Anda di halaman 1dari 17

HAMA DAN PENYAKIT

TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

Disusun oleh :
Ekal Kurniawan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kelangkaan tanaman cabe di Indonesia mengakibatkan


meningkatnya harga cabe secara drastis di pasaran. Kelangkaan tersebut
disebabkan oleh perubahan cuaca yang tidak menentu, yang mengakibatkan
banyak perkebunan cabe mengalami kegagalan panen. Hal tersebut
dikarenakan penyakit yang menyerang tanaman cabe sehingga hasil panen
berkurang. Petani cabe banyak mengalami kerugian, serta konsumen cabe
harus mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada biasanya untuk membeli
cabe. Seringkali penyakit yang menyerang tanaman cabe tidak segera bisa
diatasi karena harus dilakukan pemeriksaan dan analisa jenis penyakitnya
terlebih dahulu. Adapun dalam penanganannya dapat terjadi kesalahan seperti
salah mendeteksi jenis penyakit dan salah melakukan pengobatannya.

Hama adalah kelompok Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang


selalu menimbulkan masalah pada sistem budidaya tanaman. Permasalahan
benih itu muncul ketika benih mulai ditanam sampai akan dikonsumsi. Dalam
mengidentifikasi hama, sebaiknya perlu mengenal beberapa kelompok hama,
yaitu Nemathoda (Nemathelminthes), Gastropoda (Mollusca), Mamalia
(Chordata), Passeriformis (Aves), Insecta (Arthropoda), dan Arachnida
(Arthropoda).

Permasalahan yang timbul adalah bahwa untuk tumbuh dan


berkembang secara optimal banyak dipengaruhi oleh adanya OPT. OPT
tersebut dapat berupa hama, penyakit dan gulma. OPT tersebut tidak hanya
mengganggu dari segi fisiologi yang berupa terhambatnya proses tumbuh
kembang suatu tanaman tetapi juga berpengaruh pada segi ekonomis. Hal ini
dapat terjadi apabila suatu tanaman budidaya terserang oleh salah satu bentuk
dari OPT yang pada akhirnya akan menurunkan hasil produksi.

Penyakit dapat disebabkan oleh bakteri, jamur/cendawan, virus,


nematoda parasit dan protozoa. Dalam membudidayakan tanaman pertanian

1
kita sangat perlu mengetahui gejala dan tanda penyakit agar penyakit itu
dapat segera diatasi dan tanaman tersebut dapat diselamatkan dari kematian
sehingga akan meningkatkan kesejahteraan petani.

Untuk dapat menjaga agar hasil produksi tetap stabil maka perlu
dilakukan upaya penanganan baik yang bersifat preventif maupun yang
bersifat kuratif. Upaya yang termasuk dalam pencegahan (preventif) OPT
adalah dengan mengetahui ciri-ciri baik dari organismenya sendiri maupun
akibat yang ditimbulkan oleh organisme tersebut bila melakukan serangan.
Upaya dari segi penanggulangan dapat dilakukan dengan cara penggunaan
obat-obatan kimia yang banyak ditemui di pasaran ataupun melalui
organisme pemangsa yang secara alami menjadi predator alaminya.

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :


1. Mengetahui Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai
2. Mendeskripsikan Hama dan Penyakit Tanaman Cabai
3. Mengetahui Permasalahan Pertumbuhan dan Perkembangan Organisme
Pengganggu Tanaman Cabai.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman Cabai

Secara sistematika cabai dapat di klasifikasikan sebagai berikut :


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Secara morfologi oleh Redaksi Agromedia (2007) tanaman cabai
merupakan tanaman tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan
bercabang banyak. Ketinggiannya bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk
tanaman samapai 90 cm, umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai
hijau gelap, tergantung pada varietasnya, bentuknya ada yang bulat telur,
lonjong dan adapula yang oval dengan ujung meruncing. Bunganya berbentuk
terompet yang terdiri dari kelopak bunga, benang sari, dan putik. Bunga cabai
tergolong berkelamin dua karena benang sari dan putik terdapat dalam satu
tangkai, biasanya bunga cabai keluar dari ketiak daun.
1. Akar
Akar tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit, akar
tunggangnya dalam dengan susunan akar sampingnya (serabut) yang baik.
Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis
dengan beberapa mikroorganisme.
2. Batang
Batang pada tanaman cabai merah tidak berkayu, bentuknya bulat
sampai agak persegi dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna
batang kehijauan sampai keunguan dengan ruas berwarna hiaju atau ungu.

3
Pada batang-batang yang telah tua (batang paling bawah), akan muncul
warna coklat seperti kayu, ini merupakan kayu semu yang diperoleh dari
pengerasan jaringan parenkim. Biasanya batang akan tumbuh sampai
ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan.
3. Daun
Daunnya bervariasi menurut spesies dan varietasnya, ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun
bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan.
Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau
muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus
adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 – 11 cm,
dengan lebar antara 1 – 5 cm.
4. Bunga
Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam
satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga
jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama),
sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk
bintang, biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau
bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 – 3
bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya putih, putih
kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 – 20 mm tiap bunga
memiliki 5 daun buah dan 5 – 6 daun mahkota.
5. Buah
Morfologi bentuk buah cabai berbeda – beda, dan berfariasi,
tergantung varietasnya, dari cabai kriting, cabai besar yang lurus dan bisa
mencapai ukuran ibu jari, cabai rawit kecil–kecil tapi pedas, cabai paprika
yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk–bentuk cabai hias lain yang
banyak ragamnya. Buah cabai biasanya muncul dari percambangan atau
ketiak daun dengan posisi buah menggantung. Berat cabai merah
bervariasi sekitar 5 – 25 g.

4
B. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai merah diantaranya adalah keadaan


iklim, suhu dan keadaan tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Iklim
Tanaman Cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai
kelembaban udara yang tinggi sampai sedang. Kelembaban udara terlalu
rendah akan mengurangi produksi cabai. Suhu rata-rata yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan cabai antara 18-300C. Suhu udara yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunnya produksi
cabai. Angin yang bertiup cukup keras juga akan merusak tanaman cabai,
tiupan angin kencang mematahkan ranting, menggugurkan bunga dan
buah, bahkan dapat merobohkan tanaman. Penguapan yang tinggi dapat
menyebabkan produksi cabai menurun. Untuk mengurangi faktor
penguapan, tanaman cabai harus disiram dua atau tiga hari sekali (Ripangi,
2012).
2. Suhu Udara
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
cabai berkisar antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di
atas 320C menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk
melakukan pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat
menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Suhu tanah pun juga
berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara terutama N dan P. Apabila
pada waktu berbunga suhu turun di bawah 150C, maka pembuahan dan
pembijiannya terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting untuk
pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah
tanpa biji atau partenokarpi. Suhu udara yang rendah, menyebabkan
banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman cabai teutama
apabila disertai dengan kelembaban tinggi. Tanaman cabai dapat
beradaptasi dengan cuaca panas, tetapi tidak dapat menghasilkan buah
yang baik ketika suhu tertinggi pada malam hari mencapai 240C. Pada
umumnya cabai dapat tmbuh dengan baik pada suhu 20-300C (Purwani,
2012).

5
Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan
(Maret – April). Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam
dari tanaman yang sehat serta hama dan penyakit.
3. Tanah
Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur
hara. Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam
cabai. Jenis tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai rawit adalah jenis
tanah lempung berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan
organik dan banyak mengandung unsur hara, solum tanah dalam, gembur,
dan tidak berpadas. Jenis tanah gambut (tanah yang berasal dari sisa
tumbuhan yang telah, sedang, atau belum melapuk), juga tanah rawa dan
pasang surut tidak bisa digunakan sebagai lahan tanam karena mempunyai
derajat keasaman tanah (pH) yang terlau tinggi.Tanah asam tidak cocok
untuk tanaman karena unsur aluminium dan besi meningkat sedangkan
unsur kalsium, fosfat, dan magnesium justru merosot. Dalam keadaan
tersebut, tanaman bisa keracunan aluminum dan besi. Selain itupada tanah
yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak semua
unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar. Derajat keasaman (pH) tanah
yang sesuai untuk tanaman cabai rawit adalah sesuai adalah sesuai dengan
tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara 6,0-7,0, dimana pH ideal
berada pada angka 6,5, (Priyadi dan Suryo Sukendro 2011).

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hama pada Tanaman Cabai

1. Trips ( Trips parvispinus Karny )


a. Gejala Serangan
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan
permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda ). Serangan yang
ditandai dengan adanya bercak keperak-perakan. Daun yang terserang
berubah warna menjadi cokelat tembaga, mengeriting dan keriput dan
akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau
pucuk menggulung kedalam dan muncul benjolan seperti tumor,
pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman
menjadi mati.
Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus
keriting. Pada musim kemarau perkembangan hama sangat cepat,
sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada musim penghujan
populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati akibat
tercuci air hujan.

Gambar 1.1 Gejala Serangan Trips

2. Lalat Buah ( bactrocera sp )


a. Gejala serangan :
Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang
masih muda maupun buah yang sudah matang. Buah yang terserang

7
akan membusuk dan kemudian jatuh ketah. Gejala awal terlihat dari
adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada pangkal
muncul karena aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya
pada buah cabai. Larva yang etrdapat didalam buah menimbulkan
kerusakan dari dalam, buah yang berwarna kuning pucat dan layu.
Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan menurun dan tidak
layak untuk dipasarkan.
Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh
bekas tusukan ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh
cendawan sehingga buah yang terserang menjadi busuk dan jatuh
ketanah.

Gambar 1.2 Gejala serangan Lalat Buah

3. Kutu Kebul (Besimia tabaci )


a. Gejala Serangan :
Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan
oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan
serangan dewasa. Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Embun muda yang dikeluarkan
oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang
berwarna hitam, menyerang berbagai stasia tanaman. Keberadaan
embun jelaga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada
daun.

8
Gambar 1.3 Kutu Kebul
4. Kutu daun Persik ( Mysus persicea )
a. Gejala Serangan :
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap
cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda. Daun yang
terserang akan tampak bercak-bercak. Hal ini akan menyebabkan daun
menjadi keriting. Pada bagian tanmanan yang terserang akan didapati
kutu yang bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan berkerut
(menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun-
daunnya terpuntir, menggulung kemudian layu dan mati. Kutu daun
persik merupakan hama yang menjadi hama utama karena beberapa
alasan diantaranya mampu bertahan pada hampir semua tanaman
budidaya, merupakan penular yang paling efisien dibandingkan hama
lainnya.

Gambar 1.4 Kutu daun Persik

5. Kutu Daun ( Aphididae )


a. Gejala Serangan :

9
Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian
tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk
tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan mengkerut,
mengeriting dan melingkar, menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Hama ini juga mengeluarkan
cairan manis seperti madu, yang biasanya disebut dengan embun
madu. Embun madu menarik datangnya semut dan cendawan jelaga.
Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah.

Gambar 1.5 Kutu daun

6. Tungau ( Polyphagotarsonemus latus dan Teteanychus sp)

a. Gejala Serangan :
Tungau menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap
cairan tanaman dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
perubahan bentuk menjadi abnormal dan perubahan warna seperti
daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga atau kecokelatan.
Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah, menyusut dan
keriting. Tunas dan bunga gugur. Serangan berat terjadi pada musim
kemarau, biasanya serangan bersamaan dengan serangan Thrips dan
kutu daun.

Gambar 1.6 Serangan Tungau

10
B. Penyakit pada Tanaman Cabai

1. Layu Fusarium ( Fusarium oxy sporum sp )


a. Gejala Serangan :

Daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian


bawah, menguning dan menjalar keatas ke ranting muda. Bila infeksi
berkembang tanaman menjadi layu. Warna jaringan akar dan batang
menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa putih seperti kapas.
Bila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman maksimum,
maka tanaman masih dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan
sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan gugur.

Gambar 2.1 Layu Fusarium

2. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia ( Ralstonia solanacearum )

a. Gejala Serangan :

Pada tanaman tua, layu pertama biasanya terjadi pada daun


yang terletak bagian bawa tanaman. Pada tanaman muda, gejala layu
mulai tampak pada daun bagian atas tanaman. Setelah beberapa hari
gejala layu diikuti oleh layu yang tiba-tiba dan seluruh daun tanaman
menjadi layu permanen, sedangkan warna daun tetap hijau, kadang-
kadang sedikit kekuningan. Jaringan vaskuler dari batang bagian
bawah dan akar menjadi kecoklatan. Bila batang atau akar dipotong
melintang dan dicelupkan ke dalam air yang jernih, maka akan keluar
cairan keruh koloni bakteri yang melayang dalam air menyerupai
kepulan asap. Serangan pada buah menyebabkan warna buah menjadi
kekuningan dan busuk. Infeksi terjadi melalui lentisel dan akan

11
lebih cepat berkembang bila ada luka mekanis. Penyakit berkembang
dengan cepat pada musim hujan.

Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomas solanacearum, bakteri


ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman, pengairan,
nematoda atau alat-alat pertanian. Selain itu, bakteri ini mampu
bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak
aktif. Penyakit ini cepat meluas terutama di tanah dataran rendah.

Gambar 2.2 Layu Bakteri

3. Penyakit Busuk Buah Antraknosa ( Collectrotichum gloeospoiroides )

a. Gejala Serangan :

Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak


yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam,
orange dan coklat. Warna hitam merupakan struktur dari cendawan
(mikro skelerotia dan aservulus), apabila kondisi lingkungan lembab
tubuh buah akan berwarna orange atau merah muda. Luka yang
ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran
konsentris dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam
waktu yang tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman
dan membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.
Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan
mengering. Warna kulit buah seperti jerami padi.

Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang


masih muda maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah
satu patogen yang terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit ini terjadi

12
melalui percikan air, baik air hujan maupun alat semprot .Suhu
optimum bagi perkembangan cendawan ini berkisar antara 20–24° C.

Gambar 2.3 Busuk Buah Antraknosa

4. Penyakit Virus Kuning ( Gemini virus )

a. Gejala serangan :

Helai daun mengalami vein clearing dimulai dari daun pucuk


berkembang menjadi warna kuning jelas, tulang daun menebal dan
daun menggulung keatas. Infeksi lanjut dari Gemini virus
menyebabkan daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman
kerdil dan tidak berbuah. Keberadaan penyakit ini sangat merugikan
karena mampu mempengaruhi produksi buah. Penyakit ini disebabkan
oleh virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–22
nm. Virus gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus
dapat ditularkan melalui penyambungan dan melalui vektor Bemisia
tabaci.

Gambar 2.4 Virus Kuning

13
5. Penyakit Bercak daun ( Cercospora sp )

a. Gejala serangan :

Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan


akar. Gejala serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya
bercak bulat berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran bercak
bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai
putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat
menyebabkan lubang-lubang. Bercak daun mampu menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang
terserang akan layu dan rontok. Penyakit bercak daun ini dapat
menyerang tanaman muda di persemaian, dan cenderung lebih
banyak menyerang tanaman tua. Serangan berat meyebabkan tanaman
cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan
mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan buah. Kondisi
lingkungan yang selalu hujan mendukung perkembangan dan
penyebaran penyakit bercak daun. Pada musim kemarau dan pada
lahan yang mempunyai drainase baik, penyakit layu kurang
berkembang.

Gambar 2.5 Bercak daun

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penurunan kualitas dan kuantitas jenis-jenis cabai menjadi permasalahan


bagi petani dan konsumen. Bagi petani kegagalan panen merupakan hal yang
paling tidak diinginkan karena para petani pasti mengalami kerugian dan
untuk konsumen mau tidak mau harus membeli cabai dengan harga yang
lebih mahal dari harga seperti biasanya.
Faktor iklim yang memungkinkan organisme pengganggu tanaman
berkembang lebih cepat seperti halnya Penyakit pada tanaman cabai dan
Hama yang menyerang tanaman sehat dengan mudah menurunkan kualitas
buah cabai.
Hama dan Penyakit Tanaman Cabai menyerang mulai dari bagian ujung
daun hingga ujung akar sehingga tanaman tidak memungkinkan
menghasilkan buah yang baik bahkan tidak memungkinkan tanaman dapat
tumbuh atau mati.

B. Saran

Dengan adanya Hama dan Penyakit tanaman Cabai maka perlu adanya
tindakan lebih yang lebih efesien oleh petani dan perlu adanya tindakan lebih
lanjut oleh pemerintah mengenai harga dan kelangkaan cabai agar tidak
berlanjut dipasaran.

15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Cabai Merah
Kulon Progo. Dinas Pertanian: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Unsri Press: Palembang.

Pracaya, 2008. Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman Secara Organik.


Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Priyadi dan Sukendro, S. 2011. Memulai Usaha Si Pedas Cabai Rawit di Lahan
dan Pot. Cahaya Atma Pustaka: Yogyakarta.

Surahmat, F. 2011. Pengelolaan Tanaman Cabai Keriting Hibrida Tm 999


(Capsicum Annuum) Secara Konvensional Dan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT). Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor: Bogor.

16

Anda mungkin juga menyukai