Anda di halaman 1dari 4

Nama: Khaerul Amrin

NIM: 20011014016
Prodi: Agroteknologi
Mata Kuliah: Pestisida dan pengaplikasiannya

“Resume tentang peranan pestisida dalam pengendalian hama terpadu”

Pembangunan pertanian sampai saat ini masih menghadapi masalah antara lain
serangan OPT termasuk hama dan penyakit tanaman, pencemaran lingkungan, terbunuhnya
organisme bukan sasaran dan residu pestisida pada produk pertanian. Mengatasi masalah
tersebut pemerintah sudah melaksanakan PHT. Definisi PHT lebih dari 70 yang telah
dikemukakan oleh para pakar dan berkembang meluas meliputi ekosistem pertanian dan
usahatani atau agribisnis. Walaupun PHT mempunyai banyak definisi, namun semuanya
bertujuan untuk mengurangi bahkan meniadakan penggunaan pestisida sintetis. PHT
merupakan konsep pengendalian hama dengan menggunakan lebih dari satu komponen
pengendalian, dengan menerapkan teori ekologi terhadap populasi hama untuk penyelesaian
masalah OPT di lapangan, sehingga populasi hama selalu berada dalam kondisi yang tidak
merugikan secara ekonomis, dan aman terhadap lingkungan. PHT berbasis pada ekologi lokal
hama dan pemberdayaan petani, sehingga pengendalian hama disesuaikan pada kondisi hama
yang ada di tiap-tiap lokasi.

PHT berbasis ekologi lebih menekankan kepada pengelolaan proses dan mekanisme
ekologi lokal dengan menempatkan petani sebagai penentu dan pelaksana utama di tingkat
lapangan. Komponen PHT adalah (1). Kultur teknis (benih sehat, varietas tanaman, tanam
serempak, gilir varietas, gilir tanam, pola tanam, sanitasi dan lain-lain), (2). Mekanik-fisik
(bakar-benam-cabut-musnahkan tanaman/bagian tanaman, gropyokan, perangkap lampu,
perangkap perekat dan lain-lain), (3). Biologis (parasitoid, predator, patogen serangga),
(4).Kimiawi (insektisida, bahan penolak-repellent, bahan penarikattractant, feromon dan lain-
lain). Konsep PHT berdasarkan pemikiran ekologi, komponen PHT diterapkan secara terpadu
untuk menjaga keseimbangan alami.

Sejarah pengendalian OPT khususnya hama dan penyakit dibagi menjadi 5 periode
yaitu : 1). Periode pra pestisida : pengendalian dengan cara bercocok tanam, pengendalian
hayati berdasarkan pemahaman biologi hama; 2). Periode pestisida (optimisme) antara 1945-
1962 : Periode ini dimulai penggunaan pestisida sintetis, dan tidak memperhatikan biologi
hama. 3). Periode keraguan : dimulai sejak 1962, dampak negatif akibat penggunaan pestisida
sintetis, seriusnya pencemaran lingkungan; 4). PHT berbasis teknologi : Dimulai tahun 1970
awal dari “revolusi hijau”, penggunaan pestisida sintetis, pupuk sintetis, dan varietas unggul.
Petani tergantung kepada pestisida dalam mengendalikan OPT; dan 5). PHT berbasis
ekologi : Lebih menekankan pengelolaan proses dan mekanisme ekologi lokal untuk
mengendalikan hama dari pada intervensi teknologi.

Di Indonesia pelaksanaan PHT didukung oleh UU No. 12 tahun 1992, tentang Sistem
Budidaya Tanaman; Inpres No. 3/1986 yang melarang peredaran 57 jenis insektisida; PP No.
6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman; Tahun 1996, SK bersama Menteri Pertanian
dan Menteri Kesehatan tentang ambang Batas Maksimum Residu; serta UU no. 7 tahun 1996
tentang pangan. Pada tahun 1980-1990 berbagai negara menetapkan PHT sebagai kebijakan
nasionalnya dalam pengendalian hama tanaman pertanian.

Salah satu permasalahan yang dihadapi pembangunan pertanian dewasa ini adalah
penurunan kualitas lahan pertanan, akibat degradasi tanah mengakibatkan rendahnya
produksi dan produktifitas hasil pertanian. Kesuburan tanah akan semakin menurun akibat
penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan menyebabkan rusaknya sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Keadaan ini diperparah lagi dengan banyaknya petani yang
menggunakan pupuk kimia secara berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha
untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat petani tanpa harus mengurangi kualitas lahan
pertanian. Pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu
bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Penggunaan pupuk kimia bisa
menimbulkan dampak yang justru merusak kesuburan tanah itu sendiri dan bukan
menjadikannya subur. Sistim pengendalian hama terbaru (PHT) adalah suatu konsep atau
cara berpikir dalam upaya pengendalian populasi, atau tingkat serangan OPT dengan
menerapkan berbagai teknik pengendalian, yang dipadukan dalam satu kesatuan untuk
mencegah kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis, serta mencegah
kerusakan lingkungan dan ekosistem. Dengan kata lain, pengendalian hama terpadu adalah
pengendalian hama dan penyakit tanaman, dengan pendekatan ekologi yang bersifat multi-
disiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan menerapkan berbagai teknik
pengendalian yang kompatibel/sesuai. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian
yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama
dan penyakit menjadi sangat penting.
Sistem pengendalian hama terpadu (PHT) memiliki 4 prinsip dasar, yang
mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan, serta
mendorong penerapan PHT secara nasional, untuk pembangunan pertanian yang
berkelanjutan. Empat prinsip dasar dalam penerapan pht tersebut adalah sebagai berikut :
1. Budidaya tanaman sehat.
2. Pemamfaatan musuh alami.
3. Pengamatan dan pemantauan rutin.
4. Dan petani sebagai ahli HPT.
Adapaun pengendalian hama dapat dikatakan sebagai sistem PHT jika mencerminkan konsep
pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan secara bersistem,
terpadu dan terkoordinasi dengan baik,
2. Sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa merusak lingkungan hidup dan
aman bagi kesehatan manusia,
3. Mempertahankan produksi dan mengedepankan kualitas produk pertanian,
4. Mempertahankan populasi hama atau tingkat serangan hama dibawah ambang
ekonomi.
5. Mengurangi dan membatasi penggunaan pestisida kimia,
6. Penggunaan pestisida kimia merupakan alternatif terakhir apabila teknik pengendalian
yang ramah lingkungan tidak mampu mengatas.
Adapun komponen penting penegndalian hama terpadu (PHT) adalah sebagai berikut:
1. Pngendalian hama secara fisik
Pengendalian hama secara fisik merupakan upaya atau usaha dalam memanfaatkan atau
mengubah faktor lingkungan fisik sehingga dapat menurunkan populasi hama dan
penyakit. Tindakan pengendalian hama secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu: pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perangkap,
radiasi sinar infra merah, gelombang suara dan penghalang/pagar/barier.
2. Pengendalian secara mekanik
Pengendalian hama dan penyakit secara mekanik yaitu pengendalian yang dilakukan
secara manual oleh manusia. Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara
yang sederhana, membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama, efektifitas
dan efesiensinya rendah, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan.
3. Pengendalian kultur teknik
Pengendalian hama dan penyakit secara kultur teknik yaitu pengendalian hama dan
penyakit melalui sistem atau cara dalam bercocok tanam.
4. Pengendalian dengan parietas tahan
Yaitu mengurangi atau menekan populasi hama, serangan dan tingkat kerusakan
tanaman dengan menanam varietas yang tahan hama ataupun penyakit. Teknik ini sudak
sejak lama diterapkan oleh petani. Keuntungan teknik ini adalah tidak membutuhkan biaya
yang mahal, efektif dan aman bagi lingkungan.
Akan tetapi pengendalian dengan varietas tahan juga memiliki kelemahan dan
kekurangan, yaitu harga benih/bibit yang mahal. Jika ditanam dalam jangka waktu yang
panjang, sifat ketahanannya patah.
5. Pengendalian secara hayati
Adalah pengendalian hama atau penyakit dengan memamfaatkan agens hayati (musuh
alami) yaitu predator, parasitoid, maupun patogen hama.
6. Penendalian dengan pengaturan/regulasi/karantina
Yaitu dengan pencegahan penyebaran ataupun perpindahan dan penularan organisme
pengganggu tanaman melalui kebijakan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah.
7. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi menggunakan pestisida
sintetis kimia adalah alternatif terakhir apabila cara-cara pengendalian yang lain tidak
mampu mengatasi peningkatan populasi hama yang telah melampaui ambang kendali.
Tujuan penggunaan pestisida merupakan koreksi untuk menurunkan populasi hama atau
penyakit sampai pada batas keseimbangan. penggunaan pestisida juga harus tepat sasaran,
tepat dosis dan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai