (1969) digunakan dalam kultur tepung sari (pollen)
dan kultur sel, media dasar Schenk dan Hildebrandt (1972) untuk kultur jaringan
tanaman monokotil, media dasar WPM (Woody Plant Medium, 1981) khusus
untuk tanaman berkayu. Dari sekian banyak media dasar di atas, yang paling
banyak digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) (Widyastuti, 2002).
Media kultur tersusun dari beberapa atau seluruh komponen berikut ini:
unsur hara makro yang digunakan pada semua jenis media, unsur hara mikro
hampir selalu digunakan. Terdapat beberapa komposisi media yang hanya
menggunakan besi atau besi-kelat, vitamin, umumnya ditambahkan dalam jumlah
yang bervariasi , gula, merupakan komponen yang harus ada dalam media, kecuali
untuk tujuan khusus, asam amino dan n organik , bahan-bahan alami yang
mengandung senyawa kompleks seperti juice tomat, ekstrak kentang, air kelapa,
ekstrak ragi (yeast extract) dan sebagainya , buffer, terutama buffer organik ,
arang aktif. Sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar, zat pengatur
tumbuh. Zpt yang biasa digunakan yaitu auksin dan sitokinin. Zat pengatur
tumbuh merupakan komponen yang sangat penting dalam media kultur dengan
jenis dan konsentrasi zpt sesuai dengan jenis tanaman dan tujuan tanaman tersebut
dikultur, bahan pemadat yaitu agar ( Gunawan, 2002 ).

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1989 cit. Santoso
dan Fatimah, 2003). Hal serupa dikemukakan oleh Hendaryono dan Wijayanti
(2004) zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah senyawa organik bukan
hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat
merubah proses fisiologis tumbuhan.
Ada 2 jenis hormon tanaman (auksin dan sitokinin) yang sekarang banyak
dipakai dalam propagasi secara in vitro (Wetherell, 1982). Auksin menurut
Kusumo (1984) zat yang memiliki sifat khas, yaitu mendorong perpanjangan sel
pucuk. Meskipun dapat mempengaruhi proses lain namun pengaruh utamanya
adalah memperpanjang sel pucuk.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) mempengaruhi pertumbuhan dan
morfogenesis kultur sel, organ, dan jaringan. Jika konsentrasi auksin lebih besar
daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih
besar dibanding auksin maka tunas akan tumbuh (Gunawan,1987 cit. Sudarmadji,
2003).
Zat pengatur tumbuh lain selain auksin adalah sitokinin. Sitokinin adalah
zat pengatur tumbuh yang ditemukan oleh Haberlandt tahun 1913. Sitokinin
mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel. Bentuk dasar dari sitokinin
adalah adanya gugus adenin (6-amino purine) yang menentukan kerja sitokinin
yakni meningkatkan aktivitas dalam proses fisiologis tanaman. Dalam penelitian
kultur jaringan, apabila konsentrasi sitokinin lebih besar dari auksin, maka akan
terjadi stimulasi pertumbuhan tunas dan daun, sebaliknya bila sitokinin lebih
rendah daripada auksin, maka terjadi stimulasi pertumbuhan akar. Sebaliknya, bila
perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan tunas, akar dan
daun akan berimbang pula (Abidin, 2000 ).
Dengan M adalah molaritas, n adalah jumlah mol terlarut., dan v adalah
volume larutan. Molaritas atau kemolaran dapat diturunkan melalui proses
pengenceran dengan konsekuensi akan terjadi perubahan volume larutan. Proses
pengenceran dilakukan dengan cara menambah air murni (aquades) ke dalam
larutan sehingga didapat kemolaran yang diinginkan. Proses pengenceran dapat
dilakukan dengan cara mengikuti formulasi sebagai berikut : V1 M1 = V2 M2.
Dimana V1 adalah volume mula-mula dalam satuan liter atau milliliter (l atau ml),
M1 adalah molaritas mula-mula dalam molL-1 atau mmolmL-1, V2 adalah
volume setelah pengenceran dalam l atau ml dan M2 adalah molaritas setelah
pengenceran dalam molL-1 atau mmolmL-1 (Wulandari dan Yulkifli, 2018).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun tempat dan waktu praktikkum ini dilaksanakan dimasing masing
rumah praktikkan dengan pengarahan melalui google meet dan dilaksanakan pada
tanggal Selasa, 16 Maret 2021 pukul 14. 30 s.d. 16.10 WIB.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cutter atau pisau
untuk mengupas dan memotong kentang, saringan untuk menyaring air rebusan
kentang dan air kelapa muda, wadah yang berukuran satu liter atau lebih untuk
tempat mengaduk semua bahan yang akan digunakan, botol kaca ( 4 buah ) yang
sudah disterilisasi pada praktikum sebelumnya untuk tempat media dibuat,
aluminium foil untuk menutup bagian atas gelas kaca saat sterilisasi agar uap air
tidak masuk kedalam gelas kaca, panci kukusan dan rebusan untuk mengukus
gelas kaca dan media serta panci rebusan untuk merebus kentang.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air kelapa
muda sebanyak 150 ml untuk komponen penyusun media, kentang 500 gr untuk
diambil sari rebusannya sebagai bahan penyusun media, gula pasir 20 gr sebagai
sumber glukosa bagi media tanam, agar 7 – 8 gr untuk memadatkan media tanam
yang akan dibuat, alcohol dengan kadar > 75 % untuk mensterilkan bagian luar
gelas kaca, tangan, dan tempat penyimpanan media yang sudah jadi.
Prosedur Praktikum
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang bahan yang akan digunakan
- Dilarutkan 30gr sukrosa kedalam 500ml aquades pada erlenmeyer 1 L dan
diletakkan diatas hot plate dan magnetic stirer untuk menghomogenkan
larutan
- Dimasukkan larutan stok makro 2ml dan dihomogenkan dengan magnetic
stirer
- Dimasukkan larutan stok mikro 20ml dan dihomogenkan
- Dimasukkan larutan stok vitamin 2ml dan dihomogenkan
- Dimasukkan larutan stok iron 4ml dan dihomogenkan
- Dimasukkan Myo-inositol 0,1gr dan dihomogenkan
- Ditambah aquades hingga volume menjadi 1000ml
- Dimasukkan agar 7gr lalu dipanaskan dengan hot plate hingga larutan
media MS mendidih dan matang
- Setelah matang, dibagi media MS sesuai dengan perllakuan tiap kultur
Dalam hal ini , bila :
a. Kultur Anther ( hanya MS kosong ) , tanpa perlu ada penambahan
ZPT
b. Kultur Tunas ( media dibagi pada beberapa erlenmeyer )
- MS + NAA 1ppm 4 botol
- MS + NAA2ppm 4 botol
- MS + NAA 3ppm 4 botol.
- MS + NAA 4ppm 4 botol
c. Kultur Embrio
- MS + GA3 1 ppm 4 botol
- MS + GA3 2ppm 4 botol
- MS +GA3 3 ppm 4 botol
- MS +GA3 3 ppm 4 botol
d. Kultur Kalus
- MS + 2,4 D 1ppm 4 botol
- MS + 2,4 D 2ppm 4 botol
- MS + 2,4 D 3 ppm 4 botol
- MS + 2,4 D 3 ppm 4 botol
- Diukur PH media. PH yang diinginkan berkisar 5,7-5,8
- Ditambahkan agar ke dalam larutan.
- Dihomogenkan larutan hingga agar-agar larut yang ditandai dengan
beningnya larutan.
- Dituang masing-masing larutan yang telah jadi kedalam botol kultur
yang telah diberi label dengan larutan
- Ditutup botol kulur dengan aluminium foil.
- Disterilisasi botol kultur kedalam autoklaf dengan suhu 121oC tekanan
17,5 Psi selama 20 menit.
- Setelah selesai di sterilkan, botol kultur dipindahkan keruang transfer
Prosedur Pembuatan Media MS
1. Disiapkan alat alat yang akan digunakan yaitu timbangan analitik, tabung
Erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, pipet, pengaduk kaca, stirrer, kompor
gas, kertas pH, botol medikum, aluminium foil, kapas
2. Disiapkan bahan makro nutrient dan setiap larutan stok dengan dosis 1 mg /
ml
3. Disiapkan aquades kurang lebih 300 ml didalam labu Erlenmeyer
4. Ditimbang komponen komponen makro nutrient, kemudian dimasukkan
kedalam labu Erlenmeyer satu per satu sambil digoyangkan secara memutar
datar, sehingga bahan kimia benar benar larut
5. Diambil larutan stik besi, mikro nutrient, vitamin dan hormone yang dosisnya
1000 ppm, sehingga untuk 1 liter medium harus diambil 10 ml larutan stok.
Labu Erlenmeyer digoyangkan
6. Ditimbang mio – inositol dan sukrosa, kemudian dimasukkan kedalam labu
satu per satu sambil digoyang goyangkan sampai larut
7. Dituangkan aquades sampai kurang lebih menjadi 900 ml ( mendekati 1000
ml )
8. Diukur pH menggunakan alat pengukur pH, bila pH dibawah 5,7 maka perlu
ditambah KOH 1-2 tetes, tetapi bila pH sampai mencapai 6,0 maka ditambah
HCL 1 tetes
9. Dimasukkan agar ke dalam labu
10. Dipanaskan labu erlenmyer dikompor sambil diaduk dengan pengaduk kaca
sampai mendidih dan agar nya larut semua
11. Dituang kedalam botol medium
12. Ditutup botol medium dengan aluminium foil dan benar benar tertutup rapat
13. Dimasukkan botol botol tersebut kedalam autoklaf dan disterilisasi dengan
suhu 1200 C dan tekanan 1,5 kg / cm 2 selama 15 -20 menit
14. Diangkat botol botol yang sudah steril dan disimpan ditempat yang steril dan
bersih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
No GAMBAR KETERANGAN
1. Dicuci hingga bersih alat alat yang
digunakan dengan deterjen

2. Ditiriskan alat alat yang telah dicuci


hingga kering

3. Disiapkan air / aquades yang telah


disterilisasi sebanyak 500 ml

4. Disiapkan air kelapa muda sebanyak


150 ml

Ditimbang 500 gr kentang, kupas


dan cuci bersih
5.
6. Direbus kentang kedalam 1,5 liter air
hingga menyusut menjadi 300 ml

7. Disaring air rebusan kentang

8. Ditimbang gula pasir 20 gr / liter

9. Ditimbang agar 7- 8 gr / liter

10. Dimasukkan ar rebusan kentang,


gula, agar, air kelapa kedalam wadah
yang berisi air / aquades 500 ml
diaduk hingga rata
11. Tambahkan air aqua hingga total
mencapai 1 liter

12. Diaduk rata semua bahan yang telah


dimasukkan sebelumnya agar tidak
ada gumpalan saat dimasak

Dimasak media hingga mendidih +


14. 15 menit

15. Dituangkan media secara merata ke


dalam gelas gelas kaca

16. Ditutup gelas gelas yang telah terisi


media dengan menggunakan
aluminium foil
17. Dipindahkan kedalam wadah setelah
disterilisasi dan disemprot alcohol
bagian luar gelas kaca

18. Disimpan ditempat yang bersih dan


steril

Pembahasan

Media kultur jaringan adalah media tanam yang berisi nutrisi, unsur hara
dan ZPT ( zat pengatur tumbuh ) yang digunakan dan penentu dalam keberhasilan
dalam melakukan kultur in vitor. Hal ini sesuai dengan literature Ryugo ( 1998 )
dan Yusnita ( 2003 ) yang menyatakan bahwa media kultur jaringan terdiri dari
berbagai komposisi dan unsur hara, vitamin, garam garam anorganik, larutan
buffer yang merupakan factor penentu dalam keberhasilan dalam perbanyakan
tanaman.

Media kultur jaringan terdiri dari dua jenis, yaitu media cair dan media
padat. Hal ini berdasarkan literature Rahardja dan Wahyu ( 2003 ) yang
menyatakan bahwa media kultur jaringan ada dua jenis, yaitu media cair dan
padar. Media cair digunakan untuk menumbuhkan eksplan sampai terbentuk PLB
( protocorn like body ) dan media padat digunakan untuk menumbuhkan PLB
sampai terbentuk planlet.

Jenis jenis media kultur jaringan yang biasa digunakan adalah media MS (
Murashige dan Skoog ( 1962 ), media dasar White ( 1934 ), media dasar Vacin
dan Went ( 1949 ), media dasar NItsch dan Nitsch (1969 ), media dasar Schenk
dan Hildebrandt ( 1972 ), media dasar WPM ( Woody Plant Medium 1981 ). Hal
ini menurut literature Widyastuti ( 2002 ) yang menyatakan bahwa media MS (
Murashige dan Skooge ) merupakan media yang dapat digunakan dalam hampir
semua jenis kultur.

Media kultur jaringan biasanya terdiri dari komponen komponen sebagai


berikut : unsur hara makro dan mikro, vitamin, besi atau besi – kelat, vitamin,
ZPT, gula, bahan organic, bahan bahan alami yang mengandung senyawa
kompleks dan arang aktif. Hal ini berdasarkan literature Gunawan ( 2002 ) yang
menyatakan komponen komponen media kultur jaringan terdiri atas unsur hara
makro dan mikro, vitamin, besi – kelat besi, gula, asam amino, n – organic, bahan
bahan alami yang mengandung senyawa kompleks seperti air kelapa, buffer, arang
aktif dan ZPT.

ZPT ( zat pengatur tumbuh ) adalah senyawa yang mampu menghambat


dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini berdasarkan
pernyataan literature Moore ( 1989 ) dan Santoso dan Fatimah ( 2003 ) yang
menyatakan ZPT merupakan senyawa organic bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi rendah mampu mendorong atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hendaryono dan Wijayanti ( 2004 ) juga mengatakan
ZPT pada tanaman bukan hara, tapi dalam jumlah yang sedikit dapat mendukung,
menghambat dan dapat merubah fisiologis tumbuhan.

Pada media kultur jaringan ZPT yang umum digunakan adalah auksin dam
sitokinin. Hal ini berdasarkan literature Wtherell ( 1982 ) yang menyatakan
hormone auksin dan sitokinin merupakan ZPT yang biasa digunakan dalam media
kultur secara in vitro. Kusumo (1984 ) menyatakan auksin memiliki kemampuan
untuk mendorong perpanjangan sel pucuk. Abidin ( 2000 ) menyatakan bahwa
sitokinin mempunyai peran untuk merangasang pertumbuhan tunas dan daun.

Factor factor yang mempengaruhi keberhasilan dalam membuat media


adalah ketersedian unsur hara makro dan miikro, ketersediaan bahan organic,
vitamin, ZPT, gula, kepadatan agar, buffer, arang aktif, bahan bahan alami. Yang
dimana Gunawan ( 2002 ) menyatakan bahwa komponen kompononen penting
tersebut harus ada didalam pembuatan media kultur jaringan. Kebersihan dan
kemampuan sipembuat media serta kepadatan agar juga mempengaruhi
keberhasilan dalam pembuatan media kultur jaringan.

Dari larutan stok NAA 100 ml (0,1 L) dengan konsentrasi 1000 ppm (1 M)
dengan berat molekul NAA 168 diperoleh NAA yang perlu ditimbang adalah 16,
8 gram. Dengan cara n = M x V = 1 x 0, 1 = 0,1 mol. Sehingga diperoleh
banyaknya NAA yang diperlu ditimbang (gram) = n x Mr = 0,1 x 168 = 16,8
gram. Hal ini sesuai dengan literatur (Wulandari dan Yulkifli, 2018) yang
menyatakan bahwa proses pengenceran dilakukan dengan cara menambah air
murni (aquades) ke dalam larutan sehingga didapat kemolaran yang diinginkan.
Proses pengenceran dapat dilakukan dengan cara mengikuti formulasi sebagai
berikut : V1 M1 = V2 M2. Dimana V1 adalah volume mula-mula dalam satuan
liter atau milliliter (l atau ml), M1 adalah molaritas mula-mula dalam molL-1 atau
mmolmL-1, V2 adalah volume setelah pengenceran dalam l atau ml dan M2
adalah molaritas setelah pengenceran dalam molL-1 atau mmolmL-1.

Dari larutan stok NAA 100 ml (0,1 L) dengan konsentrasi 1mMol (1 M)


dengan berat molekul NAA 168 diperoleh NAA yang perlu ditimbang adalah
0,0168 gram. Dengan cara n = M x V = 0,001 x 0, 1 = 0,0001 mol. Sehingga
diperoleh banyaknya NAA yang diperlu ditimbang (gram) = n x Mr = 0,0001 x
168 = 0,0168 gram. Hal ini sesuai dengan literatur (Wulandari dan Yulkifli, 2018)
yang menyatakan bahwa proses pengenceran dilakukan dengan cara menambah
air murni (aquades) ke dalam larutan sehingga didapat kemolaran yang
diinginkan. Proses pengenceran dapat dilakukan dengan cara mengikuti formulasi
sebagai berikut : V1 M1 = V2 M2. Dimana V1 adalah volume mula-mula dalam
satuan liter atau milliliter (l atau ml), M1 adalah molaritas mula-mula dalam
molL-1 atau mmolmL-1, V2 adalah volume setelah pengenceran dalam l atau ml
dan M2 adalah molaritas setelah pengenceran dalam molL-1 atau mmolmL-1.
KESIMPULAN

1. Media kultur jaringan adalah media tanam yang berisi nutrisi, unsur hara dan
ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan dan penentu dalam keberhasilan
kultur jaringan
2. Media dalam kultur jaringan berdasarkan bentuk ada dua jenis yaitu media
padat dan media cair. Media cair untuk menumbuhkan eksplan sampai
menjadi PLB ( protocorn like body ) dan media padat digunakan untuk
menumbuhkan PLB sampat terbentuk planlet
3. Jenis media berdasarkan kegunaan ada media dasar MS ( Murashige dan
Skooge ), media dasar White, media dasar Vacin dan Went, media dasar
Nitsch dan Nisch, media dasar WPM ( Woody Plant Medium )
4. Komponen komponen dalam media kultur jaringan ada unsur hara makro,
unsur hara mikro, vitamin, besi atau kelat besi, ZPT, arang aktif, bahan
organic, bahan bahan alami.
5. ZPT ( zat pengatur tumbuh ) yang biasa digunakan dalam media kultur
jaringan adalah auksin dan sitokinin. Auksin untuk mendorong pertumbuhan
atau perpanjangan sel pucuk sedangkan sitokinin mendorong pertumbuhan
tunas dan daun
6. Factor factor yang mempengaruhi keberhasilan dalam membuat media kultur
jaringan adalah ketersediaan unsur hara makro dan mikro, ketersediaan bahan
organic, vitamin, ZPT, gula, kepadatan agar, larutan buffer, kebersihan tangan
pemulia
7. Pembuatan larutan stok dapat menggunakan rumus pengenceran. Rumus
pengenceran yang digunakan adalah V1 M1 = V2 M2. Dimana V1 adalah
volume mula mula ( dalam liter atau milliliter), M1 adalah molaritas atau
konsentrasi awal ( dalam Mol atau mMol ), V2 adalah volume setelah
pengenceran ( dalam liter atau milliliter ) dan M2 adalah konsentrasi setelah
pengenceran ( dalam Mol atau mMol ).

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 200. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.


Penerbit Angkasa. Bandung.

Hendaryono, D. P. S. dan A Wijayani. 2002. Teknik Kultur Jaringan.


Yogyakarta:Kanisius.

Laisina, J. K. J. 2013. Konsentrasi Sukrosa dan Agar di dalam Media Pelestarian


In-Vitro Ubi Jalar Var. Sukuh. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman.
ISSN 2301-7287. Vol. (2) No.1.

Paramartha, Aisya Intan., D. Ermavitalini., dan S. Nurfadilah. 2012.


PengaruhPenambahan
KombinasiKonsentrasiZPTNAAdanBAPterhadapPertumbuhan dan
Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J SmithSecara In
Vitro. Jurnal Sains dan Seni ITS. ISSN: 2301 928X. Vol (1)No.1.
Rahardja, P. C., dan Wahyu, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Siregar, Lili Herawati., L. A. M Siregar., L. A. P. Putri,. 2013. Pengaruh –BenzilΑ


Amino Purina dan -Asam Asetat Naftalena terhadap Pertumbuhan AkarΑ
Boesenbergia Flava secara In-Vitro. Jurnal Online
Agroekoteknologi.ISSN 2337- 6597. Vol (1) No.3

Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo. 2012.Pertumbuhan dan


Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media
KulturInVitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Ilmu
BudidayaTanaman. ISSN 2301-7287. Vol (1) No.1

Widyastuti, N. 2002. Inovasi Memperbanyak Bibit Tanaman. Diakses dari


www.sinarharapan.co.id/berita/0202/13/ipt02.html. Tanggal 15 Juli 2007.

Wulandari D. A. dan Yulkifli. 2018. Studi Awal Rancang Bangun Colorimeter


sebagai Pendeteksi pada Pewarna Makanan Menggunakan Sensor
Photodioda. Pillar of Physics, Vol. 11 No. 2 : 81-87.

Yusnita. 2003. Kultur jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.


Agro Media Pustaka. Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai