Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2016
Judul Praktikum : Identifikasi dan Analisis Vegetasi Gulma dengan Metode Kuadrat dan
Pelemparan Baja
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui komposisi dan dominasi gulma yang tumbuh pada suatu
areal sehingga mampu menentukan kebijakan sebagai bentuk pengendalian
serta sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi hasil pengendalian yang telah
dilakukan.
Table 1.2 Data pengamatan jenis gulma dan populasinya pada setiap lemparan di lahan Ciparanje
Lemparan Ke - Jumlah
No. Species Gulma
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Elephantopus spicatus 5 10 3 6 1 6 5 12 5 53
2. Paspalum notatum 5 3 3 11
3. Axonopus compresus 12 14 4 3 11 20 7 67
4. Cyperus iria 13 1 4 4 3 12 37
5. Imperata cylindrical 5 5 12 2 10 7 41
6. Cynodon dactylon 1 1 5 4 1 3 8 23
7. Eleusine indica 2 3 3 8
8. Cyperus halpan 8 6 8 11 4 37
9. Oxalis corniculata 1 4 2 7
10. Mimosa pudica 1 8 8 3 1 21
11. Cyperus kyllingia 1 3 5 2 14 2 7 2 14 50
12. Tumbergia grandiflora 2 2 3 4 11
13. Panicum repens 1 1 4 2 11
Jumlah Total 43 18 32 21 23 25 6 45 13 32 44 34 38 374
1. Rumus kerapatan mutlak suatu jenis = Jumlah total suatu jenis gulma yang ditemukan/total
lemparan
2. Rumus frekuensi = Jumlah lemparan terisi suatu jenis gulma/total lemparan
3. Rumus dominansi = Jumlah total suatu jenis gulma yang ditemukan/lemparan yang terisi jenis
gulma tersebut
Pembahasan
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin luas ukuran petak maka jenis gulma baru
semakin tidak teridentifikasi atau tidak ditemukan, sehingga kurva yang terbentuk yaitu awalnya
melengkung naik kemudian menjadi garis linier, karena tidak adanya penambahan frekuensi jenis gulma.
Vegetasi gulma menggambarkan perpaduan berbagai jenis gulma di suatu areal atau
wilayah tertentu.
Konsep metode analisis vegetasi sangat beragam tergantung kepada keadaan
vegetasi dan tujuannya.
Semakin luas petakan dalam metode kuadrat analisis vegetasi, maka jenis gulma
baru semakin sedikit, karena tujuan perluasan sampai tidak ditemukan lagi
identifikasi jenis gulma yang baru.
Kerapatan menunjukkan jumlah suatu jenis gulma di suatu areal, frekuensi
merupakan jumlah plot yang ditumbuhi suatu jenis gulma yang sama, dan dominansi
merupakan nilai yang menunjukkan jenis gulma mana yang lebih mendominasi di
areal yang dianalisis vegetasinya tersebut.
Dari hasil perhitungan kerapatan jenis mutlak suatu jenis, diketahui yang paling besar nilainya
adalah gulma rerumputan, yaitu Axonopus Compresus. Hal ini dapat dilihat pula dari jumlah Axonopus
yang memang sangat banyak. Kemudian jenis gulma rerumputan lainnya seperti Elephantopus spicatus
dan Cyperus kylingia juga memiliki nilai frekuensi yang tergolong tinggi dibandingkan dengan jenis gulma
yang lain. Sedangkan kerapatan jenis mutlak terendah yaitu gulma Oxalis corniculata dan Eleusine indica
dengan nilai kerapatan hanya 0,5 dan 0,6. Gulma-gulma tersebut hanya tumbuh sedikit, yaitu masing-
masing satu tanaman.
Dari total jumlah gulma setiap lemparan baja, sudah dapat dipastikan jika Axonopus Compressus
akan memiliki nilai kerapatan mutlak jenis dan frekuensi tertinggi. Tetpi, yang mendominasi dengan nilai
dominansi tertinggi juga adalah Axonopus compressus. Karena, semakin besar jumlah total suatu gulma
maka semakin besar pula nilai populasinya. Selain itu, yang menyebabkan Axonopus memiliki nilai
dominansi tertinggi karena ditemukan hampir di tiap hasil pelemparan baja.
Kesimpulan
Gulma yang mendominasi areal uji adalah golongan gulma rerumputan, diantaranya Axonopus
compressus, Imperata cilindrica, dan Cynodon dactycolon. Ketiga gulma ini memiliki nilai kerapatan
mutlak jenis, frekuensi dan dominansi yang tinggi dibandingkan dengan jenis gulma lain yang ditemui
dalam analisis vegetasi metode pelemparan baja.
Pengendalian yang harus diupayakan apabila areal yang diuji akan digunakan untuk kepentingan
lainnya yaitu bisa dengan melakukan pengolahan tanah atau menggunakan herbisida yang lebih focus
pada pengendalian gulma golongan rerumputan.
Dokumentasi