Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian Organik merupakan teknologi budidaya tanaman yang pada
penerapannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan, agar tidak terjadi
perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan
mata rantai makhluk hidup. Pertanian organik melibatkan kegiatan usahatani secara
menyeluruh dari proses produksi sampai proses pengolahan hasil yang dikelola
secara alami dan ramah lingkungan tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan
rekayasa genetik sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi. Prospek
pertanian organik di masa mendatang mempunyai peluang usaha yang sangat baik
dan cerah, karena kesadaran konsumen untuk menkonsumsi sumber makanan yang
sehat, bergizi dan aman semakin meningkat. Hasil produksi dari pertanian organik
lebih bermutu dibanding dengan budidaya konvensional. Beberapa kriteria yang
mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih tahan lama (awet) disimpan,
warnanya lebih menarik dan pasti lebih sehat karena tidak mengandung residu
bahan-bahan kimia.
Salah satu aspek pelaksanaan budidaya pada pertanian yaitu pengendalian
organisme penggangu tanaman (OPT). Selama ini penggunaan pestisida kimia
menyebabkan pencemaran lingkungan, menyebabkan resistensi dan resurgensi
hama, serta dapat mengakibatkan residu pada produk pertanian tertentu. Oleh
karena itu maka diperlukan pengendalian OPT secara alami. Ketika bahan kimia
sistestis dilarang, maka penggunaan bahan-bahan alami mutlak harus dilaksanakan
dalam budidaya pertanian organik. Bentuk pengendalian OPT secara organik dapat
dilakukan melalui kultur teknis, pengendalian mekanis, penggunaan pestisida alami
dan agensia hayati. Dengan pengendalian secara alami akan memberikan
ekosistem yang seimbang pada lahan pertanian. Sehingga tanaman dapat tumbuh
dan menghasilkan panen yang optimum tanpa adanya input berupa penggunaan
pestisda kimia yang dapat menimbulkan dampak negatif baik pada produk maupun
lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlunya pelaksanaan pengendalian
hama, penyakit dan gulma secara organik. Sehingga mahasiswa dapat
menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada saat kegiatan fasilitasi
pengendalian hama, penyakit dan gulma secara organik bagi petani.
A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan keterampilan
mahasiswa mengenai cara mengendalikan hama, penyakit dan gulma secara
organik.

B. Manfaat
Praktikum ini bermanfaat untuk mengetahui langsung cara mengendalikan hama,
penyakit dan gulma secara organik.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Terpadu ini adalah pada tanggal 23 Mei 2019 pada saat pelaksanaan Mata Kuliah
budidaya tanaman organik .
2.2 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja dalam pelaksanaan pengorganisasian pekerjaan ini
adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan pestisida nabati
2. Pengendalian OPT secara fisik, mekanis, kultur teknis, biologi
BAB III
HASIL DAN PAMBAHASAN
A. Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik yang dilaksanakan yaitu dengan melakukan penyiraman pada
tanaman sebelum matahari terbit. Pengendalian ini bertujuan untuk menggalkan
telur hama ditanaman untuk menetas. Air yang disiramkan pada telur hama akan
dapat merusak jaringan telur sebelum telur dapat meningkatkan ketahanan melalui
sinar matahari. Selain itu penyiraman akan menghambat pembentukan spora jamur
yang menempel di tanaman.
B. Pengendalian Mekanis
Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan menghilangkan tanaman yang
terserang penyakit. Pada hama pengendalian dilakukan dengan membunuh hama
yang ditemui ketika pengamatan. T ujuan dari pengendalian mekanis yaitu untuk
mengurangi populasi hama dan keparahan penyakit pada saat itu.
C. Pengendalian Kultur Teknis
Pengedalian kultur teknis dilakukan dengan menggunakan lahan yang tidak
endemik penyakit. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi serangan patogen
sejak awal tanam. Sebelum tanam, sanitasi lahan dilakukan agar tidak menjadi
inang dan habitat penyakit dan hama. Selain itu pengelolaan pertanaman dilakukan
dengan mengatur jarak tanam dan pengendalian gulma yang dapat menjadi inang
hama dan penyakit.
Selain untuk mencegah inang penyakit, pengendalian gulma akan menekan
persaingan unsur hara yang menyebabkan tanaman utama tidak dapat tumbuh
secara optimum.
D. Pengendalian Dengan Tanaman Tahan
Pengendalian ini dilakukan penggunan benih yang berasal dari varietas yang
tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Selain faktor genetik, ketahanan
tanaman ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi ekologi yang ada, agar tanaman
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, pengelolaan tanaman
yang baik akan membuat daya tahan tanaman terhadap serangan OPT meningkat.
E. Pengendalian Biologis/Hayati
Pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati maupun
agen hayati. Pestisida nabati yang tersedia diencerkan dan dimasukan pada sprayer
untuk dilakukan penyemprotan. Pengenceran dilakukan dengan mencampur ekstrak
pestisida nabati dengan air sesuai dengan dosis 250 cc/tangki. Penyemprotan
dilakukan di bagian bawah daun ketika pagi hari (saat stomata membuka). Bahan
pestisida nabati sebagai pengendali hama menurut jenisnya dapat digolongkan
sebagai berikut:
No Tipe OPT Bahan Pestisida Nabati

1 Penusuk-Penghisab Tanaman beracun, misalnya gadung, biji/daun


sirsak

2 Penggigit- Tanaman pahit, misalnya mimba, sambiloto


Pengunyah
3 Jamur-Bakteri Tanaman rimpang

Agen hayati yang dapat dipakai untuk digunakan sebagai pengendali hama
dan penyakit tanaman antara lain:
N Jenis Agen OPT Sasaran
o
1 Corryne Penyakit Hawar Daun Banteri/Kresek
bacterium
2 Trichoderma sp Layu fusarium dan patogen tular
tanah
3 Psedumonas Layu fusarium
fluroences
4 Beauveria Wereng, walang sangit, kutu
bassiana
5 Metharizium Ulat grayak, belalang, wereng
anusopliea
6 Verticillium Wereng, kutu, aphis
lecani
7 Parasit Penggerek batang
Trichogramma
BAB IV
PENUTUP
Jenis OPT terdiri atas hama, penyakit dan gulma. Pengendalian OPT dilakukan
untuk menekan populasi hama dan serangan penyakit di bawah ambang ekonomi
(AE) agar ekosistem tetap terjaga keseimbangannya. Pada pertanian organik
pengendalian OPT dilakukan dengan pengendalian fisik, mekanis, kultur teknis,
tanaman tahan, bilologis dan hayati. Bahan yang digunakan sebagai pengendali
OPT secara organik harus mengacu pada SNI pangan organik. Sehingga tidak
menimbulkan kerugian baik terhadap pelaku utama maupun konsumen produk
pertanian organik.
DAFTAR PUSTAKA
Rianing. 2013. Pengendalian Hama Secara Hayati (Biologis).
http://dirarianing.blogspot.co.id/2013/01/pengendalian-hama-secara-hayati-
biologis.html (diakses juni 2019)
Poerba. 2011. Komponen Pengendalian Hama Terpadu. http://catattan-
aku.blogspot.co.id/2011/12/komponen-phtpengendalian-hama-terpadu.html (diakses
juni 2019)
Navita. 2012. Pengendalian Hama Terpadu (PHT). http://lissa-
blogku.blogspot.co.id/2012/02/pengendalian-hama-terpadu-pht.html (diakses juni
2019)

Anda mungkin juga menyukai