Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Latar Belakang
Cabai merupakan jenis tanaman sayur-sayuran yang memiliki
prospektif menguntungkan untuk dikembangkan dimasa depan. Permintaan
komoditas sayur-sayuran terus meningkat seiring dengan minat masyarakat
akan makanan berprotein nabati dan rendah kolesterol. Intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian dilakukan guna meningkatkan produksi tanaman
sayur-sayuran yang disasarkan pada kebutuhan syarat-syarat tumbuh
tanaman. Pengembangan cabai merah bertujuan meningkatkan produktivitas t
anaman cabai guna memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat se
tiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangny
a industri yang membutuhkan bahan baku cabai.
Syarat yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi adalah media
tanam yang subur, lingkungan yang mendukung, cuaca dan iklim yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta terbebas dari gangguan hama
dan penyakit. Kegiatan budidaya seringkali mengalami peningkatan dan
penurunan hasil produksi. Salah satu penyebab yang umum terjadi adalah
serangan hama dan penyakit tanaman. Hama-hama utama yang umum
menyerang tanaman cabai lalat buah, dan ulat.
Pengendalian hama menjadi salah satu bagian integral dari perlindung
an tanaman guna memastikan hasil dan kualitas. Hama dapat didefinisikan se
bagai organisme seperti gulma, serangga, bakteri, jamur, virus dan hewan yan
g memengaruhi gaya hidup manusia secara tidak menguntungkan. Dalam pro
duksi tanaman, hama menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas pro
duk di lapangan maupun setelah panen. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) m
enyiratkan suatu pendekatan di mana kombinasi metode digunakan untuk me
ngelola populasi hama dengan pertimbangan efisiensi ekonomi dan dampak li
ngkungan dibandingkan metode eradikatif yang telah digunakan dalam prakti
k tradisional.
PHT bisa menjadi pendekatan ekologi berbasis luas untuk pengendali
an hama struktural dan pertanian yang mengintegrasikan pestisida/herbisida k
e dalam sistem manajemen yang menggabungkan serangkaian praktik untuk
pengendalian hama secara ekonomi. Selain itu, PHT juga meliputi upaya untu
k mencegah infestasi, mengamati pola infestasi ketika terjadi, dan menginterv
ensi (tanpa racun) ketika dianggap perlu. Akhirnya, PHT adalah pemilihan ce
rdas dan penggunaan tindakan pengendalian hama yang memastikan konseku
ensi ekonomi, ekologi dan sosiologis yang menguntungkan.
2 Tujuan
Tujuan dari di lakukannya praktikum ini adalah untuk dapat
mengembangkan strategi model pengendalian HPT sesuai kondisi Kalimantan
Timur pada komoditi tanaman secara terpadu melalui analisis agroekosistem.
A. TINJAUAN PUSTAKA
B. METODE PRAKTIKUM
1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 26 ....Mei 2023 pukul 16:00 – 15:00
WITA dan Praktikum ini dilakukan di JL. A. Wahab Syahrani Perumahan
Pondok Alam Indah Indah Kelurahan Sempaja Barat, Kecamatan Samarinda
Utara.
2.Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini diantaranya yaitu:
Daftar quisioner, alat tulis, kamera, lahan budidaya.
3.Prosedur
Berikut adalah prosedur praktikum pengamatan dan wawancara di lahan
cabai diantaranya yaitu:
1. Melakukan analisis agroekosistem pada lahan objek pengamatan yang
meliputi: Biotik (pest, host/insng, inang sementara, musuh alami) dann
Abiotik (iklim, suhu, kelembaban).
2.Menyelidiki sejarah lahan
3.Mencari tahu teknik pengendalian pest yang dilaksanakan petani
setempat.
4.Mencari tahu teknik pengendalian pest yang dilaksanakan petani
setempat.
5.Mencari besar kerusakan komoditi tanaman tersebut akibat pest
>presentase kerusakan/intensitas serangan<
6.Pengamatan hama dilakukan dengan pendekatan pest tunggal (pest yang
paling mendominasi) dan pest multi (pest yang ada pada tanaman).
C. HASIL
NAMA:
1. Fani Winatra Pardosi
2. Aim Matul Mar’ah
3. Maria Angelina Permata
4. Excel Mangenta Huzaini
5. Ricky Usman Bastiar
6. Yosua Kalimanto
KELOMPOK: 3 (Tiga)
TGL WAWANCARA : Jumat, 25 Mei 2023
KELURAHAN/ DESA: JL. A. Wahab Syahrani Perumahan Pondok Alam
Indah Indah Kelurahan Sempaja Barat, Kecamatan Samarinda Utara.
A. Identitas Responden
Nama : Bapak Sumarno
Umur : 40 tahun
Tingkat Pendidikan : SMA
Jumlah Tanggungan : 2 tanggungan
Pernah mengikuti SLPHT : Tidak pernah
B. Identitas Lahan
Status kepemilikan lahan : Milik Pribadi
Luas lahan yang dimiliki : Panjang 80 m x 40 m = 3.200 m
Sejarah lahan : Merupakan lahan bekas tanaman
tomat.
Komoditas yang ditanam : Cabai
C. Daftar Quisioner
1. Budidaya tanaman sehat
a. Benih/bibit yang : Penanaman menggunakan bibit.
digunakan
b. Varietas : Taro F1
c. Jenis bibit/benih : Cabai merah keriting
d. Pemupukan : Dilakukan pemupukan dengan cara
dikocor
e. Jenis pupuk yang : Pupuk yang digunakan yaitu NPK
digunakan 16-16, MPK, dan KNO.
f. Dosis penggunaan pupuk : Dosis pupuk 2 gr/liter air
g. Aplikasi diberikan setiap : Pupuk NPK diberikan usia tanam 0-
30 hari. MPK diberikan pada fase
generatif. Pupuk KNO diberikan
pada umur 30 hari-masa panen.
h. Kultur teknis : Tindakan kultur teknis yaitu
membersihkan lahan dari gulma dan
menggunakan mulsa pada bedengan.
i. Pergiliran tanaman : Setelah ditanami tanaman cabai tidak
dilakukan pergiliran tanam.
j. Tumpang sari dengan : Tanaman ditanam secara
monokultur.
2. Pendekatan Agroekosistem
a. Pengamatan secara :
visual maupun quisioner Lahan memiliki bedengan sebanyak
di lapangan 39 dengan masing masing bedengan
terdapat 25 tanaman cabai. bedengan
ditutup menggunakan mulsa. Pertum
buhan tanaman cabai seragam,
buahnya banyak, kondisi daun
bagus, daun tanaman cabai tampak h
ijau dan sehat.
Lalat buah
Layu bakteri
b. Hama yang ditemukan di :
lapangan Tidak ditemukan hama
c. Penyakit yang :
ditemukan dilapangan Tidak ditemukan musuh alami
d. Gulma yang ditemukan :
dilapangan Rumput
e. Musuh alami yang :
ditemukan di lapangan Pengendalian dilakaukan secara
3. kemampuan petani dalam kimia yaitu menggunakan
mengambil keputusan Bion M, Antracol, Dithane-M45 80
a. Bentuk pengendalian : WP, Ulate.
yang digunakan Bion M dengan dosis 2,5 gram/liter
b. Pestisida yang :
air, Antracol dengan 2-3 sendok
digunakan
makan/liter air, Dithane-M45 80 WP
c. Dosis setiap aplikasi :
dengan dosis hanya 5 gram/liter air,
Ulate.
D. PEMBAHASAN
b. Berspektrum luas
Memiliki daya jangkau yang luas, dan bukan hanya efektif terhadap satu
jenis cendawan saja, Fungisida ini mampu mengendalikan beberapa
cendawan saja seperti; penyakit antraknosa, patek, busuk buah, busuk
kering, busuk basah, bercak daun dan juga masih ada beberapa jenis jamur
lagi.
c. Efektif dan optimal
Efektif dan optimal dalam mengendalikan penyakit jamur dalam waktu
yang cukup singkat, sehingga cendawan tidak menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
d.Dosis rendah
Dengan rata-rata dosis hanya 1,25 sampai 2,5 gram tiap liter air pada saat
aplikasi, jadi hanya membutuhkan sekitar 300 gram dosis untuk lahan
seluas 1 hektare.
e. Bisa di campur dengan fungisida berbahan aktif lain Bion-M juga bisa
digunakan secara bersamaan atau di campur dengan fungisida dengan
bahan aktif yang berbeda, sehingga dapat meringankan tenaga saat
aplikasi.
5. Dampak Pestisida bagi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) :
1) Fungisida Dithane-M45, Bion M Dampak penggunaan Fungisida protek
tif sistemik ini terhadap OPT yang ada di sekitar tanaman membuat organi
sme tersebut mendapatkan resistensi terhadap pestisida sehingga membuat
OPT mampu bertahan serta membuat mereka leluasa menyerang tanaman.
2) Insektisida Ulate Dampak penggunaan pestisida ini membuat OPT sasar
an mati tetapi pada OPT lain yang tidak masuk dalam sasaran insektisida t
ersebut tidak mati yang membuat organisme tersebut mendapatkan ketaha
nan tubuh terhadap pestisida insek.