Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“K U L T U R J A R I N G A N”

DISUSUN
OLEH :

Nama : Virawati
Nim : 18 011 014 109
Kelas : Agroteknologi Reg. B
Mata kuliah : Bioteknologi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ciri-ciri makhluk hidup salah satunya adalah mampu bereproduksi
sehingga menghasilkan keturunan yang akan melestarikan jenisnya di masa
depan. Setiap makhluk hidup melakukan reproduksi dengan berbagai cara. Dapat
dengan cara seksual yaitu melibatkan dua tipe sel kelamin yang berbeda sehingga
terjadilah fertilisasi membentuk zigot, dan zigot selanjutnya akan tumbuh menjadi
keturunan yang fertil. Selain itu terdapat pula cara reproduksi aseksual yaitu tidak
melibatkan sel kelamin.
Reproduksi aseksual atau vegetatif ini kebanyakan dilakukan oleh tanaman
dan oleh beberapa hewan primitif (masih sederhana) tapi tidak termasuk manusia.
Reproduksi aseksual pada tumbuhan merupakan proses perbanyakan vegetatif
dengan meggunakan organ vegetatif.
Pada bidang pertanian, perbanyakan tumbuhan atau perbanyakan bibit
tumbuhan secara besar-besaran kadang–kadang sangat diperlukan. Namun
perbanyakan tumbuhan dengan teknik konvensional seringkali menghadapi
kendala teknis, lingkungan maupun waktu. Sebagai contoh perbanyakan tanaman
dengan menggunakan biji memerlukan waktu yang relatif lama dan seringkali
hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain yang juga sering muncul
adalah gangguan alam, baik yang disebabkan oleh jasad hidup, misalnya hama
dan penyakit maupun cekaman lingkungan yang dapat menggangu keberhasilan
perbanyakan tanaman di lapangan. Sejalan dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuan terutama bidang teknologi, kendala-kendala tersebut dapat
diatasi antara lain melalui teknik kultur jaringan.
Kultur Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri & bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe
kultur atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel
cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau
organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol
kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut
dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh
SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang
menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup
mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan
dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat
bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Teknik
kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium
dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja,
sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti,
air listrik dan bahan bakar. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga
perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur
jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu
yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai. Pelaksana
akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu
dasar tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan berbagai macam
bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam
pekerjaan analitik. Pelaksana juga dituntut dalam hal ketrampilan kerja, ketekunan
dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja intensif. Pekerjaan kultur jaringan
meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan,
inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur
jaringan ke lapang.
2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian kultur jaringan
2) Apa saja landasan kultur jaringan
3) Apa saja tipe-tipe kultur jaringan
4) Apa saja manfaat kultur jaringan
5) Bagaimana kendala dan masalah dalam kultur jaringan

3. Tujuan dan manfaat


1) Untuk dapat mengetahui pengertian kultur jaringan
2) Untuk dapat mengetahui landasan kultur jaringan
3) Untuk dapat mengetahui tipe-tipe kultur jaringan
4) Untuk dapat mengetahui manfaat kultur jaringan
5) Untuk dapat mengetahui kendala dan masalah dalam kultur jaringan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai
tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan akan lebih besar presentase
keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah
jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah,
dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang
menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem
keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang
mengatur pembelahan.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
Seleksi in vitro merupakan salah satu metode dari keragaman somaklonal
tetapi lebih efektif dan efisien karena perubahan genetik lebih diarahkan pada sifat
yang diinginkan . Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu
sel atau irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik
diletakkan dan dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam
keadaan steril. dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut
akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk
dipindahkan kedlam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk
tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini
hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang
dapat menjadi planlet dlama jumlah yang besar.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman ini berdasarkan teori sel sperti
yang dikemukakan oleh Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai
kemampuan autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi
adalah kemampuan setiap sel, darimana saja sel tersebut diambil, apabila
diletakkan dilingkungan yang sesuai akan tumbuh menjadi tanaman yang
sempurna.
Tujuan utama kultur jaringan tanaman yaitu untuk perbanyakan bagian
tanaman. Perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang pertumbuhan
tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk
tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun kalus terlebih dahulu.
Bagian-bagian tanaman dapat tumbuh secara optimal apabila menggunakan media
tepat yang digunakan untuk pemenuhan nutrisi tanaman. Media yang digunakan
harus mengandung mineral, gula, vitamin dan hormon dengan perbandingan yang
dibutuhkan secara tepat. Media perlu ditambahkan agar untuk mendapatkan media
semi padat yang fungsinya untuk meletakkan atau membenamkan jaringan
tanaman.

2. Landasan Kultur Jaringan


Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari
tanaman, yaitu:
1. Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi
dengar benar dan sesuai.Implikasi dari totipotensi adalah bahwa
semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu
organisme terdapat di dalam sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel
bersifat totipotensi, tetapi yang mengekspresikan keberhasilan terbaik
adalah sel yang meristematik.
2. Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali
menjadi ke kondisi meristematik dan dan berkembang dari satu titik
pertumbuhan baru yangdiikuti oleh rediferensiasi yang mampu
melakukan reorganisasi manjadi organ baru.
3. Kompetensi menggambarkan potensi endogen dari sel atau jaringan
untuk tumbuh dan berkembang dalam satu jalur tertentu. Cantohnya
embrioagenikali kompetencel adalah kemampuan untuk berkembang
menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non-kompeten
atau morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.

3. Tipe-tipe kulltur jaringan


1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan
biji atau seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan
tanamnya menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar,
tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku
batang, akar dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan
jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai
bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang
menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus
menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai
bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau
jaringan meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah
dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas
diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan
membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk
keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik
intraspesifik maupun interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif
tanaman, yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora),
tepungsari/ pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat
dihasilkan tanaman haploid.

4. Manfaat kultur jaringan


Dengan berhasilnya teknik kultur jaringan tebu dan diterapkan dalam
praktek maka beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain :
1) Tumbuhan yang dihasilkan secara genetik adalah sama dengan
induknya
2) Dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang lebih banyak
3) 1 pucuk → 10 potong ekplant
4) 1 potong → 15 tabung; jika disubkultur dapat menjadi 40 tabung
5) 1 tabung plantletss → displit bisa menjadi 7 tabung plantletss baru
6) Maka 1 pucukan dapat menjadi
7) 40 x 7 x 10 = 2800 tabung;
8) Kontaminasi 10% = maka 2800 – 280 = 2580 tabung; 1 tabung berisi
2 – 3 tanaman.
9) Memuliakan kemampuan produksi bibit yang mengalami tekanan
penyakit sistemik
10) Cepat dari sumber yang terbatas
11) Bibit yang dihasilkan sehat dan bebas dari penyakit.
12) Dapat dilakukan setiap saat, tidak tergantung musim
13) Dapat menyediakan bibit dalam lahan yang terbatas

5. Kendala dan masalah dalam kultur jaringan


Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan
oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah
mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman
memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu
pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia
dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh
kalangan petani biasa. Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak
memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana
(dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai.
Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik..
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam
(eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha
pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja
dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan
penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri. Karena semua
pekerjaan harus dilaksanakan secara hati-hati dan cermat serta memerlukan
kesabaran yang tinggi. Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman secara in
vitro ini juga sangat mahal, kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kita
terpaksa harus membeli medium yang sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan
sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi masih harus di impor dari luar
negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk perlakuan isolasi dan fusi
protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan
dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri seperti Jepang.
Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa
teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama
untuk pengembangan bioteknologi.
Masalah-masalah dalam Kultur Jaringan Dalam kegiatan kultur jaringan,
tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan.
Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari
lingkungan kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada
pula yang sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, cara
mengatasinya tidak dapat secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu
muncul. Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1. Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam
kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini bila dipahami
secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai
konsekuensi penggunaan yang diperkaya. Fenomena kontaminasi
sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis
kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dll).Upaya mencegah terjadinya
kontaminsi:
1) Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam
kultur jaringan.
2) Yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara baik dan benar.
3) Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman
dan cari waktu yang longgar.
2. Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau
hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya
merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi.
Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran
fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.
3. Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai
dengan: Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal.
Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil. Pertrumbuhan
batang cenderung ke arah penambahan diameter Tanaman utuhnya
menjadi sangat turgescent. Pada daunnya tidak memiliki jaringan
pallisade.
4. Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman
yang seragam dalam jumlah yang banyak, dan bukan sebagai upaya
pemuliaan tanaman maka variasi genetik adalah kendala. Variasi
genetik dapat terjadi pada kultur in vitro karena:
Laju multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub
kultur berulang yang tidak terkontrol Penggunaan teknik yang tidak
sesuai. Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus
dan kultur -suspensi sel, hal tersebut terjadi karena munculnya sifat
instabilitas kromosom mungkin akibat teknis kultur, media atau
hormon. Cara mengatasi masalah variasi genetik tentunya tidak
sederhana, harus memperhatikan aspek yang dikulturkan.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila
eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga
kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh.
Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif
menghindari bahan tanam yang tidak juvenil atau tidak meristematik.
Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel yang
muda yang aktif membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
Media juag dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan,
karena dari kondisi medialah suatu sel dapat atau tidak terdorong
melakukan proses pembelahan dan pembesaran dirinya.
Pada proses klutur jaringan yang bersifa inderict embriogenesis,
tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan mendorong
induksi embriosomatik dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik
dapat secara endogen atau eksogen.
6. Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman
eksplan saja, pertumbuahn dan perkembangannya dlama botol saja
tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan
prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan
prapelakuaan tidak dilakukan. Prapelakuan dilakukan umumnya untuk
tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka
menghilangkan hambatan. Hambatan apat berupa hambatan kemikalis,
fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus
dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses
reaksi dan alternatif pengelolaannya.
7. Lingkungan Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini
juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat
menentukan optimasi pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah
aatau tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada eksplan. Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang
lain berbeda, namunddemikian solusinya sulit dilakukan mengingat
umumnya ruangan inkubator suatu ruangan laboratorium kultur
jaringan tidak bisa dibuat variasi antara satu ruangan dengan bagian
ruangan yang lainnya. Sehingga optimasi pertumbuhan tidak bisa
diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
2. Saran
Pelaksanaan kultur jaringan di Indonesia belum cukup banyak dilakukan.
Saya menyarankan kepada pemerintah, sebaiknya pemerintah ikut memperhatikan
masalah mengenai pertanian terutama dalam metode kultur jaringan yang
seharusnya dapat menghasilkan keberhasilan yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Makalah kultur jaringan.
http://malpertanian.blogspot.com/2014/04/makalah-kultur-
jaringan.html (diakses pada 29 November 2020)

Dita, 2015. Makalah kultur jaringan.


http://ditaafrida98.blogspot.com/2015/09/makalah-kultur-jaringan-
pada-tumbuhan.html (diakses pada 29 November 2020)

Yunita, 2015. Makalah kultur jaringan. http://ilmuntukita.over-


blog.com/2015/04/makalah-kultur-jaringan.html (diakses pada 29
November 2020)

Anda mungkin juga menyukai