Anda di halaman 1dari 37

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan munculnya berbagai macam dan jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman
budidaya yang berdampak terhadap produksi nilai ekonomisnya, muncullah pemikiran dan
inisiatif untuk mengendalikan serangan tersebut. Berdasarkan pemikiran inilah mulai muncul
konsep perlindungan tanaman, dan hingga kini terus berkembang sehingga dapat menciptakan
suatu solusi pengendalian hama dan penyakit yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan tidak
membahayakan terhadap petani maupun lingkungan hidup serta tidak mengganggu
keanekaragaman hayatinya.
Pengandalian hama dan penyakit tanaman merupakan bagian dari sistem budidaya tanaman
yang bertujuan untuk membatasi kehilangan hasil akibat serangan OPT menjadi seminimal
mungkin, sehingga diperoleh kwalitas dan kwantitas produksi yang baik.
Pengendalaian hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu konsep yang harus
diterapkan dalam budidaya tanaman sehingga tercapai produksi yang maksimal. Konsep yang
diterapkan yaitu menggunakan konsep pengendalian hama secara terpadu (PHT). Pengendalian
hama dan penyakit tanaman harus menerapkan konsep-konsep yang ramah terhadap lingkungan,
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan serta mempertahankan keanekaragaman
hayati yang ada. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan
pengendalian hama secara konvensional, yang sangat utama dalam manggunakan pestisida.
Kebijakan ini mengakibatkan penggunaan pestisida oleh petani yang tidak tepat dan berlebihan,
dengan cara ini dapat meningkatkan biaya produksi dan mengakibatkan dampak samping yang
merugikan terhadap lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri maupun masyarakat secara luas.
PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang
didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi
PHT adalah : 1) produksi pertanian mantap tinggi, 2) Penghasilan dan kesejahteraan petani
meningkat, 3) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak
merugikan dan 4) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan pestisida
yang berlebihan (Anonimous, 2004 ).
Tiga komponen komponen dasar yang harus dibina, yaitu : Petani,Komoditi dasil pertanian
dan wilayah pengembangan dimana kegiatan pertanian berlangsung, disamping pembinaan
terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan produksi serta pendapatan petani,
pengembangan komoditi hasil pertanian benar-benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan
bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku industri, sedangkan pembinaan terhadap wilayah
2

pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi
ketimpangan antar wilayah ( Kusnadi, 1980).
Dengan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu yang semakin menunjukan
peningkatan pengguaan dan aplikasinya, konsep pengendalian hama dan penyakit yang
menerapakan penggunaan pestisida mulai ditinggalkan.
Konsep perlindungan hama dan penyakit menggunakan pestisida ditinggalkan karena tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan hidup yang menjaga kelestarian lingkungan dan
keragaman hayati serta hilangnya beberapa musuh alami hama dan penyakit.
Konsep lain yang mulai ditinggalkan adalah pertanian secara intensif baik dalam budidaya
maupun penanggulangan hama dan penyakit. Konsep penanggulangan ini hanyaberkonsentari
terhadap produksi dan mutu hasil budidaya tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan seperti
adanya zat-zat beracun yang ikut terbawa oleh hasil panen, hilangnya karegaman biota, dan
dampak lainnya yang timbul akibat pertanian secara intensif tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. apa definisi dari ordo coleoptera ?
2. apa ciri-ciri ordo coleoptera ?
3. bagaimana morfologi ordo coleoptera ?
4. bagaimana klasifikasi ordo coleoptera ?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui definisi dari ordo coleoptera
2. untuk mengetahui ciri-ciri dari ordo coleoptera
3. untuk mengetahui morfologi ordo coleoptera
4. untuk mengetahui klasifikasi ordo coleoptera
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Perkembangan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman


Gangguan OPT dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil serta
kematian tanaman. Adanya ancaman OPT terhadap tanaman budi daya mengharuskan petani dan
perusahaan pertanian melakukan berbagai upaya pengendalian. Sejarah perkembangan
pengendalian hama dan penyakit di Indonesia dimulai sejak periode sebelum kemerdekaan,
1950-1960-an, 1970-an, dan 1980 sampai sekarang.
Pengendalian hama dan penyakit berdasarkan perspektif global terdiri atas beberapa
zaman, yaitu zaman prapestisida, zaman optimisme, zaman keraguan, dan zaman PHT (Flint dan
van den Bosch 1990; Norris et al. 2003). Zaman PHT dikelompokkan menjadi dua era, yaitu
PHT berbasis teknologi dan PHT berbasis ekologi.
1. Zaman Prapestisida
Pada zaman prapestisida, pengendalian hama dilakukan dengan cara bercocok tanam dan
pengendalian hayati berdasarkan pemahaman biologi hama. Cara ini telah dilakukan oleh bangsa
Cina lebih dari 3000 tahun yang lalu. Pada tahun 2500 SM, orang Sumeria menggunakan sulfur
untuk mengendalikan serangga tungau (Flint dan van den Bosch 1990). Pengendalian secara
bercocok tanam dan hayati pada tanaman padi telah dilakukan di Indonesia sejak zaman kerajaan
di Nusantara, mulai dari Kerajaan Purnawarman, Mulawarman, Sriwijaya, Majapahit, Mataram
sampai era penjajahan Belanda.
2. Zaman Optimisme
Zaman optimisme terjadi pada tahun 1945-1962. Pada zaman itu dimulai penggunaan
insektisida diklor difenol trikloroetan (DDT), fungisida ferbam, dan herbisida 2,4 D (Flint dan
van den Bosch 1990). Selama lebih kurang 10 tahun, penggunaan pestisida menjadi bagian rutin
dari kegiatan budi daya tanaman, seperti halnya pengolahan tanah dan pemupukan. Pada zaman
optimisme, pengendalian OPT tidak memerhatikan perkembangan pemahaman biologi hama.
Petani ingin pertanamannya bebas hama sehingga melakukan aplikasi pestisida secara berjadwal
dan berlebihan.
3. Zaman Keraguan
Zaman keraguan diawali dengan terbitnya buku Silent Spring oleh Carson (1962) yang
membuka mata dunia tentang seriusnya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh DDT.
Buku tersebut merupakan tangis kelahiran bayi dari gerakan peduli lingkungan. Hasil penelitian
menunjukkan berbagai jenis pestisida merusak kelestarian lingkungan biotik dan abiotik di
daerah beriklim sedang maupun tropik (Widianarko et al. 1994; Oka 1995).
4

Salah satu contoh adalah lalat rumah menjadi resisten terhadap DDT sejak tahun 1946.
Hal tersebut semakin menjadi perhatian pada era ini. Kurang berhasilnya pengendalian hama
secara konvensional mendorong berkembangnya paradigma baru yang berusaha meminimalkan
penggunaan pestisida serta dampak negatifnya. Paradigma tersebut dikenal dengan istilah PHT
klasik atau PHT teknologi karena pendekatan paradigma ini berorientasi pada teknologi
pengendalian hama (Untung 2006).

4. Zaman PHT Teknologi


Tahun 1970 merupakan awal dari revolusi hijau pestisida, pupuk sintetis, dan varietas
unggul (IR5, IR8, C4, Pelita I-1, dan Pelita I-2), yang merupakan paket produksi. Teknologi baru
ini mendorong timbulnya permasalahan wereng coklat, yaitu munculnya biotipe baru. Revolusi
hijau telah mendorong petani makin bergantung pada pestisida dalam mengendalikan OPT.
Kondisi ini telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
PHT diawali dengan terbentuknya Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat
pada tahun 1972 dan pengalihan wewenang registrasi pestisida dari Departemen Pertanian ke
EPA. Pada tahun 1980-1990, berbagai negara menetapkan PHT sebagai kebijakan nasional.
Zaman PHT diperkuat oleh terbentuknya KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tanggal 14 Juni
1992, mengadopsi seksi I Integrated Pest Management and Control in Agriculture dari Agenda
21 Bab 14 tentang Promoting Sustainable Agriculture and Rural Development (Norris et al.
2003). PHT dicetuskan oleh Stern et al. (1959). Selanjutnya, paradigma PHT berkembang dan
diperkaya oleh banyak pakar di dunia serta telah diterapkan di seluruh dunia. Di Indonesia, PHT
didukung oleh UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Inpres No 3/1986 yang
melarang 57 jenis insektisida, dan PP No. 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman. Pada
tahun 1996 keluar keputusan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian tentang
batas maksimum residu, serta UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan.
5. Zaman PHT Berbasis Ekologi
Paradigma baru PHT menempatkan petani sebagai penentu dan pelaksana utama PHT di
tingkat lapangan. Kenmore (1996) menyatakan bahwa dalam perkembangan perkembangannya,
PHT tidak terbatas sebagai teknologi saja, melainkan telah berkembang menjadi suatu konsep
mengenai proses penyelesaian masalah OPT di lapangan. PHT berbasis ekologi didorong oleh
pengembangan dan penerapan PHT berdasarkan pengertian ekologi lokal hama dan
pemberdayaan petani sehingga pengendalian hama disesuaikan dengan masalah yang ada di tiap-
tiap lokasi (local specific). Paradigma PHT berbasis ekologi lebih menekankan pengelolaan
proses dan mekanisme ekologi lokal untuk mengendalikan hama dari pada intervensi teknologi
(Untung 2006).
5

Ekologi lokal yang dikemas ke dalam kearifan lokal (local wisdom) menjadi eco-farming
melalui pemanfaatan mikroorganisme lokal untuk mendapatkan agens hayati yang sesuai untuk
pengendalian hama. Selanjutnya, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
diterapkan pada tanaman pangan, sayuran, dan perkebunan.

6. Pengendalian Hama Terpadu


Sejak satu abad yang lalu, para pakar perlindungan tanaman telah mengetahui bahwa
pengendalian hama dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami, tanaman resisten, dan
pengelolaan lingkungan (rotasi tanaman, sanitasi, dan pengelolaan tanah) (Sastrosiswojo 1989).
Pengertian PHT atau integrated pest control ata integrated pest management adalah system
pengambilan keputusan dalam memilih dan menerapkan taktik pengendalian OPT yang
dipadukan ke dalam strategi pengelolaan usaha tani dengan berdasarkan pada analisis
biaya/manfaat, dengan mempertimbangkan kepentingan dan dampaknya pada produsen,
masyarakat, dan lingkungan (Kogan 1998).
Taktik pengendalian OPT meliputi:
a) penggunaan varietas tahan atau toleran;
b) mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat dengan berbagai kultur teknik;
c) memanfaatkan agens hayati yaitu predator, parasitoid, dan patogen serangga;
d) menerapkan pengendalian secara fisikmekanik;
e) menggunakan zat-zat kimia semio seperti hormon/feromon, pengendalian secara genetik dengan
teknik jantan mandul; dan
f) menggunakan pestisida bila diperlukan.

PHT bukan tujuan, melainkan suatu pendekatan ilmiah untuk mencapai sasaran, yaitu
pengendalian hama agar secara ekonomis tidak merugikan, mempertahankan kelestarian
lingkungan, serta menguntungkan petani dan konsumen (Sastrosiswojo 1989; Oka 1992).
PHT pada awalnya adalah perpaduan antara pengendalian secara hayati dan pengendalian
kimiawi. Konsepsi tersebut kemudian berkembang menjadi perpaduan semua cara pengendalian
dalam satu kesatuan untuk mencapai hasil panen yang optimal dan dampak eksternal terhadap
lingkungan yang minimal (Smith dan van den Bosch 1967; Galagher 1996; Sastrosiswojo dan
Oka 1997).
Dengan demikian, falsafah PHT adalah suatu pendekatan pertanian berkelanjutan dengan
landasan ekologi yang kokoh, bukan melakukan pemberantasan atau pemusnahan hama dan
penyakit, tetapi mengelola atau mengendalikan tingkat populasi hama atau penyakit agar tetap
berada di bawah ambang kerusakan secara ekonomis (Zadoks dan Schein 1979; Untung 1984).
6

Meningkatnya populasi hama disebabkan oleh berkurangnya musuh alami serta


timbulnya resistensi dan resurjensi. Sebagai contoh adalah kasus meningkatnya populasi wereng
coklat (Laba 1986;Laba dan Soekarna 1986; Laba, 1987; Laba dan Soejitno 1987; Laba dan
Sumpena 1988).
PHT wereng coklat merupakan konsep pengendalian untuk mengurangi populasi dengan
menerapkan komponen PHT, yaitu varietas tahan, pergiliran tanaman, dan memanfaatkan musuh
alami. Mencegah atau memperlambat resistensi dan resurjensi wereng coklat adalah dengan
menghindari penggunaan insektisida Analisis empiris penggunaan insektisida ... 127 dan bahan
aktif yang sama secara terusmenerus (Laba 1988).
Penerapan PHT memberikan nilai positif terhadap peningkatan produksi serta
keterampilan dan pengetahuan petani sehingga dapat mengurangi penggunaan insektisida. Hasil
pengkajian pengurangan insektisida pada tanaman padi saja mencapai Rp19.000/ha (Oka 1995).
Luas panen pada tahun 2008 sebesar 12,38 juta ha.
Pada saat sekarang, harga pestisida rata-rata Rp100.000/liter dan tidak ada subsidi
pestisida dari pemerintah sehingga pengurangan biaya produksi tidak kurang dari Rp1,2
triliun/musim tanam. Penghematan penggunaan insektisida dalam satu tahun (dua kali tanam)
adalah Rp2,4 triliun.
Penerapan PHT dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas secara berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan memerhatikan sumber daya
dankemampuan petani. PTT dapat ditempuh melalui empat prinsip, yaitu:
1. PTT merupakan suatu pendekatan dalam budi daya tanaman yang menekankan pada
pengelolaan tanaman, lahan, air, dan PHT;
2. PTT secara sinergis memanfaatkan komponen teknologi;
3. PTT memerhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik dan sosial ekonomi
petani; dan
4. PTT bersifat partisipatif, yang berarti petani berperan aktif dalam memilih teknologi yang
sesuai dengan keadaan setempat dan memiliki kemampuan melalui proses pembelajaran
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007).

Komponen teknologi yang diterapkan melalui PTT adalah:


1. penggunaan varietas unggul baru spesifik lokasi
2. penggunaan benih bermutu
3. penanaman 1-3 bibit per lubang
4. peningkatan populasi tanaman melalui sistem tegel 20 cm x 20 cm atau jajar legowo
5. penyiangan menggunakan rotary weeder atau landak PHT
6. panen menggunakan mesin thresher (Las et al. 2003; Zaini et al. 2003).
7

Di sisi lain, pertanian berkelanjutan dapat memperbaiki kualitas hidup umat manusia
karena pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan, konservasi sumber daya alam, orientasi
perubahan teknologi dan kelembagaan sehingga dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan
kebutuhan manusia secara berkelanjutan untuk generasi sekarang dan yang akan datang (FAO
1989 dalam Untung 2007).

2.2 Konsep Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Terpadu


Perlindungan tanaman merupakan bagian dari sistem budidaya tanaman yang bertujuan
untuk membatasi kehilangan hasil akibat serangan OPT menjadi seminimal mungkin, sehingga
diperoleh kwalitas dan kwantitas produksi yang baik.
Sejak Pelita III pemerintah telah menetapkan sistem PHT sebagai kebijakan dasar bagi
setiapprogram perlindungan tanaman, dasar hukum PHT tertera pada GBHN II dan GBHN IV
serta Inpres 3/1986 yang kemudian lebih dimantapkan melalui UU No.12/1992 tentang sistem
Budida7ya Tanaman ( Anonimous, 1994).
Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian
hama secara konvensional, yang sangat utama dalam manggunakan pestisida. Kebijakan ini
mengakibatkan penggunaan pestisida oleh petani yang tidak tepat dan berlebihan, dengan cara
ini dapat meningkatkan biaya produksi dan mengakibatkan dampak samping yang merugikan
terhadap lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri maupun masyarakat secara luas.
Secara ekonomi kebijakan pemerintah sebelum tahun 1989 memberikan subsidi yang
besar untuk Pestisida sebesar antara 100 – 150 juta US$ atau sekitar 150 milyar rupiah pertahun,
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kembali
efisiensi dan efektifitas pengendalian serta untuk membatasi pencemaran lingkungan maka
kebijakan dan pengendalian secara konvensional harus dirubah menjadi pengendalian
berdasarkan konsep dan prinsip PHT. Kemudian secara bertahap subsidi pestisida di cabut, dan
baru tahun 1989 subsidi tersebut sepenuhnya dicabut, metoda yang cukup baik dan mudah
dilaksanakan melalui pola Sekolah Lapang PHT ( SLPHT) dengan menganut pola pendidikan
orang dewasa yaitu belajar dari pengalaman sendiri langsung di lapang (Anonimous,2004).
Konsep dan Strategipenerapan PHT.

PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang
didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
8

agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi


PHT adalah :
a) produksi pertanian mantap tinggi,
b) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat,
c) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan dan
d) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan
(Anonimous, 2004 ).
Tiga komponen komponen dasar yang harus dibina, yaitu : Petani,Komoditi dasil
pertanian dan wilayah pengembangan dimana kegiatan pertanian berlangsung, disamping
pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan produksi serta
pendapatan petani, pengembangan komoditi hasil pertanian benar-benar berfungsi sebagai sektor
yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku industri, sedangkan pembinaan
terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya
dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah ( Kusnadi, 1980).
Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan
produksi dan permasalahan hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,
selain merupakan uasaha bagi petani, pertanian sudah merupakan bagian dari kehidupannya
sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek yang lainya juga merupakan peranan
penting dalam tindakan-tindakan petani, dengan demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil
atau tidaknya produksi dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani itu sendiri
(Mubyarto, 1986).
Sejalan dengan kemajuan teknologi maupun perkembangan struktur sosial, ekonomi dan
budaya teknologi baru di pedesaan dapat membantu warga desa dalam meningkatkan
usahataninya dalam arti memperbesar hasil, meningkatkan pengelolaan untuk mendapatkan atau
nafkah dalam usahataninya tersebut atau dalam usahatani lainnya, sedangkan teknologiadalah
merupakan pengetahuan untuk menggunakan daya cipta manusia dalam menggali sumber daya
alam dan memanfatkanya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka ( Anonimous,1988).
Tujuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
PHT adalah upaya yang terencana dan terkoordinasi untuk melembagakan penerapan
prinsip-prinsip PHT oleh petani dalam usahataninya serta memasyarakatkan pengertian-
pengertian PHT dikalangan masyarakat umum dalam rangka pembangunan pertanian
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. “Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya
pengendalian populasi atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan
menggunakan salah satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalia yang dikembangkan dalam
9

satu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan erusakan lingkungan
hidup” (Anonimous, 1994)
Tujuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah :
a.Menjamin kemantapan swasembada pangan.
b.Menumbuhkan Kreativitas, dinamika dan kepemimpinan petani.
c.Terselenggaranya dukungan yang kuat atas upaya para petani dalam menyebarluaskan
penerapan PHT sehingga dapat tercipta pemabngunan pertanian yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.

Usaha pokok Pengendalian Hama Terpadu (PHT):


1.Mengembangkan sumberdaya manusia antara lain menyelenggarakan pendidikan
formal dan non formal bagi petani dengan pola Sekolah Lapangan PHT, dan pelatihan bagi
petugas terkait yakni Pengamat Hama dan Penyakit (PHP), Penyuluh Pertanian dan Instansi
terkait lainya.
2.Mengadakan studi-studi lapangan dan penelitian yang memberikan dukungan atas strategi,
pengembangan metode, dan penerapan PHT untuk tanaman padi dan palawija lainya.
3.Memperkuat kebijaksanaan, pengaturan dan penyelenggaraan pengawasan terhadap
pengadaan, pembuatan, peredaran serta pemakaian pestisida yang berwawasan lingkungan.
4.Memasyarakatkan pengembangan konsep PHT di Indonesia.

2.3 Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman


Umumnya hewan yang menjadi hama adalah serangga. Hal ini disebabkan termasuk
golongan yang mempunyai keragaman jenis tinggi dan kemampuan berkembang biak tinggi
pula. Pengertian hama sendiri bisa disimpulkan adalah suatu organisme yang mengangu dan
merusak tanaman sehingga menurunkan produksi tanaman budidaya.
Untuk menemtukan setatus binatang/hewan menjadi hama adalah ;
a. Jika binatang tersebut menurunkan biaya produksi tanaman secara kualitas .
b. Jika binatang tersrbut mengadakan suatu persaingan terhadap kepentingan manusia
c. Jika binatang tersebut sudah menjadi permasalahan dalam usaha pertanian.

A. Jenis-Jenis Hama
Manusia memberikan Jenis-jenis hama antara lain:
10

a. Hama senmentara ( Occasional Pest ) atau hama kedua ( secondary pest)


Adalah binatang yang populasinya meningkat sewaktu-waktu dan menyebabkan kerusakan tetapi
tidak begitu berarti. Binatang ini akan berubah setatusnya menjadi hama bila musuh alaminya
atau pengendali alamnya dirusak manusia secara sengaja atau tidak sengaja.
b. Hama Utama ( Potential Pest/Mayor Pest)
Adalah binatang dari hasil perubahan setatus dari hama sementara atau hama kedua yang
memang pemakan makanan tanaman budidaya.
c. Hama pindahan
Adalah binatang yang datang secara periodic dari daerah lain secara kelompok besar dan tidak
memetap setatusnya. Hama pindahan ini meninbulkan tingkat kerusakan khusus yang berat
akibat sifatnya yang mobil dan menginfeksi pada tanaman budidaya secara periodik dalam waktu
singkat.

B. Timbulnya Hama
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hama bagi tanaman terdapat beberapa sebab.
Diantaranya adalah:
a. Penanaman satu jenis tanaman (monokultur)
b. Pemasukan jenis tanaman baru
c. Pemasukan species hama atau binatang baru dan iklim yang berlainan.
d. Pemupukan/unsure hara
e. Pengunaan pestisida
f. Hasil pemuliaan tanaman
g. Masa tanaman
Binatang-binatang yang menjadi hama
Binatang yang berperan menjadi hama adalah dari kelompok invertebrate phylum arthropoda dan
molusca. Untuk molusca hanya ordo pulmonata yautu bekicot yang berperan menjadi hama.
Sedangkan dari antrhopoda ordo acarina yaitu tungau (mites) juga bersetatus hama sedangkan
yang lain ordo Aracchinida.
1. Mollusca
Seperti bekicot ada 2 jenis yaitu yang berumah keras diatas punggungnya seperti bentosites sp.
Avhatina fulica yang tidak berumah tetapi punggungnya keras seperti limax maxima dan mirella
sp. Kerusakan yang ditimbulkan cukup hebat apalagi setelah turun hujan atau lahan setelah
dialiri air.
2. Tungau ( mites)
11

Tungau ini menyerang dengan menusuk dan mengisap cairan sel tanaman dengan alat mulutnya.
Akibatnya permukaan tanaman berubah menjadi putih keperakan dan akhirnya menjadi coklat.
Apabila terdapat pada jeruk bisa menimbulkan gall (pembengkakan) dan sering dinamakan
CITRUS GALL.
3. TIKUS ( Ratuus sp)
Tikus termasuk golongan hama disebabkan mempunyai beberapa kelebihan dari hama yang lain
seperti : mempunyai mobilitas tinggi merusak tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu
singkat, stadia kerusakan luas dari awal tanam sampai pasca panen dari segal;a jenis tanaman.
Tikus cenderung untuk hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok besar sejenisnya dan
kepadatan populasinya akan sepat meningkat apabila habitat hidupnya mengalami kesesuaian
kehidupan anak turunya. Kesesuaian tersebut antara lain tersedianya makanan, tempat untuk
berlindung dari kondisi lingkungan yang buruk.
4. Serangga ( Insect)
Serangga merupakan hama terbanyak jenisnya. Hal ini disebabkan serangga mempunyai
keseragaman dalam hal struktur dan fisiologi, disamping daya adaptasi yang luar biasa terhadap
berbagai kondisi kehudupan yang berbeda. Secara besar terbagi dua golongan yaitu serangga
yang berguna ( beneficial ) dan serangga yang merugikan ( pest).
Kalau dilihat dan diketahui bahwa serangga termasuk dari golongan artropoda dan mempunyai
karakteristik sebagau berikut:

Gejala serangan
a. Kerusakan pada bungga dan buah
Akibat seranggan serangga penusuk dan pengisap timbul gejala spot ( bintik-bintik) lorengm
juga bunga gugur apabila penyebabnya aphid dan trips, menimbulkan karat dan kudis
b. Perusakan pada biji
Tipe penusuk dan pengisap akan menyebabkan gejala bercak coklat atau hitam.
c. Perusak pada akar
Serangan terbanyak dari hama perusak akar adalah tergolong dari dari kelompok uret, meliputi
ilat-ilat ( larva). Ulatnya makan perakaran sedang imagonya pemakan daun tanaman pelindung
dan hortikultura. Kombinasi akan bertambah parah apabila ada kombinasi dengan keadaan water
stress pada tanah dan daun.
d. Perusak pada batang
Serangan yang ditunjukan pada batang oleh ulat tentara terutama tanaman muda dapat
menimbulkan patahnya batang tanaman seperti tebu oleh hama penggerek tanaman seperti chilla
auriccillius.
12

e. Kerusakan pada tunas daun


Pada kerusakan tunas dan daun disebabkan oleh serangga tipe mulut mengigit dan mengunyah,
serangga tersebut islsh larva dan imago coleptera, larva Lepidoptera, larva dan imago orthoptera
serta larva hymeptera, disanping itu hama ini bisa merusak pada bagian daun.

Pathogen
Pathogen ialah jasad renik atau mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman. Adapun jasad renik itu terduru daru virus, bakteru, fungi mikoplasma,ricketsia dan
nematode.
Pathogen ini sama dengan hama yaitu dapat mengakibatkan kerusakan hebat bagi tanaman,
apabila kalau tersebar cukup luas. Pathogen akan menyebabkan penyakit dengan suatu cara
seperti, mengisap isi sel tanaman, mengangu jalanya metabolisme sel dan menutup jaringan
pembuluh, suatu dikatakan sehat apabila mamapu menjalankan fungsi fisiologisnya seperti
pembelahan sel. Absorbsi. Pengembalian mineral yang dibantu dengan proses fotosintesa dan
dialirkan kebagian-bagian tanaman. Jika kegiatan tersebut terganggu disebabkan adanya
pathogen atau penyebab lain sehingga aktivitas ikut berjalan tudak normal maka tanaman
tersebut dikatakan sakit.
Golongan dan Perkembangan Penyakit
- Menular : yang disebabkan oleh organisme hidup seperti bakteri, jamur, mikoplasma, nematode
dan virus yang disebut penyakit abiotik
- Tidak menular : yang disebabkan oleh adanya ganguan fisiologis akubat lingkungan seperti
tanah air, udara, suhu, kelembaban, unsure hara, cahaya dan keasaman (pH) tanah yang disebut
penyakit abiotik.
Sedangkan untuk proses perkembangannya penyakit terjadi beberapa macam tahap. Antara lain ;
a. Inokulasi yaitu proses dimana pathogen mengadakan kontak langsung dengan tanaman.
b. Penetrasi yaitu masuknya pathogen kedalam jaringan tanaman inang, seperti masuk kesel
epidermis melalui luka, lubang alami yakni stomata, hydatoda atau langsung menemnbus
permukaan tanaman.
c. Infeksi yaitu proses pathogen mengadakan kontak dengan sel-sel jaringan tanaman dan
mengambil makanannya atau disebabkan penyakit tersebut mengeluarkan enzim toksin
d. Inkubasi yaitu suatu interval antara infeksi pada tanaman dengan timbulnya gejala penyakit
dan lamanya secara umum ditentukan oleh adanya kombinasi antara pathogen , inang dan
lingkungan.
13

e. Invasi dan reproduksi yaitu fase terakhir dari infeksi selama pathogen mengadakan penyebaran
dan didalam jaringan tanaman setelah mengadakan perkembangbiakan secara cepat dan dalam
jumlah banyak.
Adapun penyakit tanaman adalah suatu aktivita sfisiologis yang disebabkan oleh ganguan
yang terus menerus oleh factor penyebab primer.

Timbulnya penyakit :
Penyakit tanaman dilihat dari cara timbulnya digolongkan menjadi tiga cara antara lain:
-Penyakit endemi yaitu penyerangan taraf ringan atau berat yang dilakukan secara meluas dan
menurun. Disebut menurun karena setiap pergantuan musim penyakit tersebut selalu ada, hal ini
disebabkan mampu bertahan dalam hidup pada tumbuhan-tumbuhan yang tidak dibudidayakan.
- Penyakit epidemi yaitu penyerangan yang dilakukan secara timbul dan meluas, kadang kala ada
atau suatu saat hilang dengan cara periodik atau bertahap.
Penyakit sporadis yaitu penyerangan yang dilakukan pada interval tidak teratur dan pada saat
atau lokasi tidak tetap.

Gejala Penyakit ;
Tanaman yang terserang gangguan hama dan penyakit akan mengalami pertumbuhan lamnbat ,
perubahan dari warna aslinya , layu dikarenakan kematian pada jaringan-jaringan sel.
Gejala penyakit dapat bermacam-macam dan sering memberikan petunjuk yang khas untuk suatu
penyakit tertentu. Maka akan diberi nama sesuai dengan gejala yang ditunjukan.

SIFAT GEJALA DIBEDAKAN DALAM DUA GOLONGAN :


1. Penyakit yang hanya terbatas dari bagian tertentu dari tumbuhan. Yang dinamakan gejala
LOKAL.
2. Penyakit yang menyerang seluruh bagian tanaman seperti penyakit yang disebabkan oleh virus
meskipun pada mulanya hanya pada bagian tertentu tapi akhirnya dengan cepat menyebar
keseluruh tubuh tanaman. Gejala tersebut adalah sistematik

Bentuk gejala digolongkan :


1. gejala nekrotis yaitu terjadinya kematian dari sel-sel, jaringan, organ sampai seluruh
tanaman.sebelum terjadi nekrose serangan biasanya didahului adanya perubahan warna dari
14

menguning sampai perak, layu dan keluarnya air. Akibat perubahan tersebut akan
menimbulkan ;nekrose,busuk,mati pucuk,klorosis,layu,damping-off.
2. gejala Hiperplasia yaitu terjadinya pertumbuhan yang luar biasa, sehingga bagian tumbuhan
yang terserang berukuran besar atau berjumlah lebih bayak daripada normal.kejadian hyperplasia
ini adalah merupakan pertumbuhan yang lebih cepat disbanding yang normal. Seperti ditunjukan
pada tanaman-tanaman berupa : withces broom, gell (puru) atau tumor, kerurung,penggulungan,
kudis (scab), intumesensi atau proliferasi.

3. gejala hipoplasia yaitu gejala kebalikan dari huperplasia disebabkan terhambatnya sel-sel
tanaman mengakibatkan tanaman tumbuh tidak normal.
Pencegahan dan pengendalian tanaman
Pengendalian dan pencegahan penyakit tanaman pada dasarnya digolongkan menjadi dua
kategori yaitu:
1. profilaksis yang terdiri dari eradikasi, perundang-undangan dan proteksi
2. immunisasi yaitu memberikan kekebalan yang bersifat turun temurun antar tanaman.
Ketahanan didalam tanaman dibedakan menjadi beberapa macam yaitu : ketahanan fisis,
ketahanan histologis, ketahanan fisiologis dan ketahanan biokhemis.

III. PEMBAHASAN

Ordo Coleoptera termasuk kedalam golongan animalia, phylum arthropoda,sub phylum


mandibulata, kelas insekta,sub kelas pterigotadan masuk kedalam Endopterigota. Ordo
15

Coleoptera merupakan ordo terbesar dari serangga-serangga dan mengandung kira-kira 40%
yang bterkenal dalam hexapoda (Borror et al.1992)

Ordo Coleoptera, diambil dari kata coeleos yang berarti seludang dan pteron yang berarti
sayap, maka dapat disimpulkan Coleoptera adalah serangga yang memiliki seludang pada
sayapnya. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000
spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies,
yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta

Ordo coleoptera sering disebut Kumbang karena kebanyakan didominasi oleh kelompok
kumbang, dan memiliki sayap depan yang keras, tebal dan merupakan penutup bagi sayap
belakang dan tubuhnya. Sayap depan disebut elitron. Ketika terbang sayap depan kumbang tidak
berfungsi hanya sayap belakang yang digunakan untuk terbang. Sayap belakang berupa selaput
dan pada waktu istirahat dilipat dibawah elitra. Tipe alat mulut kumbang yaitu tipe penggigit dan
pengunyah, kumbang juga memiliki kepala yang bebas dan kadng memanjang ke depan atau ke
bawah sehingga berubah menjadi moncong. Kumbng memiliki mata majemuk (facet) besar,
tanpa mata tunggal (ocellus). Abdomen memiliki 10 ruas dan pada daerah sternum ruas-ruas
ersebut tidak semua terlihat. Pada kumbang jantan, protoraks dan mandibula kerapkali membesar
dan digunakan unuk berkelahi.

Kumbang (ordo coleoptera) mengalami metamorphosis sempurna mengalami tiga tahap


berbeda yang dimulai dari telur, larva (ulat), dan pupa (kepompong) hingga menjadi dewasa
(imago). Siklus hidup pada ordo ini bervariasi lamanya dari empat keturunan setahun sampai
satu keturunan dalam beberapa tahun kebanyakan satu keturunan dalam setiap tahun (Borror et
al.1992)

Habitat

Coleoptera dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di
lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan
berbagai cara. Mereka sering makan tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan
tumbuhan, dan memangsan invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang
seperti burung dan mamalia. Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang
Colorado Leptinotarsa decemlineata, Kumbang tanaman kapas Anthonomus grandis, kumbang
tepung merah Tribolium castaneum, dan kumbang mungbean atau cowpea Callosobruchus
maculatus, spesies kumbang lainnya adalah kotrol penting hama agrikultur. Seperti contoh,
coccinellidae ("ladybirds" atau "kumbang tutul") yang mengkonsumsi aphid, hama pohon, thrips,
dan serangga penghisap tanaman lainnya yang menyebabkan kerusakan panen tanaman.
16

Sub ordo Coleoptera


Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat ditemui pada
berbagai habitat, dapat beradaptasi dengan baik pada habitat subcortical (di bawah kulit kayu
pepohonan) dan fungi. Ordo ini mempunyai lebih dari 400 ribu spesies, lebih besar dari filum
animalia, kira-kira 1 dari setiap 3 hewan adalah kumbang. Salah satu ciri khas dari ordo ini
adalah memiliki empat sayap dengan pasangan sayap depan menebal, seperti kulit, atau keras
dan rapuh, dan biasanya bertemu dalam satu garis lurus dibawah tengah punggung dan menutupi
sayap-sayap belakang. Sayap-sayap belakang berselaput tipis, dan biasanya lebih panjang dari
sayap depan, dalam keadaan istirahat terlipat dibawah sayap depan. Sayap depan kumbang
disebut elitra yang bertindak sebagai selubung pelindung. Tipe mulut adalah pengunyah dan
mandibel sangat bagus berkembang, tetapi beberapa (Curculionidae) dengan cranium yang
memanjang membentuk moncong, beberapa dengan mandibel yang berlekuk/beralur (=blood
channel), mirip dengan adaptasi yang terlihat pada Neuroptera (sucking-like), dan beberapa
dengan maksila yang memanjang (Meloidae tertentu); fungsi untuk menghisap.
Banyak kumbang yang dapat menghasilkan bunyi walaupun tidak sebagus dari ordo
Orthoptera. Bunyi dihasilkan dari aktivitas makan dan terbang, memukulkan beberapa bagian
tubuh pada subtrat dan dihasilkan oleh alat penghasil suara. Dalam pengklasifikasian, coleoptera
lebih dekat berkerabat dengan Neuropteroidea primitif (Megaloptera, Raphidioptera, dan
Neuroptera), dan mirip dengan Orthopteroidea (Dermaptera). Coleoptera terbagi kedalam 4
subordo, yaitu :
a.Achostemata (termasuk Micromalthus), total 3 family
b.Myxophaga, total 4 family
c.Adephaga, total 8 family
d. Polyphaga, total kurang lebih 138 family
Beberapa famili dari serangga ini yang sering dijumpai adalah, Carabidae, Cicindelidae,
Hydrophilidae .

Subordo Adephaga
Anggota-anggota subordo ini memiliki koksa-koksa belakang yang membagi-bagi
sternum abdomen pertama yang kelihatan. Batas dari posterior sternum ini tidak meluas secara
sempurna melewati abdomen, tetapi dihentikan oleh-oleh koksa- koksa belakang. Hampir
17

semuanya mempunyai antena yang berbentuk rambut, mempunyai sutura-sutura notopleura dan
kebanyakan bersifat pemangsa.
Familia Cicindelidae
Fase imago Cicindelidae hidup bebas, larvanya hidup dalam tempat perlindungan dimana dia
dapat menangkap mangsa yang lewat. Contoh: Cicindela sp. Pada siang hari banyak
berterbangan di jalan-jalan atau di tempat kering. Larva Cicindela hidup pada lubang dalam
tanah dan siap menangkap mangsa. Bentuk kepalanya pipih dan bisa digunakan sebagai penutup
liang.
Family Carabidae (ground beetles)
Famili ini termasuk yang terbesar pada Adephaga (lebih dari 30 ribu spesies), sebagian besar
anggotanya bersifat predator, baik larva maupun dewasanya dan pada serangga lain, beberapa
snail-specialists. Larva dan imagonya sangat aktif, meski beberapa mendiami lubang, misalnya
tiger beetles.
Anggota Carabidae mempunyai tiga kelompok ekologi, yaitu geofil, hidrofil, dan arboreal.
Dalam kehidupannya ada yang bersifat diurnal dan nocturnal, baik diurnal maupun nocturnal
merupakan strategi pencarian mangsa. Untuk perlindungan dirinya, banyak spesies mempunyai
pertahanan kimia yang dihasilkan dari kelenjar abdomen. Misalnya ada kelompok (bombardier
beetles) yang menghasilkan bahan kimia yang teremisi secara eksplosive dari daerah anal yang
mengeluarkan asap, ini dikeluarkan oleh kelenjar (prekursor) yang mempunyai reservoir,
vestibule (enzym interjected) yang menghasilkan quinon panas (kira-kira 100 C).
Family Dytiscidae (water tigers, kumbang penyelam predator)
Larva dan imago dari Dytiscidae hidup di air (akuatik), tetapi imago penerbang aktif dan
tertarik pada cahaya. Selain itu keduanya bersifat predator pada sebagian besar serangga,
beberapa pada moluska, amfibi, dan ikan. Larva mempunyai lubang (hollow) pada bagian
mandibel yang seperti sabit (pencernaan ekstra oral), pada saat mereka menyerang seekor korban
mereka menghisap keluar cairan-cairan tubuh melalui lubang-lubang di dalam mandibel tersebut.
Larva menerima gas melalui spirakel caudal dan insang abdomen, untuk beberapa spesies
menerima gas melalui integumen. Pada serangga dewasa, permukaan caudalnya end-up yang
digunakan untuk mengambil gelembung udara pada rongga perut (cavity) subelytra, mereka
mengisinya pada waktu ke permukaan. Tungkai bertipe natatorial, baik pada larva maupun
imago, yang berkembang baik pada tungkai metathoraks imago.
Family Gyrinidae (whirligig beetles)
Larva bersifat akuatik hidup di dasar air (bottom dwellin) dan abbomial appendaes,
berpasangan seperti pada larva Mealoptera. Imago hidup di permukaan air dan berkelompok
(grearious). Larva dan imago bersifat predator, larva makan berbagai hewan akuatik yang kecil
18

dan seringkali kanibalistik Imago makan serangga-serangga yang jatuh di atas permukaan air dan
kadang-kadang saprofag pada hewan yang membusuk. Larva mempunyai mandibel sicle-like,
seperti Dytiscidae. Pertukaran gas pada larva melalui insang abdomen. Pada imago terdapat
antena yang termodifikasi membentuk organ Johnston yang berkembang baik, untuk mendeteksi
gerakan permukaan air. Imago mempunyai mata majemuk yang terbagi menjadi pasangan dorsal
(aerial) dan pasangan ventral (submarine).
Pasangan dorsal berfungsi untuk menemukan mangsa, sedankan pasangan ventral untuk
menghindari predator. Gerakan berenang imago tak menentu (erratic), yang disebabkan tungkai
yang pendek, tungkai mesothoraks dan metathoraks termodifikasi, tetapi ini merupakan suatu
strategi untuk menghindari predator.

Subordo Polyphaga
Pada subordo ini sternum abdomen pertama yang kelihatan tidak terbagi olehh kosa-
koksa belakang dan batas posteriornya meluas secara sempurna melewati abdomen. Trokhanter
belakang biasanya kecil, muncul menuju garis tengah seperti pada Adephaga dan sutura
notopleura tidak ada.
Family Hydrophilidae (water scavenger beetles)
Serangga ini mempunyai fase larva dan imago di air (akuatik), untuk serangga dewasa bisa
meninggalkan air dan mendekati cahaya. Larvanya bersifat predator,utuk kelompok terutama
pada larva Diptera, sedangkan imagonya bersifat omnivora, pemakan bangkai. Pertukaran gas
pada larva, sebagian besar melalui filamen lateral abdomen (insang), seperti pada Megaloptera.
Serangga dewasa jarang menggantungkan kepalanya ke bawah (kebalikan Dytiscidae). Antena
pada permukaan lapisan air menghidrofusi rambut-rambut pada ujung antena, antena "memegang
gelembung dan mendorongnya ke venter thoraks dan abdomen, kemudian ke lubang subelytra.
Venter akan terlihat berkilau seperti logam ketika "memegang" gelembung udara. Sebagai fungsi
respiratori, antena yang berujung (clubbed), palpi maksila menjadi lebih panjang, yang
digunakan sebagai alat sensor, mirip antena jenis filiform.
Serangga dewasa berenang dengan menggerakkan tungkai-tungkainya yang berlawanan
secara bergantian, berbeda dengan Dytiscidae yang menggerakan tungkai-tungkai yang
berlawanan secara simultan seperti pada katak.

Family Staphylinidae
Dalam karakteristiknya mempunyai persamaan dengan Dermaptera, pendek, elytra berbentuk
kerucut dan memotong di bagian atasnya, tetapi mempunyai lipatan kompleks pada sayap
metathoraks. Staphylinidae sangat aktif dengan abdomen yang fleksibel. Larva dan imago
19

bersifat predator atau saprofag, populasinya sangat berlimpah pada sampah dedaunan, tanaman
yang membusuk, kayu yang membusuk, dan lain-lain, atau ada juga yang berasosiasi dengan
fungi. Kehadirannya di tempat-tempat lembab dan tanaman membusuk mungkin berhubungan
dengan pengendalian biologis dari lalat-lalat tertentu, misalnya onion maggot.
Dalam famili Staphylinidae ada subfamili yang semiakuatik, yang diketahui dapat meluncur
di atas permukaan melalui sekresi bahan kimia dari kelenjar abdomen yang mereduksi tegangan
permukaan air. Kemampuan ini digunakan untuk pergerakan yang cepat dan berguna dalam
menghindari predator. Pertahanan lainnya adalah dengan menghasilkan senyawa kimia yang
menyebabkan panas pada kulit manusia.

Family Scarabaeidae
Sebagian besar kumbang termasuk kedalam famili ini, dan bahkan sebagian besar serangga,
pada kelompok hewan, pada famili ini terdapat genus terbesar dengan anggota lebih dari 1500
spesies.
Secara ekologi, famili ini terbagi atas 3 kelompok, yaitu serangga fitofag, pemakan kotoran
hewan (agen daur ulang), dan untuk beberapa merupakan spesies termitophilous dan
myrmecophilous. Serangga yang bersifat fitofag, mempunyai larva berbentuk "C", tipe
scarabaeiform, yang disebut tempayak atau grubs. Larva ini seringkali menjadi hama pada
ladang berumput, seperti di lapangan golf, atau hidup pada kayu yang membusuk. Kumbang
dewasanya makan pada dedaunan, bunga, dan lain-lain. Kumbang berperan sebagai stadium
awal polinasi, sehingga dianggap sebagai polinator original. Serangga yang memakan kotoran
hewan, lebih berperan sebagai agen daur ulang. Di Australia, digunakan sebagai kontrol biologi
untuk mengatasi kotoran hewan yang berlimpah di peternakan. Perilaku serangga scarabid
dalam kehidupan menjadikannya disakralkan masyarakat Mesir kuno, yang dihubungkan dengan
Ra (dewa matahari). Serangga dewasa akan mengunyah sepotong tinja, dibuat sebuah bola, dan
menggelindingkannya, bentuknya yang seperti bola tersebut dihubungkan dengan matahari.
Kegiatan peletakan telur oleh serangga dewasa, oleh orang Mesir melihat hal tersebut sebagai
pola siklus alam. Spesies termitophilous dan myrmecophilous, biasanya ditemukan hidup di
sarang-sarang atau lubang-lubang vertebrata atau di dalam sarang-sarang semut atau rayap.

Family Elateridae
Larva bersifat subteranian atau hidup pada kayu membusuk, sedangkan dewasanya pada
dedaunan, kayu, dan pada beberapa jenis tertarik dengan cahaya. Larva dan dewasanya bersifat
fitofag, beberapa larva merupakan hama pada benih yang baru ditanam dan akar tanaman,
20

misalnya pada tanaman kentang, dan ada juga yang bersifat predator, terutama yang hidup dalam
kayu. Larva bertubuh keras (larva hard bodied), bertangkai pendek, head capsul dan mandibel
berkembang baik, larva bertipe elateriform, atau untuk famili ini larvanya disebut juga
wireworms.
Serangga dewasa dapat membalik dan meloncat, mekanisme clicking ini terjadi dengan
melakukan gerakan tulang belakang prosternal secara tiba-tiba kelubang mesosternal, sedangkan
posisi normalnya penjepit memegang prosternal pada tepi lubang, dan ketika jepitan dilepaskan,
lompatan dimulai.
Ketika berputar tubuhnya condong ke kanan, untuk menghindari predator. Perilaku ini
menghemat energi menjadi lebih efesien sekitar 50% - 60% dan energi otot dikonversikan
kedalam energi kinetik. Satu genus dari famili Elateridae ada yang bersifat bioluminescence baik
pada larva maupun imagonya. Serangga ini mempunyai traceated fat body cells dan reflector
cells. Organ ini sel penghasil cahaya, mengontrol pemancaran cahaya oleh pengontrolan suplai
udara ke organ-organ tersebut. Cahaya yang dihasilkan lebih intens daripada pada fireflies,
(kunang-kunang, family Lampyridae).
Ketika berada di tanah, imago biasanya bercahaya pada 2 spots pada pronotum (hijau
kekuningan), sedangkan 1 spots ventral pada dasar abdomen (merah) digunakan sebagai landing
light.

Family Coccinellidae
Larva dan imago biasanya pada dedaunan, serangga dewasa dari banyak spesies melaui
musim dingin dalam kelompok yang sangat banyak. Serangga yang bersifat predator, aktif
mencari mangsa pada serangga kecil dan bertubuh lunak, misalnya aphids, hal ini sangat berguna
dalam pengendalian.
Contoh klasik dari kontrol biologis dari kumbang coccinellidae adalah diimpornya Rodolia
cardinalis dari Australia (1888) untuk mengendalikan cottony cushion scale ( Icerya purchasi)
yang menghancurkan industri jeruk di California. Untuk spesies fitofag, banyak yang menjadi
hama kebun yang merusak, seperti Mexican bean beetles. Beberapa spesies ada yang bersifat
mycetofagus (pada mildews).

Sebagian besar spesies imago yang memakan aphid beragregasi melewati musim dingin,
mengikuti sinkronisasi siklus hidup dengan siklus hidup aphid. Untuk pertahanannya, dewasa
umumnya berpura-pura mati yang dihubungkan dengan reflex bleeding yang berhubungan
dengan pertahanan kimiawi.
21

Family Tenebrionidae
Famili Tenebrionidae lebih dari 1500 spesies, dengan habitat yang hampir sama dengan
Elateridae, yaitu larva di subteranian atau pada kayu yang membusuk, sedangkan imago di tanah
atau kayu dan beberapa tertarik pada cahaya. Larva dan imago bersifat fitofag atau mycetofag,
larva pada akar, kayu,atau fungi. Sebagian spesies merupakan hama kosmopolitan pada butir
padi.
Serangga ini beradaptasi dengan baik pada habitat xeric, dengan hard-bodied, elytra bersatu,
beberapa dengan sayap metathorak tereduksi atau tidak ada sama sekali, dan sistem
cryptonephridial berkembang baik. Secara ekologis, kumbang tanah memiliki kemampuan
untuk menyimpan air. Kelenjar abdomennya mengeluarkan alomon interspesifik, quinon
berwarna dan baunya tidak enak. Karakteristik posturnya sesuai untuk pertahanan misalnya pada
Eleodes dengan headstand. Serangga ini juga mengsekresikan feromon intraspesifik, sekresi
kimiawi sebagai feromon agregasi.

Family Meloidae
Larva berkembang pada masa telur belalang, atau beberapa hidup di dalam sarang-sarang
lebah liar pada tahapan larvanya, dimana mereka makan telur-telur lebah dan makanan yang
disimpan (provisions) di dalam ruangan-ruangan dengan telur-telur. Imago pada dedaunan,
bersifat fitofag atau tidak makan. Serangga ini mengalami hypermetamorfosis, dengan instar-
instar larva yang berlainan dan sangat berbeda bentuknya. Instar larva yang pertama, bertungkai
panjang dan aktif, disebut triungulin, berbentuk seperti campodeiform, mencari telur belalang
atau sarang lebah kemudian berganti kulit.
Pada jenis yang berkembang di sarang lebah biasanya triungulin memanjat pada sebuah
bunga dan dirinya ditempelkan pada seekor lebah, sehingga terjadi perpindahan (phoresy),
terutama parasitoid lebah. Pada satu grup, dewasa mempunyai maksila yang termodifikasi
(galea), membentuk tabung penghisap untuk makan pada nektar.

Family Cerambycidae
Larva dan imago bersifat fitofag atau saprofag, Larva pada kayu mati (xylofag), beberapa
merupakan hama hutan minor. Imago ditemukan pada kayu (gelondongan), sering tertarik pada
kayu yang segar/baru dipotong, dan pada bunga, banyak yang berambut dan berfungsi sebagai
polinator seperti pada banyak Scarabaeidae. Serangga dewasa berwarna-warni untuk spesies
22

diurnal sedangkan untuk spesies nocturnal, warna tidak menarik, banyak spesies nocturnal yang
tertarik pada cahaya.

Family Chrysomelidae (leaf beetles)


Larva dan imago bersifat fitofag, banyak anggotanya yang merupakan spesies hama serius
(terutama larva). Perilaku satu grup (subfamily Hispinae), mengumpulkan dedaunan. Beberapa
serangga dewasa mempunyai kebiasaan mimic fecal pellets.

Family Curculionidae (weevils, snout beetles)


Famili Curculionidae merupakan famili terbesar dalam Ordo Coleoptera, anggotanya lebih
dari 60 ribu spesies. Larva dan imago bersifat fitofag, banyak yang memiliki inang spesifik, dan
banyak juga yang merupakan hama penting, seperti cotton boll weevil, rice dan maize weevil,
alfalfa weevil, dan lain-lain. Permukaan kumbang membantu pertumbuhan fungi, algae, lichenes,
liverworts, mosses, kumbang ini merupakan inang untuk protozoa, rottifers, nematoda dan mites.

§ Familia Carabidae

Genus Chlaenius

Nama genus ini berasal dari chlaen, yang berarti menutup-nutupi. Kepala, pronotum,
dan elytra memiliki rambut halus (setae), sehingga disebut "setose". Pada tarsomer 1-3 dari
jantan terdapat sesuatu yang kenyal yang digunakan dalam perkawinan. Genus ini banyak
23

ditemukan di banyak dari Amerika Utara. Biasanya hidup di daerah lembab dan beberapa
semiaquatic. Genus Chlaenius merupakan serangga predator. Menurut Nearctica.com terdapat
51 spesies di genus ini, sedangkan menurut Arnett, p. 391, terdapat 50 spesies.
Hewan ini ukurannya beragam, dari kumbang berukuran sedang sampai besar.
Kumbang ini menarik karena memiliki warna-warna metalik di bagian kepala dan
pronotum. Pronotumnya memiliki lekukan khusus. Kepala, pronotum, dan elytra memiliki
rambut (setae) yang halus yang disebut pula setose. 1-3 tarsomer depan melebar, memiliki
bagian bawah yang lunak dan ditutupi rambut. Telur kumbang ini diletakkan di permukaan
daun bagian bawah, morfologi telurnya berbeda-beda setiap spesies. Banyak spesies
memiliki satu generasi tiap tahunnya. Hewan dewasa akan bertelur di musim semi.

No Klasifikasi Gambar pengamatan Gambar referensi


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
1
Suborder : Adephaga
Family : Carabidae
Subfamily : Harpalinae
Genus : Chlaenius
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

2 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Chlaenius
Species :
Chlaenius amplipennis
24

Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
3 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Chlaenius
Species :
Chlaenius peicops
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
4 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Chlaenius
Species :
Chlaenius mutatus
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
5 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Chlaenius
Species :
Chlaenius femoratus
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
6 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Chlaenius
Species :
Chlaenius costiger
25

Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Chlaenius
7 Species :
Chlaenius nigricans
serangga ini banyak terdapat di seluruh wilayah Korea, dan bagian dari Siberia
Timur. Kebanyakan tinggal di tepi sungai. Serangga ini bertelur pada musim semi
dan berkumpul cahaya.
Panjang tubuh adalah 6-12mm. warna tubuhnya adalah kuning kemerah-merahan,
sedangkan elytranya berwarna hitam atau ungu dan perutnya berwarna gelap.
Elytra menjadi luas di bagian belakangnya dan terdiri dari 7 garis.

Genus Carabus

No Klasifikasi Gambar pengamatan Gambar referensi


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Suborder : Adephaga
Family : Carabidae
1
Subfamily : Harpalinae
(en.wikipedia.com)
Genus : Carabus
Species : Carabus sp
Serangga ini panjangnya sekitar 15-28 mm. Beetles ini sering alas daun dan aktif
mencari mangsanya, yaitu siput. Serangga ini sering ditemukan di Virginia Barat
pada bulan Mei sampai September.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Carabus
2
Species : Carabus
(en.wikipedia.com)
nemoralis
Serangga ini hidup di tanah dan taman. Carabus nemoralis banyak muncul pada
bulan Mei hingga Oktober. Warna permukaan atas lebih kehijau-hijauan yg
mengandung tembaga atau perunggu, dari sisi prothorax, dan elytra, biasanya
berwarna ungu. Panjang serangga ini sekitar 21-26 mm. Spesies ini banyak
terdapat di sebelah utara Amerika Serikat dan Kanada.
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

3 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Carabus
Species : Carabus
mouilis
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

4 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Carabus
Species : Carabus
vagans
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta

5 Ordo : Coleoptera
Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Carabus
Species : Carabus
irregularis
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
6 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Carabus
Species : Carabus
gronulotus
Kingdom : Animalia
Phylum :Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

7 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Carabus
Species : Carabus
caudatus

Genus Therates

No Klasifikasi Gambar pengamatan Gambar referensi


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera

1 Suborder : Adephaga
Family : Carabidae
Subfamily : Harpalinae
Genus : Therates
Species : Therates fasciatus
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

2 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Therates
Species : Therates
labiatus

Genus-genus lain

No Klasifikasi Gambar pengamatan Gambar referensi


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Suborder : Adephaga
Family : Carabidae
Subfamily : Harpalinae
Genus : Mormolyce
1
Species : Mormolyce
phyllodes
(en.wikipedia.com)

Nama lain dari serangga ini adalah The violin beetle. Nama umum mereka berasal
dari tubuh mereka mirip dengan alat musik seperti biola Serangga ini memiliki
tubuh yang rata karena mereka tinggal di antara retakan tanah, di bawah kulit dan
lapisan antara dari jamur. Panjangnya sekitar 4 inci. M. phyllodes merupakan
pemakan daging dan memakan larva serangga lain.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

2 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Catadromus
Species : Catadromus
(www.coleop-tera.com)
terebriodes
§ Familia Cincidelidae
Menurut beberapa sumber, familia ini dibedakan dari familia Carabidae. Tetapi
berdasarkan beberapa sebab, di museum serangga LIPI bogor menyatukan
biosistematika familia Cincidelidae dengan Carabidae. Jadi di Museum Serangga LIPI
Bogor species-species pada familia Cincidelidae termasuk ke dalam Carabidae.

Genus Cincidela

Cicindela termasuk kelompok Tiger beetle. Kumbang merupakan anggota famili


Cincindelidae. Mereka termasuk kumbang yang buas. Mereka dengan cepat menyerang
sayap dan kaki mangsanya serta menghisap isi abdomennya.
Kumbang ini umumnya memiliki warna-warna yang cerah dan metalik. Kumbang
ini cukup berlimpah dan tersebar di habitat tanah berpasir, dekat perairan, sepanjang
sungai, pesisir pantai,dll.
Genus Cicindela merupakan genus terbesar tiger beetles dan tersebar di berbagai
belahan dunia. Genus ini terbagi menjadi beberapa subgenera, diantaranya:

 Cicindela (Ancylia)  Cicindela (Euzona)


 Cicindela (Archidela)  Cicindela (Fulgoris)
 Cicindela (Austrocicindela)  Cicindela (Habroscelimorpha)
 Cicindela (Brasiella)  Cicindela (Hypaetha)
 Cicindela (Calochroa)  Cicindela (Jansonia)
 Cicindela (Cephalota)  Cicindela (Lophyridia)
 Cicindela (Chaetodera)  Cicindela (Macfarlandia)
 Cicindela (Cicindela)  Cicindela (Micromentignatha)
 Cicindela (Cicindelidia)  Cicindela (Myriochile)
 Cicindela (Cylindera)  Cicindela (Neolaphyra)
 Cicindela (Duponti)  Cicindela (Opilidia)

No Klasifikasi Gambar pengamatan Gambar referensi


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
1 Suborder : Adephaga
Family : Cincidelidae
Subfamily : Harpalinae
Genus : Cincidela
Species :
(www.etc.usf.edu)
Cincidela sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

2 Subordo : Adephaga
Familia : Cincidelidae
Genus : Cicindela
Species :
Cicindela craspedota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

3 Subordo : Adephaga
Familia : Cincidelidae
Genus : Cicindela
Species :
Cicindela heros
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

4 Subordo : Adephaga
Familia : Cincidelidae
Genus : Cicindela
Species :
Cicindela arneuta
Genus-genus lain

No Klasifikasi Gambar pengamatan Gambar referensi


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
1 Suborder : Adephaga
Family : Cincidelidae
Subfamily : Harpalinae
Genus : Cincidela
Species :
Neocollyris sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

2 Subordo : Adephaga
Familia : Cincidelidae
Genus : Cicindela
Species :
Collyris borneli
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera

3 Subordo : Adephaga
Familia : Carabidae
Genus : Catadromus
Species :
Trycondyla sp.
Karakteristik Fisik (Morfologi Eksternal) Kumbang

Secara umum kumbang memiliki rangka (exoskeleton) dan sayap yang sangat keras. Exoskeleton
ini terdiri dari beberapa lapisan yang disebut sclerite. Sclerite ini kemudian dipisahkan oleh
jahitan tipis.
Sehingga mampu berfungsi sebagai pertahanan berlapis tanpa mengabaikan fleksibilitas. Secara
morfologi kumbang terdiri dari 3 bagian utama yakni kepala, dada dan perut.
1. Kepala Kumbang.
Kepala memiliki tekstur yang keras dan sangat bervariasi. Pada bagian kepala terdapat mulut
yang mengarah ke depan dan juga ke bawah.Kumbang memiliki mata yang majemuk dimana
memungkinkan dapat beradaptasi di habitat yang ekstrem sekalipun, sebagaimana dalam kasus
kumbang gasing yang famili dengan Gyrinidae.
Mata mereka terpisah sehingga mampu melihat ke atas dan ke bawah permukaan air. Adapun
juga spesies lain yang dapat melihat secara terpisah antara kedua matanya. Contohnya kumbang
tandung panjang yang famili dengan Cerambycidae dan kumbang pengerak.
Selain mata majemuk ada beberapa genre kumbang yang memiliki mata ocelli yakni mata
sederhana yang kecil dan terletak jauh di belakang kepala (vertex).
Antena yang terdapat pada kepala kumbang berfungsi sebagai indra penciuman dan sebagai
pendeteksi area yang di sekitar secara fisik.
Adapun dari beberapa jenis kumbang lain, antena berfungsi untuk alat kawin dan sebagai
pertahanan dari serangga pemangsa lain. Umumnya jenis antena pada kumbang sangat
bervariasi, namun ada juga yang memiliki bentuk yang sama.
Dalam beberapa kasus yang kami temukan, antena jantan dan betina meskipun dalam satu
spesies bisa berbeda bentuk.
Bisa saja antara ujung antena memiliki tekstur tebal namun di bagian memiliki bentuk yang tipis
seperti benang, yang membengkok dengan sudut tajam. Dapat analogikan seperti untaian manik-
manik, atau seperti sisir dan bergerigi.
Mulut pada kumbang hampir sama dengan belalang. Umumnya pada bagian mulut dikenal
dengan rahang atau mandibel. Yang jika dilihat seperti penjepit besar.
Mandibel merupakan struktur yang menyerupai gigi yang keras yang digunakan untuk menarik,
menghancurkan dan memotong makanan dan pelindung dari musuh.
Kemudian pada bagain mulut terdapat dua pasang organ yang menyerupai jari, maksila dan papli
labial. Ini hampir terdapat bagain sebagian besar kumbang yang berfungsi untuk memasukkan
makanan ke dalam mulut. Di beberapa bagian spesies, bentuk mandibel jantan lebih besar
daripada mandibel pada betina.
2. Dada (thorax) Kumbang
Dada (thorax) adalah bagian kedua yang dapat dilihat secara jelas yaitu dada depan (prothrax)
dan pterathorax. Pterathorax adalah gabungan dari dada tengah dan belakang.
Jika diperhatikan dari bagian bawah maka dada tempat melekatnya 3 pasang kaki dan 2 pasang
sayap. Sedangkan perut terletak di semua bagian belakang dada.
Apabila dilihat dari bagian atas, kumbang memiliki bagian lapisan yang sangat keras yang
disebut dengan pronotum yang biasa disebut bagian depan dada dan belakang dada yang
tersembunyi oleh sayap kumbang,
Kumbang memiliki kaki yang beruas-ruas, umumnya setiap kaki memiliki 3-5 ruas kecil disebut
dengan tarsi. Sebagaiaman jenis serangga lainnya kumbang memiliki cakar pada setiap kakinya.
Sebagian dari jenis mereka menggunakan kaki hanya untuk berjalan di areal pepohonan maupun
di tanah. Adapun beberapa spesies kumbang memodifikasi kakiknya untuk berenang.
Selain itu kaki mereka dapat digunakan untuk menggali tanah maupun pepohonan yang lapuk.
Seperti contohnya kumbang tanah dari famili Histeridae. Kemudian ada beberapa kumbang
lainnya seperti kumbang kutu menggunakan kakinya untuk melompat.
Sayap atau elytra terhubung ke bagian pterathorax. Elytra bukanlah digunakan untuk terbang
tetapi lebih cenderung untuk menutupi belakang bagian tubuh dan berfungsi untuk melindungi
pasangan sayap kedua (alae).
Untuk dapat menggerakkan sayap belakang maka elytra harus dinaikkan. Dari sekian banyak
jenis kumbang, ada beberapa dari mereka tidak memiliki kemampuan untuk terbang antara lain
kumbang tanah dan beberapa kumbang dari famili cuculionidae serta jenis kumbang yang hidup
di gurun dan gua.
3. Perut (abdomen) Kumbang
Perut atau abdomen terletak pada bagian belakang dari dada belakang. Perut terdiri atas
serangkaian cincin. Pada masing-masing cincin terdapat lubang untuk bernafas dan respirasi
yang biasa disebut ventilator.
Ventilator membentuk tiga sclerite yang tersegmentasi secara berbeda diantaranya tergum, pleura
dan sternum.
Tergum hampir terdapat pada semua spesies yang berbentuk membran yang lembut dan
tersembunyi di balik sayap. Pleura berbentuk kecil dan tersembunyi. Dan sternum terlihat paling
lebar dari bagian perut dan ini merupakan segmen yang tidak mengeras.

Karakteristik (Morfologi) Internal


1. Sistem Pencernaan Kumbang
Sistem Pencernaan kumbang dipengaruhi dari jenis makanan yang mereka konsumsi. Pada
sebagian besar kumbang proses pencernaan dilakukan oleh midgut depan atau anterior dengan
dibantu oleh enzim midgut. Saluran pencernaan pada kumbang terdiri dari faring yang pendek
dan sempit akan tetapi dapat melebar. Kemudian amplea yang kurang begitu berkembang.

2. Sistem Saraf Kumbang


Sistem saraf pada kebanyakan kumbang bervariasi tergantung dari jenis spesiesnya. Kemudian
terdapat tiga ganglia dada dan tujuh atau delapan ganglia abdomen atau perut yang bisa
dibedakan dari ujung semua ganglia sehingga membentuk struktur komposit.
3. Sistem Pernapasan Kumbang
Sebagaimana hewan lainnya, kumbang menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
melalui trakea. Adapun udara masuk melalui spirakel dan bersikulasi di dalam haemacoel pada
sistem trakea dan tracheoles.
Adapun jenis kumbang penyelam maka dia membawa gelembung udara ketika menyelam.
Gelembung tersebut akan ditampung di bawah elytra atau juga bisa ditempel pada tubuh yang
diselimuti bulu-bulu hidrofobik khusus. Gelembung tersebut yang akan menutupi beberapa
spirakel sehingga memungkinkan oksigen yang masuk melalui trakea. Contohnya kumba jenis
dytiscidae.

4. Sistem Peredaran Darah Kumbang


Kumbang memiliki sistem peredarahan darah terbuka yang lebih didasasrkan kepada hemolimfa
daripada darah. Adapun pembulu bersegmen seperti contohnya hati akan menempel pada dinding
dorsal hemocoel. Pembuluh ini memiliki lubang-lubang kecil yang biasa disebut ostia dan
kemudian akan mensirkulasikan hemolimfa dari rongga utama hemocoel keluar menuju rongga
anterior di bagian kepala.

5. Organ Khusus Lain Kumbang


Untuk menemukan pasangannya kumba akan memproduksi kelenjar khusus yang disebut
feromon. Feromon ini dihasilkan dari sel-sel epitel yang melapisi permukaan bagian dalam
segmen perut apical. Adapun feromon yang berbasis asam amino dari spesies melolothinae
dihasilkan dari kelenjar di bagian abdominal. Dan masih banyak lagi spesies yang menghasilkan
feromon yang berbeda-beda.
IV. PENUTUP

a. Kesimpulan

Ordo Coleoptera (bangsa kumbang) anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai


hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
Sayap terdiri dari dua pasang, sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena
sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat elytra seolah-seolah terbagi menjadi dua (terbelah
tepat ditengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat
melipat dibawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya
terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Terdapat tiga sub ordo meliputi Archostemata, Myxophaga, Adephaga, dan Polyphaga
tetapi pada subordo Archostemata jarang dikenal karena termasuk serangga primitive. Sedangkan
pada Adephaga terdapat 8 family dan polyphaga terdapat 115 family, Myxophaga terdapat 4
family.
DAFTAR PUSTAKA

“Fansuri,achmad, BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang, /www.academia.edu/BAB I


PENDAHULUAN 1 Latar_Belakang/

“Ardi,rio, 2009 ordo-ordo-serangga, /rioardi.wordpress.com/

“kahir,berkah, Penjelasan Lengkap Tentang Morfologi Kumbang, / berkahkhair.com/kumbang/

Anda mungkin juga menyukai