Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MK: PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT TERPADU

“ Pengendalian Hama dan Penyakit Menggunakan Kultur Teknik “

Dosen Pengampu : Anita Ninasari, SP., M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok III
1 Ajrin Kailul
2 Arlan Bahtiar
3 Jasman mole
4 Amelia Kontesa Hi. Bahrudin
5 Dinawantini umasugi
6 Rista Fatgehipon

PRAGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kami, sehigga kami dapat
menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana yaitu laporan praktikum “pestisida nabati“.

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
dasaer perlindungan tanaman. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini semoga dapat memberikan
manfaat bagi kami yang membacanya.

Harapan kami dalam pembuatan laporan ini semoga dapat memberikan


manfaat bagi semua yang membacanya

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin

Ternate, 18 Juni 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................

1.3 Tujuan ............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

2.1 Pengertian Kultur Teknik ...............................................................................................

2.2 Pengendalian Menggunakan Kultur Teknik...................................................................

2.2 Hasil Pengendalian Kultur Teknik Di Lapangan ...........................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................................

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian secara kultur teknis merupakan pengendalian agronomik yang
secara umum bertujuan untuk mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa
sehingga lingkungan tersebut menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan
pembiakan hama (Untung,1993).
Pengendalian secara kulturteknis disebut pula sebagai pengendalian
agronomik, yaitu pengendalian OPT dengan cara mengelola lingkungan
tanaman sedemikian sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan
perkembangbiakan OPT. Usaha pengendalian ini bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan OPT terjadi. Pelaksanaan pengendaliannya mudah dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Kultur Teknis Sebagai Dasar Pengendalian Hama Kutu Kebul Bemisia tabaci
Genn. Pada Tanaman Kedelai. Salah satu gangguan dalam Meningkatkan
produksi kedelai adalah serangan Hama kutu kebul Bemisia tabaci Gennadius.
Kehi- Langan hasil akibat serangan hama kutu kebul ini Dapat mencapai 80%,
bahkan pada serangan berat Dapat menyebabkan puso (gagal panen). Sebagian
Besar pengendalian hama kutu kebul pada tanaman Kedelai di tingkat petani
sampai kini masih meng- Andalkan insektisida, namun demikian masih sering
Gagal karena tidak atau kurang efektif. Pengenda- Lian hama kutu kebul dapat
dilakukan dengan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Prinsip operasional yang digunakan dalam pelaksa- Naan PHT salah satunya
adalah: Budidaya tanaman Sehat. Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan
Ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama. Pe-Ngendalian kultur teknis
merupakan tindakan Preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi
Dengan sasaran agar populasi tidak meningkat samPai melebihi ambang
kendalinya. Pengendalian Hama kutu kebul secara kultur teknis dapat dilaku-
Kan dengan cara: (a) penanaman kedelai lebih awal, (b) penanaman varietas
toleran, (c) penanaman Tanaman penghalang, misalnya jagung di antara
Kedelai, (d) sistem pengairan yang teratur misalnya Pengairan curah
(springkler), (e) pergiliran tanaman Bukan inang, dan (f) sanitasi. Untuk
meningkatkan Efektivitas dan efisiensi pengendalian secara berCocok tanam
perlu dipadukan dengan teknik-teknik Pengendalian hama lainnya sesuai
dengan prinsip- Prinsip PHT
2.1 Rumusan
 Apa pengertian kultur teknis
 Bagaimana pengendalian kultur teknis
 Bagaimana Cara mengendalikan hama dan Penyakit
 Apa hasil Pengendalian Kultur Teknik
 Apa morfologi, siklus hidup, dan klasifikasi hama dan Penyakit
3.1 Tujuan
 Untuk mengetahui cara Pengendalian hama dan Penyakit menggunakan
kultur teknis
 Untuk memberikan solusi yang tepat kepada petani untuk menerapkan
Pengendalian secara kultur teknis yang ramah lingkungan
BAB II PEMBAHASAN

1.2 Pengertian Kultur Teknik


Pengendalian secara kulturteknis disebut pula sebagai pengendalian
agronomik, yaitu pengendalian OPT dengan cara mengelola lingkungan
tanaman sedemikian sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan
perkembangbiakan OPT. Usaha pengendalian ini bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan OPT terjadi. Pelaksanaan pengendaliannya mudah dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Pengendalian secara kultur teknis merupakan pengendalian agronomik yang
secara umum bertujuan untuk mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa
sehingga lingkungan tersebut menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan
pembiakan hama (Untung,1993).

2.2 Pengendalian Secara Kultur Teknik


Pengendalian secara kulturteknis disebut pula sebagai pengendalian
agronomik, yaitu pengendalian OPT dengan cara mengelola lingkungan
tanaman sedemikian sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan
perkembangbiakan OPT. Usaha pengendalian ini bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan OPT terjadi. Pelaksanaan pengendaliannya mudah dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Kegiatan pengendalian secara
kulturteknis, antara lain sebagai berikut:
A. Sanitasi
Maksud sanitasi di sini adalah membersihkan lahan pertanaman dari berbagai
sisa tanaman, atau limbah dan rumput liar (gulma). Contoh kegiatan sanitasi,
di antaranya:
Membersihkan singgang padi agar wereng cokelat, wereng hijau, dan hama
lainnya tidak dapat melangsungkan hidup; Membersihkan tunggul tanaman
padi, baik dengan cara dibongkar, dibenamkan, maupun dibakar, agar
penggerek batang padi putih selama musim kemarau tidak punya tempat
berdiapause; Membersihkan buah-buahan yang terserang lalat buah agar
tempayak tidak dapat melanjutkan perkembangannya; Mengumpulkan buah
kopi yang jatuh atau yang masih tertinggal di pohon setelah panen selesai
(rogesan), untuk mengendalikan hama bubuk buah kopi (Hypothenemus
hampei);membersihkan rerumputan di sekitar lokasi sawah untuk mengendali-
kan walang sangit, sebelum tanaman padi bermalai.
B. Pengolahan Tanah
Serangga yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah amat
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, komposisi kimiawi tanah,
kelembapan dan suhu tanah, serta adanya organisme tanah lainnya. Banyak
jenis hama yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah.
Misalnya:
Belalang kayu dan belalang sexava meletakkan telur di dalam tanah.
Jangkrik, gangsir, dan anjing tanah sebagian besar waktu hidupnya berada di
dalam tanah. Ulat buah mangga, ulat petal, ulat grayak, ulat penggerek buah
durian, ulat heliothis, dan ulat polong kedelai berkepompong di dalam tanah.
Ulat tanah pada siang hari bersembunyi dalam tanah dekat tanaman inang.
Kumbang badak, kumbang catut. Kumbang katimumul, dari mulai telur, larva,
sampai membentuk pupa, berada di dalam tanah. Lalat bisul daun mangga,
lalat buah asia, lalat semangka, lalat nangka, dan lalat bibit padi, berpupa di
dalam tanah. Bekicot sering meletakkan telur di dalam tanah yang gembur dan
terlindung. Banyak nematoda yang seluruh waktu hidupnya berada di dalam
tanah yang gembur dan cukup air. Jadi, dengan pengolahan tanah yang baik,
hama-hama tersebut dapat terbunuh atau terhambat perkembangannya karena
terkena sengatan matahari, dimakan predator yang berkeliaran di permukaan
tanah, atau terbenam jauh ke dalam tanah.
C. Pengelolaan Air
Pengelolaan air yang baik dan teratur bisa menekan perkembangan hama.
Misalnya:
Penggenangan sawah dalam beberapa hari bisa mematikan larva penggerek
padi putih yang sedang berdiapause di dalam tunggul tanaman padi.
Penggenangan lahan darat dalam beberapa hari dapat mengendalikan hama
uret.
Pengeringan sawah selama 7-10 hari dapat mengendalikan hama putih padi
(Nymphula depunctalis Guenee) dan anjing tanah.
D. Rotasi Tanaman
Menggilir (rotasi) tanaman dengan jenis yang tidak memiliki hama sama,
dapat memutuskan siklus hidup hama tersebut karena pada musim berikutnya
hama akan mati kelaparan.

E. Penanaman Serempak
Penanaman serempak dalam suatu hamparan yang luas akan memperpendek
masa ketersediaan makanan hama karena panen dapat dilakukan bersamaan
pula. Selain itu, penanaman serempak akan memperkecil risiko serangan
karena hama yang ada bisa terbagi-bagi.
F. Pengaturan Jarak Tanam
Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap iklim mikro sekitar tanaman.
Bila jarak tanam rapat, lingkungan sekitar tanaman menjadi lembap, sedang
bila jarak tanam terlalu renggang, lingkungan sekitar tanaman mudah kering
akibat evapotranspirasi cukup tinggi. Wereng batang padi mempunyai sifat
menghindari cahaya dan menghendaki kelembapan tinggi dengan sirku-lasi
udara kurang baik. Padi yang ditanam rapat dan pemupukan nitrogennya
tinggi akan cenderung mudah (peka) diserang wereng cokelat. Selain itu, jarak
tanam yang rapat akan mempermudah hama berpindah-pindah. Sebalik-nya,
dengan memperjarang jarak tanam menyebabkan hama wereng batang padi
kurang betah pada lingkungan tersebut sehingga perkembangbiakan dan daya
serangnya menurun.
G. Tumpang Sari
Tidak semua hama memiliki inang yang sama. Ulat plutella dan croci tidak
menyukai bau tanaman tomat, jagung, dan bawang daun sehingga bila
tanaman kubis ditumpangsarikan dengan tanaman tersebut, populasi ulat akan
lebih rendah dibanding dengan kubis yang ditanam secara monokultur.
H. Penanaman Tanaman Perangkap (Trap Crop)
Tanaman perangkap ialah tanaman yang amat disukai hama, dan ditanam di
sekitar tanaman utama untuk mengalihkan sasaran serangan hama. Adanya
tanaman perangkap, sasaran hama akan terkonsentrasi (terpusat) pada tanaman
perangkap tersebut sehingga serangan terhadap tanaman utama berkurang.
Contoh jenis tanaman yang sering digunakan sebagai tanaman perangkap
adalah sebagai berikut. Jagung, yang ditanam di antara tanaman kapas, dapat
mengendalikan penggerek pucuk atau buah kapas (Helicoverpa armigera).
Hama ini amat menyukai biji jagung. Tongkol-tongkol yang sudah terserang
(ada hamanya) dikumpulkan dan dimusnahkan agar hama tidak kembali ke
pertanaman lagi. Sesbania, bila ditanam di antara tanaman kacang-kacangan,
akan me-ngurangi serangan kepik hijau. Mustrad dan rape, bila ditanam di
sekeliling pertanaman kubis, akan mengurangi serangan ulat plutella dan croci
pada tanaman kubis tersebut.
I. Menanam Varietas Unggul
Varietas unggul, di samping memiliki daya produksi tinggi, tumbuh cepat,
juga tahan terhadap beberapa organisme pengganggu. Misalnya, kita
mengenal Vanetas Unggul Tahan Wereng (VUTW).

2.3 Hasil Pengendalian Kultur Teknik Di Lapangan


1. Survei Tempat
Tempat Identifikasi Dilaksanakan dikelurahan fitu pada Rabu, 14 Juni
2023 pukul 4.00 WIT
2. Prosedur Praktikum Lapangan
 Prosedur yang digunakan yaitu: Keterlibatan Langsung
 Melihat lahan yang terserang hama dan Penyakit
 Identifikasi sesuai kejadian Di lapangan
 Identifikasi hama dan Penyakit yang menyerang
 Foto menggunakan Kamera Hp
 Catat Hal-hal yang penting ketika di lapangan
 Buat catatan kecil
 Dokumentasi hasil
3. Identifikasi Jenis Hama Dan Penyakit
 Hama yang di identifikasi yang terdapat Di lapangan yaitu: hama Ulat
tentara (Spodoptera frugiperda) dan Kumbang koksi/kepik merah
(Coccinellidae)

Hama ulat Tentara Kumbang koksi/kepik


(Spodoptera frugiperda) merah (Coccinellidae))

 Penyakit yang di identifikasi yang terdapat di lapangan yaitu: penyakit


Busuk buah Dan penyakit bercak daun

Penyakit bercak daun Penyakit busuk Buah

4. Solusi Teknis Pengendalian


Solusi yang yang harus dilakukan yaitu
1. Gunakan tanaman yang tahan hama
2. Gunakan pestisida organik
3. Membuka tanaman yang terserang
4. Membersihkan gulma di sekitar
5. Penggunaan mulsa agar menghindari penyakit dari dalam tanah

5. Jenis Hama yang Terdapat Dilapangkan


Jenis hama yang di identifikasi saat di lapangan yaitu hama hama Ulat
tentara (Spodoptera frugiperda) dan Kumbang koksi/kepik merah
(Coccinellidae). Hama-hama tersebut menyerang tanaman cabai pada Sore
dan malam hari, apa bila saat hujan turun hama tersebut sangat aktif dan
menyerang tanaman bagian daun dan buah
 Gejala serangan
Pada kedua serangan hama di atas maka terdapat gejala serangan yang
di ketahui saat di lapangan yaitu:
1. Terdapat sobekan seperti bulatan dan goresan pada daun
2. Menusuk kulit buah sampai terdapat bintik-bintik pada buah yang
mudah yang belum ada senyawa yang menimbulkan rasa pedas
3. Menggerek pucuk daun

Gejala hama menggerek Gejala hama menyerang pucuk daun


Daun yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman cabai

 Penerapan Pengendalian Menggunakan Kultur Teknik


Untuk teknik pengendalian pada serangan kedua hama di atas dapat
dilakukan hal-hal berikut yang di sarankan kepada petani
1. Mengganti tanaman yang terserang parah dengan tanaman baru
yang tahan hama dan Penyakit
2. Menciptakan lingkungan bedengan yang tidak di sukai kedua hama
tersebut
3. Membuka tanaman yang terserang hama padaasa stadia normal
agar tidak mempengaruhi tanaman lain
4. Gunakan mulsa yang berwarna silver
5. Menggunakan tanaman cadangan
6. Membuat tumpang sari, pilih Tanaman tumpang sari yang tidak di
sukai kedua hama tersebut
Contoh Pengendalian Menggunakan Kultur Teknik

Tanaman tumpang sari yang tidak di sukai kedua Hama tersebut

 Morfologi

 Siklus Hidup
 klasifkasi

6. Jenis Penyakit Yang terdapat Di Lapangan


Jenis penyakit yang di identifikasi saat di lapangan yaitu penyakit Busuk
buah Dan penyakit bercak daun yang disebabkan oleh patogen
Helminthosporium sp. . Penyakit-Penyakit tersebut menyerang tanaman
cabai pada pagi dan malam hari, apa bila saat hujan turun hama tersebut
sangat aktif dan menyerang tanaman bagian daun dan buah
 Gejala Serangan
1. Terdapat bercak-bercak pada daun
2. Layu daun
3. Daun menjadi keriting
4. Batang menjadi layu
5. Buah menjadi busuk
 Pengendalian
1. Mengganti tanaman yang terserang parah dengan tanaman baru
yang tahan hama dan Penyakit
2. Menciptakan lingkungan bedengan yang tidak di sukai kedua hama
tersebut
3. Membuka tanaman yang terserang hama padaasa stadia normal
agar tidak mempengaruhi tanaman lain
4. Gunakan mulsa yang berwarna silver
5. Menggunakan tanaman cadangan
6. Membuat tumpang sari, pilih Tanaman tumpang sari yang tidak di
sukai kedua hama tersebut

 Morfologi

 Siklus Hidup
 Klasifikasi
BAB III PENUTUP

1.2 Kesimpulan
Pada hasil pengamatan Dilapangan dapat di identifikasi beberapa hama dan
Penyakit yaitu hama ulat grayak tentara dan jangkrik merah sedangkan
penyakit yang dapat di identifikasi yaitu penyakit bercak daun dan busuk
buah, sehingga solusi yang dapat di terapkan yaitu mengendalikan
menggunakan kultur teknis
DAFTAR PUSTAKA

Faust R. M., 2008. General Introduction to Areawide Pest Management.


USDA-ARS / UNL Faculty. USDA Agricultural Research Service –
Lincoln, Nebrask. http://digitalcommons.unl.edu/cgi/
Viewcontent.cgi?article =1650&context= Usdaarsfacpub.
Fernández E., C. Grávalos, P.J. Haro, D. Cifu- Entes, P. Bielza. 2009.
Insecticide resistance sta-Tus of Bemisia tabaci Q-biotype in south-
eastern Spain. Pest Manag Sci. (65): 885–891.
Flint H.M., Naranjo S.E., Leggett J.E., Henneberry T.J. 1996. Cotton water
stress, arthropod dynam- Ics, and management of Bemisia tabaci
(Homoptera: Aleyrodidae). J. Econ. Entomol. 89:1288–1300.
Fukuta, S., S. Kato, K. Yoshida, Y. Mizukami, A. Ishida, J. Ueda, M. Kanbe,
Y. Ishimoto. 2003. Detection of tomato yellow leaf curl virus by loop-
Mediated isothermal amplification reaction. J. Virological Methods
112:35–40.
Gencsoylu, I., A.R. Horowitz, F. Sezgin and C. Ncuer, 2003. Methods on
Bemisia tabaci populations in Cotton field. Phytoparasitica, 31: 139–
143.
Gerling, D and S. E. Naranjo. 1998. The Effect ofInsecticide Treatments in
Cotton Fields on the Levels of Parasitisim of Bemisia tabaci (Genna-
Dius). Biological Control 12: 33–41.
Hequet E., Henneberry T.J., Nichols R.L. (eds). 2007. Sticky cotton: causes,
effects, and preven- Tion. USDA-ARS Tech. Bull. No. 1915. 210 p.
Hilje, L., H.S. Costa, H.A. Stansly. 2001. Cultural Pranctices for managing
Bemisia tabaci and as- Sociated viral diseaes. Crop Protect. 20: 801–
812.
Hill, D.S. 1987. Agricultural insect pest of the tro- Pics and their control.
Cambrige Univ. Press.Cambrige. 66 p.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai