Faktor Biotik
Predator Faktor makanan
Parasitoid SERANGGA HAMA Kualitas
Patogen Kuantitas
Pesaing
Faktor Lain
Van den Bosch et al. mengemukakan
terminologi sbb:
SEJARAH PENGENDALIAN
HAYATI
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Secara universal dapat dibagi atas tiga
periode
Periode Awal tahun 200 1887 (sedikit informasi
tentang keberhasilan PH yang terdokumentasi)
G. Tipe-tipe Hyperparasitisme
1. Langsung
2. Tidak langsung
3. Fakultatif
4. Obligat
5. Autoparasitisme (heteronomus)
6. Cleptoparasitisme
Mekanisme Reproduksi pada Hymenoptera Parasitik
Telur
Larva atau nymfa
Pupa
Dewasa
Kombinasi
CS. Holing mengemukakan 2 tanggap predator
terhadap mangsa:
1. Tanggap numerik, yaitu tanggap populasi
predator terhadap perubahan mangsa yang
dimakan
2. Tanggap fungsional, yaitu tanggap individu
predator terhadap perubahan jumlah mangsa
yang ada, makin bertambah mangsa maka
jumlah yang dimakan juga meningkat sampai
pada jumlah mangsa tertentu
Masalah yang dihadapi predator:
Mangsa aktif bergerak
Mellerian mimicry
occurs when a species that is
poisonous or unpalatable to
predators possesses the same
coloring or shape as another
species that is also poisonous
or unpalatable. Both species
benefit since predators avoid
either species.
Viceroy Monarch
Viceroy butterflies have long been thought to be palatable mimics of
Monarchs, which are distasteful and toxic. More recently, ecologists
have determined that both Viceroys and Monarchs are distasteful,
making this a classic example of Mullerian mimicry in which both
species benefit.
Bentuk lain dari mimikri
Eye spots mimic birds or snakes, that when
flashed can startle a predator giving it a few
extra seconds to escape.
Eye-spots also give predators a false
target. A butterfly has a better chance of
surviving an attack to the outer part of its wing
than an attack to the head.
Importasi
Setelah kandidat musuh alami yang tepat
ditemukan, selanjutnya yang penting adalah
memperoleh izin ekspor musuh alami tersebut
dan mengimpor ke dalam negara target
untuk persiapan pelepasan
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)
Pengujian di karantina
Semua musuh alami yang diimpor di pelihara di
pasilitas karantina satu sampai beberapa generasi
untuk meeradikasi patogen atau hiperparasit yang
ikut terbawa bersama musuh alami.
Selanjutnya dilakukan evaluasi atau pengujian
kerentanan organisme non target terhadap
serangan organisme yang diimpor.
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)
PENTINGNYA PENGENDALIAN
HAYATI DALAM SISTEM PHT
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Masalah Akibat Penggunaan Pestisida
1. Perkembangan resistensi insektisida pd serangga
hama
2. Resurgensi populasi hama yg diaplikasi dgn
insektisida, hal ini ditandai dgn cepatnya pop hama
meningkat mencapai ambang ekonomi segera stlh
diaplikasi insektisida.
3. Munculnya hama sekunder; hama ini relatif tdk
terpengaruh thdp insektisida, tapi musuh alami hama
ini ikut terbunuh.
Masalah Akibat Penggunaan Pestisida
4. Masalah residu, keracunan thdp petani, dan
pencemaran lingkungan
5. Membunuh serangga bermanfaat lainny spt lebah
madu
6. Meningkatkan biaya produksi (insektisida, tenaga
kerja, dan peralatan)
Praktek Pengelolaan yg Menyebabkan Sindrom
Pestisida
Doutt & Smith (1971); petani sangat tergantung pada pestisida utk
pengendalian hama, Van den Bosch; selanjutnya mengemukakan istilah
pesticide treadmill untuk petani kecanduan pestisida
Sindrom pestisida trdr atas banyak fase; satu contoh yg baik adalah
kasus petani kapas di lembah Canete Peru dr 1940 1960
1. Fase ekspolitasi; pd fase ini pertanian tlh berorientasi pasar,
produksi tinggi mrpkan sasaran utama sistem produksi. Sbg alat utk
pengendalian hama digunakan pestisida. Pd awalnya hasil
meningkat, tapi pd 1949 hasil turun dan terjadi ledakan hama
budworm dan aphid
2. Fase krisis (1949-1955); pestisida lbh sering digunakan utk mencapai
pengendalian yg efektif. Pd fase ini terjadi resurjensi, resistensi, dan hama
sekunder. Fase ini ditandai oleh:
a. Hasil berlipat