Anda di halaman 1dari 7

Nama : Thesa Rizkia

No. BP: 1610212035

Kelas : SPT KELAS B

RESUME PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir
mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan
ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit
dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu
kesatuan koordinasi pengelolaan. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian
yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi
hama dan penyakit menjadi sangat penting. Ada empat prinsip dasar yang mendorong
penerapan PHT secara nasional,terutama dalam rangka program pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Beberapa prinsip yang mengharuskannya
PHT pada tanaman sayuran adalah seperti dinyatakan dalam uraian berikut ini.

1. Budidaya tanaman sehat

Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program
pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap
serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan
hama dan penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman
paprika seperti pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai
penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman yang sehat, kuat
dan produktif, serta hasil panen yang tinggi.

2. Pemanfaatan musuh alami


Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial
merupakan tulang punggung PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan
populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi
antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui
ambang toleransi tanaman.

3. Pengamatan rutin atau pemantauan

Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling


mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama
dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan
pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan
yang akan dilakukan.

4. Petani sebagai ahli pht

Sistem pengendalian hama terpadu (pht) sebaiknya dikembangkan oleh petani


sendiri, karena penerapan pht harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat.
setiap wilayah atau daerah memiliki ekosistem yang berbeda-beda, sehingga suatu
sistem pht yang dikembangkan pada wilayah tertentu belum tentu cocok jika diterapkan
pada wilayah lainnya. agar setiap petani mampu menerapkan pht diwilayahnya masing-
masing, maka setiap petani harus proaktif untuk mempelajari konsep pht. dalam hal ini
peran aktif instansi terkait dalam memasyarakatkan pht sangat diperlukan.

Ciri-ciri sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Pengendalian hama terpadu merupakan sistem pengendalian hama dan penyakit


yang berwawasan lingkungan untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan. oleh
karena itu suatu konsep pengendalian hama dapat dikatakan sebagai sistem pht jika
mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan,
dengan ciri-ciri sebagai berikut ;
1). Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (pht) dilakukan secara bersistem,
terpadu dan terkoordinasi dengan baik,

2). Sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa merusak lingkungan hidup
dan aman bagi kesehatan manusia,

3). Mempertahankan produksi dan mengedepankan kualitas produk pertanian,

4). Mempertahankan populasi hama atau tingkat serangan hama dibaah ae/ak/at,

5). Mengurangi dan membatasi penggunaan pestisida kimia,

6). Penggunaan pestisida kimia merupakan alternatif terakhir apabila teknik


pengendalian yang ramah lingkungan tidak mampu mengatasi.

Komponen Penting Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Terdapat 7 komponen dalam penerapan pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu


sebagai berikut ;

1). Pengendalian secara fisik

Pengendalian hama secara fisik merupakan upaya atau usaha dalam


memanfaatkan atau mengubah faktor lingkungan fisik sehingga dapat menurunkan
populasi hama dan penyakit. tindakan pengendalian hama secara fisik dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu ; pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan,
pengeringan, lampu perangkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara dan
penghalang/pagar/barier.

2). Pengendalian secara mekanik

Pengendalian hama dan penyakit secara mekanik yaitu pengendalian yang


dilakukan secara manual oleh manusia. pengendalian secara mekanik dapat dilakukan
dengan cara yang sederhana, membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang
lama, efektifitas dan efesiensinya rendah, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap
lingkungan. beberapa contoh tindakan secara mekanik dalam pengendalian hama
antara lain sebagai berikut : a). pengumpulan hama dan telurnya menggunakan tangan,
b). rogesan, yaitu pemotongan pucuk tebu yang terserang penggerek pucuk tebu
(schirpophaga nivella), c). memangkas cabang, ranting atau bagian tanaman lainnya
yang terserang hama atau penyakit, d). rampasan, yaitu pengumpulan seluruh buah
ketika terjadi serangan berat penggerek buah kopi (stephanoderes hampei),
e).gropyokan, yaitu perburuan hama tikus disuatu daerah yang luas secara serentak,
f).pemasangan perangkap hama, g). pembungkusan buah.

3). Pengendalian kultur teknik

Pengendalian hama dan penyakit secara kultur teknik yaitu pengendalian hama
dan penyakit melalui sistem atau cara dalam bercocok tanam. beberapa tindakan dalam
cara bercocok tanam yang dapat mengurangi atau menekan populasi dan serangan
hama antara lain sebagai berikut ;

a). mengurangi kesesuaian ekosistem hama dengan melakukan sanitasi, modifikasi


inang, pengelolaan air, dan pengolahan lahan,

b). mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup hama, yaitu dilakukan dengan
cara pergiliran tanaman, pemberoan dan penanaman serempak pada suatu ilayah yang
luas,

c). pengalihan populasi hama menjauhi pertanaman, misalnya dengan menanam


tanaman perangkap,

d). pengurangan dampak kerusakan oleh hama dengan cara mengubah toleransi inang.

4). Pengendalian dengan varietas tahan

Mengurangi atau menekan populasi hama, serangan dan tingkat kerusakan


tanaman dengan menanam varietas yang tahan hama ataupun penyakit. teknik ini sudak
sejak lama diterapkan oleh petani. keuntungan teknik ini adalah tidak membutuhkan
biaya yang mahal, efektif dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi pengendalian dengan
varietas tahan juga memiliki kelemahan dan kekurangan, yaitu harga benih/bibit yang
mahal. jika ditanam dalam jangka waktu yang panjang, sifat ketahanannya patah.
5). Pengendalian secara hayati

Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama atau penyakit dengan


memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu predator, parasitoid, maupun patogen
hama. contohnya adalah sebagai berikut ;

a). predator (binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar sebagai pemangsa yang
memakan binatang yang lebih kecil sebagai mangsa) ; contohnya memanfaatkan ular
sebagai predator hama tikus atau kumbang coccinelid sebagai pemangsa kutu daun.

b). parasitoid (binatang yang hidup diatas atau didalam tubuh binatang lain yang lebih
besar yang merupakan inangnya) ; contoh trichoderma sp, sebagai parasit telur
penggerek batang padi.

c). patogen hama (mikroorganisme penyebab penyakit organisme hama), organisme


tersebut meliputi nematoda, protozoa, rikettsia, bakteri atau virus ; contoh
paecilomyces sp. jamur patogen telur nematoda puru akar.

6). Pengendalian dengan peraturan / regulasi / karantina

Pengendalian dengan peraturan perundangan yaitu pencegahan penyebaran /


perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan
perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah. dasar hukum pencegahan dengan
peraturan adalah sebagai berikut ; 1) uu no. 16 th 1992 : karantina hewan, ikan dan
tumbuhan, 2) pp no. 6 th 1995 : perlindungan tanaman, 3) pp no. 14 th 2000 : karantina
tumbuhan.

Contoh pengendalian hama dengan peraturan adalah pelarangan pengiriman benih


kentang dari batu, malang ke daerah lain yang belum terserang nematoda sista kentang
(globodera rostochiensis).
7. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi menggunakan pestisida


sintetis kimia adalah alternatif terakhir apabila cara-cara pengendalian yang lain tidak
mampu mengatasi peningkatan populasi hama yang telah melampaui ambang kendali.
tujuan penggunaan pestisida merupakan koreksi untuk menurunkan populasi hama atau
penyakit sampai pada batas keseimbangan. penggunaan pestisida juga harus tepat
sasaran, tepat dosis dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

https://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-terbaru/378-empat-prinsip-
dasar-dalam-penerapan-pengendalian-hama-terpadu-pht.html

Prabaningrum, L., Tonny K. M., Witono A., Nikardi G. 2018. Modul 1 Pelatihan
Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Yani, Ahyamat. “Pengertian, Prinsip Dasar dan Konsep Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). 2019.

Anda mungkin juga menyukai