Anda di halaman 1dari 16

PASCAPANEN TANAMAN KACANG PANJANG

(Laporan Praktikum Pascapanen Tanaman Budidaya)

Oleh :
Kelompok 7

Cahya Ariestia Dinata 2014161050


Sifa Maharani Ayu Dita 2014161052
Faiz Zainul Muttaqin 2054161002

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman perdu
semusim yang banyak diusahakan oleh masyarakat Indonesia. Kacang panjang di
Indonesia merupakan mata dagangan sehari-hari. Pendayagunaan kacang panjang
sangat beragam, yakni dihidangkan untuk berbagai masakan mulai dari bentuk
mentah sampai masak. Prospek ekonomi dan sosial kacang panjang sangat cerah,
sehingga budidaya kacang panjang cukup menjanjikan, baik sebagai sayuran maupun
sebagai lalapan dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin
A, vitamin B, vitamin C dan mineral (Fachruddin, 2000).

Kacang panjang salah satu jenis tanaman kacangkacangan yang telah lama
dibudidayakan oleh petani, baik secara monokultur maupun tanaman sela. Tanaman
ini mudah ditanam di lahan dataran rendah maupun dataran tinggi, baik di tanah
sawah, tegalan maupun tanah pekarangan. Faktor terpenting yang paling
mempengaruhi pertumbuhan kacang panjang adalah kecukupan air. Kacang panjang
bersifat dwiguna, artinya sebagai sayuran polong yang penting dan sebagai penyubur
tanah tanaman karena pada akar-akarnya terdapat bintil-bintil rhizobium. Bakteri
tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas dari udara, itu juga penyebabnya petani
banyak menanami di pematang sawah (Sunarjono, 2003).
Dalam tahun-tahun terakhir banyak permintaan baik dalam maupun luar negeri,
dimana permintaan tersebut belum terpenuhi. Kacang panjang juga dipromosikan
sebagai protein dan mineral. Dengan demikian sayuran ini menarik perhatian
konsumen yang mengerti arti nilai gizi dan kualitas makanan yang kaya akan vitamin.
Thailand dengan produktivitas 17 ton/ha untuk MPS dan 14 ton/ha untuk PS dan HS.
Terlihat perbedaan produktivitas yang mencolok, juga masih langkanya kultivar
unggul nasional. Selain perbedaan produktivitas yang mencolok, perlu adanya
varietas rakitan sendiri sehingga tidak tergantung dengan luar negeri yang suatu saat
akan mahal dan langka (Zaevie dkk., 2014).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui penanganan pasca panen tanaman budidaya kacang panjang yang baik
dan benar.
2. Mengetahui pentingnya mempelajari penanganan pasca panen dalam budidaya
pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kacang panjang merupakan tanaman Sayuran tropis yang berasal dari Afrika. Kacang
panjang merupakan sayuran indigenous yang beradaptasi luas dan banyak dikonsumsi
masyarakat (Suwandi, 2009). Klasifikasi botani tanaman kacang panjang adalah
sebagai berikut: divisi Spermathophyta, sub divisi Angiospermae, class
Dycotyledoneae, ordo Leguminales, famili Papiolinaceae, genus Vigna, spesies Vigna
spp. Kacang panjang memiliki jumlah kromosom 2n = 22. Akar tanaman kacang
panjang terdiri atas akar tunggang, akar cabang dan akar serabut (lateral). Perakaran
tanaman dapat mencapai sedalam 60 cm. Akar tanaman kacang panjang bersimbiosis
dengan bakteri Rhizobium sp. Yang berperan untuk mengikat nitrogen dari udara
(Pitojo, 2006). Kacang panjang adalah sayuran yang amat mirip kacang tunggak.
Daunnya majemuk, tersusun atas tiga helai. Batangnya tumbuh merambat dengan
tekstur liat dan sedikit berbulu dapat mencapai beberapa meter.

Kacang panjang merupakan tanaman yang berkembang biak dengan biji. Bunganya
merupakan bunga sempurna yang artinya alat kelamin jantan dan betina terdapat
dalam satu bunga. Cara penyerbukannya adalah penyerbukan sendiri, yakni kepala
putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama dan penyerbukan terjadi
beberapa saat sebelum bunga mekar (kleistogami). Oleh karenanya jarang terjadi
penyerbukan silang. Hal ini terjadi karena posisi putik dan benang sari terbungkus
oleh wing sehingga besar kemungkinannya putik hanya diserbuki oleh benang sari
dalam bunga tersebut. Penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi
dengan tingkat kemungkinan yang bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungan pada
kondisi ekstrim dimungkinkan dapat mencapai 10 % (Ashari, 1995). Menurut Pitojo
(2006), bunga kacang panjang terletak pada ujung tangkai. Panjang tangkai bunga
sekitar 20 cm. Satu tangkai mampu memunculkan 4 – 6 kuntum bunga. Bunganya
mekar tidak bersamaan. Setiap kuntum bunga memiliki tiga daun mahkota. Bunga
kacang panjang mulai tampak pada umur 4 minggu setelah kecambah muncul. Bunga
kacang panjang keluar dari ketiak daun dan berbentuk kupu – kupu. Warna bunga
bervariasi mulai dari putih, biru atau ungu. Polong dapat dipanen mulai sekitar 70
hari setelah tanam dan dapat berlanjut selama 25-30 hari.

Tanaman kacang panjang memiliki buah berbentuk gilig dengan panjang 10-80 cm,
berwarna hijau saat muda dan kuning pucat saat tua (Ami dan Candra, 2019). Polong
muda sifatnya renyah dan mudah patah, sedangkan polong yang sudah tua menjadi
liat. Tiap polong biasanya berisi sekitar 8-20 biji (Haryanto, 2007). Selanjutnya,
menurut Samadi (2013) buah kacang panjAang jika telah tua kulit buahnya akan
berubah warna menjadi kuning dan kecoklatkan dengan tekstur yang lembek. Buah
kacang panjang yang muncul pada tangkai pertama biasanya lebih kuat, sedangkan
buah berikutnya tidak sepanjang dan sebesar buah yang muncul diawal.

Kacang panjang dapat tumbuh didataran rendah maupun dataran tinggi dengan
ketinggian antara 0-1500 meter di atas permukaan laut (DPL). Kacang panjang
biasanya digolongkan dallam sayuran dataran rendah pada ketinggian kurang dari 600
meter diatas permukaan laut. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu yang
merupakan faktor penting bagi tanaman. Setiap kenaikan tempat 100 meter diatas
permukaan laut, suhu turun 0,5° C. Temperatur harian yang sesuai untuk tanaman
kacang panjang adalah sekitar 18-32° C dengan suhu optimum 25° C (Hariyanto
et.al., 2008).
Kacang panjang dapat ditanam sepanjang musim, baik musim kemarau maupun
musim penghujan, waktu beranam yang baik adalah pada awal atau akhir musim
hujan. Tanaman kacang panjang membutuhkan curah hujan sekitar 600- 2000
mm/tahun. Tanaman ini membutuhkan banyak sinar matahari penuh. Lahan yang
terbuka didataran rendah lebih disukai, sedangkan bila ternaungi produksinya kurang
memuaskan (Cahyono, 2005 dalam Nisa, 2022)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.
2.
3.
4.
4.1. Lokasi Survey

Tempat dilakukannya survey ini yaitu di Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung
Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.

4.2. Panen dan Pascapanen


Kacang panjang dapat mulai dipanen setelah umur 40-50 hari tergantung pada
varietas, musim dan tinggi rendahnya daerah penanaman. Ciri kacang panjang yang
sudah siap panen yaitu polongnya tersisi penuh, polong mudah dipatahkan, warna
polong hijau merata sampai hijau keputihan. Pemanenan dilakukan dengan cara
dipetik, yaitu dengan memutar bagian pangkal polong hinga polong terlepas
seluruhnya. Panen jangan sampai terlambat karena akan menyebabkan polong
berserat dan liat. Pemanenan dilakukan secara bertahap dengan selang waktu 2 hari,
pada pada pagi atau sore hari. Produksi kacang panjang bisa mencapai 200 ikat jika
dipanen dua hari sekali dan 100 ikat jika dipanen setiap hari. Pascapanen kacang
panjang yaitu Kacang panjang yang telah dipanen kemudian diikat, 1 ikat berisi 10-12
buah. Tujuannya agar kacang panjang rapih dan tidak berantakan. Kacang panjang
yang sudah diikat nantinya akan dimbil oleh pedagang untuk dijual. Kacang panjang
dijual dengan harga Rp. 1.200,00/ikat.

Edi dkk., (2010) mengatakan bahwa,ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran
polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak
menonjol. Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap
panen 3,5-4 bulan. Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan
memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Selepas panen, polong kacang panjang
dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortasi. Polong kacang panjang diikat
dengan bobot maksimal 1 kg dan siap dipasarkan.

4.3. Penyakit Pada Tanaman Kacang Panjang


4.3.1. Ulat Penggerek Polong
Salah satu hama yang sering menyerang tanaman kacang dan menjadi penyebab
produksi hasil panen kacang panjang mengalami penurunan yaitu keberadaan ulat
penggerek bunga dan polong (Maruca testulalis). Hama ulat penggerek tersebut
merupakan hama terpenting yang banyak dijumpai pada tanaman kacang panjang.9
Hama ini menyerang bagian bunga dan polong dari tanaman kacang panjang. Gejala
yang ditimbulkan pada tanaman ketika ulat penggerek mulai menyerang yaitu bunga
atau kuncup tertutup jaring yang dibuat oleh larva. Kemudian, tunas mengalami
kerontokan dan bunga menjadi rusak sehingga gagal menjadi buah.10 Sedangkan
ketika ulat menyerang polong dari kacang, maka polong akan menjadi berlubang
sehingga mutu polong menjadi rendah dan untuk itu perlu diadakannya
perlindungan..

Menurut Aprilianto & Setiawan (2014) & Utami et al. (2014) ulat penggerek menjadi
salah satu hama yang menyerang kacang panjang pada masa pasca panen yang
membuat kulit polong menjadi coklat kehitaman dan berlubang serta penyimpanan
pada saat pengambilan benih sangat tergantung pada pratanaman. Produsen pun
menolak / me-reject benih tersebut karena tidak lolos uji kualifikasi benih. Hal ini
tentu akan merugikan petani.

4.3.2. Karat Daun Tanaman Kacang Panjang


Penyakit karat daun pada tanaman kacang panjang tanda dan gejala yang terlihat
adanya bintik-bintik kecil berwarna coklat kemerahan dikelilingi oleh halo berwarna
kuning. Bintik-bintik ini menyebar pada permukaan atas dan dengan jumlah berbeda
pada setiap daunnya. Pada bintik-bintik yang berdekatan akan menyatu sehingga
ukurannya menjadi lebih besar dan berwarna coklat. Pada daun yang tua jumlah
bintik-bintik tersebut akan semakin meningkat.

Menurut Semangun (2007), penyakit karat daun disebabkan oleh cendawan


Uromyces appendiculatus. Khouader et al. (2013) menyatakan bahwa gejala penyakit
karat daun yang disebabkan oleh cendawan U. appendiculatus pada bagian atas dan
bawah daun terdapat bintikbintik yang disebut pustul. Pustul tersebut merupakan
uredospora yang berdiameter 0,25 – 1 mm, berbentuk bulat, lonjong dan tersebar
berupa serbuk, berwarna coklat tua serta terdapat pada daun hijau dan semi kering.
Menurut Mersha dan Hau (2008), penyebaran U. appendiculatus dapat melalui angin
dan percikan air.

4.3.3. Mosaik Tanaman Kacang Panjang


Menurut Agrios (2005) gejala awal daun yang terinfeksi BCMV adalah warna daun
menjadi berubah dan tidak merata, seiring dengan berjalannya waktu daun
melengkung ke bawah dan ke atas, selanjutnya daun terlihat mengerut dan tahap
selanjutnya terjadi mosaik, dan vein banding (penebalan di sekitar tulang daun
berwarna hijau tua). Gejala yang muncul pada tanaman uji yaitu berbeda-beda, gejala
daun mosaik, vein banding, mengkerut dan melengkung ditemukan pada tanaman
kacang panjang komersial dengan kultivar aura dan panah merah. Gejala daun
mengkerut ditemukan pada tanaman timun, bayam dan kacang panjang komersial
dengan kultivar KPK dan pusaka hijau

Suryadi (2007) juga menjelaskan bahwa penyakit mosaik pada kacang panjang dapat
ditularkan melalui vektor yaitu Aphis craccivora, vektor ini banyak ditemukan pada
tangkai bunga tanaman kacang-kacangan. A. craccivora dapat menularkan lebih dari
30 virus tanaman secara non persisten. Kutudaun dapat langsung menularkan virus ke
tanaman sehat segera setelah makan akuisisi pada tanaman sakit sumber virus.

Semakin banyak jumlah kutudaun akan meningkatkan kesempatan penularan virus.


Hasil penelitian Damayanti dkk. (2012), menunjukkan bahwa populasi kutudaun
setelah infestasi ke lapang menjadi cepat berkembang karena faktor lingkungan
(kemarau panjang). Periode inkubasi erat kaitannya dengan kemampuan virus
menyebar dari tempat inokulasi ke bagian tanaman lainnya dan kemudian
menunjukkan gejala. Virus mampu menyebar ke bagian tanaman yang masih muda
dengan cepat karena tanaman muda belum memiliki sistem pertahanan yang kuat
terhadap infeksi virus (Garcia and Purphy, 2001). Hal ini dapat menyebabkan
semakin muda tanaman kacang panjang terinfeksi virus mosaik, periode inkubasi
virus semakin cepat
4.4. Penurunan Kualitas Mutu

Budidaya tanaman kacang panjang ataupun tanaman hortikultura yang lain tentu
terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan hasil produksi misalnya gangguan
fisiologis, faktor lingkungan dan lainnya. Namun hingga saat ini yang paling
berpengaruh terhadap produksi kacang panjang itu sendiri adalah adanya serangan
hama dan penyakit, yang secara tidak langsung dapat menurunkan hasil panen kacang
panjang.

Penurunan produksi tersebut salah satunya disebabkan oleh hama dan penyakit
tanaman. Penyebab rendahnya produksi kacang panjang adalah penyakit mosaik yang
disebabkan oleh cowpea aphid borne mosaic virus (CABMV). Virus mosaik dan
hama aphid merupakan penyakit dan hama utama pada kacang panjang dan dapat
menurunkan produksi sampai 60% (Kuswanto dkk., 2005)
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari laporan ini yaitu


1. Panen dilakukan dengan memetik bagian pangkal polong pada waktu pagi atau
sore hari. Kacang panjang yang telah dipanen kemudian diikat, 1 ikat berisi 10-12
buah. Tujuannya agar kacang panjang rapih dan tidak berantakan. Kacang panjang
yang sudah diikat nantinya akan dimbil oleh pedagang untuk dijual
2. Kerusakan produk berpengaruh terhadap tingkat kesegaran selama proses
distribusi, maka diperlukan perlakuan pascapanen yang tepat untuk mengurangi
laju respirasi maupun faktor lain yang menyebabkan penurunan kualitas mutu pada
tanaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. Academic Press. New York.

Aprilianto, E., & Setiawan, B. H. (2014). Perkembangan hama dan musuh alami pada
tumpangsari tanaman Kacang panjang dan pakcoy. Agritech. Vol. 16(2) : 98–
109.

Arie Raharjo, A. (2017). Hama dan Penyakit Tanaman. PT Trubus Swadaya. Jakarta.

Edi, Syafri. Bobihoe, Julistia. 2010. Budidaya Tanaman Sayur. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.

Fachruddin, L. (2000). Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2007.Budidaya Kacang Panjang. Penebar


Swadaya.Jakarta. 69 hal.

Cahyono, Bambang. 2005. Kacang Panjang (Teknik Budidaya dan Analisis Usaha
Tani). CV. Aneka Ilmu. Semarang.

Damayanti, T. A, dan S. Sugeng. 2012. Kolaborasi Barrier Crop dan Kitosan dalam
Pengendalian Virus Mosaik Kacang Panjang (Bean Common Mosaic Virus)
dan Serangga Vektornya Craccivora Koch di Lapang. Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Garcia-Ruiz, H. and J. H. Purphy. 2001. Age-related resistance in bell pepper to
Cucumber mosaic virus. Ann Appl Biol. Vol. 139(3) : 307–317.
Khouader, M., Benkirane, R., Touhami, A.O. & Douira, A. 2013. Etude de quelques
Pucciniales lies aux plantes cultivees au Maroc. Faculte des Science
Universite Ibn Tofail : 5869-5882.

Kuswanto., Astanto, K., Lita, S, dan Tutung, H. 2005. Perakitan varietas tanaman
kacang panjang tahan Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus dan berdaya hasil
tinggi. Publikasi Penelitian Hibah Bersaing. Vol. 11(3): 2-13.

Mersha, Z. & Hau, B. 2008. Effects of bean rust uromyces appendiculatus epidemics
on host dynamics of common bean (Phaseolus Vulgaris). Hawassa
University. Vol. 57 : 674-686.

Nisa, Choirrun. 2022. Respon Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna
sinensi L.) Terhadap Pemberian Berbagai Macam Mulsa. Laporan praktik
kerja lapang. Universitas Muhammadiyah Gresik. Gresik.

Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia. UGM


Press. Yogyakarta.

Sunarjono, Hendro. (2012). Kacang Sayur. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Sunarjono, H, 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta

Suryadi. 2007. Prosedur Diagnostik dengan Metode Klasik dan Metode Molekuler.
ITB. Bandung.

Zaevie, Bastianus. Napitupulu, Marisi. Astuti, Puji. 2014. Respon tanaman kacang
panjang (Vigna sinensis L.) terhadap pemberian pupuk NPK pelangi dan
pupuk organik cair Nasa. Jurnal AGRIFOR. Vol. 13(1) : 19-32.

Anda mungkin juga menyukai