Oleh
Kel. 7
Azriel Fariz Hiramsyah (A0A023095)
Nurkumolo Dipo Nugroho (A0A023083)
Karinda Adji Ramadhani (A0A023081)
Khalda Puspitasari (A0A023091)
Lusi Helma Putri (A0A023087)
Widiandra Kristanti (A0A023079)
Bilal Bachri (A0A023099)
1
Daftar Isi
2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah "Pengelolaan OPT".
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah
ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
4
ekologis (resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya
musuh alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil. Terdapat
kecenderungan penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan
peningkatan takaran pestisida. Oleh karena itu perhatian pada alternatif
pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar untuk
menurunkan penggunaan pestisida sintetis.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest
Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka
tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman
dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya
alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar
generasi. Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang
sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian
secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak
organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan.
Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan pengendali hayati dan proses-
proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan
peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian
pestisida dan lain-lain. Berbagai kendala yang menyangkut komponen
hayati antara lain adalah adanya kesan bahwa cara pengendalian hayati
lambat kurang diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya suatu komitmen
untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati
yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Filum Nematoda
6
c. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian
tubuhnya ke dalam tanaman, misalnya Rotylenchus.
d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh
tanaman, kemudian sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman,
misalnya Heterodera.
2. Filum Mollusca
Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang
banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang
dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot
(Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil (Parmarion
pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).
7
3. Filum Chordata
a. Tikus (Rattus-rattus)
4. Filum Arthopoda
Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum
Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi menjadi
2 atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas dan
berpasangan dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik
8
dilepas dan diperbaiki/diganti. Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai
hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta (serangga).
9
meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. sebagian besar teknik
pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran
yang akan dicapai, yaitu:
a. mengurangi kesesuaian ekosistem.
b. Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT.
c. Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman.
d. Mengurangi dampak kerusakan tanaman.
Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis adalah sebagai
berikut:
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas
domestik adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok
terhadap lingkungannya.
b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila
jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman
tersebut bukan merupakan inang hama yang menyerang tanaman yang
ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan
inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat
pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi
tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki
kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada
fase yang aktif makan.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan
hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian instar hama yang berada dalam tanah.
10
1. Pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.
2. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami.
3. Perlindungan dan dorongan musuh alami.
4. Pengendalian secara mekanis dan alami.
11
4. Pengedalian secara genetik
12
BAB III
KESIMPULAN
13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://psp.pertanian.go.id/storage/557/KEPMENTAN-NO-887-TH-97-
TTG-PEDOMAN-PENGENDALIAN-ORG-PENGG-TNM.pdf.
https://fp.unila.ac.id/pengelolaan-organisme-pengganggu-tanaman-opt-
guava-kristal/
Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2013. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih
(Ocimum sanctum l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.) Terhadap Lalat Buah
Jantan (Diptera: trypetidae) pada Tanaman Mentimun. Universitas Lampung.
Lampung.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/simet/article/viewFile/2800/1667
https://ditjenbun.pertanian.go.id/pengendalian-opt-tanaman-perkebunan-
ramah-lingkungan-dengan-aplikasi-kompos/
14