Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DASAR AGRONOMI

Oleh
Kel. 7
Azriel Fariz Hiramsyah (A0A023095)
Nurkumolo Dipo Nugroho (A0A023083)
Karinda Adji Ramadhani (A0A023081)
Khalda Puspitasari (A0A023091)
Lusi Helma Putri (A0A023087)
Widiandra Kristanti (A0A023079)
Bilal Bachri (A0A023099)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023

1
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................3


BAB I .............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1. Latar belakang ......................................................................................................4
2. Rumusan Masalah .................................................................................................5
3. Tujuan ...................................................................................................................5
BAB II ...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN ............................................................................................................6
BAB III ........................................................................................................................ 13
KESIMPULAN ........................................................................................................... 13
BAB IV ........................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

2
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah "Pengelolaan OPT".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Dasar Manajemen yang telah memberikan
tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah
ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas


produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun
perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi
menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu
tanaman merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab
ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan
menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Berdasarkan pengalaman,
masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan
perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan,
seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus
gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT
pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar
dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang berarti
dalam perdagangan internasional.
Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering
menggunakan pestisida sintetis terutama untuk hama dan penyakit yang
sulit dikendalikan, seperti penyakit yang disebabkan oleh virus dan patogen
tular tanah (soil borne pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini petani
cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga
menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini
dilakukan petani karena modal yang telah dikeluarkan cukup besar sehingga
petani tidak berani menanggung resiko kegagalan usaha taninya.
Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara
mengatasi masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan
kehilangan hasil akibat OPT, tetapi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Di sisi lain, tanpa pestisida kimia sintetis akan sulit menekan
kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat dunia terhadap
produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara
maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak
hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu
pestisida yang melebihi ambang toleransi.
Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan
masalah kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan

4
ekologis (resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya
musuh alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil. Terdapat
kecenderungan penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan
peningkatan takaran pestisida. Oleh karena itu perhatian pada alternatif
pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar untuk
menurunkan penggunaan pestisida sintetis.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest
Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka
tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman
dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya
alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar
generasi. Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang
sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian
secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak
organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan.
Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan pengendali hayati dan proses-
proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan
peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian
pestisida dan lain-lain. Berbagai kendala yang menyangkut komponen
hayati antara lain adalah adanya kesan bahwa cara pengendalian hayati
lambat kurang diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya suatu komitmen
untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati
yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya.

2. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan OPT?


B. Organisme apa saja yang termasuk bisa mengganggu tanaman?
C. Bagaimana cara mengendalikan OPT?

3. Tujuan

A. Mengetahui pengertian OPT secara mendalam dan detil.


B. Mengetahui organisme-organisme yang termasuk OPT.
C. Mengetahui Teknik-teknik dan cara mengendalikan OPT.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang


dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada
tumbuhan. Organisme penganggu tanaman merupakan faktor pembatas produksi
tanaman baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme
pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit
dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu penghambat
produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena
dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Masih banyak
permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu kerja keras untuk
mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai
produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam
kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan dianalis
potensial masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi
hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional.

Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama


tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang
bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain). Dalam
uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar
anggota filum tersebut.

1. Filum Nematoda

Organisme yang termasuk dalam filum Nematoda juga dikenal sebagai


“cacing gelang”. Terdapat 28.000 spesies Nematoda yang teridentifikasi hingga
saat ini. Mereka adalah hewan vermiform yang tidak bersegmen. Epidermis
mempunyai tali saraf dorsal dan ventral.
Cara nematoda menyerang tanaman bervariasi, yaitu :

a. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman, misalnya


Criconemoides sp dan Xiphinema.
b. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang
bersifat sedentary (menetap), misalnya nematoda puru akar
(Meloidogyne), dan ada yang bersifat migratory (berpindah),
misalnya Pratylenchus sp.

6
c. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian
tubuhnya ke dalam tanaman, misalnya Rotylenchus.
d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh
tanaman, kemudian sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman,
misalnya Heterodera.

Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala


kerusakan yang beragam, tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala
kerusakannya, nematoda dibedakan menjadi :

a. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina


tritici penyebab puru pada daun dan biji gandum.
b. Nematoda batang (stem nematodes), misalnya Ditylenchus
dipsaci yang menyebabkan pembengkakan batang dan pembusukan
umbi lapis (bawang).
c. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides
besseyi yang menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi.
d. Nematoda puru akar (root-knot nematodes), misalnya Meloidogyne sp
yang menyebabkan perakaran membengkak pada famili Solanaceae,
sehingga pertumbuhan tidak normal.

Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo


Dorylaimida yaitu nematoda jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris
(Xiphinema sp.). Keduanya bersifat ektoparasit dan dapat menularkan penyakit
virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap
cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan mikroorganisme
sekunder (bakteri dan cendawan) sehingga menimbulkan pembusukan. Akibatnya
pertumbuhan tanaman merana dan perkembangannya terhambat.

2. Filum Mollusca

Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang
banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang
dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot
(Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil (Parmarion
pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).

7
3. Filum Chordata

Filum Chordata mempunyai banyak anggota, namun tidak semuanya


berperan sebagai hama tanaman. Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai
hama adalah Kelas Mamalia (hewan menyusui) dan kelas Aves (burung). Dari kelas
mamalia, ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling
merugikan, misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus
argentiventer). Disamping itu kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti
gajah, kera, babi hutan, rusa, dan beruang juga dapat berperan sebagai hama yang
merugikan. Sedangkan dari kelas aves yang berperan sebagai hama misalnya
burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf. dan Moore)). Mamalia yang
dianggap menjadi hama menyerang tanaman sebagai berikut:

a. Tikus (Rattus-rattus)

Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama


dari golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman
yang disukainya cukup banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi
pada areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen. Disamping itu
tikus juga menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi
jalar, tebu, kelapa, dan kelapa sawit.

b. Musang (Paradoxurus hermaphroditus)

Populasi musang di habitat alam tergolong relatif rendah, namun dapat


menimbulkan kerugian bagi para petani. Binatang ini menyukai buah-buahan yang
sudah tua atau masak. Disamping itu, musang bersifat rakus, pemakan segala jenis
tanaman atau hewan, antara lain pemangsa anak ayam.

c. Landak (Acantyon brachyurum (L.) = Hystrix javanicus)

Landak biasanya membuat sarang pada tebing-tebing berupa lubang-lubang


atau gua kecil seperti tikus. Aktif pada malam hari dan menyerang akar tanaman
umbi-umbian, dapat pula menyerang jagung, ketela pohon, nenas, dan tebu.

4. Filum Arthopoda

Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum
Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi menjadi
2 atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas dan
berpasangan dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik

8
dilepas dan diperbaiki/diganti. Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai
hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta (serangga).

Organisme yang berperan sebagai hama tanaman meliputi filum


Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca, Arthropoda, dan
Chordata. Filum Nemathelminthes, Mollusca , dan Arthropoda, karena tidak
bertulang belakang dimasukkan ke dalam kelompok Invertebrata, sedangkan filum
Chordata yang bertulang belakang dimasukkan ke dalam kelompok Vertebrata.
Dari fila tersebut, maka filum Arthropodalah yang paling berperan sebagai hama,
terutama dari kelas insekta (serangga).
Serangga dan tanaman inang mempunyai hubungan yang erat sekali, karena
serangga membutuhkan tempat berlindung, kawin, meletakkan telur dan nutrisi
yang dapat diperolehnya dari tanaman. Kecenderungan serangga hama dalam
memilih tanaman sebagai inang sangat ditentukan oleh sifat-sifat yang terkandung
dalam tanaman tersebut. Apabila tanaman memiliki sifat-sifat yang disukai oleh
serangga hama, maka ada kecenderungan bahwa tanaman mengalami kerusakan
yang lebih berat.
Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-bagian
tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah atau tanaman seluruhnya.
Pengertiannya adalah bahwa ada jenis hama yang menyerang satu bagian tanaman,
atau menyerang bagian tanaman tertentu, namun mengakibatkan tanaman tidak
dapat dipanen. Sebagai contoh adalah hama penggerek batang padi
kuning Tryporyza incertulas yang menyerang titik tumbuh tanaman padi.
Akibatnya akan timbul gejala mati pucuk (dead heart) atau sundep pada tanaman
padi pada fase pertumbuhan vegetatif. Pada fase generatif, hama ini menimbulkan
gejala beluk, yaitu bulir-bulir tanaman padi yang terserang akan tegak, kosong dan
berwarna keabu-abuan. Tanaman padi yang terserang hama tersebut tidak akan
pernah diharapkan hasilnya.

Tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama sangat dipengaruhi oleh


sifat-sifat hama dalam cara menyerangnya. Beberapa jenis hama hanya menyerang
sasaran utama bagian daun atau batang, dahan, akar, ubi, bunga, buah, dan biji,
namun ada pula hama yang menyerang lebih dari satu bagian tanaman.

Macam pengendalian organisme pengganggu tanaman berupa teknik


pengendaliannya antara lain:
1. Pengendalian secara kultur Teknik.

Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif,


dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT tidak

9
meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. sebagian besar teknik
pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran
yang akan dicapai, yaitu:
a. mengurangi kesesuaian ekosistem.
b. Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT.
c. Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman.
d. Mengurangi dampak kerusakan tanaman.

Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis adalah sebagai
berikut:
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas
domestik adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok
terhadap lingkungannya.
b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila
jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman
tersebut bukan merupakan inang hama yang menyerang tanaman yang
ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan
inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat
pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi
tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki
kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada
fase yang aktif makan.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan
hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian instar hama yang berada dalam tanah.

2. Pengendalian secara hayati

Teknik pengendalian ini merupkan teknik pengelolaan hama yang


dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk
menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Musuh alami yang berupa
parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai fator pengatur dan pengendali
populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung
kepadatan populasi inang atau mangsa. Peningkatan populasi inang akan ditanggapi
secara numerik (respon numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan secara
fungsional (respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh alami.
Beberapa tindakan antara lain:

10
1. Pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.
2. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami.
3. Perlindungan dan dorongan musuh alami.
4. Pengendalian secara mekanis dan alami.

Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain Mematikan


hama, Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-
pestisida, mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi
kurang sesuai bagi kehidupan OPT. Beberapa tindakan tersebut yaitu:

a. penghancuran dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari


adanya hama dan selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama
yang dikumpulkan dan dibunuh adalah yang mudah dtemukan seperti
telur dan larva. Atau dapat pula mengumpulkan bagian tanaman yang
terserang hama.
b. Menutup dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk mencegah
masuknya atau mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak
pada tanaman.
c. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama
dan fase hama yang akan ditangkap.
d. perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran,
frekuenditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas
hama. Setiap perubahan faktor fisik mempengaruhi berbagai parameter
kehidupan tersebut.

3. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya


dilakukan sebagai alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan
bahan kimia sintetik yang membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan
bahan kimia untuk pengendalian OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan opt
dengan membunuhnya. Bahan kimia yang banyak dikenal untuk melakukan
pemberantasan hama adalah pestisida. Di bidang pertanian penggunhaan pestisida
mampu menekan kehilangan hasil tanaman akibat serangan hama dan penyakit
yang memungkinkan peningkatan produksi pertanian dapat dicapai.

11
4. Pengedalian secara genetik

Pengendalian ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik untuk


menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun dengan
memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat berkembang biak.

12
BAB III

KESIMPULAN

Organisme perusak tanaman atau yang biasa disebut OPT dapat


menyebabkan kerugian ekonomi dan lingkungan yang signifikan. Beberapa
organisme perusak tanaman, seperti serangga, jamur, dan bakteri dapat merusak
tanaman pertanian. Dampak negatif dari OPT ini dapat di cegah dengan dilakukan
bebrapa upaya untuk mengendalikan OPT tersebut agar tidak merusak tanaman
pertanian.
Dengan demikian, pemahaman tentang organisme perusak tanaman penting
untuk melindungi pertanian dan ekosistem, serta memastikan pasokan makanan
yang stabil dan berkelanjutan.

13
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

https://psp.pertanian.go.id/storage/557/KEPMENTAN-NO-887-TH-97-
TTG-PEDOMAN-PENGENDALIAN-ORG-PENGG-TNM.pdf.
https://fp.unila.ac.id/pengelolaan-organisme-pengganggu-tanaman-opt-
guava-kristal/
Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2013. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih
(Ocimum sanctum l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.) Terhadap Lalat Buah
Jantan (Diptera: trypetidae) pada Tanaman Mentimun. Universitas Lampung.
Lampung.

https://jurnal.umk.ac.id/index.php/simet/article/viewFile/2800/1667

https://ditjenbun.pertanian.go.id/pengendalian-opt-tanaman-perkebunan-
ramah-lingkungan-dengan-aplikasi-kompos/

14

Anda mungkin juga menyukai