Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENGAMATAN GEJALA ABIOTIK PADA VEGETASI

POHON DI KAWASAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNPATTI

Dosen Pengampu:
Maya M.S. Puttileihalat, S.Hut., MP

Oleh:
Kelompok

BERNADETTE P NARAHAWARIN 202180056


VIRLY STEFFANY LILIPORY 202180061
DULCE M.S.F MASELLA 202180057
SITI JANARAM HATALIA 202180060

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Maya M.S. Puttileihalat,
S.Hut., MP sebagai dosen pengampu mata kuliah Perlindungan Hutan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Ambon, 03 April 2023

Kelompok

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… I
KATA PENGANTAR……………………………………………………. Ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… Iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Tujuan………….. ……………………………………………………… 6
1.3 Manfaat………...………………………………………………….......... 6
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjaun Pustaka…………………............................................................. 7
BAB III: METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………… 18
3.2 Alat dan Bahan …………………………………………………………. 18
3.3 Metode Praktikum………………….…………………………………… 18
BAB IV: PEMBAHASAN
4.1 Hasil……...……………………………………………………………... 20
4.2 Pembahasan………….…………………………………………………. 27
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 31
5.2 Saran……………………………………………………………………. 31
DAFTAR PUSTAKA 32

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat
melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi genetik terbaik yang
dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi dan
perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari tanah dan
mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan; fotosintesis dan translokasi hasil-
hasil fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme
senyawa-senyawa yang disintesis; reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan
untuk reproduksi.

Pertumbuhan dan hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan air di
dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam kisaran
faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang
mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat menurunkan kegunaannya bagi
manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga
hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan dan
produksi tumbuhan.

Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu
dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi
penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama
penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan
fisik (fisiopath). Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat
bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga
bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap

4
agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi
biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan cepat
menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya
menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit.

Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus,
mikoplasma, dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah
terjadinya interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh
faktor-faktor abiotik (fisik atau kimia).

Sel dan jaringan dari tumbuhan sakit biasanya menjadi lemah atau hancur oleh
agensia penyebab penyakit. Kemapuan sel dan jaringan tersebut melaksankaan
fungsi-fungsi fisiologisnya yang normal menjadi menurun, atau terhenti sama sekali
dan sebagai akibatnya, pertumbuhan menjadi terganggu atau tumbuhan mati. Jenis sel
dan jaringan yang terinfeksi akan menentukan jenis fungsi fisiologis yang mula- mula
dipengaruhinya.Penyebab penyakit yang tidak menular berbagai macam, antara lain
pH tanah, kurang tersedianya unsur hara tertentu di dalam tanah, kandungan air di
dalam tanah, limbah serta bahan-bahan kimia yang keluar dari industri serta dari
mesin-mesin pembangkit tenaga dan sebgainya. Bahan yang keluar dari industri dan
dari mesin pembangkit tenaga inilah yang menyebabkan polusi udara. Akibat
serangan penyebab yang tidak menular biasa terlihat secara menyeluruh atau secara
sporadik tersebar seluas lahan yang faktor penyebab yang bersangkutan.

Penyebab penyakit semacam ini tidak menyebar dari satu tanaman ke tanaman
lain. Pada penyebab penyakit yang menular, penyakit dapat berkembang biak pada
suatu pohon. Penyebab penyakit ini dapat berkembang dan menyebar secara aktif dari
satu pohon ke pohon yang lain melalui tanah, pertautan akar, pertautan daun, atau
menyebar secara pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karena terbawa oleh angin
atau aliran pada permukaan tanah, selokan atau sungai. Beberapa jenis patogen dapat
terbawa oleh serangga, nematoda atau burung. Penyebab tiap macam penyakit
5
memiliki ciri-ciri yang khas tentang siklus hidupnya, cara bertahan hidup, faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangannya serta cara penyebarannya.
Walau penyebabnya telah diketahui, ciri-cirinya banyak yang belum diketahui,
padahal pengetahuan tentang itu diperlukan sebagai bahan untuk pengembangan cara
pengendaliannya secara efektif.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari Pengamatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui serta bisa
mengidentifikasi ciri-ciri perubahan morfologi pada tanaman dan bisa mengdiagnosis
penyebab perubahan tersebut yang terjadi dalam petak ukur yang dibuat.

1.3 Manfaat

Manfaat dari Pengamatan ini adalah :

1. Mengetahui prinsip dasar faktor Abiotik lingkungan yang terjadi.

2. Mampu membedakan Faktor Lingkungan Abiotik dengan factor biotik.

3. Mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh Faktor Abiotik dan Dampak yang
ditimbulkan akibat perubahan yang terjadi.

4. Cara Mendiagnosis, terjadinya faktor abiotik dan dapat melakukan dasar -


dasar pengendalian.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Penyakit tanaman adalah kondisi dimana sel dan jaringan tanaman tidak
berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus menerus
oleh agen pathogen atau faktor lingkungan dan akan menghasilkan perkembangan
gejala (Agrios: 2005).Sedangkan menurut Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra,
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas
menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan
merupakan akibat interaksi yang cukup lama (Rahmat et al : 2005). Jadi dapat
disimpulkan, Penyakit tanaman merupakan sebuah kondisi dimana tanaman
terganggun namun bukan berasal dari gangguan hama, melaikan karena jamur, virus,
maupun bakteri yang pada akhirnya juga dapat merugikan manusia. Tanaman yang
terkena penyakit dapat terlihat jelas karena mengalami kerusakan sel atau bahkan
matinya sel dalam tanaman.

Penyakit tanaman biasanya disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik.
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh faktor biotik ialah penyakit yang diakibatkan
oleh organisme penganggu (cendawan, bakteri, dll), biasanya gejala kerusakan rata
pada satu hamparan tanaman. Sedangkan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
faktor abiotik ialah merupakan gejala serangan yang cenderung tidak merata, dan
kerusakan yang timbul akibat terlalu lembab, atau terlalu kering (Raupach et al :
2011).

Penyebab penyakit dari golongan abiotik tidak dapat menular. Faktor abiotik ini
bisa berupa kelebihan unsur hara, kekurangan unsur hara, dan lingkungan yang
ekstrim salah satunya suhu. penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup
7
(abiotik), penyakit demikian bersifat tidak menular (noninfectious). Gejala
abiotik adalah gejala alam yang timbul oleh objek atau sesuatu yang tidak hidup dan
tidak dikatakan sebagai makhluk hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu ;
Faktor Lingkungan dan Faktor yang Dapat Menular.

Faktor Lingkungan

Bila penyebab penyakit adalah faktor lingkungan fisik atau kimia maka biasanya
penyakit menjadi makin berat dengan pertambahan waktu, sedang kecepatan
perkembangan tersebut beragam menurut jenis pohon, jenis faktor penyebab penyakit
serta seberapa jauh penyimpangan kondisi faktor penyebab tersebut dari kondisi yang
cukup baik untuk perkembangan pohon yang bersangkutan. Makin besar
penyimpangan jenis pohon tertentu, makin cepatlah dan mungkin makin beratlah
penyakit yang ditimbulkannya.

Tiap jenis pohon memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia tertentu
untuk pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi lingkungan fisik
atau kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang
satu tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang lain. Demikian pula pada
suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu, suatu jenis pohon yang semula
pada umur- umur tertentu tidak menunjang gejala suatu penyakit, pada umur-umur
lebih lanjut dapat menjadi sakit.

1. Pengaruh Suhu

Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan


jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda
kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang
berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan
8
terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari
tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya)
terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan
sebagainya.

 Pengaruh Suhu Tinggi

Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas
kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya
dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh suhu tinggi pada
pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama
kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan
dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam
kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari
pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan
umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan buah
yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi dibanding
dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebut
menghasilkan perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya
jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk. Suhu tinggi juga
terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan penurunan oksigen yang
menyebabkan terjadinya blacheart pada kentang.

 Pengaruh Suhu Rendah

Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding
dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan berbagai kerusakan
terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh late
frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian
tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan
9
pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadang- kadang
ranting sukulen sebagian pepohohonan. Kerusakan yang terjadi bervariasi tergantung
pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut berlangsung. Kerusakan
awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular utama yang lebih meluas yang
berselang-selang pada umbi akan menghasilkan nekrosis seperti jaring. Tingkat
kerusakan yang lebih umum, sebagian besar umbi menjadi rusak, menghasilkan
nekrosis yang disebut blotch-type (tipe bisul).

2. Pengaruh Kelembaban

Pengaruh kelembaban dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

 Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah

Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab terhadap


lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi tidak produktif sepanjang
musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi secara lokal pada jenis tanah tertentu,
kemiringan tertentu atau lapisan tanah yang tipis yang dibawahnya terdapat batu atau
pasir. Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya
tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang,
mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan
jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh
lebih rentan terhadap periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan
juga dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan
pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback,
defoliasi (pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati. Tumbuhan yang lemah
karena kekeringan juga lebih rentan terhadap serangan patogen dan serangga tertentu.

10
 Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi

Akibat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang
jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya suplai
oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres,
sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan
mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi seperti
nitrit, yang beracun bagi tumbuhan.

Disamping itu, sel-sel akar yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen
akan kehilangan permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya
zat-zat besi atau bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan. Drainase yang jelek
menyebabkan tumbuhan tidak vigor, seringkali
menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau
kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap
dan kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari. Pepohonan
juga dapat mati karena tergenang air, tetapi biasanya muncul kerusakan lebih lambat
yaitu selama beberapa minggu jika akar tergenang terus-menerus.

 Kekurangan Oksigen

Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging
di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada
penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali. Contoh dari
kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut blackheart pada kentang, yang
dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan dan reaksi enzimatik yang abnormal
pada umbi kentang. Suplai (penyediaan) oksigen sel pada bagian dalam umbi tidak
mencukupi untuk mendukung peningkatan pernapasan, dan sel tersebut mati karena
kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi dan kurang
oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel. Reaksi tersebut secara
11
abnormal mengoksidasi penyusun tumbuhan yang normal menjadi pigmen melanin
hitam. Pigmen tersebut menyebar ke sekitar jaringan umbi dan akhirnya menjadikan
umbi tampak hitam.

 Cahaya

Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong


pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian
menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan
gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi.
Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut
ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau
benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak
tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu
tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.

 Polutan Udara

Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada tumbuhan


berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau debu juga
mempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen, amoniak, klorin dan
kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh buruknya melewati daerah
tertentu. Seringkali tumbuhan atau hasil tumbuhan yang disimpan dalam gudang
dengan ventilasi yang tidak baik dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan oleh
tumbuhan itu sendiri (etilen) atau dari kebocoran sistem pendingin (amoniak).

12
Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara sebagai berikut :

 Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak,


menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun,
tepi daun nampak seperti hangus.
 Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil, menyebabkan
tumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal dan senesen secara
prematur.

 Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi
menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi
menyebabkan keputihan pada jaringan antar tulang daun.

Defisiensi Hara pada Tumbuhan

Tumbuhan membutuhkan beberapa unsur mineral untuk pertumbuhan yang


normal. Beberapa unsur, seperti nitrogen, posfor, kalium, magnesium dan sulfur
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut unsur makro, sedangkan
yang lain seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga, molibdenum dan klorin dalam
jumlah kecil yang disebut unsur mikro.

Jenis gejala yang dihasilkan oleh defisiensi hara tertentu trutama tergantung pada
fungsi unsur tersebut di dalam tumbuhan. Fungsi-fungsi tersebut mungkin
menghambat atau mengganggu apabila unsur-unsur tersebut terbatas. Gejala tertentu
biasanya sama pada defisiensi beberap unsur, tetapi ciri-ciri diagnostik lain biasanya
berhubungan dengan defisiensi unsur tertentu. Gejala yang ditimbulkan tumbuhan
sebagai akibat defisiensi hara adalah sebagai berikut :

13
1. Nitrogen, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek
dan berwarna hijau muda. Daun bagian bawah berubah kuning atau coklat
muda dan batang pendek dan kurus.
2. Posfor, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek
dan daun hijau kebiruan. Daun bagian bawah kadang-kadang berubah
menjadi karat muda dengan bercak ungu atau coklat.
3. Kalium, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan mempunyai
tunas kecil yang pada keadaan ganas timbul mati-ujung. Daun yang lebih
tua memperlihatkan gejala klorosis dengan kecoklatan pada ujung
pinggirnya mengering dan biasanya banyak bercak coklat di pinggirnya.
4. Besi, apabila terjadi defisiensi menyebabkan daun muda mengalami
klorosis berat, tetapi tulang daun utamanya tetap hijau seperti biasa.
Kadang-kadang berkembang bercak coklat. Sebagian atau keseluruhan
daun mungkin mati.
5. Seng, apabila terjadi defisiensi menyebabkan terjadinya gejala klorosis
antar pertulangan daun yang akhirnya menyebabkan nekrosis dan
menghasilkan pigmentasi ungu. Jumlah daun sedikit dan mengecil, ruas
pendek dan tunas berbentu roset, dan produksi buah rendah. Daun gugur
dengan cepat.

Faktor yang Dapat Menular

Bagi penyakit yang disebabkan oleh faktor yang dapat menular, berhasil atau
tidaknya suatu penyakit berkembang pada suatu pohon atau pertanaman tergantung
pada tiga faktor yaitu sifat genetik pohon, keganasan (virulensi) patogen dan
keadaan lingkungan.

14
 Sifat Genetik Pohon

Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu jenis patogen.
Beberapa individu, galur, atau tanaman yang berasal dari tempat tumbuh tertentu
mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen, dibandingkan dengan individu,
galur, atau yang berasal dari tempat tumbuh lain. Ketahanan ini dapat terjadi karena
kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak
menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya
jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal,
pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah
patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik di dalam
jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan
tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal
menyebabkan penyakit pada pohon. Ketahanan suatu jenis pohon terhadap serangan
suatu jenis patogen tidak selalu sama pada semua umur. Contoh yang khas
adalah penyakit lodoh yang disebsbkan oleh Pythium spp., Phytophthora spp.,
Fusarium spp. dan Rhizoctonia spp. yang hanya terjadi pada kecambah.

 Keganasan Patogen

Penyakit yang disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus,


mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang
beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu
jenis pohon. Berbagai galur atau asal (isolat) suatu jenis patogen dapat beragam
keganasannya (virulensinya), tergantung pada gen yang terkandung di dalam inti atau
bahan yang bertindak sebagai inti. Mengingat susunan gen karena berbagai proses
dapat berubah, maka demikian pula virulensi pada suatu jenis patogen dapat berubah
dari waktu ke waktu. Perubahan itu bisa terjadi karena hibridisasi, heterokariosis dan
paraseksualisme. Pada bakteri dikenal adanya konjugasi, transfusi, dan transduksi. Di

15
samping itu perubahan keganasan virulensi dapat terjadi karena mutasi dan adaptasi
sitoplasmik.

Itulah sebabnya mengapa suatu jenis patogen yang sama, dan yang memiliki
bentuk serta cara perkembangbiakan yang sama, tetapi yang berasal dari berbagai
daerah atau berbagai jenis pohon, dapat berlainan keganasannya. Demikian pula suatu
galur tertentu patogen yang semula memiliki suatu taraf keganasan tertentu sesudah
beberapa waktu dapat berubah memiliki taraf keganasan yang lain atau terpecah
menjadi beberapa galur dengan berbagai taraf keganasan.

 Keadaan Lingkungan

Faktor lingkungan dapat dipisahkan antara yang biotik (hidup) dan


yang abiotik (mati). Sebagai contoh untuk biotik adalah jasad-jasad renik yang ada di
sekitar patogen. Pengaruh faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada patogen
yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar.
Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung berpengaruh
terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit, vektor, saingan
dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis. Unsur- unsur biotik
yang lain dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap patogen. Hal ini
disebabkan karena adanya interaksi antara jasad renik di sekitar patogen. Interaksi
dapat mengakibatkan berkembangnya atau turunnya populasi jasad renik yang
menguntungkan atau merugikan patogen. Dengan demikian maka unsur-unsur biotik
lingkungan dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap
perkembangan penyakit pada pohon.

Kelompok faktor lingkungan yang lain adalah unsur-unsur abiotik (tidak hidup)
seperti suhu, kadar air tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di
dalam tanah. Suatu faktor abiotik tertentu dapat menyebabkan pohon mengalami
tekanan hingga penyakit yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih berat
16
dibandingkan dengan bila pohon hanya terserang oleh patogen.
Faktor lingkungan fisik atau kimia dapat bekerja sendiri dan
menyebabkan pohon menjadi sakit tanpa adanya serangan suatu patogen, dan dapat
pula mempengaruhi perkembangan penyakit yang ditimbulkan oleh patogen.

17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pengamatan penyakit abiotik pada vegetasi ini dilakukan di kawasan


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Pattimura
Ambon pada hari Rabu tanggal 12 April 2023, pukul 09.00 WIT sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini tersebut adalah :

1) Vegetasi (pohon) di kawasan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam (FMIPA),Universitas Pattimura Ambon.
2) Tali dengan panjang 20 meter (2x2 untuk semai, 5x5 untuk sapihan, 10x10
untuk tiang, 20x20 untuk pohon)
3) Gps (untuk mencari titik koordinat)
4) Kamera (untuk dokumentasi)
5) ATK

3.3 Metode Praktikum

Pengumpulan data vegetasi yang terkena penyakit abiotik dilakukan dengan


metode pengamatan secara langsung terhadap vegetasi di kawasan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),Universitas Pattimura Ambon.
Berikut prosedur pelaksanaan :

1) Menentukan starting point.


2) Mengambil titik koordinat
3) Membuat petak contoh dalam jalur pengamatan. Ukuran petak contoh 20x20
untuk
pengamatan vegetasi tingkat pohon.

18
4) Mengamati gejala penyakit, kemudian menyebutkan ciri-ciri atau
penampakkan
fisiologis dari gejala tersebut.
5) Diambil gambar vegetasi yang terkena dampak penyakit abiotik sebagai
dokumentasi.

19
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penyakit Abiotik Pada Vegetasi (pohon)

No Gambar Keterangan

1. Nama Penyakit : Batang


pohon patah

2. Penyebab : Cahaya

3. Pengendalian :
1
menghilangkan beban pada
bagian batang agar ringan
dan cahaya dapat msk
supaya batang pohon kuat
Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla) dan tidak mudah patah

20
2 1. Nama Penyakit : kematian
pohon

2. Penyebab : Temperatur
(Suhu)

3. Pengendalian : Mencari
tempat yang cocok untuk
menanan pohon ini karena
harus melihat suhu dan
Bingtanggur Pantai (Chalophyllum inophyllum) kelembaban yang cocok.

1. Nama Penyakit :
Perubahan warna daun

2. Penyebab : Cekaman Air

3. Pengendalian :
Menyediakan air yang cukup
agar tidak kekurangan air

Bingtanggur Pantai (Chalophyllum inophyllum)

21
1. Nama Penyakit : Luka
pada bagian pohon

2. Penyebab : Suhu Tinggi


4
3. Pengendalian
:membungkus batang pohon
yang terluka dengan cara
memakai kain yang berisi
tanah dan di ikat pada
Bingtanggur Pantai (Chalophyllum inophyllum) bagian pohon yang terluka

1. Nama Penyakit :
Perubahan warna daun

2. Penyebab : Cekaman Air

3. Pengendalian :
Menyediakan air yang cukup
agar tidak kekurangan air

Bingtanggur Pantai (Chalophyllum inophyllum)

22
6

1. Nama Penyakit : Batang


pohon kering

2. Penyebab : Cekaman Air

3. Pengendalian :
Menyediakan air yang cukup
agar tidak kekurangan air

Bingtanggur Pantai (Chalophyllum inophyllum)

1. Nama Penyakit : Batang


pohon kering

2. Penyebab : Cekaman Air

3. Pengendalian :
Menyediakan air yang cukup
agar tidak kekurangan air

Ketapang (Terminalia cattapa)

23
8

1. Nama Penyakit : Luka


pada bagian pohon

2. Penyebab : Suhu Tinggi

3. Pengendalian : memili
tempat yang memiliki
kelembaban agar tidak cepat
kehilangan air dengan cepat

Mahoni Daun Kecil (Swietenia mahagoni)

1. Jenis Penyakit :
Kekurangan Unsur Hara.

2. Penyebab : Daun menjadi


kuning disebabkan oleh
kekurangan mineral kalsium
ataupun boron.

3. Pengendalian : Beri pupuk


paling tidak sekali dalam
satu bulan atau repot dengan
media tanam baru agar
Ketapang (Terminalia cattapa)
tanaman juga dapat nutrisi
baru.

24
10

1. Nama Penyakit : Luka


pada bagian pohon

2. Penyebab : Suhu Tinggi

3. Pengendalian : memili
tempat yang memiliki
kelembaban agar tidak cepat
kehilangan air dengan cepat

11

1. Nama Penyakit : Luka


pada bagian pohon

2. Penyebab : Suhu Tinggi

3. Pengendalian :
membungkus batang pohon
yang terluka dengan cara
memakai kain yang berisi
tanah dan di ikat pada
bagian pohon yang terluka

25
12

1. Nama Penyakit : Luka


pada bagian pohon

2. Penyebab : Suhu Tinggi

3. Pengendalian : memili
tempat yang memiliki
kelembaban agar tidak cepat
kehilangan air dengan cepat

26
5.2 Pembahasan

Berdasarkan data 5.1 pada tabel 1. Hasil Pengamatan Penyakit Abiotik Pada Vegetasi
(pohon) lokas F.MIPA UNPATTI

Pada pengamatan kali ini tentang penyakit Abiotik pada vegetasi pohon yang ada
pada lokasi F.MIPA, yang kami dapat ambil data vegetasi yang ada ialah sekitar 12
vegetasi dimana masing masing vegetasi tersebut mengalami kerusakan atau penyaki.
Dari petak yang kami ambil pada dua titik kordinat yang berbedah dimana vegetasi
yang dilihat masing masing mempunyai titik kordinat yang berbedah dan juga bisa di
lihat bahwa kebanyakan yang ada pada penyakit dilokasi tesebut ialah luka pada
bagian pohon, dan juga suhu tinggi dan cekaman air yang membuat sehingga adanya
perbedaan diantara pohon yang tidak mengalami gangguan atau penyakit dengan
pohon atau vegetasi yang mengalami gangguan penyakit.

Adapun penyebab penyebab terjadinya penyakit pada vegetasi yang ada,

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi pertama ialah cahaya.


Penyakit batang pohon patah ini disebabkan karena kurangnya cahaya yang
menghambat pembentukan klorof dan merangsang perpanjangan ruas
sehingga jaringan menjadi lemah.
o Cara mengatasinya dengan

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi kedua ialah Temperatur (Suhu)


Penyakit kematian bagian batang disebabkan karena perubahan suhu yang
melampawi batas toleransi akan akan menyebabkan tumbuhan mengalami
penyimpangan fisiologi dan dapat menyebabkan kematian
o Cara mengatasinya ialah memberikan jarak tanam pada saat menana
pohon agar tidak mengalami penyimpangan fisiologi, dan melihat
keadaan kelembaban yang ada.

27
 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ketiga perubahan warna daun ialah
cekaman air.
Penyakit perubahan warna daun disebabkan karena tumbuhan mudah
umumnya lebih peka terhadap kekurangan air dibandingan tumbuhan tua.
Akibatnya yang ditimbulkan dari cekaman air misalnya perubahan warna
daun.
o Cara mengatasinya ialah dengan melihat tumbuhan yang peka
terhadap lingkungan di jadikan satu agar tidak terjadinya cekaman air

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi keempat ialah Suhu Tinggi


Penyakit Luka pada bagian pohon disebabkan karena suhu tinggi dapat
menyebabkan keruskan pada tumbuhan, misalnya lukah pada bagian pohon
yang memiliki jaringan yang lemah yang akan menghambat proses regenerasi.

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke lima ialah perubahan warna


daun,cekaman air
Penyakit perubahan warna daun disebabkan karena tumbuhan mudah
umumnya lebih peka terhadap kekurangan air dibandingan tumbuhan tua.
Akibatnya yang ditimbulkan dari cekaman air misalnya perubahan warna
daun.
o Cara mengatasinya ialah dengan melihat tumbuhan yang peka
terhadap lingkungan di jadikan satu agar tidak terjadinya cekaman air

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke enam ialah batang pohon kering
Penyakit batang pohon kering disebabkan karena tumbuhan mudah umumnya
lebih peka terhadap kekurangan air dibandingan tumbuhan tua. Akibatnya
yang ditimbulkan dari cekaman air misalnya perubahan warna daun.

28
o Cara mengatasinya ialah dengan melihat tumbuhan yang peka
terhadap lingkungan di jadikan satu agar tidak terjadinya cekaman air

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke tuju ialah batang pohon kering
Penyakit batang pohon kering disebabkan karena tumbuhan mudah umumnya
lebih peka terhadap kekurangan air dibandingan tumbuhan tua. Akibatnya
yang ditimbulkan dari cekaman air misalnya perubahan warna daun.
o Cara mengatasinya ialah dengan melihat tumbuhan yang peka
terhadap lingkungan di jadikan satu agar tidak terjadinya cekaman air

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke delapan ialah luka pada bagian
pohon
Penyakit Luka pada bagian pohon disebabkan karena suhu tinggi dapat
menyebabkan keruskan pada tumbuhan, misalnya lukah pada bagian pohon
yang memiliki jaringan yang lemah yang akan menghambat proses regenerasi.
 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke sembilan ialah kekuranga unsur
hara
Penyakit Kekurangan unsur hara disebabkan karena proses tumbuh tanaman
berjalan dengan lambat sehingga menyebabkan tanaman kurus dan kecil.
o Cara mengatasinya dengan Beri pupuk paling tidak sekali dalam satu
bulan atau repot dengan media tanam baru agar tanaman juga dapat
nutrisi baru.

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke sepulu ialah luka pada bagian
pohon
Penyakit Luka pada bagian pohon disebabkan karena suhu tinggi dapat
menyebabkan keruskan pada tumbuhan, misalnya lukah pada bagian pohon
yang memiliki jaringan yang lemah yang akan menghambat proses regenerasi.

29
 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke sebelas ialah luka pada bagian
pohon
Penyakit Luka pada bagian pohon disebabkan karena suhu tinggi dapat
menyebabkan keruskan pada tumbuhan, misalnya lukah pada bagian pohon
yang memiliki jaringan yang lemah yang akan menghambat proses regenerasi.

 Penyebab terjadi penyakit pada vegetasi ke duabelas ialah luka pada bagian
pohon
Penyakit Luka pada bagian pohon disebabkan karena suhu tinggi dapat
menyebabkan keruskan pada tumbuhan, misalnya lukah pada bagian pohon
yang memiliki jaringan yang lemah yang akan menghambat proses regenerasi.

Dari penyakit penyakit yang suda di ketahui dapat kita liat bahwa cekaman air, suhu
tinggi, temperatur sangat berpengaru dikarenakan dapat menyebabkan terjadinya
penyakit atau gangguan pada satu vegetasi.

30
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Abiotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang
tidak hidup (benda-benda mati). Abiotik merupakan salah satu faktor dalam
lingkungan yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban,
cahaya, mineral, keasaman (PH), Kadar Garam ( Salinitas ), Topografi dan Garis
lintang. Gejala penyakit abiotic yang menyerang vegetasi (pohon) memiliki ciri-ciri
yang hampir sama dengan factor biotik. Cara membedakan kedua penyakit ini adalah
dengan melihat intensitas sebarannya. Jika sebaran penyakit hampir merata di satu
vegetasi, maka itu merupakan gejala dari factor biotik dan begitupun sebaliknya.
Setelah selesai mengidentifikasi penyakit maka di berikan penanggulangan seperti
yang sudah dibahas di pembahasan.

3.2 Saran
Perlu dilakukan penanggulangan terhadap vegetasi yang mengalami gejala abiotik
sehingga dapat diminimalisir kerusakan vegetasi di lingkungan kampus.

31
DAFTAR PUSTAKA

Irwanto. (n.d.). Jurnal. TEKNIK ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE PETAK,


50-62.

Syaputra, A. (2014). Jurnal Inventarisasi. LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


INVENTARISASI KEHUTANAN, 1.

YUNASFI.(2002). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBANGAN PENYAKIT DAN. Jurnal, 50-62.

32

Anda mungkin juga menyukai