Anda di halaman 1dari 7

1.

Jelaskan mengapa pengendalian penyakit yang penyebabnya soil borne pathogen relatif lebih
sulit dikendalikan? Jawablah dengan contoh!
Di lihat dari sudut pandang ekologi soil borne pathogen
Tanah bukan saja media bagi pertumbuhan tanaman akan tetapi juga media pertumbuhan
berbagai macam mikroorganisme tanah baik yang menguntung maupun yang merugikan seperti soil
borne pathogen bagi pertumbuhan tanaman. Soil borne pathogen siklus hidupnya lebih banyak berada
di dalam tanah dan kondisi tanah relatif stabil, sehingga dalam upaya pengendaliannya perlu
memperhatikan kondisi tanah agar tidak merusak kestabilannya dan berbagai mikroorganisme yang
menguntungkan di dalam tanah maka pengendalian soil borne pathogen relatif lebih sulit. Patogen tular
tanah secara umum dapat bersifat soil inhabitant (penghuni tanah tetap) dan soil invanders (patogen
yang hanya dapat hidup di dalam tanah dalam waktu singkat), yang mana dapat bertahan hidup dengan
menginfeksi dapat menginfeksi secara teru menerus inangnya yang tumbuh di lapangan sepanjang
tahun.
Pemencaran patogen tular tanah sangat kompleks karena beberapa patogen tular tanah dapat
menyebabkan penyakit daun dengan gejala dan kerusakan timbul pada bagian tanaman di atas tanah.
Sebagai contoh antraknose pada kubis disebabkan oleh patogen tular tanah yang dapat terbawa oleh
percikan air hujan ke bagian permukaan daun dan menyebabkan penyakit bercak daun. Adapula jamur
tular tanah menetap dalam tanah dalam jangka waktu yang panjang karena mampu menghasilkan
struktur untuk bertahan seperti klamidospora, oospora dan sklerotia yang tahan terhadap lingkungan
yang tidak menguntungkan. Contohnya Phytophthora nicotianae merupakan patogen tular tanah yang
dapat menyebabkan penyakit lanas pada tembakau dan berbagai tanaman lainnya, mampu membentuk
struktur klamidospora yang tahan terhadap lingkungan yang tidak baik. Klamidospora tersebut dapat
bertahan dalam tanah sampai beberapa tahun tanpa kehadiran inangnya dan dapat menjadi sumber
inokulum apabila lingkungan menguntungkan. P. nicotianae dapat menyebar melalui air, tanah ataupun
tanaman yang terinfeksi. Patogen tular tanah Sclerotinia sclerotiorum yang dapat bertahan dalam
tanah dalam bentuk sklerotia yang dalam lingkungan menguntungkaan dapat membentuk apothecia
yang dapat menyebarkan spora udara sehingga apabila kontak pada daun yang rentan dapat
mengakibatkan penyakit daun. Selain itu Rhizoctonia solani yang dapat mengakibatkan penyakit rebah
kecambah dapat membentuk struktur untuk bertahan dalam tanah disebut dengan sklerotia. Sklerotia
mempunyai kulit tebal dan keras sehingga tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan, terutama kekeringan dan suhu tinggi. Masa dorman akan berakhir jika kondisi
lingkungan cocok untuk perkembangannya yaitu jika kelembaban tanah relatif tinggi dan didukung

oleh cuaca basah. Bahan-bahan kimia yang bersifat menguap yang dihasilkan oleh akar tanaman akan
menstimulasi sklerotia untuk segera berkecambah menjadi hifa yang siap menginfeksi bagian tanaman
pada daerah rizosfer (zona perakaran). Penyebaran jamur ini dapat terjadi melalui percikan air hujan
ataupun tanah yang terinfeksi, sehingga relatif sulit dikendalikan. Bakteri patogen tular tanah
Ralstonia solanacearum yang mengakibatkan layu dan menguningnya daun tembakau dapat bertahan
pada bagian tanaman yang terinfeksi, selain itu patogen juga dapat bertahan pada beberapa inang
alternatif dan tanah. Penyebaran patogen dapat melalui air irigasi, tanah yang mengandung inokulum
ataupun alat-alat pertanian. Sedangkan nematoda soil borne pathogen menghabiskan hampir seluruh
hidupnya di dalam tanah. Di dalam tanah nematoda dapat hidup bebas atau dalam bentuk telur dan
sista. Contohnya sista nematoda Heterodera sp. dapat bertahan hidup dalam tanah cukup lama.
Soil borne pathogen umumnya mempunyai kisaran inang yang luas sehingga pengendalian
relatif sulit terutama dengan menggunakan cara rotasi tanaman. Contohnya tanaman inang S. rolfsii
dan R. solani sangat luas, meliputi famili Leguminoceae (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang
merah, buncis), Gramineae (padi, jagung, sorgum, terigu, rumput teki), Solanaceae (tomat, terung,
kentang), Cucurbitaceae (kelompok labu), kapas, kubis, wortel, bit gula, bawang merah, krisan, dan
tembakau.
Di lihat dari sudut pandang epidemiologi soil borne pathogen
Siklus penyakit soil borne pathogen dapat bersifat monosiklik (patogen daur tunggal).
Contohnya jamur karat dapat menghasilkan spora pada ahir musim, spora tersebut berfungsi sebagai
inokulum primer pada musim berikutnya. Penyakit patogen penyebab busuk akar dan layu vaskular
dapat bertahan hidup di musim panas atau dingin di dalam akar yang membusuk atau di dalam tanah,
dapat menginfeksi tanaman inang selama musim tanam, dan pada ahir tanam akan menghasilkan spora
baru pada batang dan akar yang terinfeksi. Spora tersebut berperan sebagai inokulum primer pada
musim tanam berikutnya. Walaupun pada patogen monosiklik inokulum primer merupakan satusatunya inokulum yang tersedia pada musim tersebut, jumlah inokulum yang dihasilkan pada ahir
musim tersebut lebih besar dari yang terdapat di awal musim, maka jumlah inokulum sangat
memungkinkan akan meningkat terus menerus dari tahun ke tahun. Terutama jika terjadi penggunaan
lahan secara intensif selama bertahun-tahun untuk ditanami dengan jenis tanaman yang sama akan
cenderung rentan terhadap penyakit-penyakit tular tanah yang terakumulasi dari waktu ke waktu
sehingga menimbulkan ledakan populasi yang besar dan berakibat pada peningkatan kerusakan yang
sangat besar. Sehingga soil borne pathogen akan lebih sulit dikendalikan, terutama jika tidak dapat
menekan inokulum awal patogen tersebut.

Soil borne pathogen dalam menginfeksi tanaman inang dapat berasosiasi dengan patogen
lainnya sehingga infeksi yang ditimbulkan jauh lebih besar dan akan relatif sulit dikendalikan.
Contohnya R. solanacearum dan Meloidogyne spp. dapat menyerang tanaman secara sendiri-sendiri
maupun bersinergi sehingga menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Meloidogyne spp. Merupakan
nematoda endoparasit yang menginfeksi melalui akar dan berkembangbiak di dalam jaringan akar yang
disebut puru atau gall. Infeksi Meloidogyne spp. pada akar menimbulkan banyak luka yang
memungkinkan patogen tular tanah lainnya, seperti R. solanacearum, lebih mudah menginfeksi. Selain
itu penyakit lincat pada tanaman tembakau terdapat 3 patogen yang berasosiasi, yaitu bakteri Ralstonia
solanacearum, nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dan jamur Phytophthora nicotianae var
nicotianae.
Soil borne pathogen relatif sulit dikendalikan karena dalam mekanisme ketahanan hidupnya
memiliki dua siklus infeksi yaitu dapat bertahan dalam inang alternatif (berkesinambungan) dan
bertahan hidup dengan membetuk struktur istirahat (tak berkesinambungan). Contohnya inokulum
R. solanacearum dapat bertahan pada tanaman inang alternatif seperti gulma. F. oxysporum dapat
bertahan lama dalam tanah sebagai klamidospora, yang terdapat banyak dalam akar-akar yang
sakit. Patogen tersebut dapat bertahan juga pada akar bermacam-macam rumput, dan pada
tanaman inang alternatif (Heliconia spp.).

2. Benarkah pendapat yang menyebutkan bahwa Biological control merupakan strategi yang tepat
untuk soil borne pathogen? Jelaskan!
Saya setuju dengan pendapat tersebut yang menyebutkan bahwa Biological control merupakan
strategi yang tepat untuk soil borne pathogen. Pertumbuhan dan perkembangan patogen tular tanah
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah dimana dia tumbuh. Adapun sifat-sifat tanah yang berperan
dalam

populasi, reproduksi, daya tahan, penyebaran dan kemampuan patogen tular tanah untuk

menginfeksi dan menyebakan penyakit pada tanaman antara lain adalah temperatur, tekstur tanah,
kelembaban tanah, pH tanah, hara tanah serta keadaan bahan organik dalam tanah. Dengan mengetahui
faktor yang berperan terhadap patogn tular tanah maka diharapkan strategi penanggulangan patogen
tanah dapat disusun secara tepat dan effien. Sehingga pengendalian penyakit tular tanah sebaiknya
disesuaikan dengan cara bertahan hidup cendawan. Cara pengendalian penyakit yang dapat diterapkan
adalah biological control. Rotasi tanaman sulit dilakukan karena kisaran tanaman inang soil borne
pathogen sangat luas. Pengendalian dengan fungisida kimiawi tidak tepat karena penggunaannya harus
sering sesuai dengan sifat tanah yang menyerap, selain dapat mencemari lingkungan dan mematikan
musuh alami dan mikroorganisme berguna bagi tanaman inang. Selain itu, fungisida dapat mencemari
air tanah dan berdampak buruk bagi kesehatan penduduk sekitar. Sedangkan penggunaan fungisida
nabati aman bagi lingkungan tanah, air, dan udara, dan dapat diterapkan untuk penyelimutan biji dan
penyemprotan pada pangkal batang. Namun, bahan nabati mudah tergradasi dan menguap sehingga
aplikasinya harus beberapa kali serta efek penghambatan patogennya cenderung lebih lambat. Cara
pengendalian penyakit yang sering dilakukan adalah dengan mencabut tanaman yang sakit.
Pengendalian yang paling sesuai adalah biological control dengan penggunaan mikroorganisme
antagonis karena aman bagi lingkungan dan sekali aplikasi akan bermanfaat untuk beberapa kali musim
tanam. Organisme antagonis dari jamur tular tanah umumnya dari genus Trichoderma, Gliocladium,
Streptomyces, dan Bacillus. Mekanisme antagonis dibagi menjadi tiga, yaitu kolonisasi, kompetisi, dan
antibiosis. Jamur antagonis memangsa jamur tular tanah dengan mengkolonisasi atau membelit sel
lawan sehingga sel patogen tidak dapat berkembang. Beberapa jenis Trichoderma berkompetisi dalam
memanfaatkan ruang, nutrisi, dan oksigen, atau mengeluarkan suatu senyawa yang dapat menghambat
atau mematikan Rhizoctonia dan Sclerotium. Beberapa bakteri atau jamur antagonis dapat
mengeluarkan senyawa antibiotik ke lingkungannya sehingga mematikan musuh alaminya. Selain itu
Actinomycetes juga berperan sebagai musuh alami dari jamur tular tanah melalui mekanisme
antibiosis.
Dalam epidemiologi, proses infeksi sangat berhubungan dengan percepatan perbanyak
inokulum. Infeksi dari suatu spora jamur misalnya melalui tahapan seperti proses berkecambah, yang

juga dipengaruhi faktor lingkungan jamur. Spora tersebut berperan sebagai inokulum primer pada
musim tanam berikutnya. Jumlah inokulum yang dihasilkan pada ahir musim lebih besar dari yang
terdapat di awal musim, sehingga jumlah inokulum sangat memungkinkan akan meningkat terus
menerus dari tahun ke tahun. Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pengendalian yang tepat adalah
dengan menekan inokulum awal dan memproteksi tanaman inang agar lebih tahan terhadap infeksi
patogen.terutama patogen tular tanah yang monosiklik dapat dikendalikan secara efektif oleh agen
kontrol biologis yang bertindak sebagai bioprotectants (yaitu mencegah infeksi).
Penentuan strategi pengendalian yang tepat dapat diilhami oleh adanya interaksi antara
mikroorganisme di dalam tanah, misalnya dalam hal persaingan untuk mendapatkan nutrisi demi
kelangsungan hidupnya. Adanya persaingan ruang atau nutrisi antara organisme yang membutuhkan
sumber daya yang sama untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, maka penggunaan sumber daya
oleh satu organisme mengurangi ketersediaan untuk organisme lainnya, misalnya tidak dapat
memberikan peluang patogen untuk mencapai populasi yang tinggi untuk dapat menyebabkan penyakit.
Sehingga strategi pengendalian untuk patogen tular tanah lebih tepat menggunakan biological control.
Contoh biological control lainya yaitu penggunaan antagonis yang dikombinasikan dengan VAM
(Vasikular Arbuskular Mikoriza) akan meningkatkan efektivitas pengendalian. Mikoriza merupakan
jamur simbion yang menginfeksi akar tanaman inangnya. Keuntungan yang diperoleh tanaman inang
dari mikoriza adalah tanaman inang terbantu dalam penyerapan unsur-unsur hara makro dan mikro
terutama unsur hara makro fosfor (P), dan tanaman mendapat proteksi sehingga lebih tahan terhadap
infeksi patogen tular tanah. Contohnya adalah jamur ektomikoriza seperti Paxillus involutus
mengendalikan secara efektif busuk akar yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum.
Pengendalian dengan menggunakan biological control dapat melindungi tanaman inang dari
strain patogen yang virulen, yaitu dengan proteksi-silang sehingga tanaman memiliki 'kekebalan'
terhadap patogen. Dalam kasus proteksi-silang, suatu saat organisme pada tanaman dapat
melindunginya dari patogen yang datang ke dalam kontak dengan tanaman nanti. Misalnya, strain
tanpa gejala dari virus mosaik tembakau dapat melindungi tomat dari strain virulen virus yang sama.
Induced resistensi adalah bentuk proteksi-silang, di mana tanaman diinokulasi dengan patogen tidak
aktif, dosis rendah patogen, bahan kimia patogen yang diturunkan atau dengan spesies non-patogen
untuk merangsang respon kekebalan tanaman inang. Ini mempersiapkan tanaman terhadap serangan
patogen, sehingga mekanisme pertahanan sudah diaktifkan bila infeksi terjadi, yang nantinya akan
memberikan perlindungan terhadap infeksi patogen. Contoh lainnya adalah tobacco mosaic virus dapat
menimbulkan ketahanan sistemik tidak hanya terhadap virus itu sendiri,tetapi juga terhadap jamur
Phytophthora parasitica var. nicotianae.

TUGAS
PENYAKIT TUMBUHAN TERBAWA TANAH

Jawaban soal kuis

Oleh:
Effi Alfiani Sidik
(14/373931/PPN/3930)

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN FITOPATOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

TUGAS
PENYAKIT TUMBUHAN TERBAWA TANAH

Jawaban soal kuis

Oleh:
Umi Kulsum
(14/373724/PPN/03911)

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN FITOPATOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai