Anda di halaman 1dari 6

Bioteknologi bagi Pembentukan Keragaman Genetik

11.1.1 Aplikasi Kultur Jaringan Bagi Pembentukan Keragaman Genetik


A. Variasi Somaklonal
Dasar teori kultur jaringan: Toti potensi sel, dimana setiap sel memiliki kemampuan
membentuk tanaman lengkap
Merupakan upaya mempercepat akumulasi mutasi alami, melalui percepatan pembelahan
mitosis dengan memanipulasi pembelahan kalus pada perbanyakan kultur jaringan.
Sering digunakan untuk mendapatkan tanaman yang toleran terhadap cekaman biotik maupun
abiotik.
Dilakukan dengan melakukan kultur jaringan secara:
Subkultur berulang
Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan dosis tinggi
Penggunaan sumber eksplan dari jaringan meristem
Variasi yang dihasilkan merupakan variasi yang bersifat acak, terdiri dari:
Variasi efigenetik, paling sering terjadi, tanaman mengalami perubahan penotifik tetapi
tidak disertai perubahan genetik. Variasi yang terjadi tidak diturunkan melalui perbanyakan
seksual.
Variasi genetik, tanaman hasil kultur jaringan mengalami perubahan penotifik yang
disebabkan perubahan genetik.img11-1-1
B. Mendukung Mutasi dan Transformasi
Dalam rangka mendapatkan mutasi yang solid bukan chimera, maka aplikasi mutation agent
(seperti irradiasi) dilakukan pada sel tunggal, yang dapat dilakukan melalui kalus atau kultur sel.
Dengan demikian kultur jaringan diperlukan dalam penyediaan sel untuk mutasi dan
mengembalikan sel menjadi tanaman sempurna.
Pada transformasi genetik delivery gen target dilakukan pada tingkat sel. Aplikasi kultur
jaringan dilakukan pada seleksi untuk mendapatkan sel yang sudah ditransformasi dan
mengembalikannya menjadi tanaman transgenik yang sempurna.img11-1-21

Pola persilangan somatik


C. Penyelamatan Embrio (embryo resque)
D. Hibridisasi somatik (somatic hybridization)
11.1.2 Aplikasi Transformasi Genetik dalam Perakitan Genotipe Baru
Strategi: Memotong dan menempel gen target kedalam genom tanaman untuk menghasilkan
tanaman dengan sifat baru. Mirip mengedit video untuk merubah skenario.
Sasaran: Menghilangkan batas gene pool, dan membuat metode efisien dalam perbaikan sifat
varietas elit.
Tahapan transformasi terdiri dari:
Penyediaan gen target
Introduksi gen target
Seleksi dan reproduksi sel transgen
Seleksi di lapanganimg11-1-3img11-1-41
Penyediaan Gen Target
Tahapan ini terdiri dari dua langkah:
Gene Cloning. Upaya mendapatkan gen target yang akan dipindahkan, sering disebut sebagai
gene hunting atau gene cloning, tahapan ini sering jadi penghambat utama pembentukan varietas
transgenik. Ada dua pendekatan gene cloning yaitu
Forward Cloning, yaitu tanaman diinduksi mutasi, lalu titik mutasi pada penotife target
dijadikan sasaran isolasi.
Reverse Cloning, yaitu dicari tanaman dengan latar genetik sama tetapi berbeda pada
penotife target selanjutnya dijadikan sasaran isolasi.
Transgene Construction. Gen target selanjutnya dikemas kedalam wadah berupa rantai DNA
yang disebut plasmid.

Konstruksi Transgenimg11-1-5
Introduksi Gen Target
Pada tahap ini konstruksi transgen di introduksikan kedalam sel tanaman varietas komersial
yang akan diperbaiki, sehingga gen target menyisip ke dalam genom target. Dilakukan dengan
dua pendekatan yaitu:

Melalui pemanfaatan bakteri Agrobacterium tumefaciens (transformation).


Menempelkan gen target ke partikel emas dan ditembakan ke massa sel dari genotipe target
(particle bombardment/gene shooting).

Seleksi dan Reproduksi Sel Transgen

Pada tahap ini dari sekian banyak sel yang sudah diintroduksi, harus diseleksi sel mana yang
sudah mengintegrasikan gen target kedalam genom intinya. Seleksi dilakukan dengan
menumbuhkan sel-sel yang diintroduksi pada media yang diberi agen penseleksi, sehingga
tanaman yang dapat tumbuh diasumsikan sudah disisipi gen baru. Selanjutnya dikonfirmasi
dengan marka DNA.
Reproduksi Menjadi Tanaman Sempurna

Sel yang sudah disisipi gen baru harus direproduksi menjadi tanaman sempurna yang dapat
diamati penotifnya untuk memastikan gen tersebut mampu berexpresi secara normal, sehingga
dapat bermanfaat sesuai tujuan pengembangan.

Seleksi di Lapangan

Tujuan: Identifikasi galur transgenik yang memiliki penotipe seperti yang diharapkan. Peluang
keberhasilan suatu galur transgenik sekitar 1%.
Ekspresi tergantung posisi pada kromosom.
Transgenik yang komplek kurang stabil karena:
gene silencing
rekombinasi antar DNA transgene
Transgen tidak boleh memberikan efek negatif terhadap sifat lain
Tanaman transgenik harus memenuhi aturan

Anda mungkin juga menyukai