PROMOTORING RHIZOBACTERI)
Oleh:
Tim PKM-M
Universitas Muhammadiyah Gresik
Peningkatan kegiatan agroindustri selain meningkatkan produksi pertanian juga
menghasilkan limbah dari kegiatan tersebut. Konsep penggunaan pestisida yang telah diterapkan
pada pertanian modern, telah menimbulkan berbagai efek samping seperti pencemaran
lingkungan di pabrik-pabrik penghasil pestisida maupun di lahan-lahan pertanian yang
menggunakan pestisida tersebut. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan
pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS
(Chemically Acquired Deficiency Syndrom) (Said, 1994).
Adanya dampak negatif dari pestisida maka dibutuhkan teknologi alternatif untuk
meningkatkan produksi pertanian yang lebih aman. Teknologi yang memungkinkan untuk
dikembangkan dan relatif aman adalah pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR).
Berbagai penemuan akan manfaat plant growth promoting rhizibacteria (PGPR) untuk
pertanian telah dilaporkan oleh banyak peneliti di dunia. Antusiasme untuk mengkomersialkan
rhizobacteria sebagai teknologi alternatif yang menjanjikan terutama dipicu untuk
mengembangkan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan input sintetik
agrokimia (pupuk dan pestisida). Hasil ini menyarankan bahwa penerapan PGPR bisa
merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap jamur
patogen.
PGPR adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut
hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan
mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi
tanaman dan pertumbuhannya
Rhizobakteria pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri yang
menguntungkan yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (bagian perakaran). Aktivitas
RPTT menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh
langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memobilisasiatau
memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah
konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh. Sedangkan tidak langsungnya berkaitan dengan
kemampuan menekan aktivitas patogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit
seperti antibiotik.
Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfer akar (rhizobakteri) disebut
sebagai rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria = PGPR).
Kelompok ini mempunyai peranan ganda di samping (1) menambat N2 , juga; (2)
menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain); (3)
menekan penyakit tanaman asal tanah dengan glukanase, kitinase, sianida memproduksi
siderofor; dan (4) melarutkan P dan hara lainnya (Cattelan et al., 1999; Glick et al., 1995;
Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) pertama kali diteliti oleh Kloepper dan
Scroth (1982) untuk menggambarkan bakteri tanah yang mendiami daerah perakaran tanaman
yang diinokulasikan ke dalam benih dan ternyata meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sejak
pertama kali diperkenalkan oleh Kloepper dan Scroth (1982) , PGPR mengalami perkembangan
yang sangat cepat, terutama pada beberapa tahun terakhir.
PGPR berada Disekitar Akar, akar adalah sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara,
unsur hara, dekomposisi dll.
Bakteri Pseudomonas
ssp.flourennscses
Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta
mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai
tambahan bagi kompos dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi
penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri bakteri yang menguntungkan
seperti PGPR.
Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri
PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung
akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari
penyakit dumping-off (Pythium ultimatum) di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu
memproduksi racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan
cendawan patogen.
PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon
pertumbuhan kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit
sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang
dapat membunuh patogen tanaman (Kloepper, 1993).
Menurut Lalande et al. (1989), Pseudomonas sp. mampu menghasilkan hormon pemacu
pertumbuhan tanaman yang dapat meningkatkan berat kering tanaman jagung mencapai 9%,
sedangkan Salmonella liquefaciens meningkatkan berat kering mencapai 10% dan Bacillus sp.
meningkatkan berat kering mencapai 7% lebih tinggi dibanding kontrol.
Berikut kelebihan dari PGPR diantaranya :
Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang kacangan
Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas
Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
Memproduksi hormon tanaman
Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan
Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan
CARA APLIKASI
Perlakuan pada benih:
Larutkan 250 cc PGPR kedalam 20 liter air bersih kemudian benih direndam selama 10 12 jam.
PGPR dapat memiliki satu atau lebih peran di bawah ini, tergantung dari spesies dan strainya. Berikut
manfaat PGPR bagi tanaman :
1. Menghasilkan fitohormon, diantaranya indole acetic acid (IAA), sitokinin, giberelin, dan senyawa
penghambat produksi etilen
2. Sebagai pupuk hayati, PGPR dapat membuat unsur hara yang ada di dalam tanah mudah diserap
oleh tanaman melalui proses mineralisasi dan transformasi. Sebagai contoh, PGPR dapat
melarutkan fosfat dan meningkatkan kemampuan pengambilan unsur besi (Fe3+) oleh tanaman
3. Sebagai bioprotektan, yaitu kemampuan untuk mengendalikan hama dan penyakit dengan cara
menghasilkan antibiotik dan menginduksi tanaman untuk memproduksi senyawa ketahanan
dalam jumlah yang cukup untuk menjaga kesehatan tanaman.
Mekanisme peran mikroba PGPR dalam meningkatkan keragaan (Perfomance) kesehatan tanaman
terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
Mekanisme pertama merupakan pengaruh langsung dari inokulasi PGPR pada tanaman. sementara,
mekanisme kedua hingga keempat merupakan pengaruh tidak langsung terhadap tanaman dalam
menghadapi gangguan hama dan penyakit.
Kemampuan PGPR dalam menghhasilkan fitohormon membuat tanaman dapat menambah luas
permukaan akar-akar halus dan meningkatkan ketersediaan nutrisi didalam tanah. Hal ini menyebabkan
penyerapan unsur hara dan air dapat dilakukan dengan baik, sehingga kesehatan tanaman juga akan
semakin baik. Dengan semakin baiknya kesehatan tanaman, ketahanan tanaman terhadap tekanan juga
akan semakin meningkat. Tekanan yang dimaksud dapat berupa tekanan akibat faktor lingkungan,
maupun tekanan akibat faktos biologis.
Pengaplikasian PGPR
1. Perlakuan awal dengan cara merendam benih atau bibit dalam larutan bakteri PGPR selama 10
menit - 8 jam, tergantung ketebalan kulit benih atau tingkat kekerasan benih.
2. Perlakuan susulan melalui penyiraman suspensi bakteri dosekitar perakaran. Waktu
pengaplikasianya sangat tergantung jenis tanaman dan umur tanaman yang dibudidayakan.
Konsentrasi untuk perlakuan benih adalah 10 ml per liter air, sedangkan untuk aplikasi susulan melalui
penyiraman adalah5 ml per liter air. Jumlah dosis penyiraman tergantung dari jenis dan umur tanaman.
untuk tanaman semusim, dosis penyiraman berkisar antara 250-500 ml atau 1-2 gelas per tanaman.
untuk tanaman tahunan tergantung dari umur tanaman dan ukuranya.
1. Apabila benih dibeli di kios yang telah diberi pestisida, benih harus dicuci 2-3 kali dengan air
bersih.
2. Benih direndam sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
3. Sebelum penanaman, benih dikeringanginkan. Apabila yang diperlakukan berbentuk bahan
biakan vegetatif atau bibit siap tanam yang telah direndam atau dicelupkan dapat langsung
ditanam dan tidak perlu dikeringanginkan.