PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat
tanaman sangat baik. Ciri-ciri tanaman ini mempunyai tubuh tegak dan daun
kompak, tangkai daun berwarna putih dan daun berwarna hijau segar, serta
Jaman yang serba modern ini bertanam tidak lagi harus menggunakan tanah.
Berbagai metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang ingin menekuninya.
Salah satunya adalah bertanam secara hidroponik. Hidroponik sendiri adalah suatu
cara bertanam tanpa media tanah. Ketika dihadapkan pada masalah yang dihadapi
hidroponik, karena tanpa nutrisi tentu saja tidak bisa menanam secara hidroponik.
Nutrisi merupakan hara makro dan mikro yang harus ada untuk pertumbuhan
1
tanaman. Setiap jenis nutrisi memiliki komposisi yang berbeda-beda (Perwitasari
et al., 2012). Makanan atau nutrisi yang diperlukan dilarutkan dalam air, sehingga
dapat diperhitungkan dan diatur konsentrasi pupuk yang digunakan dengan cermat
nutrisi pada tingkat kepekatan larutan dengan daya hantar listrik (DHL) sekitar
1,5-2,5 mS/cm. Jika kepekatan larutan nutrisi dengan DHL terlalu tinggi, maka
tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran hara
hanya lewat, tanpa diserap akar. Batasan jenuh dari kepekatan larutan nutrisi
diperoleh penciri morfologi untuk tanaman pakcoy yang dapat tumbuh dengan
baik pada tiga nilai daya hantar listrik (DHL) yang berbeda pada teknik
B. Tujuan Penelitian
2
2. Mengetahui nilai Daya Hantar Listrik (DHL) terbaik untuk pertumbuhan
tanaman pakcoy.
C. Manfaat Penelitian
apung yang merupakan metode tanam yang hanya membutuhkan lahan sempit
2. Memberikan informasi ilmiah tentang nilai Daya Hantar Listrik (DHL) terbaik
3
II. KERANGKA PEMIKIRAN
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales V
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
(Setiawan, 2014).
Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat,
tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun
dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna
putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15-30 cm.
4
sehingga bagus untuk dikembangkan. Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)
termasuk dalam jenis sayur sawi yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat
ini pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup
dalam polibag. Media tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos dari
Menurut Sutirman (2011) daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun
sampai 500 meter dpl. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
Tanaman pakcoy cocok ditanam pada tipe tanah lempung, lempung berpasir,
gembur dan mengandung bahan organik. Pakcoy tumbuh optimum pada tanah
yang memiliki pH 6,0-6,8. Lokasi yang diperlukan merupakan lokasi terbuka dan
drainase air lancar (Wahyudi, 2010). Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau
dipindah tanam dengan kerapatan tinggi yaitu sekitar 20-25 tanaman/m2 , dan bagi
5
kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50
hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy
memiliki umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan
selama 10 hari, pada suhu 00C. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk
ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa
pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan bahan-bahan lainnya seperti
kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan media lain sebagai
media tanam. Hidroponik merupakan cara bercocok tanam yang praktis dan dapat
diterapkan di daerah lahan sempit dan daerah tandus atau tidak subur karena tidak
menggunakan tanah.
Ditinjau dari segi bahasa, kata “hidroponik” berasal dari bahasa Yunani,
yaitu hydro (bermakna air) dan ponos (berarti daya, kerja). Dengan demikian,
hidroponik adalah air yang bekerja atau berdaya. Kemudian, kata “bekerja atau
berdaya” ini berubah menjadi budi daya. Jadi, hidroponik dapat diartikan sebagai
menggunakan unsur hara mineral yang dibutuhkan dari nutrisi yang dilarutkan
6
Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat
diusahakan diberbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas
apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan
penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak
menentu, dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem
musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh.
bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan
hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih
musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah
kultur larutan nutrisi (Suhardiyanto, 2009). Kultur media tidak menggunakan air
sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat
menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti
halnya fungsi tanah (Lingga, 2002). Sebaliknya pada kultur larutan nutrisi,
7
penanaman tidak dilakukan menggunakan media tanam atau media tumbuh,
sehingga akar tanaman tumbuh di dalam larutan nutrisi atau di udara. Hidroponik
rakit apung termasuk kedalam kelompok hidroponik larutan diam. Hal ini
mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampungan atau
kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi.
Styrofoam diambangkan pada kolam larutan nutrisi sedalam kurang lebih 30 cm.
Styrofoam diberi lubang tanam dan bibit ditancapkan dengan bantuan busa atau
rockwool. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen di Arizo dan
Hidroponik rakit apung ialah menanam suatu rakit berupa panel tanam yang
kedalam kolam dengan larutan unsur hara. Styrofoam kemudian dilubangi untuk
lubang tanam dan lubang diisi dengan sedikit busa supaya anak semai dapat
berdiri dan tidak jatuh ke dalam air. Hidroponik rakit apung lebih sederhana
dibandingkan dengan sistem lain. Budidaya sistem rakit apung relatif aman jika
listrik padam dan juga dengan tidak adanya resirkulasi nutrisi dapat menurukan
dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol
8
kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena
dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk
cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini
yang mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan
untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang
Pada sistem hidroponik, air dan nutrisi diberikan secara terkontrol dan dalam
jumlah yang tepat. Hal ini dilakukan dengan cara mensirkulasikan nutrisi yang
terlarut dalam air. Pada tanaman, 80 - 90% bagian tanaman tersebut terdiri atas
air. Sehingga ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk pertumbuhan
Larutan nutrisi sebagai pasokan air dan mineral yang penting bagi
nutrisi, dan suhu. Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan
arus listrik yang dihantarkan. Electrical Conductivity (EC) atau daya hantar listrik
menunjukkan konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam larutan nutrisi. Jika ion
9
yang terlarut semakin banyak, maka semakin tinggi EC larutan nutrisi tersebut.
yaitu kecepatan fotosintesis tanaman, aktivitas enzim dan potensi penyerapan ion-
Nilai EC didapat dengan cara mengukur nilai kepekatan pada larutan nutrisi.
dalam Rahma dkk (2015), nilai EC larutan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
sayuran yaitu sebesar 1,5-2,0 mS/cm, dan nilai tolerannya sebesar 2,5 mS/cm.
tanaman akan mencapai ukuran yang layak panen dalam waktu yang lebih
singkat. Selain itu, bobotnya juga akan meningkat, penampilan semakin menarik,
meningkatkan kadar gula, dan kesegaran lebih terasa. EC juga berpengaruh pada
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Secara umum nilai EC 4,6
mS/cm adalah ambang batas EC larutan, nilai EC yang melebihi ambang batas
10
III. METODE PENELITIAN
Banyumas.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy varietas
Nauli F1, Green, White, Flamingo dan Emone 26, Styrofoam ukuran 1 x 2 meter,
pupuk AB mix, rockwool, netpot dan air. Alat yang digunakan nampan plastik,
Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari dua faktor yaitu macam tiga nilai
daya hantar listrik yaitu 1,5 , 2,5 , dan 3,5 mS/cm dan varietas pakcoy yang terdiri
atas 5 varietas yaitu Nauli F1, Green, White, Flamingo dan Emone 26.
11
D. Variabel Pengamatan
1. pH larutan
nutrisi.
2. EC larutan (mS/cm)
nutrisi.
4. Evapotranspirasi
Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari pada pagi, siang
dan sore. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban yaitu
thermometer.
12
6. Tinggi tanaman (cm)
untuk mengukur luas daun dengan metode panjang kali lebar. Perhitungan
luas daun dilakukan pada daun atas, tengah dan bawah, kemudian dicari luas
daun rata-ratanya.
9. Klorofil daun
daun pada slot kepala klorofil meter kemudian tekan ke bawah, saat kepala
ditutup di atas daun maka meteran akan berbunyi dan hasil pengukuran akan
menggunakan mistar yang dimulai dari leher akar sampai ujung akar primer
13
11. Volume Akar (ml)
yang telah terisi air. Selisih volume air setelah akar dimasukan merupakan
Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang akar yaitu bagian leher akar
E. Analisis Data
dengan uji Bartlett. Untuk mengetahui hubungan antar karakter dilakukan analisis
1. Tahap Persiapan
instalasi hidroponik rakit apung yaitu bak untuk larutan nutrisi dan melubangi
styrofoam dengan diameter 5 cm. Penyemaian benih pakcoy juga termasuk tahap
14
2. Tahap Pelaksanaan
kemudian dipindahkan pada instalasi hidroponik rakit apung yang sudah diberi
larutan nutrisi. Tanaman dibungkus rockwool bagian batang hingga akar supaya
3. Analisis Data
tanaman pakcoy.
c. Pengajuan proposal
d. Perijinan penelitian
2 Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Analisis data
15
3 Tahap penyusunan
laporan
16
DAFTAR PUSTAKA
Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Hendra ,H.A., dan Agus Handoko. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Pak Tani
Hydrofarm. Jakarta: Agro Media, 2014.
Hirawan A., 2003. Hidroponik (Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah). Bandung :
M2S Bandung.
Perwitasari, B., Mustika T., Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis)
Dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor : 5 (1) : 14-25.
Rahma, P.P., Subandi, M., dan Mustari, E. 2015. Pengaruh Tingkat Ec (Electrical
Conductivity) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)
Pada Sistem Instalasi Aeroponik Vertikal. Jurusan Agroteknologi Fakultas
Sains dan Teknologi. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Jurnal Agro Vol.2
No. 1 : 50-55.
17
Sutiyoso, Y. 2004. Hidroponik ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.
18
LAMPIRAN
1. Denah Percobaan
KETERANGAN
ULANGAN 1
ULANGAN 2
ULANGAN 3
V4 V4 V4 V5 V5 V5 V3 V3 V3
V4 V4 V4 V5 V5 V5 V3 V3 V3
V4 V4 V4 V5 V5 V5 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V4 V4 V4
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V4 V4 V4
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V4 V4 V4
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V5 V5 V5
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V5 V5 V5
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V5 V5 V5
EC1
V5 V5 V5 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V5 V5 V5 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V5 V5 V5 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V3 V3 V3 V3 V3 V3 V2 V2 V2
V3 V3 V3 V3 V3 V3 V2 V2 V2
V3 V3 V3 V3 V3 V3 V2 V2 V2
19
V3 V3 V3 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V3 V3 V3 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V3 V3 V3 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V5 V5 V5 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V5 V5 V5 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V5 V5 V5 V3 V3 V3 V5 V5 V5
EC2
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V2 V2 V2
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V2 V2 V2
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V2 V2 V2
V3 V3 V3 V2 V2 V2 V1 V1 V1
V3 V3 V3 V2 V2 V2 V1 V1 V1
V3 V3 V3 V2 V2 V2 V1 V1 V1
V1 V1 V1 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V1 V1 V1 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V1 V1 V1 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V2 V2 V2 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V2 V2 V2 V3 V3 V3 V5 V5 V5
EC3
V5 V5 V5 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V5 V5 V5 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V5 V5 V5 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V2 V2 V2
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V2 V2 V2
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V2 V2 V2
20