Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PTHPT


PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TANAMAN CABAI

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Aim Matul Mar’ah (2003016087)

Maria Angelina Permata (2003016075)


Fani Winatra Pardosi (2003016017)

Excel Mangenta Huzaeni (2003016043)


Ricky Usman Bastiar (2003016081)
Yosua Kalimanto (1903016045)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Cabai merupakan jenis tanaman sayur-sayuran yang memiliki
prospektif menguntungkan untuk dikembangkan dimasa depan. Permintaan
komoditas sayur-sayuran terus meningkat seiring dengan minat masyarakat
akan makanan berprotein nabati dan rendah kolesterol. Intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian dilakukan guna meningkatkan produksi tanaman
sayur-sayuran yang disasarkan pada kebutuhan syarat-syarat tumbuh
tanaman. Pengembangan cabai merah bertujuan meningkatkan produktivitas t
anaman cabai guna memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat se
tiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangny
a industri yang membutuhkan bahan baku cabai.
Syarat yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi adalah media
tanam yang subur, lingkungan yang mendukung, cuaca dan iklim yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta terbebas dari gangguan hama
dan penyakit. Kegiatan budidaya seringkali mengalami peningkatan dan
penurunan hasil produksi. Salah satu penyebab yang umum terjadi adalah
serangan hama dan penyakit tanaman. Hama-hama utama yang umum
menyerang tanaman cabai lalat buah, dan ulat.
Pengendalian hama menjadi salah satu bagian integral dari perlindung
an tanaman guna memastikan hasil dan kualitas. Hama dapat didefinisikan se
bagai organisme seperti gulma, serangga, bakteri, jamur, virus dan hewan yan
g memengaruhi gaya hidup manusia secara tidak menguntungkan. Dalam pro
duksi tanaman, hama menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas pro
duk di lapangan maupun setelah panen. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) m
enyiratkan suatu pendekatan di mana kombinasi metode digunakan untuk me
ngelola populasi hama dengan pertimbangan efisiensi ekonomi dan dampak li
ngkungan dibandingkan metode eradikatif yang telah digunakan dalam prakti
k tradisional.
PHT bisa menjadi pendekatan ekologi berbasis luas untuk pengendali
an hama struktural dan pertanian yang mengintegrasikan pestisida/herbisida k
e dalam sistem manajemen yang menggabungkan serangkaian praktik untuk
pengendalian hama secara ekonomi. Selain itu, PHT juga meliputi upaya untu
k mencegah infestasi, mengamati pola infestasi ketika terjadi, dan menginterv
ensi (tanpa racun) ketika dianggap perlu. Akhirnya, PHT adalah pemilihan ce
rdas dan penggunaan tindakan pengendalian hama yang memastikan konseku
ensi ekonomi, ekologi dan sosiologis yang menguntungkan.
2 Tujuan
Tujuan dari di lakukannya praktikum ini adalah untuk dapat
mengembangkan strategi model pengendalian HPT sesuai kondisi Kalimantan
Timur pada komoditi tanaman secara terpadu melalui analisis agroekosistem.
A. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hama/ Penyakit Tanaman


Hama dan penyakit tanaman dapat menjadi ancaman serius bagi pertanian dan
pertanaman. Mereka dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan
dan mengganggu produktivitas tanaman. Untuk melindungi tanaman dari
hama dan penyakit, penting untuk memahami dan mengenali jenis-jenis hama
dan penyakit yang umum terjadi serta cara mengendalikannya.
A. Hama Tanaman
Hama dalam arti sempit yaitu semua jenis hewan yang berpotensi
mengganggu pada kegiatan budidaya tanaman yang berakibat merusak tan
aman dan menurunkan produksi tanaman secara ekonomis.
a. Serangga: Serangga seperti kutu daun, ulat, belalang, wereng, dan
lalat buah dapat merusak tanaman dengan menghisap cairan tumbuhan
atau memakan bagian tanaman.
b. Nematoda: Nematoda adalah cacing mikroskopis yang hidup di tanah
dan dapat menyebabkan kerusakan akar tanaman.
c. Mamalia: Beberapa mamalia seperti tikus, kelinci, dan rusa dapat
memakan atau merusak tanaman secara langsung.
B. Penyakit Tanaman
Penyakit tumbuhan dapat juga diartikan sebagai suatu proses keru
sakan di mana kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh rangsangan yang t
erjadi secara terus-menerus dengan cara terhambatnya aktivitas seluler, da
n diekspresikan dalam bentuk karakter patologi yang khas yang disebut si
mptom atau gejala. penyakit dapat disebabkan oleh beberapa patogen
diantaranya yaitu:
a. Jamur: Jamur penyebab penyakit tanaman termasuk embun tepung,
karat, layu, busuk akar, dan bercak daun. Jamur dapat menyebabkan
kerusakan pada daun, batang, dan buah tanaman.
b. Bakteri: Bakteri juga dapat menyebabkan penyakit pada tanaman
seperti layu bakteri, bercak daun bakteri, dan busuk bakteri. Infeksi
bakteri dapat merusak jaringan tanaman.
c. Virus: Virus tanaman ditularkan melalui serangga, benih yang
terinfeksi, atau melalui luka pada tanaman. Mereka dapat menyebabkan
bercak daun, kerdil, atau kematian tanaman.
C. Tinjauan Umum Komoditi Tanaman
Lombok ialah jenis tanaman yang termasuk genus Capsicum, yang pa
da umumnya mempunyai rasa pedas. Lombok sering disebut juga cabai. Tetap
i lain dengan cabai jawa (Piper Retrofractum) yang termasuk genus Piper, fam
ily Piperaceae. sedangkan klasifikasi cabai merah keriting adalah
kingdom :Plantae; subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh); Su
per Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji); Divisi : Magnoliophyta (Tum
buhan berbunga); Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil; Sub Kelas :
Asteridae Ordo : Solanales; Famili : Solanaceae (suku terung-terungan); Genu
s : Capsicum; Spesies : Capsicum annum L.
Tanaman cabai keriting (Capsicum annum L.) merupakan salah satu k
omoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai dapat di
jadikan sayuran, bumbu masak, dan bahan baku industri. Cabai memiliki daun
yang berwarna hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus dan ada yang berk
erut-kerut. Panjang daun cabai yaitu antara 3-11 cm. Panjang batang dapat me
ncapai 2 m. Tanaman cabai memiliki akar serabut. Bunga cabai berbentuk bint
ang. Warna bunga bermacam-macam yaitu dapat berwarna putih, putih kehija
uan, atau ungu. Bentuk buah cabai yaitu panjang dengan ujung runcing. Saat
masih muda, buah cabai berwarna hijau. Saat sudah tua berubah warna menjad
i merah atau tetap hijau (Ulya & Slamet, 2020).
D. Tinjauan Umum Strategi Pengendalian Terpadu HPT
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) menyiratkan suatu pendekatan di
mana kombinasi metode digunakan untuk mengelola populasi hama dengan pe
rtimbangan efisiensi ekonomi dan dampak lingkungan dibandingkan metode e
radikatif yang telah digunakan dalam praktik tradisional. Pada prinsipnya, PH
T dapat didefinisikan sebagai sistem yang fleksibel dan holistik. Pandangan ini
memandang agroekosistem sebagai satu kesatuan yang saling terkait, yang me
manfaatkan berbagai teknik biologi, budaya, genetik, fisik, dan kimia yang da
pat menanggulangi/menahan hama di bawah tingkat yang merusak secara eko
nomi dengan gangguan minimum terhadap ekosistem pertanian dan lingkunga
n sekitarnya. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) adalah pendekatan di tingkat
ekosistem untuk produksi dan perlindungan tanaman yang menggabungkan be
rbagai strategi dan praktik pengelolaan untuk menumbuhkan tanaman yang se
hat dan meminimalkan penggunaan pestisida (Asril et al., 2023)
Dalam pengendalian terawasi, (pengendalian terpadu) campuran terba
ik dari pengendalian kimia dan biologi dicari dan diidentifikasi untuk hama ser
angga tertentu. Insektisida kimia digunakan dengan cara yang paling tidak me
ngganggu pengendalian biologis. Kontrol kimia diterapkan hanya setelah pem
antauan rutin menunjukkan bahwa populasi hama telah mencapai tingkat amba
ng ekonomi. Dengan demikian, perlakuan tersebut diperlukan untuk mencegah
penduduk mencapai tingkat cedera ekonomi di mana kerugian ekonomi akan
melebihi biaya tindakan pengendalian buatan. Biasanya, tujuan utama dari pro
gram PHT adalah untuk serangga hama pertanian. Program PHT menggunaka
n informasi terkini dan komprehensif tentang siklus hidup hama dan interaksin
ya dengan lingkungan. Informasi ini, dikombinasikan dengan metode pengend
alian hama yang tersedia, digunakan untuk mengelola kerusakan akibat hama
dengan cara yang paling ekonomis, dan dengan kemungkinan bahaya yang pal
ing kecil terhadap manusia, harta benda, dan lingkungan. Pendekatan PHT dap
at diterapkan baik pada lingkungan pertanian maupun non-pertanian, seperti ru
mah, kebun, dan tempat kerja. PHT mengambil keuntungan dari semua opsi pe
ngelolaan hama yang tepat termasuk, penggunaan pestisida secara bijaksana
(Asril et al., 2023).
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) adalah filosofi yang melibatkan pe
ngelolaan hama berupa mengendalikan atau memberantas hama. Filosofi ini m
embutuhkan pengetahuan yang lebih besar tentang hama, tanaman dan lingkun
gan. Oleh karena itu, strateginya berfokus pada memanfaatkan kekuatan yang
ada dalam ekosistem dan mengarahkan populasi hama ke batas yang dapat dite
rima daripada menghilangkannya di ekosistem jangka pendek dan jangka panj
ang yang tidak diinginkan dan akan memastikan masa depan yang berkelanjut
an (Asril et al., 2023).
Program PHT harus dioperasikan dengan “tujuan pengelolaan hama”
daripada “tujuan pengelolaan pestisida”. Pengelolaan hama terpadu adalah pro
gram pengelolaan hama jangka panjang yang komprehensif berdasarkan penge
tahuan tentang ekosistem dengan mempertimbangkan konsekuensi ekonomi, li
ngkungan, dan sosial dari intervensi. Landasan pengelolaan hama dalam siste
m pertanian harus berupa pemahaman penuh tentang pertahanan tanaman baw
aan, campuran tanaman, tanah, musuh alami, dan komponen sistem lainnya. R
egulator "bawaan" alami ini terhubung dalam jaringan putaran umpan balik ya
ng terbarukan dan berkelanjutan. Penggunaan pestisida dan pendekatan "meng
obati gejala" lainnya tidak berkelanjutan dan harus menjadi pilihan terakhir da
ripada garis pertahanan pertama. Strategi pengelolaan hama harus selalu dimul
ai dengan pertanyaan ''Mengapa hama adalah hama?''. Ini juga harus berusaha
untuk mengatasi kelemahan mendasar dalam ekosistem dan/atau praktik agron
omi yang memungkinkan organisme mencapai status hama (Asril et al., 2023).

B. METODE PRAKTIKUM
1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 26 ....Mei 2023 pukul 16:00 – 15:00
WITA dan Praktikum ini dilakukan di JL. A. Wahab Syahrani Perumahan
Pondok Alam Indah Indah Kelurahan Sempaja Barat, Kecamatan Samarinda
Utara.
2.Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini diantaranya yaitu:
Daftar quisioner, alat tulis, kamera, lahan budidaya.
3.Prosedur
Berikut adalah prosedur praktikum pengamatan dan wawancara di lahan
cabai diantaranya yaitu:
1. Melakukan analisis agroekosistem pada lahan objek pengamatan yang
meliputi: Biotik (pest, host/insng, inang sementara, musuh alami) dann
Abiotik (iklim, suhu, kelembaban).
2.Menyelidiki sejarah lahan
3.Mencari tahu teknik pengendalian pest yang dilaksanakan petani
setempat.
4.Mencari tahu teknik pengendalian pest yang dilaksanakan petani
setempat.
5.Mencari besar kerusakan komoditi tanaman tersebut akibat pest
>presentase kerusakan/intensitas serangan<
6.Pengamatan hama dilakukan dengan pendekatan pest tunggal (pest yang
paling mendominasi) dan pest multi (pest yang ada pada tanaman).
C. HASIL
NAMA:
1. Fani Winatra Pardosi
2. Aim Matul Mar’ah
3. Maria Angelina Permata
4. Excel Mangenta Huzaini
5. Ricky Usman Bastiar
6. Yosua Kalimanto
KELOMPOK: 3 (Tiga)
TGL WAWANCARA : Jumat, 25 Mei 2023
KELURAHAN/ DESA: JL. A. Wahab Syahrani Perumahan Pondok Alam
Indah Indah Kelurahan Sempaja Barat, Kecamatan Samarinda Utara.
A. Identitas Responden
Nama : Bapak Sumarno
Umur : 40 tahun
Tingkat Pendidikan : SMA
Jumlah Tanggungan : 2 tanggungan
Pernah mengikuti SLPHT : Tidak pernah
B. Identitas Lahan
Status kepemilikan lahan : Milik Pribadi
Luas lahan yang dimiliki : Panjang 80 m x 40 m = 3.200 m
Sejarah lahan : Merupakan lahan bekas tanaman
tomat.
Komoditas yang ditanam : Cabai
C. Daftar Quisioner
1. Budidaya tanaman sehat
a. Benih/bibit yang : Penanaman menggunakan bibit.
digunakan
b. Varietas : Taro F1
c. Jenis bibit/benih : Cabai merah keriting
d. Pemupukan : Dilakukan pemupukan dengan cara
dikocor
e. Jenis pupuk yang : Pupuk yang digunakan yaitu NPK
digunakan 16-16, MPK, dan KNO.
f. Dosis penggunaan pupuk : Dosis pupuk 2 gr/liter air
g. Aplikasi diberikan setiap : Pupuk NPK diberikan usia tanam 0-
30 hari. MPK diberikan pada fase
generatif. Pupuk KNO diberikan
pada umur 30 hari-masa panen.
h. Kultur teknis : Tindakan kultur teknis yaitu
membersihkan lahan dari gulma dan
menggunakan mulsa pada bedengan.
i. Pergiliran tanaman : Setelah ditanami tanaman cabai tidak
dilakukan pergiliran tanam.
j. Tumpang sari dengan : Tanaman ditanam secara
monokultur.
2. Pendekatan Agroekosistem
a. Pengamatan secara :
visual maupun quisioner Lahan memiliki bedengan sebanyak
di lapangan 39 dengan masing masing bedengan
terdapat 25 tanaman cabai. bedengan
ditutup menggunakan mulsa. Pertum
buhan tanaman cabai seragam,
buahnya banyak, kondisi daun
bagus, daun tanaman cabai tampak h
ijau dan sehat.
Lalat buah

Layu bakteri
b. Hama yang ditemukan di :
lapangan Tidak ditemukan hama
c. Penyakit yang :
ditemukan dilapangan Tidak ditemukan musuh alami
d. Gulma yang ditemukan :
dilapangan Rumput
e. Musuh alami yang :
ditemukan di lapangan Pengendalian dilakaukan secara
3. kemampuan petani dalam kimia yaitu menggunakan
mengambil keputusan Bion M, Antracol, Dithane-M45 80
a. Bentuk pengendalian : WP, Ulate.
yang digunakan Bion M dengan dosis 2,5 gram/liter
b. Pestisida yang :
air, Antracol dengan 2-3 sendok
digunakan
makan/liter air, Dithane-M45 80 WP
c. Dosis setiap aplikasi :
dengan dosis hanya 5 gram/liter air,
Ulate.
D. PEMBAHASAN

1. Kondisi Agroekosistem Tempat Pengamatan


Agroekosistem merupakan komunitas tanaman dan hewan yang
berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah
diubah oleh manusia untuk menghasilkan Pangan, pakan, serat, kayu
bakar, dan produk-produk lainnya. Kondisi agroekosistem meliputi
kondisi abiotik (seperti iklim, air, cahaya matahari, pupuk, pestisida, dsb.)
dan biotik (seperti hama, musuh alami, gulma, dsb.).
Pada daerah pengamatan kami, lokasi pertanian berada pada jalan
Abdul Wahab syahrani dengan kawasan padat penduduk pada ketinggian
kurang lebih 60m dpl. Adapun komoditas tanaman yang terdapat di yang
kami amati lakukan survei salah satunya adalah tanaman cabai Pada
pertanaman cabai milik penduduk setempat, hama utama yang seringkali
menyerang tanaman tersebut adalah hama Thrips sp dan ulat grayak.
Sedangkan salah satu kendala utama yang berhubungan dengan iklim yaitu
wilayah Kalimantan Timur yang tidak memiliki ketegasan antara musim
hujan dan kemarau sehingga menjadikan wilayah tersebut memiliki
kelembapan yang tinggi dan dapat meningkatkan serangan OPT pada
tanaman cabai yang di tanam oleh petani.
Penanaman yang digunakan yaitu menggunakan bibit, ini
memastikan bahwa bibit memiliki kualitas yang baik dan karakteristik
yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap penyakit atau sifat-sifat yang
diinginkan dalam tanaman tertentu. Dengan menggunakan bibit, kita dapat
memastikan bahwa tanaman yang kita tanam memiliki kualitas yang
seragam dan dapat diandalkan. Menggunakan bibit dapat menghemat
waktu dalam proses penanaman. Bibit telah tumbuh dan berkembang
sebelumnya di persemaian atau rumah kaca, yang mempercepat
pertumbuhan mereka saat ditanam di lahan yang sebenarnya.
Jenis bibit cabai Taro F1 dikenal sebagai varietas cabai yang
memiliki tingkat produksi yang tinggi. Dengan menggunakan bibit ini
dapat menghasilkan jumlah buah yang melimpah dan secara konsisten
memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini membuat pilihan yang baik
bagi pak sumarno memilih jenis bibit taro f1 untuk meningkatkan
produksi cabai mereka.
Cabai Taro F1 menghasilkan buah dengan kualitas yang baik.
Memiliki ukuran yang seragam, bentuk yang baik, dan warna yang
menarik. Buahnya juga dikenal memiliki tingkat kepedasan yang sesuai
dengan preferensi banyak orang. Kualitas buah yang baik ini penting
untuk memenuhi permintaan konsumen yang menginginkan cabai yang
menarik secara visual dan memiliki rasa yang sesuai.
Salah satu keuntungan besar dari menggunakan bibit Taro F1
adalah ketahanannya terhadap penyakit-penyakit yang umum menyerang
tanaman cabai. Varietas ini sering kali memiliki resistensi terhadap
beberapa penyakit seperti penyakit busuk akar, virus mozaik cabai, dan
penyakit layu bakteri. Ini membantu mengurangi risiko kerugian yang
disebabkan oleh serangan penyakit dan memungkinkan tanaman cabai
tumbuh lebih sehat.
2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Yang Menyerang Tanaman
Cabai
Pada pertanaman cabai milik petani yang telah kami lakukan
pengamatan, rata-rata hama utama yang seringkali menyerang tanaman
cabai tersebut adalah hama Thrips sp. Sementara penyakit utama yang
seringkali menyerang pertanaman cabai adalah penyakit Antraknosa.
3. Analisis OPT dan Penyakit Serta Gejala Yang Di Timbulkan
A. Thrips sp
Gejala Serangan :
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan
permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda). Serangan yang
ditandai dengan adanya bercak keperak-perakan. Daun yang terserang
berubah warna menjadi cokelat tembaga, mengeriting dan keriput dan
akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau
pucuk menggulung kedalam dan muncul benjolan seperti tumor.
pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman
menjadi mati.
Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus
keriting. Pada musim kemarau perkembangan hama sangat cepat.
sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada musim penghujan
populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati akibat
tercuci air hujan.
B. Antraknosa
Gejala Serangan :
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang
agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange
dan coklat. Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro
skelerotia dan aservulus), apabila kondisi lingkungan lembab tubuh
buah akan berwarna orange atau merah muda. Luka yang ditimbulkan
akan semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris
dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang
tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.
Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan
mengering. Warna kulit buah seperti jerami padi.
Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih
muda maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah satu
patogen yang terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit ini terjadi
melalui percikan air, baik air hujan maupun alat semprot Suhu
optimum bagi perkembangan cendawan ini berkisar antara 20-24° C.
4. Kemampuan Petani Dalam Mengambil Keputusan
Budidaya tanaman cabai pak Sumarno menggunakan pestisida,baik dalam
perawatan maupun dalam pengendalian hama penyakit pada tanaman
cabai:
1. Fungisida Dithane-M45 80 WP (Mancozeb 80%)
a) Mudah larut dalam air
Bahan aktif mankozeb berbentuk tepung pada Dithane-M45 di beri
kodeformulasi WP (Werrable Powder) yang berarti tepung dengan ukuran
partikelyang sangat kecil. Sehinnga penggunaanya harus diaduk lebih
dahulu kedalam air sebelum digunakan. Meski pada umumnya fungisida
yang berformulasi WP harus di aduk agak lama agar bahan aktifnya
meluruh sempurna, Dithane-M45 hanya perlu di aduk sesaat karena mudah
dan cepat terlarut kedalam air.
b) Berspektrum luas
Memiliki daya jangkau yang luas, dan bukan hanya efektif terhadap satu
jenis cendawan saja, Fungisida ini mampu mengendalikan beberapa
cendawan saja seperti; Podosphaera leucontricha penyebab Embun tepung,
Alternaria alii dan Cercospora sp. penyebab bercak daun, Colletotrichum
sp penyebab Antraknosa (Patek) juga masih ada beberapa jenis jamur lagi.
c) Efektif dan optimal
Efektif dan optimal dalam mengendalikan penyakit jamur dalam waktu
yang cukup singkat, sehingga cendawan tidak menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
d) Dosis rendah
Dengan rata-rata dosis hanya 5 gram tiap liter air pada saat aplikasi, jadi
hanya membutuhkan sekitar 700 gram dosis Dithane untuk lahan seluas 1
hektare
e) Bisa di campur dengan fungisida berbahan aktif lain dithane-M45 juga
bisa digunakan secara bersamaan atau di campur dengan fungisida dengan
bahan aktif yang berbeda, sehingga dapat meringankan tenaga saat
aplikasi.
2. Fungisida Bion M.( asibenzolar-s-metil 1% dan mankozeb 48%,)
a. Mudah larut
Bahan aktif sibenzolar-s-metil dan mankozeb berbentuk tepung pada Bion
M 1/48 di beri kode formulasi WP (Werrable Powder) yang berarti tepung
dengan ukuran partikel yang sangat kecil. Sehingga penggunaanya harus
diaduk lebih dahulu kedalam air sebelum digunakan. Meski pada
umumnya fungisida yang berformulasi WP harus di aduk agak lama agar
bahan aktifnya meluruh sempurna,Bion M 1/48 hanya perlu di aduk sesaat
karena mudah dan cepat terlarut kedalamair.

b. Berspektrum luas
Memiliki daya jangkau yang luas, dan bukan hanya efektif terhadap satu
jenis cendawan saja, Fungisida ini mampu mengendalikan beberapa
cendawan saja seperti; penyakit antraknosa, patek, busuk buah, busuk
kering, busuk basah, bercak daun dan juga masih ada beberapa jenis jamur
lagi.
c. Efektif dan optimal
Efektif dan optimal dalam mengendalikan penyakit jamur dalam waktu
yang cukup singkat, sehingga cendawan tidak menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
d.Dosis rendah
Dengan rata-rata dosis hanya 1,25 sampai 2,5 gram tiap liter air pada saat
aplikasi, jadi hanya membutuhkan sekitar 300 gram dosis untuk lahan
seluas 1 hektare.
e. Bisa di campur dengan fungisida berbahan aktif lain Bion-M juga bisa
digunakan secara bersamaan atau di campur dengan fungisida dengan
bahan aktif yang berbeda, sehingga dapat meringankan tenaga saat
aplikasi.
5. Dampak Pestisida bagi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) :
1) Fungisida Dithane-M45, Bion M Dampak penggunaan Fungisida protek
tif sistemik ini terhadap OPT yang ada di sekitar tanaman membuat organi
sme tersebut mendapatkan resistensi terhadap pestisida sehingga membuat
OPT mampu bertahan serta membuat mereka leluasa menyerang tanaman.
2) Insektisida Ulate Dampak penggunaan pestisida ini membuat OPT sasar
an mati tetapi pada OPT lain yang tidak masuk dalam sasaran insektisida t
ersebut tidak mati yang membuat organisme tersebut mendapatkan ketaha
nan tubuh terhadap pestisida insek.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dalam praktikum ini kami menyimpulkan bahwa tehnik pengendalian
yang dilakukan di kebun Bapak Sumarno merupakan tehnik pengendalian
secara kimia. Perbedaan ekosistem serta curah hujan yang tidak merata
membuat tehnik pengendalian tersebut sering di gunakan pada penyakit layu
bakteri dan pada hama ulat grayak.
B. Saran
Dengan kondisi iklim Wilayah Kalimantan Timur yang tidak ada
perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau, maka petani
harus memahami pengendalian OPT dengan berbagai cara, antara lain kultur
teknis, pengendalian hayati dan pengaturan pola tanam. Cara tersebut dapat
dilakukan agar ttidak selalu mengandalkan pestisida untuk mengendalikan
hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Maulana, S. M. (2019). BUDIDAYA BUNGA KOL. Retrieved from


cybex.pertanian.:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/96412/BUDIDAYA-BUNGA-
KOL/#
M.Si, I. H. (n.d.). Budidaya Kangkung Darat Organik. Retrieved from
dispertan.bantenprov:
https://dispertan.bantenprov.go.id/lama/read/artikel/458/Budidaya-
Kangkung-Darat
Mulyadi. (2019). CARA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT DENGAN PANEN
SINGKAT. Retrieved from cybex.pertanian:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/81277/CARA-BUDIDAYA-
TANAMAN-TOMAT-DENGAN-PANEN-SINGKAT/
PERLINDUNGAN TANAMAN. (n.d.). Retrieved from mplk.politanikoe:
https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/pengelolaan-opt/147-perlintan/
pestisida-pertanian/1046-jenis-jenis-pestisida
SUAHUKU. (2019). BUDIDAYA TANAMAN BUNCIS SECARA ORGANIK.
Retrieved from cybex.pertanian:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89281/-BUDIDAYA-
TANAMAN-BUNCIS-SECARA-ORGANIK
Lestari, P., & Nuringtyas, T. R. (2017). Hama dan Penyakit Tanaman:
Pengenalan, Gejala, dan Pengendalian. Kreasi Wacana.
Cahyono, B. (2015). Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Penebar Swadaya.
Asril, M., Lismaini, Ginting, M. S., Suryanti, E., Wahidah, Wati, C., Aksan, M.,
& Joeniarti, E. (2023). Pengelolaan Hama Terpadu (M. Julyus & F. Sirait
(ed.); Nomor December 2022). Yayasan Kita Menulis.
Ulya, P. D., & Slamet, W. (2020). Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai keriting
( Capsicum annum l .) pada konsentrasi dan lama perendaman giberelin y
ang berbeda. 4(June), 23–31.
PERLINDUNGAN TANAMAN. (n.d.). Retrieved from mplk.politanikoe: https://
mplk.politanikoe.ac.id/index.php/pengelolaan-opt/147 perlintan/pestisidapertan
ian/1046-jenis-jenis-pestisida.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai