Anda di halaman 1dari 6

DIAGNOSIS PENYEBAB PENYAKIT KULIT DIPLODIA PADA TANAMAN

MANGGA DAN REKOMENDASI PENGENDALIAN

OLEH:
YENI APRIANA
05071281419172

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

1. Gejala, Sebaran Penyakit dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penyakit
Penyakit kulit diplodia mempunyai cirri khas gejala yaitu berupa busuk pada
batang bawah atau di sekitar mahkota akar dekat dengan permukaan tanah. Penyakit
kulit diplodia ditandai oleh jaringan batang dan kambium berwarna cokelat
kekuningan. Pada permukaan batang, infeksi sering tampak seperti terlokalisasi atau
sering kelihatan tidak meluas walaupun sebenarnya infeksi sudah meluas pada
kambium dan menyebabkan jaringan batang retak, hancur dan mengeluarkan
gumosis. Pada batang di atas permukaan tanah, gumosis dapat terjadi berlebihan,
sedangkan di bawah permukaan tanah pembentukan gumosis berkurang karena
biasanya terserap oleh air tanah (Savita et al. 2012). Gejala pada bibit berupa gejala
cekung pada permukaan kulit batang dan mengeluarkan gumosis yang terlihat bening
ketika basah dan menjadi cokelat keemasan setelah mengering. Bercak meluas
sampai mengelilingi batang dan akar membusuk sehingga bibit mengalami kematian.
Penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat - tempat
dengan kelembaban tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal
musim hujan (antara bulan Oktober Nopember). Patogen masuk lewat luka:
alamiah, alat - alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat. Di Indonesia
penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia,
dan Thailand.
Kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat, dan
adanya pelukaan pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk perkembangan
patogen. Jenis dan umur tanaman juga mempengaruhi perkembangan penyakit ini.
Biasanya semakin bertambahnya umur tanaman akan semakin tahan terhadap
penyakit ini, namun ada juga yang menurun ketahanannya.

2. Kerugian Pertumbuhan Akibat Penyebaran Penyakit


Penyakit tersebut menyebabkan daun, bunga, dan buah mengering dan rontok
pada semua stadium pertumbuhan tanaman di pembibitan maupun di lapangan.
Penyakit ini juga dapata menyebabkan kematian pada tanaman.
3. Identifikasi Penyakit
Penyakit

kulit

diplodia

disebabkan

oleh

cendawan

Botryodiplodia

theobromae. Namun berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di Laboratorium


tidak ditemukan spora pada sampel yang diambil. Secara makroskopis hanya terlihat
adanya gelembung-gelembung seperti kandungan minyak pada sampel yang lihat di
bawah mikroskop.
4. Rekomendasi Pengendalian
Pengendalian penyakit kulit diplodia terutama dilakukan secara kultur teknis
dan kimiawi. Efisiensi pestisida nabati dari kulit biji mete untuk menekan penyakit
kulit diplodia telah diteliti Gusnawaty dan Mariadi (2013). Pengendalian secara kultur
teknis yang dianjurkan ialah melalui penanaman di atas gundukan-gundukan setinggi
2025 cm, tetapi tanaman tidak dibumbun agar batang atas tidak berhubungan dengan
tanah. Benih disarankan menggunakan mata tempel setinggi 3035 cm dari
permukaan tanah untuk mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi
cendawan tanah. Selama pertumbuhan tanaman harus diupayakan untuk mengurangi
kelembapan kebun dan mengatur drainase, memperhatikan sanitasi lingkungan atau
kebun. Pelukaan pada akar dan pangkal batang harus dihindari. Apabila ditemui
gejala tanaman yang terserang berat harus segera dibongkar dan dibakar. Demikian
pula, bagian tanaman yang menunjukkan gejala awal harus dipotong dan dibakar.
Setelah dipotong, bagian kulit batang yang sehat di sekitarnya diolesi fungisida
karbendazim 6.2% ditambah dengan mankozeb atau tembaga oksiklorida 73.8%.
Tindakan pencegahan penyakit secara kimiawi umumnya dilakukan dengan
pengolesan ter (Carbolineum plantarum 50%) pada pangkal batang dan akar-akar
yang tampak dari luar sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut dianjurkan dimulai

pada tahun ketiga setelah penanaman dan setiap awal musim hujan (Savita et al.
2012).
Selain itu, pengendalian juga bisa dilakukan dengan Kupas kulit batang luar
daerah yang terinfeksi hingga mencapai batas jaringan kayu yang ada. Jaringan
terbuka ini kemudian disemprot menggunakan 5 - 8 gram fungisida DITHANE M-45
yang dilarutkan dalam 1 liter air. Penyemprotan juga dilakukan pada batang dan
pangkal batang tanaman serta tanah di sekitar pohon untuk memastkan inokulan
cendawan mati.

DAFTAR PUSTAKA

Gusnawaty HS, Mariadi. 2013. Pengendalian penyakit diplodia (Botryodiplodia


theobromae Pat.) pada tanaman jeruk dengan pestisida nabati (Phymar C) di
Sulawesi Tenggara. Agriplus. 23(2):98102. Dalam jurnal Fitopatologi. Eka
Retnosari, Julinda Bendalina Dengga Henuk, Meity Suradji Sinaga. 2014.
Identifikasi Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Jeruk. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Savita, Virk GS, Nagpal A. 2012. Citrus diseases caused by Phytophthora species. GERF
Bull Biosci. 3(1):1827. Dalam jurnal Fitopatologi. Eka Retnosari, Julinda
Bendalina Dengga Henuk, Meity Suradji Sinaga. 2014. Identifikasi
Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Jeruk. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

LAMPIRAN

Batang Mangga yang terserang


penyakit kulit diplodia

Hasil diagnosis di Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai