(genetically
modified
microorganisms)
yang
digunakan
untuk
kecil
(mikroskopik),
memiliki
skala
hidup
pendek
(natawigena,1990).
a. Bakeri Entomopaogen
Bakteri yang menyerang serangga dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu bakteri yang tidak membentuk spora dan bakteri yang
membentuk spora. Bakteri penghasil spora merupakan bakteri yang
sangat penting yang saat ini banyak digunakan sebagai insektisida
mikrobia. Contoh bakteri yang biasa digunakan sebagai berikut :
Bacillus thuringiensis, adalah bakteri gram-positif, berbentuk
batang Apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri
ini akan membentuk fase sporulasi. Saat sporulasi terjadi, tubuhnya
akan terdiri dari protein Cry yang termasuk ke dalam protein kristal
kelas endotoksin delta. Apabila serangga memakan toksin tersebut
maka serangga tersebut dapat mati.
Nematoda muda
serangga,
disebut
juvenil infektif
tubuh
Contoh
besar
telah
dalam
genera
antropoda
Nucleopolyhidrovirus,
(Nucleopolyhidrovirus)
menyerang serangga termasuk jenis ini. Selain NPV ada jenus lain
yaitu GV (Granulavirus), CPV (Cytoplasmic Polyhidrosis Virus) dan
kelompok lain yang lebih kecil jumlahnya. Larva serangga terinfeksi
oleh virus umumnya melemah pada saluran pencernaan makanan ini
terjadi sewaktu larva makan bagian tanaman yang telah mengandung
polyhidra. Selain itu juga dapat masuk ketubuh serangga sewaktu
meletakkan telur atau melalui bagian tubuh yang terluka, mungkin
oleh serangan musuh alami. Virus juga dapat ditranmisikan lewat
induk yang telah terinfeksi melalui telur ysng diturunkan. Contoh
virus yang dapat dipakai untuk pengendalian hayati adalah: Cth. NPV
(Nucleopolyhedro virus) paling banyak menyerang pada serangga
ordo Lepidoptera, Hyminoptera, Diptera serta Coleoptera
2. Parasitoid
Merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang antropoda
lainnya. Parasitoid bersifat parasit pada fase pradewasa, sedangkan dewasanya
hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya. Parasitoid hidup menumpang di
luar atau didalam tubuh inangnya dengan cara menghisap cairan tubuh
inangnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Umumnya parasitoid
menyebabkan kematian pada inangnya secara perlahan-lahan dan parasitoid
dapat menyerang setiap fase hidup serangga, meskipun serangga dewasa
jarang terparasit. Selain iu parasitoid memiliki ciri meamorfosisi sempurna,
ukuran tubuh lebih kecil dari mangsanya, membunuh dan melumpuhkan inang
unuk kepentingan keturunanya (Nyoman, 1998).
a. Berdasar posisi makannya, parasitoid dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
1. Ektoparasitoid adalah: parasitoid yang seluruh siklus hidupnya
ada diluar tubuh inangnya ( menempel pada tubuh inangnya ),
contohnya: Compsometris spp yang memarasit hama Exopholis sp.
2. Endoparasitoid adalah: parasitoid yang berkembang didalam
tubuh inang dan sebagian besar dari fase hidupnya ada didalam
Aphytis
parasitoid
yang
menyerang
parasitoid
lainya
dan
memerlukan
dan
Colpodes
rupitarsis
dan
sp.
Harmonia octamaculata
C. saphyrinus
penggulung daun
(Famili
Coccniellidae)
(famili
lividipenis
(famili Miridae)
sebagai predator telur dan nimfa wereng coklat dan wereng hijau.
6. Neuroptera, misalnya Chrysopa sp. (famili Chrysopidae) sebagai
predator berbagai hama Apids sp.
7. Hyminoptera, misalnya
Oecophylla
smaragdina
(famili
4. Agen Antagonis
Adalah mikroorganisme yang mengintervensi / menghambat pertumbuhan
patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Sejumlah mikroorganisme (terutama
jamur dan bakteri) diketahui merupakan antagonis terhadap patogen penyebab
penyakit tanaman (fitopatogenik). Mekanisme tentang bagaimana mikroorganisme
antagonis ini mengendalikan patogen tidak selalu jelas, tetapi umumnya merupakan
salah satu atau gabungan beberapa cara sebagai berikut (Agrios, 2005; Loekas
Soesanto, 2008).
1. Kompetisi. Beberapa mikroorganisme bersaing dengan jamur fitopatogen
dalam memperoleh unsur hara dan ruang bagi kehidupannya. Contohnya,
Pseudomonas putida bersaing dengan Pythium ultimum (penyebab penyakit
rebah semai pada kapri dan kedelai) dan Fusarium oxysporum (penyebab
penyakit layu fusarium).
2. Parasitisme. Beberapa mikroorganisme lainnya bersifat parasit (disebut
hiper-parasit) dari jamur penyebab penyakit tanaman. Contohnya, Serratia
marcescens adalah hiper-parasit bagi Fusarium oxysporum (penyebab
penyakit layu fusarium).
3. Antibiosis. Ada pula mikroorganisme yang menghasilkan senyawa kimia
tertentu (toksin atau antibiotik) yang beracun bagi jamur penyebab penyakit
tanaman. Contohnya, jamur Pseudomonas fluorescens menghasilkan
antibiotika yang mampu menghambat Thielaviopsis basicola (penyebab
penyakit busuk akar hitam pada tanaman tembakau).
4. Menghasilkan enzym yang menghancurkan sel-sel jamur pathogen.
5. Menghasilkan metabolit lain yang merugikan jamur patogen.
6. Menginduksi pertahanan tanaman inang (induced host resistance) atau
mikroorganisme yang merangsang tanaman dimana mereka hidup untuk
mengaktifkan mekanisme pertahanan terhadap keberadaan jamur patogen,
misalnya merangsang tanaman untuk menghasilkan fitoaleksin, sistim SAR
(systemic acquired resistance = ISR, induced systemic resistance), dan
sebagainya.
a. Cendawan Antagonis
amur antaonis didefinisikan sebagai kelompok jamur yang dapat
menekan/menghambat
pada
daun)
seperti
Pythium, Rhizoctonia,
Fusarium,
Jamur Candida
oleophila merupakan kapang yang terdapat luas di alam. Isolat I82 telah diproduksi secara komersial oleh Syngenta, dan
diaplikasikan sebagai fungisida dengan cara semprotan atau
pencelupan buah-buahan yang akan disimpan, untuk menghindari
penyakit-penyakit pasca panen, pada apel, jeruk dan lainlain. Candida saitoana Nakase & Suzuki kapang ini juga
digunakan untuk melindungi buah-buahan sesudah panen agar
tidak diserang jamur patogen.
Perbedaan Kapang dan Khamir sebagai Agens Antagonis
No
1
Kapang
Muliseluler
Khamir
Uniseluler
avoid/spheroid.
Aerob Sejati
aseksual
melalui
tunas
membentuk
seksual
menghasilkan askospora
Fakultatif
b. Bakteri Antagonis
Salah satu pengendalian bakteri patogen adalah mempertemukan
dengan bakteri antagonisnya. Bakteri antagonis dalam perannya sebagai
agen pengendalian hayati melalui mekanisme menghasilkan senyawa
penghambat pertumbuhan patogen, kompetisi pemanfaatan senyawa
tertentu. Contohnya
spora Pasteuria
penetrans menghasilkan
buluh
kecambah
yang
semua
mikroba.
Penentuan
jumlah
mikroba
Dilution Plate, diadopsi dari teknik isolasi yang dilakukan oleh Djauhari
dan Sastrahidayat (2007) yang mengisolasi mikroorganisme lain
dengan proses sebagai berikut:
sp., Fusarium
(Saragih, 2008).