Anda di halaman 1dari 213

PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

DEFENISI DAN RUANG LINGKUP


PENGENDALIAN HAYATI
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Defenisi:

HS. Smith (1919) merupakan orang pertama yang


mengunakan istilah Biological control untuk pengendalian
serangga hama mengunakan musuh alami (introduksi /
manipulasi)
Defenisi:
P. DeBach (1964)
Natural control: terpeliharanya kepadatan populasi suatu
organisme pada suatu periode waktu tertentu oleh
tindakan dari faktor lingkungan abiotik dan/atau biotik
Biological control: kerja parasitoid, predator dan patogen
dalam menjaga kepadatan populasi organisme lain di
bawah populasi rata-rata jika dibanding musuh alami
tidak ada
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Serangga Hama
Faktor Iklim
Makro
Mikro

Faktor Biotik
Predator Faktor makanan
Parasitoid SERANGGA HAMA Kualitas
Patogen Kuantitas
Pesaing

Faktor Lain
Van den Bosch et al. mengemukakan
terminologi sbb:

Applied biological control as the manipulation of


natural enemies by man to control pests (Manipulasi
musuh alami oleh manusia untuk pengendalian hama)

Natural biological control as that control that occurs


without mans intervention (Pengendalian yg terjadi
tanpa campur tangan manusia)
Metode PH yang digunakan:
1. Introduksi, yaitu usaha memasukkan musuh alami dari
suatu tempat ke daerah lain, terutama untuk hama eksotik

2. Konservasi, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk


memapankan musuh alami yang sudah ada agar mampu
bertahan dan bereproduksi.

3. Augmentasi, yaitu usaha untuk menaikkan /


memperbanyak / memperbesar populasi di lapangan yang
pada awalnya diperbanyak di laboratorium.
Augmentasi, terbagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :

1. Inundasi, yaitu melepaskan musuh alami


dalam jumlah yang banyak untuk menekan
secara langsung populasi hama sehingga
hasilnya langsung dilihat (mirip dengan
pestisida), tidak memapankan agen hayati
sehingga harus dilakukan berkali-kali, biasanya
digunakan patogen.
2. Inokulasi, yaitu melepaskan musuh alami
tidak terlalu banyak tetapi diharapkan terjadi
pemapanan populasi musuh alami sehingga
tidak perlu dilakukan berkali-kali.
Target dan Agens Pengendalian hayati

A. Arthropoda hama (terutama serangga dan tungau)


B. Gulma (herba dan semak-semak)
C. Binatang lain (vertebrata, siput, alga, dan jamur)
Serangga merupakan target yang sangat
umum

Hampir 550 sp menjadi target dlm >1200 program


introduksi di seluruh dunia

Keberhasilan PH banyak pada hama dari ordo


Homoptera, karena hama ini banyak terbawa pada
tananam yang diperdagangkan secara internasional.

Musuh alami menjadi sangat penting dalam menekan


populasi hama ordo Homoptera.
Origins of Pests:

Indigenous (native) organisme dalam suatu daerah tertentu


yang berkembang dalam lokasi tersebut

Endemic (precinctive)- organisme asli yang tidak terdapat


di daerah mana pun
Origins of Pests:

Adventive (exotic) organisme dalam suatu daerah tertentu


yang tidak berkembang disana, tetapi berasal dari tempat
yang lain
Immigrants spesies eksotik yang tidak secara bebas
dibawa ke suatu daerah yang baru oleh manusia
Introduced spesies eksotik yang secara bebas dibawa
ke suatu daerah oleh manusia dengan sengaja
Target Pengendalian hayati:

Beberapa famili dari tungau telah menjdi target PH,


yaitu:
Rust mites (Eriophyidae)
Tarsonemid mites (thread footed mites)
especially spider mites (Tetranychidae)
Target Pengendalian hayati:

Keong/siput juga menjadi target PH:


Beberapa spesiesnya herbivora dan menyerang
tananaman pertanian
Beberapa spesiesnya menjadi inang alternatif
bagi patogen manusia dan hewan ternak
Target Pengendalian hayati:

Gulma telah menjadi target PH dalam banyak ekosistem,


yaitu: hutan dan pertanian serta ekosistem baik terrestrial
maupun aquatic

Sekitar 47% gulma yang menjadi target termasuk ke dalam


3 famili, yaitu:
Asteraceae
Cactaceae
Mimosaceae
Agens Pengendalian Hayati (Parasitoid):

Parasitoid merupakan tipe musuh alami yang


paling umum yang digunakan untuk
mengendalikan serangga hama

Kebanyakan parasitoid yang digunakan termasuk


ke dalam ordo Hymenoptera dan sebagian kecil
dari Diptera
Agens Pengendalian Hayati (Parasitoid):
Setidaknya 26 famili parasitoid telah digunakan dan kebanyakan
termasuk ke dalam:
Braconidae
Ichneumonidae
Eulophidae
Pteromalidae
Encyrtidae
Aphelinidae
Untuk ordo Diptera, famili yang paling sering digunakan termasuk
dalam kelompokTachinidae
Agens Pengendalian Hayati (Predator):

Spiders (Araneae) are virtually all predacious - their role in


pest suppression is becoming more recognized
Predacious mites (Phytoseiidae) are important in controlling
spider mites
Fish (Gambusia affinis) have been used through
augmentative releases for the control of mosquito larvae
Patogen dan nematoda
Merupakan sumber alam yang penting bagi kematian dari banyak
spesies
Beberapa telah diformulasikan secara komersial dan dikenal
sebagai insektisida, beberapa diantaranya :
bacteria (contohnya genus Bacillus)
viruses (contohnya Baculoviridea) fungi
(contohnya Entomophthoraceae) protozoa
(including microsporidians) nematodes
(contohnya Steinernematidae dan
Heterorhabditidae)
European Corn Worm with Beauveria sp.

Termite with Steinernema sp nematodes


Agens Pengendalian Hayati:
Weed attacking herbivores:
Most herbivores released for weed control have been insects (highly
specific and fast reproduction)
most releases have been either beetles:
Chrysomelidae (leaf beetles)
Curculionidae (weevils)
Cerambycidae (long horned beetles)
or Lepidoptera:
Pyralidae
Diptera: Tephritidae (fruit flies), Hemiptera: Dactylopiidae (cochineal
insects)Acari: spider mites and rust mites have also been used
Keuntungan Pengendalian hayati:
Tingkat keberhasilan PH tinggi
PH dapat bekerja dengan sendirinya
Sedikit sekali yg diketahui berbahaya thdp manusia, lingkungan
dll
Beberapa musuh alami bereproduksi dgn cepat
Beberapa musuh alami mempunyai daya cari yang tinggi
Beberapa musuh alami dpt survival pd saat pop inang rendah
Belum ada data yg menunjukkan ada resistensi inang thdp
musuh alami (walaupun hal ini mungkin saja bisa terjadi)
Keterbatasan Pengendalian hayati:
Populasi inang masih ada di lapangan pada tingkat tertentu. Hal ini
tergantung pada sifat-sifat inang, musuh alami dan lingkungan.
Mungkin saja inang masih merusak secara ekonomi
PH dapat berhasil utk satu hama dlm suatu sistem, tetapi untuk hama
lain perlu pendekatan yang terintegrasi
Banyak penelitian yg telah dilakukan utk mencari musuh alami yang
efektif, tetapi tidak ada garansi keberhasilannya
Keberhasilan PH jarang terjadi pada beberapa bidang seperti: PH
patogen Tan., Serangga Vektor penyakit tan., Kedokteran, dll.
TERIMA KASIH
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

SEJARAH PENGENDALIAN
HAYATI
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Secara universal dapat dibagi atas tiga
periode
Periode Awal tahun 200 1887 (sedikit informasi
tentang keberhasilan PH yang terdokumentasi)

Periode Pertengahan 1888 1955 (introduksi kumbang


Vedalia Rodolia cardinalis Mulsant)

Periode Moderen tahun 1957 sampai sekarang


(dicirikan oleh perencanaan yang lebih hati-hati dan
evaluasi yang lebih tepat)
Sejarah PH (Periode Awal 200 - 1887)
Tahun 200 sampai 1200 : agens pengendalian hayati digunakan
untuk augmentasi
Petani cina pertama kali menggunakan semut rangrang
(Oecophylla samaragdina) utk mengendalikan serangga hama
jeruk Tessaratoma papillosa (Hemiptera)
Pada thn 1200 di Yaman Arab Saudi Semut ini juga digunakan
utk mengendalikan hama tanaman palm. Sarang-sarang
semut yg terdapat di sekeliling perkebunan palm diambil
dilepas ke dalam kebun palm
Pada thn 1200 juga diketahui bahwa kumbang Coccinellidae
dapat mengendalikan hama Aphid dan Scales
Sejarah PH (Periode Awal 200 - 1887)
Tahun 1300-1799: Pengendalian hayati mulai dikenali
dan dicatat
Aldrovandi mencatat cocoon atau pupa Apanteles
glomeratus pada Pieris rapae yang terparasit pada
tahun 1602, awalnya cocoon tersebut dikira telur
serangga.
Patogen serangga pertama kali diperkenalkan oleh
de Reaumur pada tahun 1729. Patogen tersebut
adalah jamur Cordyceps pada Noctuidae
(Lepidoptera).
Sejarah PH (Periode Awal 200 - 1887)

Burung mynah, Acridotheres tristis berhasil


diintroduksikan dari India ke Mauritius untuk
mengendalikan belalang kembara merah,
Nomadacris septemfasciata pada tahun 1762

Pengendalian bedbug, Cimex lectularius berhasil


dengan melepaskan predator Pentatomidae,
Picromerius bidens pada tahun 1776 di Eropa.
Sejarah PH (Periode Awal 200 - 1887)
Tahun 1800 sampai 1849: dalam periode ini
perkembangan PH di Eropa sangat pesat, baik
pengetahuan dasar maupun aplikasinya.

Pada tahun sekitar 1800, Darwin telah


mengemukan bahwa Ichneumonidae sebagai
faktor pengendalian alami untuk ulat kubis.
Hartig (German) mengusulkan untuk
memperbanyak parasitoid dari ulat yang terparasit
untuk pelepasan massal pada tahun 1827.
Sejarah PH (Periode Awal 200 - 1887)

Kollar (Austria) menulis suatu artikel tentang


pentingnya serangga entomofag di alam pada
tahun 1837. Kollar telah melakukan studi biologis
parasitoid dan melaporkan pertama kali keberadaan
parasitoid telur.

Selama tahun 1840an pelepasan predator


digunakan untuk pengendalian ngengat gypsy dan
hama lain di Italia.
Sejarah PH (Periode Awal 200 - 1887)

Tahun 1850 sampai 1887: Selama periode ini fokus


pengendalian hayati pindah ke Amerika Serikat.

Dari 1850-1870 banyak tanaman dibudidayakan di


Amerika Serikat (California), pada awalnya tanaman
bebas dari hama, tetapi akhirnya petani melihat
tanaman banyak diserang oleh hama.
Asa Fitch (New York) menyaran mengimpor
parasitoid dari Eropa untuk mengendalikan hama
ganjur gandum, Contarinia tritici pada tahun 1856.
Sejarah PH (Periode Awal 200 - 1887)
Selama periode ini, Benjamin Walsh (Illinois) aktif
bekerja untuk mengimportasi musuh alami untuk
pengendalian serangga hama eksotik di Amerika
Serikat

Thn 1883 Departemen Pertanian Amerika Serikat


mengimpor Apanteles glomeratus dari Inggris untuk
pengendalian P. rapae. Parasitoid dilepas di Iowa,
Nebraska dan Missouri. Hal ini merupakan peristiwa
pengapalan parasitoid pertama kali.
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888 -1955)

Tahun 1888 sampai 1889: Proyek Cattony cushion scale

Cattony cushion scale, Icerya purcasi Maskell,


ditemukan pertama kali pd acasia thn 1868 di Menlo
Park, California.
Hama ini menyebar dengan cepat ke bagian
selatan California dan sebelum 1887 telah
mengancam industri pengalengan jeruk di
California.
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888 -1955)

Pada tahun 1887 tersebut tidak ada satupun


metode pengendalian yang digunakan efektif.
Pada tahun 1888 Koebele dikirim ke Australia untuk
mengekplorasi musuh alami dari Cattony cushion
scale.
Koebele mengirim 12.000 individu Cryptochaetum
icerya dan 129 individu Rodolia cardinalis (vedalia
beetle).
Icerya purcasi
Cryptochetum iceryae
Rodolia cardinalis
Rodolia cardinalis-Larva
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888-1955)
Tahun 1889 sampai 1899: periode pengembangan
pengendalian hayati.

Mengikuti keberhasilan pada tahun 1889, Riley


diminta untuk mengirim Koebele kembali ke
Australia mencari parasitoid untuk hama scale lain
di California.
Koebele bekerja pada proyek pengendalian hayati
sampai tahun 1912 dan akhirnya berhenti karena
kesehatannya
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888-1955)

Pada tahun 1894 LO. Howard menggantikan CV.


Riley sebagai kepala Devisi Entomologi
Dep.Pertanian Amerika
G. Compere (1899) merupakan orang pertama yang
khusus disewa untuk bekerja pada program
pengendalian hayati. Dia bekerja sebagai kolektor
asing sampai 1910, selama waktu tersebut dia
mengirim banyak sekali serangga bermanfaat ke
California dari berbagai belahan dunia
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888-1955)

Tahun 1900 sampai 1930: Wajah baru pengendalian hayati

Proyek ngengat gypsy di New England (1905


1911), yang diketuai oleh WF. Fiske. Howard
melakukan ekplorasi di eropa dan mengimpor
parasitoid ke Amerika Serikat. Banyak ahli
entomologi yang bekerja dengan proyek tersebut
diantaranya H.S. Smith, W.R. Thomson dan P.H.
Timberlake.
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888-1955)

Proyek Suger-cane Leafhopper di Hawai (1904 -


1920). Asosiasi petani tebu di Hawai membentuk
suatu Divisi Entomologi pada tahun 1904
Berliner (1911) melaporkan bahwa Bacillus
thuringiensis sebagai agens penyebab penyakit
bakteri pada Mediterranean flourmoth
Dari tahun 1913-1927 banyak dibentuk Lab PH di
Amerika dipelopori oleh Universitas California
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888-1955)

Tahun 1930 sampai 1956: Ekspansi dan kemundurun


pengendalian hayati
Dari tahun 1930-1940 merupakan puncak aktivitas
PH di dunia dengan establishnya 57 jenis musuh
alami di berbagai tempat.
PD II menyebabkan kemunduran yang sangat tajam
aktifitas PH
Sejarah PH (Periode pertengahan: 1888-1955)

Setelah PD II, PH tidak populer lagi karena produksi


insektisida organik sintetik relatif murah, sehingga
penelitian bidang entomologi berpindah ke
penelitian pestisida.
Organisasi PH internasional (IOBC) mempublikasi
jurnal Entomophaga pada tahun 1956 yaitu suatu
jurnal pengendalian hayati atropoda hama dan
spesies gulma.
Sejarah PH (Periode Moderen: 1957- sekarang)

Pada tahun 1959, Vern Stern el al. menyusun ide tentang


Ambang Ekonomi (AE) dan Tingkat Kerusakan Ekonomi
(TKE).
Setelah publikasi buku Rachel Carson yang berjudul
Silent Spring (1962) minat dan perhatian orang terhadap
ekologi dan lingkungan semakin meningkat
Pada tahun 1964, Paul DeBach dan Even I. Schliner
(Devisi Pengendalian Hayati Universitas California,
Riverside) mempublikasikan sebuah buku Biological
Control of Insect and weeds.
Sejarah PH (Periode Moderen: 1957- sekarang)

Pada tahun 1983, Frank Howarth mempublikasikan


papernya yang berjudul Biological Control: Panacea or
Pandoras Box. Paper Howarth mengungkapkan bahwa
pengendalian hayati klasik artropoda secara signifikan
dapat menyebabkan kepunahan spesies lain (spesies
endemik).
Pada tahun 1990an terbit dua jurnal lagi yaitu Biological
Control: Theory and Aplication in Pest Management
(Academic Press) dan Biocontrol Science and Technology
(Carfax Publising). Jurnal Entomophaga berubah
namanya menjadi Biocontrol pada tahun 1997.
Sejarah PH di Indonesia
Sebelum Perang Dunia II (Zaman kolonial
Belanda)

Pada waktu itu pengendalian hayati sebagian besar


diterapkan pada perkebunan rakyat khususnya kelapa.

Pengendalian hama Sexava nubila (Stall.)


menggunakan parasitoid telur Leefmansia bicolor
Waterston (Hym: Trichogrammatidae) yang
diintroduksi dari Ambon ke Sangir Talaud pada tahun
1925 1940.
Sebelum Perang Dunia II (Zaman kolonial
Belanda)

Pengendalian Aspidiotus destructor Sign (Hom:


Diaspidae) menggunakan parasitoid Aphytis
Chrysomphali Merc (Hym: Aphelinidae) yang
diintroduksi dari Jawa ke Bali pada tahun 1935.

Pengendalian Oryctes rhinoceros (Linn.) (Col:


Scarabaeidae) menggunakan parasitoid Scolia
oryctophaga Coq. (Hym: Scoliidae) yang diintroduksi
dari Mauritius pada tahun 1934-1936.
Setelah Perang Dunia II

Usaha-usaha pengendalian hayati mulai ada pada


tanaman hortikultura, tanaman perkebunan semusim dan
tahunan (kubis, tebu, kapas, kopi)

Pengendalian Plutella xylostella (Lep:


Yponomeutidae) menggunakan parasitoid
Diadegma eucerophaga Horsm. (Hym:
Ichneumonidae) yang diintroduksi dari New Zealand
ke Jawa Barat pada tahun 1950.
Setelah Perang Dunia II

Pengendalian Chilo spp, Tryporyza nivella (Lep:


Pyralidae) menggunakan Trichogramma spp. (Hym:
Trichogrammatidae) sejak tahun 1970an

Pengendalian Heteropsylla cubana (Hom: Psyllidae)


menggunakan Psyllaephagus yaseeni Noyes (Hym:
Encyrtidae) yang diintroduksi dari Thailand pada
tahun 1988.
TERIMA KASIH
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

DASAR EKOLOGI PENGENDALIAN


HAYATI
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Populasi serangga dan Dinamika Populasi
A. Populasi: sekelompok individu organisme dari spesies sama
yang menempati ruang / lokasi tertentu
B. Populasi terbagi atas beberapa unit yg lebih kecil yg
ditemukan pd suatu area tertentu disebut deme
C. Demografi adalah studi tentang statistik vital populasi
D. Dinamika populasi merupakan aspek dari ekologi populasi
yang berhubungan dengan faktor yg mempengaruhi perubahan
atau pertumbuhan populasi
Populasi serangga dan Dinamika Populasi
E. Populasi mempunyai dua konsep dasar
Populasi punya ukuran minimum
Populasi menempati suatu area & terdapat sumberdaya yang
diperlukan
F. Konsep dasar di atas harus ada dan dapat diduga melalui atribut-atribut
statistik vital berikut ini:
Natalitas
Mortalitas
Distribusi umur
Sex ratio
Populasi serangga dan Dinamika Populasi
E. Suatu populasi organisme mengalami hal-hal berikut
Tumbuh dan memencar
Genetic variability dan continuity in time
F. Populasi bukanlah kumpulan spesies yang terisolasi,
tetapi berada dalam suatu komunitas bersama-sama
dengan populasi spesies lain
Komunitas
A. Komunitas adalah kumpulan populasi yang menempati suatu daerah
tertentu , contohnya komunitas pohon, komunitas serangga dll.
B. Tingkat tropik dpt dibedakan antara spesies yg berinteraksi yaitu:
Produser Utama (Tumbuhan Hijau)
Konsumen Utama (Herbivor)
Konsumen Kedua (carnivor)
Decomposer
Scavenger
Komunitas
C. Rantai makanan dapat dibedakan dalam komunitas, rantai-rantai
makanan ini akan membetuk jejaring makanan.
Rantai makanan: suatu jalur tropik atau suksesi dr populasi
melalui aliran energi dalam suatu ekosistem sbg akibat dr
proses makan-memakan
Jejaring makanan: suatu cabang dari rantai makanan yg
kompleks yg menghubungkan berbagai populasi dalam
suatu ekosistem

D. Komunitas berada di dalam ekosistem


Ekosistem

A. Ekosistem merupakan suatu tatanan kesatuan


secara utuh menyeluruh antar segenap unsur
lingkungan hidup (komunitas dan lingkungan
biotiknya) yang saling mempengaruhi.
Ekosistem
B. Dalam pengendalian hayati kita berhubungan dengan
agroecosystem yaitu ekosistem yg terdiri atas lahan
pertanian, tanaman yg dipilih atau ditanam, dan
binatang lain yg berasosiasi dengan tanaman
tersebut. Sistem ini adalah sistem yang sangat
sederhana dan dapat sangat tidak stabil
C. Di dalam ekosistem alami populasi berada dalam
keadaan seimbang atau homeostasis (Herbert
Spencer 1897)
Populasi Arthropoda Hama dalam Agroekosistem

A. Dalam agroekosistem populasi arthropoda hama


diusahakan berada di bawah ambang ekonomi (bukan
eradikasi)
B. Tingkat kerusakan ekonomik: kepadatan populasi
hama yg terendah yg dapat mengakibatkan
kerusakan ekonomi pada tanaman
Populasi Arthropoda Hama dalam Agroekosistem

C. Ambang ekonomik: kepadatan populasi hama yg


memerlukan tindakan pengendalian utk mencegah
terjadinya peningkatan populasi berikutnya yg dapat
mencapai tingkat kerusakan ekonomik
D. Ambang ekonomi disebut juga ambang tidakan
pengendalian hama, ambang ini tidak dipengaruhi
oleh harga produk, tetapi dihubungkan dgn
kehilangan hasil
Populasi Arthropoda Hama dalam Agroekosistem

E. Kebanyakan populasi serangga hama diatur oleh


pengendalian alami pada tingkat populasi yg sangat
rendah dan tidak dianggap sebagai hama
F. Hanya 10 rb s/d 30 rb dr satu juta spesies serangga
yang menjadi hama. Hama ini makan pada berbagai
tanaman pertanian, kehutanan, makanan ternak, dan
sebagai vektor penyakit manusia
Populasi Arthropoda Hama dalam Agroekosistem

G. Pengendalian alami (kombinasi faktor abitik dan


biotik) mengatur populasi hama pada tingkat
keseimbangan umum dan selalu berfluktuasi disekitar
keseimbangan umum tersebut
Pertumbuhan dan Pengaturan Populasi

A. Ekologi populasi berasal dr studi demografi populasi


manusia yg dipraktekkan oleh petugas sensus Cina
dan Mesir
B. Malthus (1803) membahas tentang pertumbuhan
populasi manusia dalam tulisan yg berjudul Principle
population. Ide Malthus ini sama dgn konsep
pengaturan populasi yg dikemukan oleh Giovani
Botero (1588)
Pertumbuhan dan Pengaturan Populasi

C. Ide Malthus ttg laju pertumbuhan populasi manusia


secara eksponensial dan suplay makanan secara linier,
menjadi terkenal dengan malthusian principle
D. Ide malthus ini banyak mendapat kritikan, krn
menganggap manusian tidak bisa mengatur kelahiran
dan populasi meningkat tanpa batas
Pertumbuhan dan Pengaturan Populasi
E. Charles Darwin (1859) menerima ide malthus, tetapi dia
memberi penekanan pada:
Faktor mortalitas biotik dalam lingkungan
Kompetisi sebagai faktor utama pengaturan populasi
Iklim sebagai salah satu faktor yg membatasi pertumbuhan populasi
F. Herbert Spencer (1897) mengemukakan bhw ekosistem yg
heterogen lebih stabil daripada yang homogen
G. Harry Schot Smith (1929) menyatakan introduksi kompleks
Musuh Alami lebih baik daripada spesies tunggal dalam
program PH klasik.
TERIMA KASIH
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

BIOLOGI DAN HUBUNGAN


INANG PARASITOID
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Defenisi Parasitoid dan Inang

o Parasitoid: serangga parasitik yang hidup pada /


di dalam serangga inang dan membunuhnya
o Inang: serangga yg diserang / diparasitik oleh
parasitoid
Ciri-ciri Parasitoid
1. Parasitoid merusak inangnya selama perkembangan
2. Inang parasitoid biasanya dr taksonomi yg sama
3. Parasitoid relatif kecil terhadap inangnya
4. Dewasa parasitoid hidup bebas dan hanya stadia pradewasa yg
memparasit inangnya
5. Parasitoid berkembang hanya pd satu individu inang selama
stadia pradewasa
6. Peran parasitoid thdp dinamika populasi sama dgn serangga
predator
Parasitoid dapat Dikelompokan berdasarkan:

A. Perkembangan di luar atau dalam tubuh inang


1. Endoparasitoid
2. Ektoparasitoid
B. Jumlah pradewasa per individu inang
1. Parasitoid soliter
2. Parasitoid gregarius
Parasitoid dapat Dikelompokan berdasarkan:
C. Stadia inang yg diserang
1. Telur
2. Larva atau Nimfa
3. Pupa
4. Imago
5. Kombinasi (telur-larva; larva-pupa)
D. Pengaruh thdp perkembangan inang
1. Idiobiont (ex. parasitoid telur dan larva)
2. Koinobiont (ex. parasitoid larva-pupa)
Parasitoid dapat Dikelompokan berdasarkan:

E. Tingkat tropik pada rantai makanan


1. Parasitoid primer
2. Parasitoid sekunder
3. Parasitoid tersier
F. Kompetisi antara pradewasa parasitoid dalam tubuh
inang
1. Superparasitisme (1spesies parasitoid)
2. Parasitisme ganda (multiple parasitism)
Parasitoid dapat Dikelompokan berdasarkan:

G. Tipe-tipe Hyperparasitisme
1. Langsung
2. Tidak langsung
3. Fakultatif
4. Obligat
5. Autoparasitisme (heteronomus)
6. Cleptoparasitisme
Mekanisme Reproduksi pada Hymenoptera Parasitik

Semua Hymenoptera memperlihatkan fenomena


partenogenesis haploid; telur yg dibuahi berkembang
menjadi anak betina diploid dan yang tidak dibuahi
menjadi anak jantan haploid
Mekanisme Reproduksi pada Hymenoptera Parasitik

Mekanis reproduksi dapat dibagi atas 3 tipe


1. Arrhenotoky: telur yg dibuahi menghasil betina dan yg
tidak dibuahi menghasilkan jantan (biparental)
2. Deuterotoky: betina yg tidak kawin menghasilkan anak
betina dan jantan (uniparental); jantan yg dihasilkan
secara biologi dan ekologi tdk fungsional.
3. Thelyotoky: hanya anak betina yg dihasilkan, jantan tdk
diketahui (uniparental)
Aspek Prilaku dan Fisiologi Reproduksi Parasitoid

A. Periode sebelum kawin; kebanyakan parasitoid segera kawin


setelah muncul dari pupa
B. Prilaku kawin; prilaku bercumbu sblm kawin, setelah kawin
betina cendrung menolak jantan
C. Periode preoviposisi; periode ini pd bbrp sp tdk ada,
fakultatif, dan obligat. Hal ini dihubungkan dgn kebutuhan
nutrisi utk produksi telur. Prilaku produksi telur dibagi atas:
1. Proovigenik
2. Synovigenik
Aspek Prilaku dan Fisiologi Reproduksi Parasitoid

D. Prilaku pemilihan inang


1. Penemuan habitat inang
2. Penemuan inang
3. Penerimaan inang
4. Kesesuaian inang
Stadia Perkembangan Parasitoid

A. Tipe telur; bentuk telur pada parasitoid tidak sama


dan banyak mengalami adaptasi dan modifikasi
B. Embriologi; biasanya parasitoid meletakan sebagai
atau seluruh telur yg telah matang di dalam, pada
atau dekat inang atau larva shg saat menetas larva
parasitoid bisa langsung makan (monoembriony dan
polyembriony)
Stadia Perkembangan Parasitoid

C. Polyembriony; produksi banyak larva dr satu telur. Ciri-ciri


spesies polyembriony adalah:
1. Telur diletakan dlm telur atau larva muda dari inang dan
parasitoid berkembang sampai stadia larva instar akhir
atau pupa inang
2. Jumlah anak yg berkembang dlm satu inang 1000 s/d
3000 individu
3. Proporsi utama anak hanya satu sex atau campuran dgn
variasi sek ratio yg luas
Stadia Perkembangan Parasitoid
D. Larva instar I: bentuk larva instar I diantara spesies parasitoid
berbeda, tp instar selanjutnya sama yaitu sprt tempayak.
E. Larva planidium; larva instar I yg punya setae yg pjg dan
terdapat pd toraks atau caudal dan membantu larva bergerak
menuju inang stlh menetas dr telur
F. Larva triungulin; larva instar I yg punya tungkai beruas yg
membantu utk bergerak menuju inang setelah menetas dr telur
G. Larva instar pertengahan dan akhir; pada tahap ini terjadi
perubahan bentuk sangat berbeda dgn larva instar I
Stadia Perkembangan Parasitoid
H. Prapupa; fase yg menunjukan larva instar akhir mulai berhenti makan
terutama utk berpupa dan memperlihatkan gerakan-2 yg lemah
1. Selama prapupa proctodeum (hind gut) masih berhubungan
dengan midgut. Hal ini selama perkembangan larva tdk terjadi
guna menghindari kontaminasi kotoran lingkungan parasitoid
2. Dengan adanya hubungan hindgut dan midgut selama parapupa
dapat terjadi sekresi kotoran dari tubuh parasitoid. Kotoran ini
disebut meconium
I. Pupa; kebanyakan larva parasitoid berpupa di dalam cocon, atau
puparium inangnya atau di dalam liang atau terowongan yg dibuat
inangnya
Tempat Oviposisi dan Ciri-cri Perkembangan

A. Peletakan telur atau larva jauh dr inang


1. Eggs deposited before host contact
2. Eggs hatch after ingestion by host
B. Peletakan telur atau larva pada atau dekat inang
1. Larva develop externally on host
2. Larva develop internally in host
Tempat Oviposisi dan Ciri-ciri Perkembangan

C. Telur diletakan dalam inang


1. Deposited in host egg
2. Deposited in host larva or nympha
3. Deposisted in host pupa
4. Deposited in host adult
D. Tempat oviposisi berhubungan dgn sex dari telur
(telur dibuahi atau tidak)
TERIMA KASIH
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

BIOLOGI DAN DAMPAK


PREDATOR
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Defenisi Predator dan Mangsa

Predator: Binatang yg makan pd binatang lain


(mangsa) yg relatif lebih kecil atau lemah dari
predator itu sendiri
Mangsa: binatang yg dimakan oleh predator
Perbedaan antara predator dan parasitoid:
o Predator cenderung lebih besar yang memungkinkannya
membunuh mangsanya, sedangkan parasitoid relatif berukuran
kecil dari inangnya dan mengambil sedikit demi sedikit nutrisi
inang serta dapat hidup di dalam atau di luar tubuh inang
o Predator cenderung bersifat generalis karena dapat
mematikan beberapa spesies yang digunakan sebagai
mangsa, sedangkan parasitoid cenderung terspesialisasi
karena hidup pada inang yang membutuhkan adaptasi yang
khusus
Perbedaan antara predator dan parasitoid:

o Karena predator lebih generalis, spesiasi dan radiasi


adaptif dibatasi oleh relatif sejumlah kecil niche
ekologi, tetapi untuk parasitoid yang terspesialisasi
sangat baik, hampir tidak terhitung banyaknya niche
yang ada
Sifat predator:
o Senang pada berbagai jenis hama, sehingga umumnya
bersifat polifag
o Dapat memakan mangsa dari berbagai fase mangsa
o Terkadang susah dibedakan dengan jenis hama
o Serangga pradewasa dan dewasa memakan mangsa
yang sama (bisa spesis sama atau tidak sama)
o Jika populasi mangsa sangat rendah, bisa bersifat
kanibal
Predator berasal dari ordo:
1. Neuroptera
2. Odonata
3. Coleoptera (Adephaga: Coccinellidae, Staphylinidae, Carabidae,
Cleridae)
4. Lepidoptera (Blastobasidae, Epipyropidae, Pyrallidae)
5. Hemiptera (Reduviidae, Anthocoridae, Miridae, Pentatomidae,
Nabidae)
6. Mantoidea (belalang sembah)
7. Diptera (Syrphidae)
Predator dpt dikategorikan berdasarkan
mekanisme makan:

Menyobek, mengunyah, dan menelan mangsa


(Tipe mulut Chewing) contoh: Coleoptera dan
Mantodea
Menusuk alat mulut dan mengisap cairan tubuh
mangsa (tipe mulut Pierching sucking) contoh:
Kepik dan Syrphidae
Predator dikelompokan berdasarkan kisaran
mangsa:

Monopag (contoh: kumbang Vedalia)


Oligopag (contoh: Coccinelidae dan Syrphidae)
Polipag (contoh: Belalang sembah)
Predator dikelompokan berdasarkan stadia
mangsa:

Telur
Larva atau nymfa
Pupa
Dewasa
Kombinasi
CS. Holing mengemukakan 2 tanggap predator
terhadap mangsa:
1. Tanggap numerik, yaitu tanggap populasi
predator terhadap perubahan mangsa yang
dimakan
2. Tanggap fungsional, yaitu tanggap individu
predator terhadap perubahan jumlah mangsa
yang ada, makin bertambah mangsa maka
jumlah yang dimakan juga meningkat sampai
pada jumlah mangsa tertentu
Masalah yang dihadapi predator:
Mangsa aktif bergerak

Penemuan mangsa tergantung pada


a. Efisiensi pencarian predator
b. Ukuran populasi mangsa
c. Distribusi spasial mangsa
d. Gangguan dalam habitat (contoh: tanaman
berambut)
Beberapa cara yang digunakan predator untuk
menghemat energi:
1. Mengurangi atau menghilangkan cara mengejar dan
mencari
Misalnya: laba-laba mempunyai sarang atau jebakan
menggunakan attraktan
kleptoparasitisme, yaitu mencuri mangsa
predator lain
2. Hanya makan mangsa yang tidak bergerak, misalnya
Coccinella yang memangsa Aphis
Beberapa cara mangsa menghindari
predator

Sistem pertahanan primer (primary defence), yaitu


segala bentuk/macam pertahanan yang ada, baik
predator ada atau tidak
Sistem pertahanan sekunder (secondary defence),
yaitu sistem pertahanan yang hanya ada jika
predator ada di situ
Beberapa jenis pertahanan primer

Homotypism, yaitu bentuk menyerupai benda


mati, misalnya daun, duri
Aposematypism, yaitu memakan bagian tanaman
yang beracun dan akan disimpan pada bagian
tubuh, serta mempunyai warna yang cerah yang
disebut warna peringatan (warm colour)
Kamuflase

3 moths: each use a This eacles moth is


different coloration strategy camouflaged to look like a
to blend into leaves leaf
Green katydid of Costa Rica.
Some even have what appear
to be fungus and disease
spots or chewed holes on their
wings, but those are just
additional parts of the
camouflage.

Brown katydid of Costa


Rica
Schizura ipomaea: larva Clemensia albata (little white
lichen moth)
Warna peringatan
As caterpillars, they feed on milkweed, from
which they gain toxins like cyanide.
Caterpillars sequester the toxins into parts of
their body where they cause no harm
Viceroy butterfly
As adults, the bright colors warn
predators that the butterflies taste
bad and are toxic. If eaten,
predators (like birds, lizards,
monkeys) spit them out and learn to
avoid them in the future Monarch butterfly
Mimikri
Poisonous pipevine mimicked by eastern tiger, eastern black,
red-spotted purple, and spice bush swallowtail

Pipevine swallowtail Eastern tiger


Batesian Mimicry: One species is harmful/distasteful, and
the other is not
Mullerian: both are harmful/distasteful
Heliconius melpomeme and Heliconius erato

Mellerian mimicry
occurs when a species that is
poisonous or unpalatable to
predators possesses the same
coloring or shape as another
species that is also poisonous
or unpalatable. Both species
benefit since predators avoid
either species.
Viceroy Monarch
Viceroy butterflies have long been thought to be palatable mimics of
Monarchs, which are distasteful and toxic. More recently, ecologists
have determined that both Viceroys and Monarchs are distasteful,
making this a classic example of Mullerian mimicry in which both
species benefit.
Bentuk lain dari mimikri
Eye spots mimic birds or snakes, that when
flashed can startle a predator giving it a few
extra seconds to escape.
Eye-spots also give predators a false
target. A butterfly has a better chance of
surviving an attack to the outer part of its wing
than an attack to the head.

Hover flies do not sting or bite, but they gain


protection by looking like stinging bees, an
example of Batesian mimicry.
Beberapa jenis per tahanan sekunder
Thanatosis, yaitu berpura-pura mati, misalnya pada Cylas
Retallations, yaitu membalas serangan predator dengan
mengeluarkan gas atau menyemprotkan cairan ludah
Perilaku lari dan bersembunyi
Perilaku yang mengagetkan, seperti pada Hymenoptera
dan Lepidoptera yang berkumpul jadi satu lalu serentak
menunggingkan badannya
Bombadier beetle (Bradinus crepitans) spraying
boiling hot acid at predator
Dampak Predator
1. Hanya 11% dari PH klasik yg menggunakan predator
yg sukses
2. Sejumlah sp hama tlh dikendalikan oleh predator yg
relatif baru (Curinus corilus pd hama kutu loncat
lamtoro)
3. Tipe hama yg sukses dikedalikan oleh predator
biasanya sessile, nondiapausing, non-migratory (scale
insect, mealybug, dan egg leafhoppers)
Dampak Predator
4. Atribut kesuksesan predator antara lain nondiapausing,
monopag atau oligopag, efisiensi pencarian tinggi, lama
hidup dewasa panjang, dan aktifitas dekat mangsa
5. Contoh introduksi predator yg sukses antara lain: Rodolia
cardinalis dan Cryptognata nodicep (predator coconut scale)
6. Alasan kegagalan introduksi predator antara lain: iklim tdk
sesuai di tempat pelepasan, tdk ada mangsa spesifik, tdk
ada keanekaragaman ekologi di tempat pelepasan
TERIMA KASIH
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

PATOLOGI SERANGGA DALAM


PENGENDALIAN HAYATI
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Klasifikasi penyakit

1. Penyakit infeksi (virus, bakteri, jamur,


nematoda, protozoa)
2. Penyakit non-infeksi
Cara pemanfaat patogen serangga sebagai
agens hayati dalam PHT

1. Pemanfaatan penyakit yang terdapat secara


alamiah
2. Introduksi patogen serangga
3. Aplikasi patogen serangga sebagai
insektisida mikrobial
Defenisi pengendalian mikrobial

Penggunaan semua mikroorganisme penyebab


penyakit pada serangga atau produk yang
dihasilkan utk pengendalian hama
Virus patogen serangga
A. Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV)
Partikel NPV berbentuk batang dan diselubungi
oleh kristal protein yang disebut polyhedral
(dalam polihedra ada satu atau beberapa
partikel virus)

NPV secara normal ditransmisi dengan cara


polyhedral termakan oleh serangga
Virus patogen serangga
Gejala infeksi NPV:
a. Kulit larva gelap dan ada bercak kuning atau kelihatan
berminyak
b. Kulit menjadi mudah pecah
c. Hemolimp menjadi keruh
d. Sebelum mati, larva yg terifeksi biasanya memanjat ke
bagian tanaman yang lebih tinggi dan mati
e. Setelah mati, integumen seringkali pecah, melepaskan
berjuta-juta polyhedral
Virus patogen serangga
B. Granulosis Virus (GV)
Partikel GV dikeliling oleh lapisan membran yang
terdiri dari protein seperti pada NPV
GV biasanya hanya mengandung satu partikel
GV
Lemak tubuh larva Lepidoptera adalah tempat
terjadi infeksi GV
GV ditransmisikan melalui mulut dan telur
Virus patogen serangga
Gejala infeksi GV:
a. Larva seringkali berwarna terang
b. Hemolimp larva yg terifeksi biasanya keruh dan
mengandung banyak kapsul GV
c. Infeksi GV yang melibatkan epidermis
menyebabkan larva mencair sama dgn NPV (jika
epidermis yang terifeksi)
Virus patogen serangga
C. Cytoplasmic Polyhedrosis Virus (CPV)
Partikel virus tidak diselubungi oleh membran seperti pada NPV dan
GV
CPV menginfeksi citoplasma epitelium midgut dari larva Lepidoptera
Gejala inang yang terinfeksi CPV
a. Waktu perkembangan larva inang lebih lama daripada yang
normal
b. Larva yg terinfeksi kelihatan mempunyai tubuh yang kecil dan
kepala yg besar
c. Warna tubuh berubah dari warna normal
Bakteri patogen serangga
A. Bakteri yang tidak membentuk spora (Enterobacteriaceae
dan Pseudomonidiaceae)
1. Patogen serangga yg potensial
2. Hidup dalam saluran pencernaan serangga
3. Masuk ke dalam hemocoel karena faktor stres
a. Tempratur ekstrim
b. Patogen lain
c. Parasit
d. Kekurangan makanan
Bakteri patogen serangga
B. Bakteri membentuk spora: bakteri patogen yang sangat penting
1. Bacilus popiliae; penyebab penyakit susu pada larva Coleoptera
contohnya Kumbang jepang
Transmisi melalui oral dgn memakan spora
Setelah termakan, spora berkecambah dan penetrasi ke
dalam saluran pencernaan (ada yg melalui tabung malphigi)
Gejala dalam hemolimp ditemukan 30 jam setelah infeksi
(30oC)
7 -10 hari trdpt 2-5 juta spora/larva
Hemolimp larva kelihatan seperti susu karena spora
Segera setelah itu larva mati
Bakteri patogen serangga
2. Bacillus thuringiensis; sangat patogenik terhadap banyak larva Lepidoptera
dan Ordo lainnya
Transmisi secara oral
Ketika sporolasi, bakteri membentuk kristal toksin (parasporal body)
Spesies Lepidoptera yg berbeda memperlihatkan respon yang
berbeda terhadap berbagai kombinasi kristal dan spora Bt.
Beberapa rentan terhadap kristal atau spora saja (bbrp keduanya)
Type I: paralysis dan mati 1-7 hr stlah termakan

Tipe II; paralisis dan mati 2 4 hr stlah termakan

Tipe III; rentan terhadap kombinasi kristal dan spora

Tipe IV; beberapa Lepidoptera tidak rentan


Bakteri patogen serangga

Setelah spora termakan, gejala pertama tipe I dan II


Aktifitas kristal tergantung pada PH gut larva (9-10,5)
dan enzim proteolitik
Kristal adalah protoksin yang diaktifkan oleh enzim
hidrolisis
Bt dapat diperbanyak pada media buatan. Saat ini
telah diproduksi secara besar-besaran sebagai
insektisida mirobial (ex Dipel, Thuricide)
Larva yang terinfeksi Bacillus thuringiensis (atas) dan
larva yang normal
Sel Bacillus
thuringiensis yang
mengandung kristal
toksin, spora dan
genom
Jamur patogen serangga
Lebih dari 36 genus jamur merupakan patogen serangga
Identifikasi spesies jamur relatif sulit
Kebanyakan jamur ditransmisikan dari satu inang ke inang
lainnya dgn spora, biasanya konidium
1. Konidia berkecambah dan membentuk struktur khusus yang
mempenetrasi kutikula serangga
2. Jamur kemudian tumbuh dalam tubuh serangga sampai tubuh
serangga penuh dengan miselia, pada saat itu serangga mati
3. Pada kondisi yang sesuai, jamur tumbuh dan menghasilkan
struktur khusus dan menembus kutikula dan membentuk spora
Jamur patogen serangga

Perkembangan infeksi jamur tergantung pada kondisi


lingkungan, seperti kelembaban, tempratur dan kepadatan
populasi yg tinggi
Cotoh-contoh jamur patogen antara lain:
1. Metarrhizium anisopliae
2. Beauveria bassiana
3. Entomophthora spp.
European Corn Worm with Beauveria sp.
Protozoa patogen serangga
Flagellata, Ciliata, Amuba, Coccidia, dan Haplosporidia,
sebagian spesiesnya patogen serangga
Neogregarine dan microsporidia adalah protozoa yang paling
patogenik.
1. Protozoa ditranmisikan secara oral dari satu serangga ke
serangga lain (punya spora resisten)
2. Protozoa dapat ditransmisi secara transovarial dari betina
terinfeksi ke keturunannya
3. Protoza merupakan faktor mortalitas alami yg penting
4. Protozoa patogen obligat
Microsporidia ( Nosema sp.) spores in
midgut of cabbage looper (Trichoplusia sp.)
Nematoda patogen serangga
A. Beberapa famili nematoda entomopatogen adalah
Mermithidae, Steinernematidae, Heterorhabditidae
B. Secara normal juvenil nematoda mengalami 4 molting
C. Kebanyakan nematoda menginfeksi serangga pada stadia
juvenil
1. Nematoda masuk melalui kutikula dan midgut
2. Setelah masuk hemocol serangga nematoda tumbuh ,
meniggalkan inang, masuk ke tanah dan molting menjadi
dewasa
Nematoda patogen serangga

Pada Mermithidae, mating dan oviposisi terjadi di


luar inang
Beberapa spesies membunuh inang
Beberapa spesies membawa bakteri ketika mereka
masuk ke tubuh serangga
Kebanyakan nematoda sulit dibiakan pada media
buatan
Termite with Steinernema sp nematodes
Japanese beetle larvae killed by heterorhabditid nematodes
Introduksi dan aplikasi patogen serangga
A. Pengendalian oleh patogen serangga tergantung pada
ambang ekonomi populasi srg dan tingkat ambang
penyakit
1. Jika tingkat ambang penyakit lebih rendah dari
ambang populasi hama, introduksi patogen dalam
jangka panjang dapat dicapai
2. Jika tingkat ambang penyakit lebih tinggi daripada
ambang ekonomi populasi hama, introduksi jangka
pendek akan dicapai (sama dgn insektisida)
Introduksi dan aplikasi patogen serangga

B. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika


introduksi patogen serangga
1. Konsentrasi patogen serangga harus cukup tinggi
2. Kepadatan populasi inang relatif tinggi
3. Ketika aplikasi patogen di lapangan ada stadia
inang yang rentan
TERIMA KASIH
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

METODE PENGENDALIAN HAYATI


DAN PENGELOLAAN HABITAT
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
METODE PENGENDALIAN HAYATI

Importasimusuh alami (PH Klasik)


Pelepasan augmentasi musuh alami
Konservasi musuh alami
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)
Telah dilakukan secara luas, sejak keberhasilan introduksi
Rodolia cardinalis utk mengendalian hama cattony cushion scale
(Icerya purcasi) di california pada tahun 1889 1890
Fokus Metode ini terutama untuk hama-hama eksotik
Saat ini Metode ini juga telah digunakan untuk hama yang
berhubungan dekat dengan inang utama parasitoid (New
assosiation)
Keberhasilan metode ini sangat tergantung kepada kehati-
hatian dan perencanaan yang matang dari praktisi PH yang
melaksanakan berbagai prosedur dari metode tersebut.
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)
Identifikasi spesies hama dan studi literatur
Prosedur pertama yang harus dilakukan oleh seorang
praktisi PH adalah mengidentifikasi serangga hama
target

Ekplorasi musuh alami


Setelah hama target diidentifikasi dengan tepat, daerah
asal dan informasi musuh alaminya diketahui, langkah
selanjutnya adalah eksplorasi musuh alami ke daerah
asal hama target tersebut.
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)
Ekplorasi musuh alami
Di dalam memilih lokasi untuk mengumpulkan musuh alami,
iklim merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan.
Beberapa pertanyaan yang seringkali diajukan dalam
ekplorasi musuh alami adalah
Berapa banyak lokasi dalam kisaran geografi musuh
alami yang akan disampel
Berapa banyak individu musuh alami target yang akan
dikumpulkan dari masing-masing lokasi untuk
meningkatkan peluang keberhasilan musuh alami tersebut
menetap.
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)

Importasi
Setelah kandidat musuh alami yang tepat
ditemukan, selanjutnya yang penting adalah
memperoleh izin ekspor musuh alami tersebut
dan mengimpor ke dalam negara target
untuk persiapan pelepasan
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)

Pengujian di karantina
Semua musuh alami yang diimpor di pelihara di
pasilitas karantina satu sampai beberapa generasi
untuk meeradikasi patogen atau hiperparasit yang
ikut terbawa bersama musuh alami.
Selanjutnya dilakukan evaluasi atau pengujian
kerentanan organisme non target terhadap
serangan organisme yang diimpor.
Importasi Musuh Alami (PH Klasik)

Pelepasan dan evaluasi


Setelah musuh alami kandidat diimpor dan
diperbanyak di fasilitas karantina atau
laboratorium yang ditunjuk, selanjutnya
didistribusikan untuk dilepas.
Pelepasan ini dilakukan pada beberapa lokasi dan
habitat untuk memberi kesempatan pada musuh
alami establish atau menetap
Contoh PH Klasik: Ash Whitefly, Siphoninus
phillyreae (Homoptera: Aleyrodidae)
Hama ini ditemukan pertama kali di Western Hemisphere, Los
Angeles California pada tahun 1988.
Hama ini dgn cepat menyebar keseluruh California dan kemudian
menyebar ke Nevada dan Arizona.
Hama ini masuk ke California dari Liberia ke India dan dari
Irlandia dan Polandia ke sub-Sahara Afrika
Hama ini menyerang lebih dari 50 spesies pohon (700.000 ha)
Selain menyerang tanaman, juga mengganggu aktifitas di luar
rumah
Pada saat itu belum ada musuh alami asli yang efektif untuk
menekan hama ini
Contoh PH Klasik: Ash Whitefly, Siphoninus
phillyreae (Homoptera: Aleyrodidae)
Eksplorasi musuh alami
Hama ini sudah diketahui daerah penyebaran dan musuh
alaminya
Eksplorasi musuh alami ke daerah Balkan dan negara-negara
sekitar laut mediteranian
Ditemukan dua musuh alami yaitu parasitoid (Aphelinidae) dan
Predator (Coccinelidae).
Parasitoid Encarcia inaron (Walker) (Hym: Aphelinidae) dari
Israel dan dilepas di seluruh daerah infestasi di AS dan establis
Kemudian dilepas juga predator Clitostetbus arcuatus Rossi, tapi
lokasi pelepasan yang terbatas dan establis
Pelepasan Augmentasi Musuh Alami
Pelepasan augmentasi terdiri atas dua kategori (1) pelepasan inokulatif,
dan (2) pelepasan inundatif
Pelepasan inokulatif yaitu pelepasan musuh alami dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak
Pelepasan inundatif yaitu pelepasan dalam jumlah besar musuh alami
Pelepasan Trichogramma sp dalam jumlah besar (> 40.000
individu/ha) untuk mengendalikan hama peggerek batang tebu Chilo
sp
Pelepasan inundatif ini lebih banyak digunakan untuk patogen
serangga. Saat ini telah banyak patogen serangga tersedia secara
komersial di pasaran untuk pengendalian berbagai sepsies hama
Konservasi Musuh Alami
Konservasi musuh alami bertujuan memodifikasi lingkungan untuk
mengurangi atau membatasi kondisi yang tidak cocok bagi musuh
alami atau menyediakan sumberdaya yang meningkatkan
pertumbuhan populasi musuh alami
konservasi sangat kondusif dan mempengaruhi musuh alami asli,
eksotik dan yang dilepas secara periodik.
Konservasi musuh alami memberi kesempatan kepada petani untuk
menggunakan spesies yang bermanfaat yang telah ada dalam
agroekosistem
Habitat

Habitat makro dan mikro


Habitat harus menarik bagi musuh alami untuk
tempat berlindung, serta tersedia makanan
tambahan dan air
Jika tidak menarik, harus memodifikasi habitat
Modifikasi habitat

Tempat hidup buatan/artificial structure


Makanan tambahan
Inang atau mangsa alternatif
Tempat hidup buatan/artificial structure
Polistes sp. (Hymenoptera: Vespidae) yang memangsa
ulat kapas memerlukan tempat berlindung atau sarang
yang stabil, sehingga dibuatkan sarang buatan
Di Perancis, pada tepi pertanaman anggur terdapat
pagar hidup sebagai tempat berlindung musuh alami,
jika pagar tersebut digantikan dengan kawat maka
terjadi kerusakan yang besar pada pertanaman
karena musuh alami mengalami penurunan populasi
Makanan tambahan

Bisa berupa nektar, tepung sari, madu dll


Imago Coccinellidae menyenangi tepung sari
Imago predator Hymenoptera menyenangi nektar
Parasitoid Apanteles medicaginis yang menyerang
larva Colias eurytema tidak begitu baik bekerja
jika tidak terdapat embun madu yang dihasilkan
oleh kutu daun pada tanaman alfalfa
Inang atau mangsa alternatif
Dapat mempertahankan populasi musuh alami jika
inang/mangsa tidak ada/rendah
Dapat menghindari kanibalisme, utamanya pada
predator
Dapat juga berupa tumbuhan alternatif, seperti
Diadegma yang mencari tanaman yang sefamili
dengan kubis yang diserang oleh Plutella
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan habitat
Singkronisasi inang parasitoid
Tanaman zaitun ditanam ditepian pertanaman jeruk
agar menjadi reservoir bagi musuh alami (parasitoid)
yang menyerang Saissetia oleae. Selain itu tanaman
oleander juga dapat bersifat reservoir pada musim
panas, karena hama tersebut berlindung pada
tanaman oleander
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan habitat
Keberadaan serangga lain
Semut senang embun madu sehingga terjadi
kompetisi dengan parasitoid untuk mendapatkan
embun madu, oleh karena itu semut harus
dikendalikan
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan habitat
Pekerjaan agronomi yang menggangu
Pengerjaan tanah dapat mengakibatkan kematian musuh
alami yang menyelesaikan siklus hidupnya di tanah,
misalnya Eryborus yang menyerang Croccidolomia binotalis
Pembakaran dapat menyebabkan banyaknya musuh
alami yang mati
Pembersihan gulma dapat berdampak kurang
menguntungkan bagi musuh alami
TERIMA KASIH
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

PENTINGNYA PENGENDALIAN
HAYATI DALAM SISTEM PHT
Jurusan Hama & Penyakit Tumbuhan /
PS. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Masalah Akibat Penggunaan Pestisida
1. Perkembangan resistensi insektisida pd serangga
hama
2. Resurgensi populasi hama yg diaplikasi dgn
insektisida, hal ini ditandai dgn cepatnya pop hama
meningkat mencapai ambang ekonomi segera stlh
diaplikasi insektisida.
3. Munculnya hama sekunder; hama ini relatif tdk
terpengaruh thdp insektisida, tapi musuh alami hama
ini ikut terbunuh.
Masalah Akibat Penggunaan Pestisida
4. Masalah residu, keracunan thdp petani, dan
pencemaran lingkungan
5. Membunuh serangga bermanfaat lainny spt lebah
madu
6. Meningkatkan biaya produksi (insektisida, tenaga
kerja, dan peralatan)
Praktek Pengelolaan yg Menyebabkan Sindrom
Pestisida
Doutt & Smith (1971); petani sangat tergantung pada pestisida utk
pengendalian hama, Van den Bosch; selanjutnya mengemukakan istilah
pesticide treadmill untuk petani kecanduan pestisida
Sindrom pestisida trdr atas banyak fase; satu contoh yg baik adalah
kasus petani kapas di lembah Canete Peru dr 1940 1960
1. Fase ekspolitasi; pd fase ini pertanian tlh berorientasi pasar,
produksi tinggi mrpkan sasaran utama sistem produksi. Sbg alat utk
pengendalian hama digunakan pestisida. Pd awalnya hasil
meningkat, tapi pd 1949 hasil turun dan terjadi ledakan hama
budworm dan aphid
2. Fase krisis (1949-1955); pestisida lbh sering digunakan utk mencapai
pengendalian yg efektif. Pd fase ini terjadi resurjensi, resistensi, dan hama
sekunder. Fase ini ditandai oleh:
a. Hasil berlipat

b. Pestisida sbg alat utk meningkatkan hasil

c. Lembah dibanjiri dgn pestisida

d. Banyak serangga bermanfaat yg mati

e. Jumlah insektitida yg digunakan meningkat

f. Resistensi hama dan ledakan hama sekunder

g. Hama baru muncul

3. Fase bencana (1955 1956); fase krisis berlanjut, penggunaan pestisida


tidak lagi menguntungkan, biaya produksi meningkat dan hasil ril tidak lagi
menguntungkan. Pada saat bencana ekonomi memukul lembah Canete,
berjuta-juta bal kapas hilang krn hama dan hasil turun pd level terendah
4. Fase recovery atau introduksi PHT; sistem perlindungan tanaman
menggunakan bbrp metode pengendalian dan tdk menggunakan pestisida
saja. Penekanannya pd modifikasi faktor-2 lingkungan utk menghambat
serangga tdk mencapai status hama. PhH mulai diperhatikan. Pd thn 1956 di
lembah Canete banyak dilakukan perubahan yaitu:
i. Produksi kapas dilarang pd lahan marginal
ii. Introduksi musuh alami
iii. Praktek budidaya yg membantu pengendalian hama
iv. Penggunaan pestisida organik sintetik dilarang
v. Kembali menggunakan isektisida organik alam
vi. Perubahan ini dpt dgn cepat mengatasi masalah hama seperti:
Masalah hama utama berkurang
Pengurangan scr langsung biaya pengenalian hama
Hasil kapas meningkat
Hama sekunder dpt diatasi
Pengelolaan Hama Terpadu
A. Bartlett (1956) mengusulkan Pengendalian terpadu (integrated
control)
1. Integrated control; kombinasi PH dan insektitisida
2. Insektitida digunakan pd saat yg diperlukan saja

B. Pada thn 1960 integrated control diperluas dgn memasukan


pengendalian lain selain kimia dan PH menjadi, shg integrated
pests management
Pengelolaan Hama Terpadu
C. Beberapa defenisi IPM / PHT
1. Semua praktek, prosedur, dan teknik perlindungan tanaman
yg dipadukan dalam satu kesatuan program yg bertujuan
utk menurunkan pop hama pd tingkat di bawah ambang
ekonomi
2. Mempelajari sistem kehidupan dan ekologi hama sebelum
melakukan tindakan pengendalian, sehinga dpt dirumuskan
tindakan pengendalian sefesiensien dan seakurat mungkin
dan kesrusakan ekonomi dpt dihindari.
Penggunaan PH dalam PHT
A. Keuntungan penggunaan PH dlm PHT
1. PH mrpka suatu pendekatan pengendalian yg
relatif aman thdp lingkungan
2. PH mrpkan metode pengendalian yg relatif
permanen jika tdk ada gannguan dr pestisida
3. PH relatif ekonomis jika musuh alami establis
Penggunaan PH dalam PHT
B. Keterbatasan penggunaan PH dlm PHT
1. Sngt terbatas jika tanaman dgn ambang ekonomi
yg rendah dan ada srg vektor penyakit tanaman
2. PH tdk bekerja dgn baik utk semua spesies
serangga
3. PH tidak dpt dipadukan dgn baik jika insektisida
atau metode aplikasi yg tdk selektif digunakan
Contoh Penggunaan MA dlm PHT
A. Perkebunan jeruk di California; pelepasan inundatif
parasitoid Aphytis spp utk mengendalian california red
scale, yellow scale, dan hama lainnya. PH bekerja scr
parsial, tp kdg-2 perlu aplikasi insektisida scr terbatas
Contoh Penggunaan MA dlm PHT
B. Perkebunan apel di Michigan; mengurangi aplikasi
insektisida dgn monitoring pop hama. Insektisida digunakan
bila diperlukan beradsarkan ratio hama dan musuh alami
C. Perkebunan semangka di Hawai; 1978 pengendalian
hama pengorok daun dgn insektisida, shg trjd resurjensi
dan resistensi hama. Pd 1984 introduksi PHT dgn
komponen utama konservasi PH. Scr signifikan dpt
mengurangi aplikasi insektisida dan meningkatkan PH
pengorok dan aphid
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai