Disusun Oleh:
PERLINDUNGAN TANAMAN
AET-1
i
DAFTAR ISI
2. PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1. Fusarium sp......................................................................................... 4
2.2. Ganoderma sp.......................................................................................... 7
2.3. Xanthomonas sp. .................................................................................. 11
2.4. Pectobacterium sp ................................................................................... .14
3. PENUTUP ................................................................................................ 17
3.1.Kesimpulan ......................................................................................... 17
3.2.Saran ..................................................................................................... 17
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1. PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
Adapun tujuan makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bioekologi patogen penyebab penyakit tanaman.
3
1.4. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat disusun alternatif
tindakan baik berupa perbaikan teknologi maupun kebijakan yang sesuai untuk
mengetahui bagaimana bioekologi dari patogen penyebab penyakit tanaman.
2. PEMBAHASAN
4
5
Gejala awal terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa
garis bercak kebasahan. Bercak selanjutnya meluas berwarna hijau
keabuan, seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram
air panas.
Gejala kresek merupakan gejala yang paling merusak dari penyakit
hawar daun bakteri.
2. Hawar
Terjadi pada tanaman dewasa
Gejala awal berupa bercak kebasahan pada satu atau kedua sisi daun
beberapa cm dari ujung daun. Bercak meluas berwarna hijau keabuan,
kebasahan, daun menggulung, mengering dengan warna abu-abu
keputihan.
Luka nampak pertama kali seperti garis-garis yang mengandung air pada
batas daun
2.3.5. Siklus Penyakit
Seperti kebanyakan Xanthomonads, Xcc dapat bertahan hidup di sisa-sisa
tanaman di tanah hingga dua tahun, tetapi tidak lebih dari enam minggu di
tanah bebas. Xcc juga memiliki kemampuan untuk menjajah benih tanaman
yang merupakan jalur utama penularan penyakit. Xccjuga dapat disebarkan dari
tanaman yang terinfeksi ke tanaman yang sehat melalui berbagai cara
lingkungan dan mekanis. Setelah perkecambahan benih yang terjajah, bibit
menjadi terinfeksi. Hal ini dapat bermanifestasi sebagai layu dan
menghitamnya pinggiran bibit. Xcc juga dapat menyerang tanaman dewasa
melalui hidathoda, meskipun kerusakan daun yang disebabkan oleh serangga
dan sistem akar juga berfungsi sebagai pintu masuk. Titik masuk ini biasanya
menyediakan jalur langsung ke sistem pembuluh darah tanaman yang
menyebabkan infeksi inang sistemik. Lesi nekrotik berbentuk V yang
memanjang dari tepi daun bermanifestasi saat infeksi berkembang. Penyakit ini
mendapatkan namanya dari pembuluh darah yang menghitam di dalam lesi
nekrotik.
2.3.6. Cara Pengendalian
Pengendalian secara terpadu yaitu sebagai berikut :
14
1. Pengendalian hawar daun bakteri (blb) harus dilakukan secara dini dengan
memadukan semua komponen pengendalian yang memiliki kompatibilitas
tinggi dengan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh
alami.
2. Pengendalian secara fisik/mekanik
3. Perlakuan benih
4. Penggunaan bibit muda lebih dianjurkan agar tidak banyak perakaran yang
rusak
5. Hindari pemotongan pucuk
6. Bacterium chorine merupakan salah satu bakteri yang bisa menekan
perkembangan bakteri patogenik
7. Pengendalian secara kimiawi
melalui lubang alami (Joko et al., 2011). Bakteri ini menghasilkan enzim
pektinase yang dapat menguraikan pektin pada dinding sel tanaman bagian lamela
tengah. Salah satu alternatif pengendalian penyakit busuk lunak ialah
menggunakan agens biokontrol dari filosfer. Bakteri ini dapat berkembang
biak pada suhu 5.22–37.00 °C, sedangkan pada suhu 50 °C bakteri akan
mati. Bakteri dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman dalam tanah,
kisaran inangnya luas, dan memiliki variasi genetik yang tinggi (Alvarado
et al. 2011).
2.4.2. Tanaman Inang
Menurut Suharjo (2013), Pectobacterium spp. dapat menyerang berbagai
jenis tanaman seperti padi, melon, nanas, mulberi dan tsukena, sawi putih,
kentang, bawang daun, brokoli, wortel, seledri, dan kubis.
2.4.3. Bentuk Patogen
Bentuk dari patogen Pectobacterium sp. Menurut penelitian Javandira dkk
(2013), bakteri pectobacterium teramsuk ke dalam bakteri bergram negatif
berbentuk batang dengan ukuran (1,5x2,0)x (0,6x0,9) mikron, umumnya
membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai tidak mempunyai kapsul, dan tidak
berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagella yang terdapat di
sekeliling bakteri.
3.1. Kesimpulan
1. Perlindungan tanaman yaitu melindungi, mencegah, atau menghindari agar
tanaman tidak mengalami gangguan, kerusakan, kematian, kemerosotan
hasilnya atau memperkecil kerugian yang ditimbulkannya.
2. Pada hakikatnya jenis patogen penyebab penyakit tanaman seperti Fusarium
sp, Ganoderma sp, Xanthomonas sp, dan Pectobacterium sp ialah penyakit
yang berbahaya bagi tanaman khususnya tanaman-tanaman yang memiliki
nilai jual dan dikonsumsi masyarakat luas, karena produktivitas
pertumbuhan dari tanaman yang terserang penyakit-penyakit tersebut sangat
berpengaruh besar dan sewaktu-waktu dapat menurun dan menyebabkan
petani gagal panen.
3. Pentingnya pengendalian dari penyakit-penyakit ini baik pengendalian
secara mekanis, biologi dan fisik karena dapat mengurangi pertumbuhan
atau keberadaan patogen penyakit tersebut pada tanaman yang akan
terserang.
3.2. Saran
Untuk mengurangi peningkatan patogen penyebab penyakit tanaman maka
harus diperlukan pengendalian dan diharapkan dari berbagai pihak seperti
pemerintah untuk mengadakan evaluasi kepada petani tentang seputaran
pengendalian penyakit menurut patogen seperti apa atau ciri penyakit apa yang
menyerang tanaman agar petani lebih memperhatikan konsep bagaimana
pentingnya perlindungan tanaman.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amrulloh, I. 2008. Uji potensi ekstrak daun sirih ( Piper betle L.) sebagai
antimikroba terhadap bakteri Xanthomonas oryzae dan jamur
Fusarium oxysporum. Skripsi pdf. Malang : Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.
Cao, C.C., S.C. Ana, S.C. Rogelio, A.J. Ramos, X.C. Sauto, Olga, M.P.R. Ana,
and P.G.A. Maria. 2014. Critical environmental and genotypic
factor for Fusarium verticillioides infection, fungal growth and
fumonisin contamination in maize grown in North Western Spain.
Int'l. J. Food Microbiol. 177: 6371.
Gardan, L., Gouy, C., Christen, R., and Samson, R. 2003. Elevation of three
subspecies of Pectobacterium carotovorum to species level:
Pectobacterium atrosepticum sp. nov., Pectobacterium
betavasculorum sp. nov. and Pectobacterium wasabiae sp. nov.
International Journal of Systematic and Evolutionary
Microbiology. 53: 381-391.
Glenn, A., E.A. Richardson, and W.C. Bacon. 2004. Genetic and morphological
characterization of Fusarium verticillioides conidiation mutant.
Mycologia USA 96(5): 968980.
Hapuarachchi KK, Wen TC, Deng CY, Kang JC et al. 2015 – Mycosphere Essays
1: Taxonomic confusion in the Ganoderma lucidum species
complex. Mycosphere 6, 542– 559.
18
19
Susanto, A., Prasetyo E.A, Wening S. 2013. Laju Infeksi Ganoderma Pada Empat
Kelas Tekstur Tanah. Jurnal fitopatologi Indonesia (9):39–46.
Wahyudi TA, Meliah S, Nawangsih AA. 2011. Xanthomonas oryzae pv. Oryzae
bakteri penyebab penyakit hawar daun pada padi: Isolasi,
Karatrestik, dan Telaah Mutagenesis Dengan Tranposon. Makara
Sains, 15(1): 89-96.