Anda di halaman 1dari 9

ABSORPSI DAN TRANSLOKASI HERBISIDA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Herbisida

Disusun Oleh

Nugiarta Pratama 150510160179

Fuji A Fauziah

Kelas A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2018
Pendahuluan
Pengendalian gulma adalah suatu usaha untuk membatasi investasi gulma sedemikian
rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif, efesien dan tidak merugikan
secara ekonomi.berbagai metode pengendalian gulma dapat diterapkan pada tanaman budidaya
diantaranya yaitu pengendalian secara preventif, pengendalian secara kultur teknis, pengendalian
secara manual (mekanis), pengendalian secara hayati, pengendalian secara terpadu dan
pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan salah satu solusi
pengendalian gulma yang paling banyak digunakan karena pengaplikasiannya lebih mudah dan
cepat terutama pada lahan pertanian yang cukup luas.

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian dengan menggunakan


herbisida. Pengendalian dengan herbisida ditujukan untuk menekan pertumbuhan dan
perkembangan gulma pada ekosistem pertanian dan khususnya di perkebunan. Dalam
pelaksanaannya aplikasi herbisida dapat dilakukan berbeda-beda, termasuk pemilihan herbisida
yang tepat, jenis bahan aktif maupun dosis herbisida. Beberapa faktor yang mempengaruhi
efektifitas herbisida dalam mengendalikan gulma yaitu absorbsi dan translokasi herbisida itu
sendiri.

Absorbsi herbisida adalah peristiwa masuknya herbisida tersebut ke dalam tumbuh-


tumbuhan atau gulma yang sedang tumbuh, masuknya herbisida ke dalam suatu tanaman dapat
melalui akar, daun atau batang. Herbisida diserap melalui tempat dan cara yang serupa dengan
terjadinya absorpsi air, nutrisi dan lain-lain. Setelah herbisida terabsorbsi ke dalam suatu
tumbuhan, molekul herbisida akan ditranslokasikan ke tempat reaksi akan tejadi. Proses
translokasi molekul herbisida dalam suatu tanaman akan dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti
cahaya, suhu, kelembaban nisbi, unsur hara dan faktor lainnya, sama sepeti faktor-faktor yang
mempengaruhi fotosintesis
Pembahasan (Study Kasus)
1. Absorpsi Herbisida
Absorpsi Herbisida adalah peristiwa masuknya herbisida ke dalam tumbuh-
tumbuhan melalui akar, daun, atau batang. Dengan demikian, herbisida harus masuk
terlebih dahulu ke dalam jaringan tumbuhan sebelum terjadinya suatu respons biologis.
Laju masuknya herbisida ke dalam tumbuh-tumbuhan tergantung pada stadia
perkembangan tumbuhan pada saat aplikasi herbisida.
Absorpsi berarti penyerapan. Tumbuhan menyerap air, nutrisi, mineral dan ion-
ion melalui peristiwa osmosa, difusi dan imbibisi. Kebanyakan peristiwa ini mengalir
melalui akar dan kadang-kadang melalui batang atau daun. Herbisida diabsorpsi melalui
tempat dan cara yang serupa dengan terjadinya absorpsi air, nutrisi dan lain-lain.

Gambar 1. Cara penyerapan herbisida pada tumbuhan


(fabian menalled, montana state university)
Dalam pengaplikasian herbisida terdapat 3 cara herbisida tersebut terabsorbsi
dalam tumbuhan yaitu :
a. Absorpsi herbisida melalui akar
b. Absorpsi herbisida melalui daun
c. Absorpsi herbisida melalui batang

a. Absorpsi Herbisida melalui akar


Absorpsi herbisida melalui akar adalah herbisida yang diaplikasikan pada
herbisida pra tumbuh (pre emergence herbicide) pada permukaan tanah kemudian
diserap (diambil) oleh biji, akar, dan tunas dari suatu tumbuhan. herbisida diserap ke
dalam akar tumbuhan dengan cara yang sama seperti nutrisi tanaman dan air, dan
dipindahkan melalui melalui jaringan xylem dan ditranslokasikan ke seluruh bagian
tumbuhan.

b. Absorpsi Herbisida melalui batang


Absorpsi herbisida dan derajat penetrasi herbisida melalui batang atau kulit kayu
sangat tergantung pada sifat pertumbuhan dan stadia perkembangan tumbuhan. Hanya
sedikit keterangan yang ada tentang hal ini, selain batang dan kulit kayu merupakan
bidang sentuh yang sangat terbatas.
Herbisida diabsorpsi oleh jaringan muda tumbuhan dan penetrasinya serupa
dengan pada daun. Setelah tumbuh menjadi tanaman dewasa jaringan epidermis akan
berdiferensiasi menjadi jaringan periderma. Periderma adalah jaringan yang terdiri
atas felogen, felem, dan feloderma. Jaringan felem mempunyai sedikit protoplasma
dan jika meningkat menjadi tua akan tersusun sebagai sel- sel yang kompak. Sel ini
terdiri atas tanin dan suberin, asam lemak, lignin, selulosa dan terpen. Komposisi
tersebut menyebabkan permabilitasnya rendah pada air yang bersifat polar, dengan
bahan kimia yang diaplikasikan melalui daun sehingga untuk melakukan penetrasi
melalui batang atau kulit kayu perlu adanya lintasan potensial. Namun, bahan kimia,
seperti garam nutrisi, herbisida, dan antibiotika dapat melalui padanya. Khususnya
bagi herbisida, kulit kayu merupakan penghalang utama untuk melakukan penetrasi,
kecuali herbisida disiapkan dalam bentuk dapat larut dalam lipida atau ester,
diformulasikan dalam minyak berkadar 5-10 % kemudian disemprotkan atau
dioleskan pada kulit kayu. Oleh karena itu, melewati kulit kayu merupakan penetrasi
mekanik, seperti pelukaan kulit kayu dan penyuntikan sehingga herbisida masuk
secara sistem atau dalam bentuk formulasi yang dapat larut dalam air.

c. Absorpsi Herbisida Melalui Daun


Herbisida dapat masuk tubuh tumbuhan melalui daun. Daun mempunyai dua
permukaan, yaitu permukaan atas dan bawah. Dinding sel luar daun disebut kutikula
yang berfungsi sebagai pelindung. Kutikula berupa membran yang bersambungan,
bersifat lipoid nonseluler, dan membungkus permukaan tumbuhan yang
sesungguhnya membungkus sel epidermis dan mesofil yang berhubungan dengan
ruang interseluler dan substomata di daun. Kutin berupa polimer asam yang dicampur
dengan alkohol bersifat nonpolar, merupakan komponen struktural dari kutikula dan
terdiri atas lapisan lilin yang terdapat dalam matriks kutin yang terpapar seluas 10-
μg
20 2 pada kebanyakan spesies gulma. Pektin terletak di antara matriks kutin dan
cm
dinding sel apidermis yang berhubungan dengan lamela tengah pada dinding
antiklinal dari sel epidermis.
Mekanisme absorpsi herbisida, yakni setelah pertama kali diserap ke dalam
kutikula, kemudian terjadi gerakan melintang dan menembus membran, selanjutnya
diabsorpsi ke dalam apoplas dan kemudian diambil sel. Penerobosan melalui
membran tergantung pada pH, ukuran partikel tebal kutikula, laju pengambilan,
transpor, dan metabolisme jaringan. Permukaan tumbuhan pada umumnya bersifat
nonpolar. Gerakan melintasi membran kutikula dipengaruhi oleh permukaan daun,
waktu, konsentrasi, pH, struktur kimiawi, surfaktan, kedudukan, faktor tumbuhan,
dan lingkungan di sekitarnya, seperti cahaya, suhu, kelembapan, dan keadaan
lingkungan sebelum aplikasi.
Komponen kutikula sendiri sangat berperan dalam masuknya substansi, seperti
lapisan lilin merupakan penghalang utama penetrasi substansi ke dalam daun atau
retensi permukaan tumbuhan. Sebagai contoh, dengan berkurangnya atau dengan
hilangnya lapisan lilin oleh cahaya, akan mempermudah masuknya atau pengambilan
asam 3-khloro-fenoksipropionat. Letak daun yang bersudut melebihi 90o
menyebabkan Iilin sebagai faktor yang dominan sehubungan dengan pembasahan,
dan pembasahannya meningkat apabila lapisan Iilin tidak ada dan dihapus.
Lintasan yang khas terdapat pada masuknya substansi yang melintasi kutikula.
Substansi yang mudah larut dalam lipida akan lebih mudah masuk daripada
substansi yang larut dalam air. Masing-masing mempunyai lintasannya sendiri-
sendiri, yaitu gugusan substansi yang mudah larut dalam lipida melalui route lipoida
dan yang mudah larut dalam air melalui lintasan air, tetapi dari keduanya masih
sedikit yang diketahui. Transpirasi kutikuler menerangkan adanya gerakan air
melintasi kutikula, tetapi bukan berarti substansi kimia yang masuk akan langsung
bertindak seperti itu. Gugusan yang larut dalam lipida diserap dan berdifusi lewat
komponen Iipida kutikula. Absorpsi herbisida melalui daun, karena adanya daerah
kutikula yang permeabel pada gugusan polar, memegang peranan penting dalam
penetrasi daun yang berfungsi sebagai jembatan polar melintasi membran kutikula
lipoida. Struktur yang khas dapat dilalui dengan suatu penetrasi ialah trikhoma dan
stomata daun.
Trikhoma bertindak langsung sehubungan dengan absorpsi daun sebagai
tambahan dalam pengaruh pembasahan dan retensi. Pola absorpsi herbisida
ditentukan oleh adanya pengeringan bahan cair dari herbisida yang mengenai rambut
daun atau sebagai perluasan sel epidermis karena jaringan trikhoma terdiri dari
protoplasma hidup. Sebagai contoh, trikhoma terdiri atas tanaman Pelargonium dapat
mengabsorpsi pigmen antosian dari cairan ceri yang diaplikasikan ke daun; trikhoma
tanaman Myosotis, Dianthus, dan Tradescantia mengabsorpsikan asam indigo
sulfurat. Demikian pula tentang absorpsi zat warna fluorokhrom dan berberin sulfat.
Daerah di sekitar dasar trikhoma dan dinding sel antiklinal ialah permeable dan
semakin besar perrneabilitas tersebut dapat menunda pengembangan kutikula.
Stomata berada dalam jumlah yang banyak pada permukaan daun sebelah bawah
sehingga permeabilitas terbesar terletak padanya dan absorpsi herbisida juga yang
terbesar melalui daerah itu. Penetrasinya dapat dipengaruhi oleh trikhoma, morfologi
dan susunan kimiawi kutikula, dan derajat adanya lapisan lilin. Pada tanaman
Phaseolus terdapat korelasi antara penetrasi dan jumlah stomata, bukan karena derajat
terbukanya stomata. Stomata berfungsi ganda, yaitu dalam kondisi tertentu larutan
herbisida yang disemprotkan dapat terjadi dalam bentuk masa melalui pori stomata,
kemudian berdifusi ke dalam ruang udara daun. Selanjutnya, adanya sel penunjang
dan sel aksesori yang lebih permeable dari setruktur ini merupakan tempat jalan
masuknya larutan herbisida. Urea gliserin dan zat warna fiuorokhrom lebih mudah
masuk ke dalam sel penunjang daripada sel epidermis lain dan akan mengendap
dalam transpirasi kutikuler. Demikian pula dengan asam amino butirat dan sukrosa
sehingga stomata mempunyai peran yang mendasar dalam absorpsi herbisida melalui
sel penunjang.
Mekanisme penetrasi pori stomata sangat kompleks. Hal ini karena perlu
diperhitungkan adanya tegangan permukaan, pembasahan yang dihasikan oleh cairan
yang berada pada permukaan tanaman, morfologi, kimiawi dinding pori, dan adanya
tekanan di sekelilingnya. Air murni tidak mudah berpenetrasi lewat stomata, kecuali
mempunyai tegangan permukaan yang sama atau lebih kurang dari tegangan
permukaan kritis pada permukaan tanaman, yaitu pembasahan sempurna pada
permukaan tanaman. Apabila pembasahan sempuma tak dicapai, maka penetrasi
lewat pori dapat terjadi hanya jika bentuk pembasahan kurang dari sudut dinding pori
stomata minimum atau bila ditambahkan tekanan. Tekanan permukaan kritis
kebanyakan permukaan kutikuIa ialah sebesar 30 dyne/cm2 dan surfaktan dapat
mengurangi tekanan permukaan sampai di bawahnya. Penetrasi lewat stomata ialah
minimal dan surfaktan yang efisien hanya dapat masuk stomata Pyrus communis
sebesar 4-5. Sokongan stomata pada masuknya substansi herbisida ke dalam daun
ialah kecil dan hanya herbisida larutan organik dan dalam bentuk minyak dengan
tegangan permukaan rendah, yang dapat masuk lewat stomata.
Beberapa contoh herbisida, misalnya gugusan organik arsenikal, tidak
ditranslokasikan begitu jauh sebab herbisida ini jenis kontak yang dapat menghambat
gerakan photosintat. Gugusan asam fenoksi alkanoat, misalnya herbisida 2,4-D dalam
bentuk asam, garam, atau ester yang diaplikasi melalui daun mendifusikan
molekulnya ke dalam kutikula, masuk ke dalam apoplas dan akhirnya masuk sel
setelah berpenetrasi pada plasmolema. Asam halo alkanoat atau alifatik, misalnya
herbisida TCA diaplikasi melalui tanah dan dalapon melalui daun, sedangkan
absorpsi TCA dilakukan oleh akar maupun daun. Herbisida dalapon diabsorpsi oleh
daun tanaman jagung (Zea mays) segera dalam waktu 15-20 detik. Pertama-tama
herbisida gugusan ini diabsorpsi dengan cepat dan kemudian bergerak lambat.
Gugusan asam aromatik atau gugusan benzoat, misalnya herbisida dengan gugusan
(2,3,6-TBA), mula- mula diabsorpsi dengan cepat, dan setelah 2-6 jam menjadi
lamban, kemudian absorpsi terhenti. Masuknya herbisida dalam jaringan batang
dihambat oleh streptomysin yang mengandung gugusan nitrogen kationik. Gugusan
nitril diabsorpsi melalui batang yang terluka, dapat mengakibatkan pergerakan ke
atas dengan cepat. Loksinil juga diabsorpsi dengan cepat dalam empat jam pertama,
kemudian gerakannya melambat. Anilida atau amida, misalnya herbisida propakhlor,
dapat dengan cepat diabsorpsi oleh akar tanaman jagung (Zea mays) dan tanaman
kedelai (Glycine max), terutama pada saat berkecambah. Dalam waktu 7 hari
herbisida diphenamid dalam larutan kultur dapat diabsorpsi sebanyak 60 oleh
tanaman muda Lycopersicum esculentum dan herbisida ini cepat diabsorpsi oleh
akar. Absorpsi gugusan nitrofenol atau fenol dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan
kelembapan. Suhu sedang, cahaya matahari langsung, dan kelembapan tinggi
mempercepat matinya gulma. Gugusan dinitroanilin atau nitroanilin, misalnya
herbisida trifluralin, lebih banyak diabsorpsi oleh akar tanaman cantel (Sorghum
halepense) daripada batangnya. Aplikasipada akar sebanyak 0,065 ppm dapat
menimbulkan GRIO, sedangkan GR30 pada batang sebanyak 27 ppm. Gugusan
karbamat, misalnya herbisida khlorofam dan profam, diabsorpsi oleh akar lebih toksik
daripada lewat daun. Absorpsi khlorofam dapat disingkat dengan mencampur minyak
isoparafin yang berfungsi sebagai karier dalam gulma Ipomoea herderacea
meningkat delapan kali dan dalam Setaria faberi dapat meningkat sampai empat kali.
Gugusan tiokarbamat, misalnya herbisida diallat, memberikan pengaruh fitotoksik
utama apabila diabsorpsi lewat koleoptil dari biji rerumputan yang sedang tumbuh,
dan merupakan dasar absorpsi herbisida ini 10-15 mm dari koleoptilAvena yang
terkena tetesan herbisida sebagai daerah kerusakan maksimal. Gugusan urea,
misalnya herbisida monuron, diabsorpsi lewat akar dan sangat cepat dan sedikit
sekali yang dapat diabsorpsi oleh organ lain. Absorpsi semacam ini dilaksanakan
secara pasif dengan difusi. Karena monuron merupakan nonpolar, dapat berpenetrasi
secara pasif ke dalam membran sel kortikal akar. Apabila diaplikasikan pada gulma
sekitar jeruk, maka akar jeruk dapat mengabsorpsi herbisida tersebut.

2. Translokasi Herbisida

Kesimpulan
Absorpsi Herbisida adalah peristiwa masuknya herbisida ke dalam tumbuh-tumbuhan melalui
akar, daun, atau batang sama seperti absorpsi air, unsur hara, cahaya dan lain-lain. Dalam
pengendalian gulma menggunakan herbisida terdapat tiga cara molekul herbisida tersebut
terabsorpsi yaitu melalui akar, batang, dan daun. Faktor yang paling berpengaruh dalam absorpsi
herbisida yaitu stadia tumbuh dari tumbuhan itu sendiri, karena stadia tumbuh mempengaruh
struktur lapisan pelindung dari tumbuhan .

Daftar Pustaka
herbisida tersebut.

Anda mungkin juga menyukai