LAPORAN
OLEH:
FAKULTAS PERTANIAN
2021
PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN
LAPORAN
OLEH:
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
diLaboratorium Bioteknologi Sub Pemuliaan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diperiksa Oleh:
Asisten Korektor
( Yohana Gultom )
NIM:170301159
FAKULTAS PERTANIAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari Laporan ini “Pembuatan Media Kultur Jaringan
”yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian
diLaboraotirum Bioteknologi Sub Pemuliaan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua
penulis yang sudah membantu, membimbing dan menyediakan segala kebutuhan
perkuliahan dan praktikkum penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosenpenanggung jawab yaitu: Luthfi Aziz Mahmud Siregar, S.P, M.Sc,
Ph.D;Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik M.Si, M.Sc, Ph.D; Ir. Hardy, M.P; Dr.
Diana Sofiah Hanafiah, S.P, M.P; Irda Safni S.P, M.Cp, Ph.D;Dr. Lisnawita. S.P,
M.Si; Dr. Mariani br. Sembiring, S.P, M.P. Selaku dosen pengajar mata kuliah
Bioteknologi Pertanian serta penulis mengucapkan terima kasih kepada abang dan
kakak asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian yang telah membantu kami
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan Laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.Semoga
Laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
Hal
PENDAHULUAN
KESIMPULAN .............................................................................................. 18
LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1989 cit. Santoso
dan Fatimah, 2003). Hal serupa dikemukakan oleh Hendaryono dan Wijayanti
(2004) zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah senyawa organik bukan
hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat
merubah proses fisiologis tumbuhan.
Ada 2 jenis hormon tanaman (auksin dan sitokinin) yang sekarang banyak
dipakai dalam propagasi secara in vitro (Wetherell, 1982). Auksin menurut
Kusumo (1984) zat yang memiliki sifat khas, yaitu mendorong perpanjangan sel
pucuk. Meskipun dapat mempengaruhi proses lain namun pengaruh utamanya
adalah memperpanjang sel pucuk.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) mempengaruhi pertumbuhan dan
morfogenesis kultur sel, organ, dan jaringan. Jika konsentrasi auksin lebih besar
daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih
besar dibanding auksin maka tunas akan tumbuh (Gunawan,1987 cit. Sudarmadji,
2003).
Zat pengatur tumbuh lain selain auksin adalah sitokinin. Sitokinin adalah
zat pengatur tumbuh yang ditemukan oleh Haberlandt tahun 1913. Sitokinin
mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel. Bentuk dasar dari sitokinin
adalah adanya gugus adenin (6-amino purine) yang menentukan kerja sitokinin
yakni meningkatkan aktivitas dalam proses fisiologis tanaman. Dalam penelitian
kultur jaringan, apabila konsentrasi sitokinin lebih besar dari auksin, maka akan
terjadi stimulasi pertumbuhan tunas dan daun, sebaliknya bila sitokinin lebih
rendah daripada auksin, maka terjadi stimulasi pertumbuhan akar. Sebaliknya, bila
perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan tunas, akar dan
daun akan berimbang pula (Abidin, 2000 ).
Dengan M adalah molaritas, n adalah jumlah mol terlarut., dan v adalah
volume larutan. Molaritas atau kemolaran dapat diturunkan melalui proses
pengenceran dengan konsekuensi akan terjadi perubahan volume larutan. Proses
pengenceran dilakukan dengan cara menambah air murni (aquades) ke dalam
larutan sehingga didapat kemolaran yang diinginkan. Proses pengenceran dapat
dilakukan dengan cara mengikuti formulasi sebagai berikut : V1 M1 = V2 M2.
Dimana V1 adalah volume mula-mula dalam satuan liter atau milliliter (l atau ml),
M1 adalah molaritas mula-mula dalam molL-1 atau mmolmL-1, V2 adalah
volume setelah pengenceran dalam l atau ml dan M2 adalah molaritas setelah
pengenceran dalam molL-1 atau mmolmL-1 (Wulandari dan Yulkifli, 2018).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun tempat dan waktu praktikkum ini dilaksanakan dimasing masing
rumah praktikkan dengan pengarahan melalui google meet dan dilaksanakan pada
tanggal Selasa, 16 Maret 2021 pukul 14. 30 s.d. 16.10 WIB.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cutter atau pisau
untuk mengupas dan memotong kentang, saringan untuk menyaring air rebusan
kentang dan air kelapa muda, wadah yang berukuran satu liter atau lebih untuk
tempat mengaduk semua bahan yang akan digunakan, botol kaca ( 4 buah ) yang
sudah disterilisasi pada praktikum sebelumnya untuk tempat media dibuat,
aluminium foil untuk menutup bagian atas gelas kaca saat sterilisasi agar uap air
tidak masuk kedalam gelas kaca, panci kukusan dan rebusan untuk mengukus
gelas kaca dan media serta panci rebusan untuk merebus kentang.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air kelapa
muda sebanyak 150 ml untuk komponen penyusun media, kentang 500 gr untuk
diambil sari rebusannya sebagai bahan penyusun media, gula pasir 20 gr sebagai
sumber glukosa bagi media tanam, agar 7 – 8 gr untuk memadatkan media tanam
yang akan dibuat, alcohol dengan kadar > 75 % untuk mensterilkan bagian luar
gelas kaca, tangan, dan tempat penyimpanan media yang sudah jadi.
Prosedur Praktikum
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang bahan yang akan digunakan
- Dilarutkan 30gr sukrosa kedalam 500ml aquades pada erlenmeyer 1 L dan
diletakkan diatas hot plate dan magnetic stirer untuk menghomogenkan
larutan
- Dimasukkan larutan stok makro 2ml dan dihomogenkan dengan magnetic
stirer
- Dimasukkan larutan stok mikro 20ml dan dihomogenkan
- Dimasukkan larutan stok vitamin 2ml dan dihomogenkan
- Dimasukkan larutan stok iron 4ml dan dihomogenkan
- Dimasukkan Myo-inositol 0,1gr dan dihomogenkan
- Ditambah aquades hingga volume menjadi 1000ml
- Dimasukkan agar 7gr lalu dipanaskan dengan hot plate hingga larutan
media MS mendidih dan matang
- Setelah matang, dibagi media MS sesuai dengan perllakuan tiap kultur
Dalam hal ini , bila :
a. Kultur Anther ( hanya MS kosong ) , tanpa perlu ada penambahan
ZPT
b. Kultur Tunas ( media dibagi pada beberapa erlenmeyer )
- MS + NAA 1ppm 4 botol
- MS + NAA2ppm 4 botol
- MS + NAA 3ppm 4 botol.
- MS + NAA 4ppm 4 botol
c. Kultur Embrio
- MS + GA3 1 ppm 4 botol
- MS + GA3 2ppm 4 botol
- MS +GA3 3 ppm 4 botol
- MS +GA3 3 ppm 4 botol
d. Kultur Kalus
- MS + 2,4 D 1ppm 4 botol
- MS + 2,4 D 2ppm 4 botol
- MS + 2,4 D 3 ppm 4 botol
- MS + 2,4 D 3 ppm 4 botol
- Diukur PH media. PH yang diinginkan berkisar 5,7-5,8
- Ditambahkan agar ke dalam larutan.
- Dihomogenkan larutan hingga agar-agar larut yang ditandai dengan
beningnya larutan.
- Dituang masing-masing larutan yang telah jadi kedalam botol kultur
yang telah diberi label dengan larutan
- Ditutup botol kulur dengan aluminium foil.
- Disterilisasi botol kultur kedalam autoklaf dengan suhu 121oC tekanan
17,5 Psi selama 20 menit.
- Setelah selesai di sterilkan, botol kultur dipindahkan keruang transfer
Prosedur Pembuatan Media MS
1. Disiapkan alat alat yang akan digunakan yaitu timbangan analitik, tabung
Erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, pipet, pengaduk kaca, stirrer, kompor
gas, kertas pH, botol medikum, aluminium foil, kapas
2. Disiapkan bahan makro nutrient dan setiap larutan stok dengan dosis 1 mg /
ml
3. Disiapkan aquades kurang lebih 300 ml didalam labu Erlenmeyer
4. Ditimbang komponen komponen makro nutrient, kemudian dimasukkan
kedalam labu Erlenmeyer satu per satu sambil digoyangkan secara memutar
datar, sehingga bahan kimia benar benar larut
5. Diambil larutan stik besi, mikro nutrient, vitamin dan hormone yang dosisnya
1000 ppm, sehingga untuk 1 liter medium harus diambil 10 ml larutan stok.
Labu Erlenmeyer digoyangkan
6. Ditimbang mio – inositol dan sukrosa, kemudian dimasukkan kedalam labu
satu per satu sambil digoyang goyangkan sampai larut
7. Dituangkan aquades sampai kurang lebih menjadi 900 ml ( mendekati 1000
ml )
8. Diukur pH menggunakan alat pengukur pH, bila pH dibawah 5,7 maka perlu
ditambah KOH 1-2 tetes, tetapi bila pH sampai mencapai 6,0 maka ditambah
HCL 1 tetes
9. Dimasukkan agar ke dalam labu
10. Dipanaskan labu erlenmyer dikompor sambil diaduk dengan pengaduk kaca
sampai mendidih dan agar nya larut semua
11. Dituang kedalam botol medium
12. Ditutup botol medium dengan aluminium foil dan benar benar tertutup rapat
13. Dimasukkan botol botol tersebut kedalam autoklaf dan disterilisasi dengan
suhu 1200 C dan tekanan 1,5 kg / cm 2 selama 15 -20 menit
14. Diangkat botol botol yang sudah steril dan disimpan ditempat yang steril dan
bersih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
No GAMBAR KETERANGAN
1. Dicuci hingga bersih alat alat yang
digunakan dengan deterjen
Pembahasan
Media kultur jaringan adalah media tanam yang berisi nutrisi, unsur hara
dan ZPT ( zat pengatur tumbuh ) yang digunakan dan penentu dalam keberhasilan
dalam melakukan kultur in vitor. Hal ini sesuai dengan literature Ryugo ( 1998 )
dan Yusnita ( 2003 ) yang menyatakan bahwa media kultur jaringan terdiri dari
berbagai komposisi dan unsur hara, vitamin, garam garam anorganik, larutan
buffer yang merupakan factor penentu dalam keberhasilan dalam perbanyakan
tanaman.
Media kultur jaringan terdiri dari dua jenis, yaitu media cair dan media
padat. Hal ini berdasarkan literature Rahardja dan Wahyu ( 2003 ) yang
menyatakan bahwa media kultur jaringan ada dua jenis, yaitu media cair dan
padar. Media cair digunakan untuk menumbuhkan eksplan sampai terbentuk PLB
( protocorn like body ) dan media padat digunakan untuk menumbuhkan PLB
sampai terbentuk planlet.
Jenis jenis media kultur jaringan yang biasa digunakan adalah media MS (
Murashige dan Skoog ( 1962 ), media dasar White ( 1934 ), media dasar Vacin
dan Went ( 1949 ), media dasar NItsch dan Nitsch (1969 ), media dasar Schenk
dan Hildebrandt ( 1972 ), media dasar WPM ( Woody Plant Medium 1981 ). Hal
ini menurut literature Widyastuti ( 2002 ) yang menyatakan bahwa media MS (
Murashige dan Skooge ) merupakan media yang dapat digunakan dalam hampir
semua jenis kultur.
Pada media kultur jaringan ZPT yang umum digunakan adalah auksin dam
sitokinin. Hal ini berdasarkan literature Wtherell ( 1982 ) yang menyatakan
hormone auksin dan sitokinin merupakan ZPT yang biasa digunakan dalam media
kultur secara in vitro. Kusumo (1984 ) menyatakan auksin memiliki kemampuan
untuk mendorong perpanjangan sel pucuk. Abidin ( 2000 ) menyatakan bahwa
sitokinin mempunyai peran untuk merangasang pertumbuhan tunas dan daun.
Dari larutan stok NAA 100 ml (0,1 L) dengan konsentrasi 1000 ppm (1 M)
dengan berat molekul NAA 168 diperoleh NAA yang perlu ditimbang adalah 16,
8 gram. Dengan cara n = M x V = 1 x 0, 1 = 0,1 mol. Sehingga diperoleh
banyaknya NAA yang diperlu ditimbang (gram) = n x Mr = 0,1 x 168 = 16,8
gram. Hal ini sesuai dengan literatur (Wulandari dan Yulkifli, 2018) yang
menyatakan bahwa proses pengenceran dilakukan dengan cara menambah air
murni (aquades) ke dalam larutan sehingga didapat kemolaran yang diinginkan.
Proses pengenceran dapat dilakukan dengan cara mengikuti formulasi sebagai
berikut : V1 M1 = V2 M2. Dimana V1 adalah volume mula-mula dalam satuan
liter atau milliliter (l atau ml), M1 adalah molaritas mula-mula dalam molL-1 atau
mmolmL-1, V2 adalah volume setelah pengenceran dalam l atau ml dan M2
adalah molaritas setelah pengenceran dalam molL-1 atau mmolmL-1.
1. Media kultur jaringan adalah media tanam yang berisi nutrisi, unsur hara dan
ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan dan penentu dalam keberhasilan
kultur jaringan
2. Media dalam kultur jaringan berdasarkan bentuk ada dua jenis yaitu media
padat dan media cair. Media cair untuk menumbuhkan eksplan sampai
menjadi PLB ( protocorn like body ) dan media padat digunakan untuk
menumbuhkan PLB sampat terbentuk planlet
3. Jenis media berdasarkan kegunaan ada media dasar MS ( Murashige dan
Skooge ), media dasar White, media dasar Vacin dan Went, media dasar
Nitsch dan Nisch, media dasar WPM ( Woody Plant Medium )
4. Komponen komponen dalam media kultur jaringan ada unsur hara makro,
unsur hara mikro, vitamin, besi atau kelat besi, ZPT, arang aktif, bahan
organic, bahan bahan alami.
5. ZPT ( zat pengatur tumbuh ) yang biasa digunakan dalam media kultur
jaringan adalah auksin dan sitokinin. Auksin untuk mendorong pertumbuhan
atau perpanjangan sel pucuk sedangkan sitokinin mendorong pertumbuhan
tunas dan daun
6. Factor factor yang mempengaruhi keberhasilan dalam membuat media kultur
jaringan adalah ketersediaan unsur hara makro dan mikro, ketersediaan bahan
organic, vitamin, ZPT, gula, kepadatan agar, larutan buffer, kebersihan tangan
pemulia
7. Pembuatan larutan stok dapat menggunakan rumus pengenceran. Rumus
pengenceran yang digunakan adalah V1 M1 = V2 M2. Dimana V1 adalah
volume mula mula ( dalam liter atau milliliter), M1 adalah molaritas atau
konsentrasi awal ( dalam Mol atau mMol ), V2 adalah volume setelah
pengenceran ( dalam liter atau milliliter ) dan M2 adalah konsentrasi setelah
pengenceran ( dalam Mol atau mMol ).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN