Anda di halaman 1dari 5

Kelompok : Aviani Rahmawati (XII IPA 3/ 04)

Yuniar Dwi Andriastini (XII IPA 3/31)

Produk Transgenik pada Tomat Transgenik


Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan bagian dari pengetahuan.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segala sesuatu yang kita ketahui. Perkembangan
IPTEK di dunia sejalan dengan laju peradaban manusia. Seiring dengan berkembangnya
zaman IPTEK yang pada awalnya adalah suatu kebudayaan manusia berkembang menjadi
sesuatu alat untuk membantu aktivitas manusia. Manusia yang selalu ingin berkarya
menyebabkan manuasia berlomba-lomba dalam penciptaan IPTEK.
Kemajuan IPTEK ini sendiri telah banyak dimanfaatkan dalam segala bidang salah
satunya dalam bidang biologi khususnya dalam bioteknologi. Biotenologi merupakan ilmu
terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, genetika dan biologi
melekuler. Bioteknologi dibagi menjadi dua yaitu bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern. Salah satu contoh bioteknologi modern adalah tanaman trangenik.
Transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup kemakhluk hidup lainnya, baik
dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman. Transgenik secara
definisi adalah theuse of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of organism
(penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang tetappada sel makhluk
hidup).
Pada tahun 1980, para ilmuwan di Calgene melakukan penelitian terhadap tomat Flavr
Savr, dimana tomat tidak menjadi lunak saat masak, karena itu dibiarkan menggantung
hingga masak alami. Untuk membuat tomat transgenik, sebuah gen dari E.coli disebut kan(r)
dan gen dari tomat Flavr Savr dimasukkan ke dalam plasmid (cincin melingkar DNA) dan
plasmid ini dimasukkan de dalam gugus sel tomat yang ditumbuhkan pada media yang
mengandung antibiotik. Gen kan(r) ini, ketika dibuat dalam sel, dihasilkan suatu substansi
yang disebut APH (3)II yang memiliki ketahanan sel terhadap antibiotik. Oleh karena itu,
tujuan dari bakteri tersebut adalah untuk mengidentifikasi sel yang berubah secara genetik.
Gen Flavr Savr dikode untuk untai RNA yang merupakan kebalikan dari suatu rantai RNA
yang secara alami terjadi pada tanaman.
Untai RNA asli pada tanaman bertanggung jawab terhadap produksi enzim
polygalakturonase. Polygalakturonase merusak pektin pada dinding sel tomat selama proses

pematangan

dan

menyebabkan
seluruh

tomat

menjadi lunak. Untai


komplementer RNA
dari gen tomat Flavr
Savr

terikat

pada

RNA
polygalakturonase dan dua untai tersebut saling melepaskan ikatan untuk mencegah produksi
polygalakturonase dan pelunakan tomat.
Produk akhir tomat Flavr Savr, dapat diizinkan untuk sepenuhnya matang pada pokok
pohon. Namun, pengenalan tomat Flavr Savr ke pasar pada pertengahan tahun 1990-an
menciptakan cukup banya kontroversi dan resistensi konsumen. Keamanan zat baru ini yang
diperkenalkan ke dalam produk makanan merupakan isu yang menyita perhatian pemerintah
dan masyarakat. Namun, setelah dilakukan penelitian oleh Calgene dan pembicaraan dengan
FDA, FDA menemukan tomat ini aman dan menyetujui tomat Flavr Savr pada 17 Mei 1994.
Berikut ini merupakan langkah-langkah transfer gen dalam pembuatan tomat Flavr
Savr :
1. Ikan Flounder mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen antisenescens yang
dapat menghambat enzim poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan
dinding sel tomat). Gen ini dipindahkan dari kromosom di dalam sel ikan Flounder.
2. DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli yang
disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari dua DNA berbeda
disebut sebagai DNA rekombinan.
3. DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam kembali
pada bakteri Escherichia coli.
4. Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah yang
sangat banyak.
5. Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang
dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair untuk
melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam tabung reaksi, lalu
disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke dalam dua lapisan dimana salah
satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini kemudian dipisahkan dari tabung, kemudian
ditambahkan enzim restriksi, yaitu ECO R1 yang berfungsi memotong di lokasi DNA
yang spesifik.

6. Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu ditambahkan enzim
ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk menyambungkan DNA, sehingga
dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku pada plasmid yang terdapat pada bakteri
bergabung dengan DNA sel tanaman tomat.
7. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang berupa cawan
petri yang mengandung media nutrien selektif.
8. Bibit tomat mulai ditanam.
Perusahaan Calgene menunjukkan keamanan dan uji dampak lingkungan di bawah
pengawasan FDA untuk meyakinkan masyarakat bahwa tomat transgenik aman untuk
dikonsumsi. Perusahaan tersebut mencoba mengatasi segala kekhawatiran yang mungkin
terkait dengan tomat yang telah diubah secara genetik. Beberapa pengujian yang dilakukan
Calgene untuk menepis kekhawatiran dari penelitian tomat Flavr Savr menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan penelitian oleh Calgene, pada tanggal 17 Mei 1994, FDA menyimpulkan:
tomat Flavr Savr belum berubah secara signifikan bila dibandingkan dengan varietas tomat
dengan riwayat penggunaan yang aman (konvensional, mengubah tomat non-genetik)" dan
"seaman tomat yang dikembangbiakkan dengan cara konvensional " serta tidak memerlukan
label khusus.

Walaupun manfaat utama dari tomat Flavr Savr dititikberatkan pada peningkatan rasa
untuk konsumen, kemungkinan rekayasa genetik tanaman hampir tak terbatas. Tanaman
dapat dibuat agar tahan lama, tahan serangan serangga atau jamur, atau tahan terhadap
kondisi cuaca yang kurang ideal (seperti dalam kasus stroberi antibeku) atau bahkan
membuat bahan kimia yang dapat diekstraksi dari jaringan tanaman dan digunakan sebagai
obat-obatan. Selain itu, kebutuhan untuk membuka lahan pertanian baru dan penggunaan
pestisida dapat dikurangi jika penggunaan tanaman rekayasa genetika menjadi lebih luas.
Keberhasilan penelitian tomat Flavr Savr oleh Calgene dibawah pengawasan ketat dari FDA
menunjukkan bahwa tanaman rekayasa genetika memiliki potensi yang aman untuk
dikonsumsi manusia dan lingkungan. Tanaman transgenik telah diuji keamanannya dan diatur
oleh FDA, yang membuktikan bahwa rekayasa genetik dari tanaman, dalam hal ini tomat
Flavr Savr terbukti aman untuk dikembangkan. Namun, masyarakat dan pemerintah harus
menanggapi kekhawatiran yang timbul dengan memberikan penjelasan ilmiah yang logis,
sehingga dapat mendidik seluruh lapisan masyarakat tentang masalah ini dan memberikan
kesempatan bagi perkembangan rekayasa genetika.
Secara umum, tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh negara-negara di
kawasan Amerika. Namun, banyak negara Eropa yang menolak tanaman transgenik karena
kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan lingkungan.

Sikap kontra yang ditimbulkan


dari adanya tanaman transgenik ini
dinyatakan

oleh

swadaya

lembaga-lembaga

masyarakat

seperti

Greenpeace dan Friends of the Earth


Internasional yang berada di masingmasing

negara.

LSM

sangat

memperhatikan kesehatan masyarakat,


terutama dalam kehigenisan makanan
yang dikonsumsi. Sejumlah negara Eropa khawatir bahkan melarang atau membatasi
penanaman dan pengimporan makanan transgenik. Sikap penolakan tersebut didasari oleh 3
hal, yakni manipulasi gen bertentangan dengan kodrat alami dan tidak etis, hasilnya
berbahaya bagi manusia dan berdampak buruk bagi lingkungan. Kekhawatiran terhadap
produk transgenik memunculkan Surat Terbuka Ilmuwan Dunia kepada Seluruh Pemerintah
Dunia. Isinya antara lain meminta penghentian segera seluruh pelepasan tanaman rekayasa
genetika. Alasannya, tanaman transgenik tidak memberikan keuntungan. Hasil panennya
secara signifikan rendah dan butuh lebih banyak herbisida. Makin pemperkuat monopoli
perusahaan atas bahan pangan dan memiskinkan petani kecil.
Masalah yang dihadapi dunia saat ini adalah besarnya jumlah penduduk yang kurang
gizi atau malnutrisi. Dengan adanya produk tanaman transgenik ini, dapat membantu
menangani masalah dunia yang mendesak yaitu pangan dan kelaparan. Apakah produk yang
dihasilkan dari transgenik ini aman dan sehat untuk dikonsumsi. Sebelum dipasarkan di
pasaran, jelas produk tanaman transgenik sudah diuji laboratorium mengenai keamanan dan
kesehatannya.
Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen baru bagi manusia.
Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman
transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian potensi alergi dan
toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi.
Dapat disimpulkan bahwa meskipun tanaman transgenik seperti Tomat Flavr Savr
memiliki rasa yang sama seperti tomat pada umumnya namun lebih tahan lama, tahan
serangan serangga atau jamur, atau tahan terhadap kondisi cuaca yang kurang ideal atau
bahkan membuat bahan kimia yang dapat diekstraksi dari jaringan tanaman dan digunakan
sebagai obat-obatan, tetap saja keberadaannya masih diragukan dan menimbulkan kontroversi
dunia.

Anda mungkin juga menyukai