pematangan
dan
menyebabkan
seluruh
tomat
terikat
pada
RNA
polygalakturonase dan dua untai tersebut saling melepaskan ikatan untuk mencegah produksi
polygalakturonase dan pelunakan tomat.
Produk akhir tomat Flavr Savr, dapat diizinkan untuk sepenuhnya matang pada pokok
pohon. Namun, pengenalan tomat Flavr Savr ke pasar pada pertengahan tahun 1990-an
menciptakan cukup banya kontroversi dan resistensi konsumen. Keamanan zat baru ini yang
diperkenalkan ke dalam produk makanan merupakan isu yang menyita perhatian pemerintah
dan masyarakat. Namun, setelah dilakukan penelitian oleh Calgene dan pembicaraan dengan
FDA, FDA menemukan tomat ini aman dan menyetujui tomat Flavr Savr pada 17 Mei 1994.
Berikut ini merupakan langkah-langkah transfer gen dalam pembuatan tomat Flavr
Savr :
1. Ikan Flounder mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen antisenescens yang
dapat menghambat enzim poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan
dinding sel tomat). Gen ini dipindahkan dari kromosom di dalam sel ikan Flounder.
2. DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli yang
disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari dua DNA berbeda
disebut sebagai DNA rekombinan.
3. DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam kembali
pada bakteri Escherichia coli.
4. Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah yang
sangat banyak.
5. Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang
dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair untuk
melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam tabung reaksi, lalu
disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke dalam dua lapisan dimana salah
satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini kemudian dipisahkan dari tabung, kemudian
ditambahkan enzim restriksi, yaitu ECO R1 yang berfungsi memotong di lokasi DNA
yang spesifik.
6. Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu ditambahkan enzim
ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk menyambungkan DNA, sehingga
dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku pada plasmid yang terdapat pada bakteri
bergabung dengan DNA sel tanaman tomat.
7. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang berupa cawan
petri yang mengandung media nutrien selektif.
8. Bibit tomat mulai ditanam.
Perusahaan Calgene menunjukkan keamanan dan uji dampak lingkungan di bawah
pengawasan FDA untuk meyakinkan masyarakat bahwa tomat transgenik aman untuk
dikonsumsi. Perusahaan tersebut mencoba mengatasi segala kekhawatiran yang mungkin
terkait dengan tomat yang telah diubah secara genetik. Beberapa pengujian yang dilakukan
Calgene untuk menepis kekhawatiran dari penelitian tomat Flavr Savr menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan penelitian oleh Calgene, pada tanggal 17 Mei 1994, FDA menyimpulkan:
tomat Flavr Savr belum berubah secara signifikan bila dibandingkan dengan varietas tomat
dengan riwayat penggunaan yang aman (konvensional, mengubah tomat non-genetik)" dan
"seaman tomat yang dikembangbiakkan dengan cara konvensional " serta tidak memerlukan
label khusus.
Walaupun manfaat utama dari tomat Flavr Savr dititikberatkan pada peningkatan rasa
untuk konsumen, kemungkinan rekayasa genetik tanaman hampir tak terbatas. Tanaman
dapat dibuat agar tahan lama, tahan serangan serangga atau jamur, atau tahan terhadap
kondisi cuaca yang kurang ideal (seperti dalam kasus stroberi antibeku) atau bahkan
membuat bahan kimia yang dapat diekstraksi dari jaringan tanaman dan digunakan sebagai
obat-obatan. Selain itu, kebutuhan untuk membuka lahan pertanian baru dan penggunaan
pestisida dapat dikurangi jika penggunaan tanaman rekayasa genetika menjadi lebih luas.
Keberhasilan penelitian tomat Flavr Savr oleh Calgene dibawah pengawasan ketat dari FDA
menunjukkan bahwa tanaman rekayasa genetika memiliki potensi yang aman untuk
dikonsumsi manusia dan lingkungan. Tanaman transgenik telah diuji keamanannya dan diatur
oleh FDA, yang membuktikan bahwa rekayasa genetik dari tanaman, dalam hal ini tomat
Flavr Savr terbukti aman untuk dikembangkan. Namun, masyarakat dan pemerintah harus
menanggapi kekhawatiran yang timbul dengan memberikan penjelasan ilmiah yang logis,
sehingga dapat mendidik seluruh lapisan masyarakat tentang masalah ini dan memberikan
kesempatan bagi perkembangan rekayasa genetika.
Secara umum, tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh negara-negara di
kawasan Amerika. Namun, banyak negara Eropa yang menolak tanaman transgenik karena
kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan lingkungan.
oleh
swadaya
lembaga-lembaga
masyarakat
seperti
negara.
LSM
sangat